BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Musik merupakan salah satu produk kebudayaan dari peradaban manusia
yang tidak lekang oleh waktu dan terus berevolusi hingga dewasa ini. Kemajuan
teknologi membuat musik dapat dinikmati oleh semua orang, tanpa batasan waktu
dan tempat. Hal tersebut menjadikan musik sebagai salah satu karya seni yang
paling dekat dengan manusia. Kedekatan tersebut tidak dapat dipungkiri,
mengingat musik terdengar hampir di setiap tempat dan kesempatan. Ada
bermacam alasan seseorang mendengarkan musik, mulai dari mengisi waktu
luang, mendampingi berbagai aktifitas, hingga menghilangkan stres.
Menurut Nasution, musik merupakan bunyi yang didengarkan memiliki
nada tersenditi sehingga menghasilkan suatu bunyi yang enak didengarkan
(Nasution, 2016:13). Musik kerap dihubungkan dengan Perasaan manusia dalam
kehidupan_ sehari-hari. Di satu sisi, musik dipandang sebagai sarana dalam
mengungkapkan suatu perasaan, Namun di sisi lain, musik dianggap mampu
menggugah perasaan_ pendengarnya. Oleh karena kedekatan musik dengan
kehidupan manusia, kajian mengenai musik sering kali terkait dengan kajian
tentang perilaku manusia (Sloboda & O'Neill, dalam Djohan, 2020:39).
Di Indonesia, musik telah mengalami perubahan dan perkembangan dari
masa ke masa. Musik modern menjadi salah satu musik yang disukai oleh semua
kalangan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena musik modern merupakan musikyang paling dekat dengan tumbuh-kembang masyarakat dewasa ini, Kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaruh globalisasi turut
andil dalam mendorong perkembangannya. Secara umum, musik modem adalah
musik yang mendapatkan sentuhan instrumen dan teknologi yang belum ada
dalam masyarakat adat. Musik modern menggunakan komposisi seperti tanga
nada, notasi dan instrumen musik lainnya.
Dalam konteks ini, terdapat berbagai macam aliran atau genre musik
modem yang ada dan terus berkembang di Indonesia, salah satunya aliran musik
rock. Berdasarkan yang termuat dalam Wikipedia, musik rock merupakan genre
musik yang luas dalam musik popular. Musik rock berasal dari genre musik rock
and roll pada akhir 1940-an dan awal 1950-an di Amerika Serikat dan
berkembang menjadi bermacam genre berbeda pada tahun 1960-an, terutama
Amerika Serikat dan Ingeris. Pada dasamya, musik rock adalah genre musik
berbasis lagu dengan ketukan 4/4 dalam bentuk verse-chorus, dengan
pengembangan yang beragam. Lirik lagu rock pada umumnya memiliki tema
cinta dan romantis, namun juga mengangkat berbagai tema bersifat sosial dan
politik.
Dalam sebuah musik, lirik menjadi salah satu unsur penting yang
membangunnya, Musik yang meletakkan unsur lirik berupa nyanyian biasanya
disebut sebagai lagu. Ketika musik dipandang sebagai sarana berkomunikasi, lirik
memiliki peranan penting dalam menyampaikan pesan yang dibawanya kepada
pendengar, Menurut Semi (1984:95), lirik merupakan puist pendek yang
mengapresiasikan emosi Lirik lagu memiliki kemampuan untuk mengekspresikanperasaan, gagasan, serta pengalaman sosial pengarangnya. Ketika sebuah musik
dengan komposisi nada, ritme, dan harmoni memunculkan suatu perasaan, lirik
lagu mengarahkan perasaan tersebut pada suatu suasana dan gambaran imajinasi
tertentu.
Menurut Waluyo, lirik lagu dapat dilihat sebagai salah satu karya seni
tertulis yang bentuknya mirip dengan puisi. Bahasa yang terdapat dalam lirik lagu
telah dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu serta
pemilihan kata-kata kias dan imajinatif (Waluyo, 2002:1). Jan Van Luxemburg
(1989) beranggapan bahwa lirik lagu dapat dilihat sebagai puisi, begitu pula
sebaliknya. Defenisi teks-teks puisi tidak terbatas pada jenis-jenis sastra saja,
tetapi mencakup ungkapan yang bersifat iklan, pepatah, semboyan, doa-doa, dan
juga lirik lagu pop.
Puisi dan musik merupakan karya seni yang berbeda wujudnya. Akan tetapi,
keduanya berada dalam suatu ruang yang sama, yaitu bunyi. Puisi menciptakan
bunyi dengan kata-kata, sedangkan musik menciptakan bunyi dengan alat musik
maupun vokal dan keduanya menghasilkan bunyi. Tidak dilisankan pun puisi
sudah “berbunyi” dalam hati atau dalam kepala pembaca. Menurut Sapardi Djoko
Damono, dalam salah satu bukunya membicarakan “puisi sebagai bunyi”. Dalam
bagian tersebut dikatakan bahwa sebelum adanya kebiasaan menuangkan pikiran
dan perasaan melalui tulisan, puisi dan dongeng telahh diciptakan dan dinikmati
secara lisan. Dalam perkembangan kesusastraan, puisi yang diciptakan akan
dilisankan juga (Damono, 2016:17).Berdasarkan i
Pemaparan di atas, maka penelitian ini berjudul “Makna Lirik
Lagu dal i
gu dalam Album Earthship Karya Grup Musik Navicula; Tinjauan
Semioti - » ar
emiotika Riffaterre”. Penelitian ini diajukan untuk mendeskripsikan makna
yang terkandung dalam lirik-I
ik lagu album Earthship dengan pendekatan teori
semiotika Riffaterre. Pemaknaan tehadap lirik lagu dilakukan melalui dua tahap,
yaitu tahap pertama berupa pembacaan heuristik dan tahap kedua berupa pebacaan
hermeneutik.
