Anda di halaman 1dari 4

Fitnah Akhir Zaman Berebut Jabatan

.‫ َو َخ َذ َل َم حن َشاءَ هم حن َخ حل هق هه هِبَ هشيح ئَته هه َو َع حدلههه‬،‫ضله هه َوَكَرهم هه‬


‫اَ حْلَ حم ُد هلِله الَّ هذ حي َوفَّ َق َم حن َشاءَ هم حن َخ حل هق هه بهَف ح‬
‫ َوََل َح َّد َوََل ُجثَّةَ َوََل‬،ُ‫ َوََل َشبهحي َه َوََل همثح َل َوََل نه َّد لَه‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫َوأَ حش َه ُد أَ حن ََل إهٰل َه إهََّل هللاُ َو حح َدهُ ََل َش هريح‬
‫و ه‬،‫َن سيه َد ََن وحبهي ب نا وع هظيمنا وقَائه َد ََن وقَُّرَة أَعينهنا ُُم َّم ًدا عب ُده ورسولُه‬
ُ‫صفيُّه‬ َ َ ُ ‫َ حُ َ َ َح ُ َ َ ُ ح‬ َ َ َ ‫ َوأَ حش َه ُد أ َّ َ ِّ َ َ ح َ َ َ َ ح‬.ُ‫ضاءَ لَه‬ َ ‫أ حَع‬
،ُ‫ص ححبه هه َوَم حن َو َاَله‬ ‫هه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
َ ‫ َو َعلَى آله َو‬،‫ص هِّل َو َسلَّ حم َوََب هرحك َعلَى َسيهِّد ََن ُُمَ َّمد بح هن َعحبد هللا‬ َ ‫ اَللهم‬.ُ‫َو َحبهحي بُه‬
‫ وََل حوَل وََل قُ َّوَة إهََّل هَب ه‬،‫ان إَََل ي وهم الح هقيام هة‬
‫ فَهإهِِّن أُحو هصحي ُك حم َونَ حف هس حي‬،‫ أ ََّمابَ حع ُد‬.‫هلل‬ ٍ ‫ومن تَبهعهم ِبههحس‬
َ ‫َح َ َ َ َ ح‬ َ ‫ََ ح َ ُ ح ح‬
‫َّ ه‬ ‫ه هه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬
‫س َما‬ ٌ ‫الِلَ َولحتَ نحظُحر نَ حف‬ َّ ‫ين َآمنُوا ات َُّقوا‬َ ‫ ََي أَيُّ َها الذ‬:‫بتَ حق َوى هللا الح َعل هِّي الح َعظحي هم الح َقائ هل ه حِف ُحُم َك هم كتَابه‬
‫ْي َح هفظَ ُك ُم‬ ‫هه‬ ‫ه‬
َ‫) َم َعاشَر الح ُم حسلم ح‬١٨ :‫الِلَ َخبهريٌ ِبَا تَ حع َملُو َن (سورة اْلشر‬
‫ه‬ َّ ‫ت لهغَ ٍد ۖ َوات َُّقوا‬
َّ ‫الِلَ ۚ إه َّن‬ ‫َّم ح‬
َ ‫قَد‬
ُ‫هللا‬
Jamaah Jumat Rahimakumullah

Suatu ketika, Abu Dzar al-Ghifari datang kepada Rasulullah SAW, dengan niat ingin memberi
kontribusi yang lebih besar kepada umat. Beliau memohon kepada Nabi SAW agar dilantik
menjadi pejabat

Sambil menepuk pundak Abu Dzar, Nabi SAW berkata, “Wahai Abu Dzar, engkau seorang
yang lemah, sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Pada hari kiamat nanti, ia akan
menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan
menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR Muslim)

Di lain kesempatan, nasihat yang hampir sama juga Rasulullah SAW sampaikan kepada
Abdurrahman bin Samurah.
‫ٍ ه‬ ‫ه‬
‫ت َعلَيح َها َو إه حن‬ َ ‫الر حْح هن بن ََسَُرَة َلَ تَ حس هأل ا هإل َم َارةَ فَهإن‬
َ ‫َّك إه حن أ حُعطيح تَها َع حن َغ حهري َم حسأَلَة أُعحن‬ َّ ‫ََي َعحب َد‬
‫ت إهلَحيها‬ ‫ٍ ه‬ ‫ه‬
َ ‫أ حُعطحي تَ َها َع حن َم حسأَلَة ُوكلح‬
“Wahai Abdurrahman bin Samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin.
Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepadamu karena diminta, maka kamu akan
memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu bukan
karena diminta, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (HR Bukhari-Muslim)

1
Masih dalam makna yang sama, sahabat Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan: Suatu ketika
aku dan dua orang dari kaumku datang menghadap Nabi SAW. Salah seorang di antara
mereka berkata, “Ya Rasulullah angkatlah kami sebagai pejabatmu!” Satu orang lagi juga
mengatakan perkataan yang sama. Lalu Rasulullah SAW bersabda:
‫ه‬ ‫ه‬
ُ‫لَ حن أ حَو َلَ نَ حستَ حعم ُل َعلَى َع َملنَا َم حن أ ََر َاده‬
“Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang meminta dan
berambisi untuk mendapatkannya,” (HR Bukhari-Muslim)

Demikianlah anjuran Rasulullah SAW kepada para sahabatnya ketika mereka tergiur dengan
jabatan. Beliau menjaga agama sahabatnya agar terhindar dari fitnah kedudukan.

Sebab, dalam Islam menjadi pemimpin bukanlah perkara yang ringan. Tanggung jawabnya
berat. Tidak hanya dituntut untuk mengatur kesejahteraan rakyat semata, tapi lebih
daripada itu, seorang pemimpin juga harus memastikan tegaknya syariat Allah SAWT dalam
aturan hidup rakyatnya.
Sebagaimana yang ditegaskan oleh para ulama bahwa secara umum ada dua tugas utama
seorang pemimpin, yaitu: menjaga agama dan mengatur urusan dunia dengan aturan
agama.
Karena itu, tanggungj jawab seorang pemimpin terhadap rakyatnya cukuplah besar. Tak
heran bila kemudian kita sering mendapati para salafus shaleh yang selalu menolak tawaran
jabatan. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang rela disiksa demi mempertahankan
prinsipnya tersebut.
Semua itu tidak lain karena mereka paham konsekuensi yang harus ditanggung ketika
menjadi seorang pemimpin. Terutama ketika dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak
di akhirat. Kesadaran semacam ini cukup mempengaruhi jiwa mereka.
Maka kita bisa melihat bagaimana ketika Umar bin Khatab diangkat menjadi khalifah. Beliau
pernah berujar, “Seandainya seekor keledai terperosok di Kota Baghdad niscaya Umar akan
dimintai pertanggungjawabannya kelak, seraya akan ditanya, “Mengapa tidak kau ratakan
jalan untuknya?’.”
Demikianlah tanggung jawab seorang pemimpin di mata umat Islam. Tak ada kenikmatan
yang bisa dirasakannya kecuali ketika ia mampu berbuat adil. Bila keadilan itu hilang maka
ancaman neraka pun menantinya. Keterngan ini dijelaskan langsung oleh Rasulullah SAW
dengan sabdanya:
‫اب يَ حوَم الح هقيَ َام هة‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
َ ‫إه حن شحئ تُ حم أَنحبَأحتُ ُك حم َع هن ا هإل َم َارهة َوَما ه َي؟ أ ََّوُُلَا َم‬
ٌ ‫ وََثلثُ َها َع َذ‬،ٌ‫ َوََثن َيها نَ َد َامة‬،ٌ‫المة‬
‫إهَل َم حن َع َد َل‬
2
“Jika kalian mau, aku akan memberitahu kalian tentang kepemimpinan (alimârah), apakah
itu? Awalnya adalah celaan. Yang kedua adalah penyesalan. Yang ketiga adalah azab pada
Hari Kiamat kecuali orang yang berlaku adil.” (HR Al-Bazar dan Ath-Thabrani)
Namun apa yang terjadi di akhir zaman ini seolah meruntuhkan wejangan itu semua.
Jabatan tidak lagi dihindari. Justru ia menjadi ajang rebutan banyak orang. Cukup
menggiurkan.
Seolah-olah dengan menjadi seorang pemimpin segala hal bisa ia lakukan. Semua tuntutan
hawa nafsunya mampu diwujudkan. Kemewahan, kepopuleran, status sosial yang tinggi,
penghormatan dari orang lain bisa dengan mudah dia peroleh. Tidak mengherankan bila
kemudian segala cara rela mereka tempuh demi mewujudkan ambisi tersebut.
Halal haram tidak lagi diperhatikan. Norma sosial apalagi. Yang penting ambisinya tercapai.
Karena itu, Rasulullah SAW menggambarkan kerakusan terhadap jabatan melebihi dua ekor
serigala yang kelaparan lalu dilepas di tengah segerombolan kambing.
Beliau bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan
kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena
ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi” (HR Tirmidzi).
Namun fitnah seperti ini memang sudah menjadi bagian dari nubuwat Nabi SAW
sepeninngal beliau. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa nabi SAW bersabda:

‫صريُ نَ َد َام ًة َو َح حسَرًة يَ حوَم الح هقيَ َام هة‬


‫ وستَ ه‬،‫اإلمارهة‬
ُ ‫إهنَّ ُك حم َستَ حح هر‬
َ َ َ َ ‫صو َن َعلَى حه‬
“Sesungguhnya kalian akan berambisi akan jabatan kepempimpinan. Padahal kelak di hari
kiamat ia akan menjadi penyesalan.” (HR Bukhari)

Maka Rasulullah SAW menasihati—terutama bagi yang tidak mampu—agar tidak meminta-
minta diangkat menjadi pejabat.

“Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan


diberikan kepadamu karena diminta, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian,
dan jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu bukan karena diminta, maka kamu akan
dibantu untuk menanggungnya.” (HR Bukhari-Muslim)

‫ إهنَّهُ ُه َو الحغَ ُف حوُر‬،ُ‫استَ حغ هف ُرحوه‬ ‫هه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫َستَ حغ هف ُر‬


َ‫ِل َولَ ُك حم َول َسائ هر الح ُم حسلم ح‬
‫ فَ ح‬.‫ْي‬ ‫هللاَ الح َعظحي َم ه ح‬ ‫اَقُ حو ُل قَ حوه حِل َه َذا َوأ ح‬
‫الرهححي ُم‬
َّ

3
‫‪Khutbah 2‬‬

‫اْلَ حم َد هلله َحَن َم ُدهُ َونَ حستَ حغ هف ُرهُ َونَ حستَعهحي نُهُ َونَ حستَ حه هديحهه َونَ حش ُك ُرهُ‪َ ،‬ونَ ُع حوذُ هَبهلله هم حن ُش ُرحوهر أَنح ُف هسنَا‬ ‫إه َّن ح‬
‫ه‬ ‫ضل لَه ومن ي ح ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫الص َالةُ‬‫ي لَهُ‪َ ،‬و َّ‬ ‫ضل حل فَ َال َهاد َ‬ ‫َوم حن َسيهِّئَات أ حَع َمالنَا‪َ ،‬م حن يَ حهد هللاُ فَ َال ُم َّ ُ َ َ ح ُ‬
‫ض َي‬ ‫ْي‪،‬وع ٰلىهإخوانههه النَّبهيهْي والحمرسلهْي‪ ،‬ور ه‬ ‫ه ه ه‬ ‫الس َالم ع ٰلى سيه هد ََن ُُمَ َّم هد هن َّ ه ه‬
‫ِّ حَ َ ُ ح َ حَ َ َ‬ ‫الصادق الح َو حعد حاْلَم ح َ َ ح َ‬ ‫َو َّ ُ َ َ ِّ‬
‫َِب بَ حك ٍر َو ُع َمَر‬ ‫اْللَ َف هاء َّ ه ه‬ ‫ه‬ ‫آل الحب ي ه‬ ‫ات الحم حؤهمنه حَ ه‬ ‫هللا عن أ َُّمه ه‬
‫الراشديح َن‪ ،‬أه ح‬ ‫ت الطَّاه هريح َن‪َ ،‬و َع حن حُ‬ ‫ْي‪َ ،‬و َ ح‬ ‫ُ‬ ‫ُ َح َ‬
‫َْحَ َد َو َع هن حاْل حَولهيَ هاء‬ ‫ك َوالشَّافهعه هِّي َوأ ح‬ ‫و ُعثحما َن و َعله ٍي و َع هن حاْلَئه َّم هة الحمهتَ هدين‪ ،‬أهَِب حنهي َفةَ وماله ٍ‬
‫ُ ح ح َ ح َ ح ََ‬ ‫َ َ َ ِّ َ‬
‫ْي ‪.‬أ ََّما بَ حع ُد‪،‬فَيَا أَيُّ َها الح ُم حسله ُم حو َن‪ ،‬أ حُو هصحي ُك حم َونَ حف هس حي بهتَ حق َوى هللاه الح َعله هِّي الح َع هظحي هم فَاتَّ ُق حوهُ‪،‬‬ ‫و َّ هه‬
‫الصاْل حَ‬ ‫َ‬
‫ال‪ :‬إ َّن هللاَ‬
‫الس َالهم َع ٰلى نَبهيهِّ هه الح َك هرحهْي فَ َق َ ه‬ ‫لص َالةه َو َّ‬ ‫َن هللاَ أ ََمَرُك حم هِب حَم ٍر َع هظحي ٍم‪ ،‬أ ََمَرُك حم هَب َّ‬ ‫َو حاعلَ ُم حوا أ َّ‬
‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫َوَم َالئه َكتَهُ يُ َ ُّ‬
‫يما (سورة‬ ‫صلُّوا َعلَحيه َو َسلِّ ُموا تَ حسل ً‬ ‫ين َآمنُوا َ‬ ‫َّب ََي أَيُّ َها الَّذ َ‬ ‫ه‬
‫صلو َن َعلَى الن هِّ‬
‫ٍ‬ ‫ه ه‬ ‫ٍ‬ ‫ه‬ ‫ٰ‬
‫ت َع ٰلى‬ ‫صلَّحي َ‬ ‫ص هِّل َع ٰلى َسيهِّد ََن ُُمَ َّمد َو َع ٰلى آل َسيهِّد ََن ُُمَ َّمد َك َما َ‬ ‫اْلحزاب‪ ،)٥٦ :‬اَللِّ ُه َّم َ‬
‫آل َسيهِّ هد ََن ُُمَ َّم ٍد‬ ‫آل سيه هد ََن إهب ر هاهيم وَب هرحك َع ٰلى سيه هد ََن ُُمَ َّم ٍد و َع ٰلى ه‬
‫َ‬ ‫َ ِّ‬
‫ه‬
‫َسيهِّد ََن إهبح َراهحي َم َو َع ٰلى َ ِّ ح َ ح َ َ َ‬
‫ه‬ ‫ه‬
‫ْححي ٌد َهَمحي ٌد‪.‬‬ ‫َّك َه‬ ‫ه‬ ‫ه هه ه ه‬ ‫هه ه ه‬
‫ْي إهن َ‬ ‫ت َع ٰلى َسيِّد ََن إبح َراهحي َم َو َع ٰلى آل َسيِّد ََن إبح َراهحي َم ه ح‬
‫‪ِ،‬ف الح َعالَم حَ‬ ‫َك َما ََب َرحك َ‬
‫ات‪َ ،‬ربَّنَاآتهنَا‬ ‫ات حاْلَحي هاء همحن هم و حاْلَمو ه‬ ‫ات والحم حؤهمنهْي والحم حؤهمنَ ه‬ ‫اَل ٰلِّه َّم ا حغ هفر لهحلمسله همْي والحمسلهم ه‬
‫حَ ُ ح َ ح َ‬ ‫ُ حَ َ ُ‬ ‫ُ ح ُ ح حَ َ ُ ح َ‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ٰ‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫ْي‬
‫اج َعحلنَا ُه َدا ًة ُم حهتَديح َن َغ ح َري ضٰالِّ حَ‬ ‫اب النَّا هر‪،‬اَللِّ ُه َّم ح‬‫هِف الدُّنحيَا َح َسنَةً َوهِف حاْلخَرةه َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫ف ‪ .‬هعبَ َاد‬ ‫خو ُ‬ ‫وآم حن َّرحو َعاتهنَا َوا حك هفنَا َما أ َََهَّنَا َوقهنَا َش َّر ما نَتَ َّ‬ ‫ضلهِّْي‪ ،‬اَل ٰلِّه َّم اسُت عوراتهنَا ه‬
‫َوَلَ ُم حَ ُ ح ُح َ ح َ‬
‫ه‬
‫ان َوإهيحتَ هاء هذي الح ُق حرٰٰب ويَحن ٰهى َع هن ال َف حح ٰش هاء َوالح ُمحن َك هر‬ ‫إن هللا َيحمر هَبلحع حد هل و حاإلحس ه‬
‫هللا‪ َ َ ُ ُ َ َ َّ ،‬ح َ‬
‫ه‬
‫َوالبَ حغ هي‪ ،‬يَعهظُ ُك حم لَ َعلَّ ُك حم تَ َذ َّك ُرحو َن‪ .‬فَاذ ُك ُروا هللاَ الح َع هظحي َم يَ حذ ُك حرُك حم َوا حش ُك ُرحوهُ َع ٰلى نهَع هم هه يَهزحد ُك حم‬
‫ضله هه يُ حع هط ُك حم َواتَّ ُق حوهُ َحَي َع حل لَ ُك حم هم حن أ حَم هرُك حم َمَحَر ًجا‪َ ،‬ولَ هذ حك ُر هللاه أَ حك َُب ‪.‬‬ ‫اسأَلُحوهُ هم حن فَ ح‬ ‫َو ح‬

‫‪4‬‬

Anda mungkin juga menyukai