1.2, Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini, yaitu:
1.2.1 Apa makna lirik lagu dalam album Earthship karya grup musik
Navicula?
1.3. Tujuan Pelelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.3.1 Mendeskripsikan dan menjelaskan makna lirik lagu dalam album
Earthship karya grup musik Navicula.
1.4, Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara
teoritis maupun manfaat secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan dalam kajian sastra, khususnya dalam hal teort dan
pendekatan dalam penelitian terkait lirik lagu. Penelitian ini juga diharapkan dapatmenambah referensi “i:
referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya, khususnya penelitian
mengenai makna litik lagu,
Sclanjutnya, secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang ilmu sastra maupun pemahaman
‘erhadap lirik lagu, khususnya dengan pendekatan semiotika Riffaterre, Penelitian
ini juga diharapkan dapat membantu pembaca dan pendengar musik dalam
memahami lirik lagu grup musik Navicula khususnya dalam album Earthship.
Pada akhimya, penelitian ini memiliki manfaat praktis yang signifikan dalam
konteks akademik penulis, sebagai salah satu syarat penting untuk memperoleh
gelar sarjana.
1.5. Tinjauan Kepustakaan
Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, sejauh ini belum ditemukan
adanya penelitian atau kajian yang membahas lirik lagu grup band Navicula
dalam album Earthship tinjauan Semiotika Riffaterre. Hal tersebut menjadikan
penelitian ini sebagai penelitian pertama yang meneliti makna lirik lagu dalam
album Earthship karya grup musik Navicula, Akan tetapi, peneliti memukan
beberapa penelitian mengenai karya-karya Navicula yang dapat dijadikan peneliti
sebagai rujukkan guna menunjang penelitian.
Beberapa penelitian terkait yang dapat dijadikan sebagai rujukkan di
antaranya:
Skripsi berjudul “Analisis Kritik Sosial dalam Lirik Lagu ‘Mafia Hukum’
Karya Navicula” yang disusun oleh Ahmad Asmuni (2016). Penelitian ini1.6. Landasan Teori
Teori Semiotika
Kata semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semion, yang berarti
tanda. Semiotika merupakan cabang ilmu yang mengkaji tanda-tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan
Proses yang mengatur penggunaan tanda tersebut (Zoest, 1993 dalam
Lantowa, 2017:1). Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang memiliki latar
belakang ilmu linguistik, menyebut ilmu yang ia kembangkan sebagai
semiologi. Sementara itu, Charles Sander Peirce (1839-1914), dengan latar
belakang ilmu filsafat menyebutnya sebagai semiotika. Istilah semiotika dan
semiologi pada dasarnya dapat digunakan untuk merujuk pada ilmu tentang,
tanda-tanda (the science of signs) tanpa adanya perbedaan pengertian yang
signifikan (Budiman, 2011 dalam Lantowa, 2017:1).
Secara umum, semiotika didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji
sistem atau konvensi tanda yang memungkinkan adanya tanda-tanda yang,
memiliki makna. Menurut Nurgiyantoro (2007:40), tanda adalah sesuatu
yang merepresentasikan sesuatu yang lain, dapat berupa _pikiran,
pengalaman, perasaan, gagasan, dan lainnya. Oleh sebab itu, Nurgiyantoro
menegaskan bahwa sesuatu yang berpotensi menjadi tanda sebenanya tidak
terbatas pada bahasa saja, melainkan berbagai hal yang mencakup beragam
unsur dalam kehidupan.
Hal pertama yang penting dan mendasar dalam ranah semiotik adalah
konsep atau pengertian tanda tersebut. Dalam konteks pemahaman tanda,
“4terdapat dua prinsip, yaitu penanda (signifier) atau yang menandai. yang
merupakan bentuk tanda dan pewanda (signified) atau yang ditandai. yang,
merupakan arti tanda (Pradopo, 2017-123) Rerdacarkan hubungan antara
Ppenanda dan petanda, terdapet tiga jens tanda pokok. yaitu ikon, indeks,
dan simbol. Tkon merupwkan tanda yang memiliki hubungan bersifiat
persamaan bertuk alarmiah sntara penanda dan petandanya. Indeks
merupakan tanda yang menunjekkan adanys hubungan alamiah yang
bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat antares anda dan petancanys.
Sedangkan, simbol mengacu pads tanda yang tidal menunjukkan hubungan
alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan tersebut bersifist arbitrer
tau semau-maunya, hubungan berdasarkan konvensi (perjanyian)
‘oleh kesepakatan masyarakat (Pradopo, 2017/1253).
Dalam keilmuan semiotika, selain de Saussure dan Perce, ala Deberape
tokoh tokoh semiotik lain seperti Charies Williame Morris (1901-1979)
yang mengembanghan hehervicurist = SeMUIC® Kemudian yang
mengembangkan tean-teon semiouh modem adalah Roland Barthes (1915
1980), Algindas Greimas (1917- 1992), Yur Lowman (1922- 1993), Christan
Metz (193-1993), Umberoo Boo (1932), dam Julia Kristeva (1941), Lingus
selain de Saussure yang bekerjs dengan semiotics framework adalah Lots
Hijlemslev (1899-1966) dan Roman Jakobson (1896-1982), sedangkankhusus semiotika Puisi dikemukakan oleh Riffaterre dalam bukunya_
Semiotic of Poetry (artikel Santini, dalam Lantowa, 2017-2).
Penelitian ini difokuskan pada rangkaian langkah-langkah dalam
menemukan dan menganalisis tanda-tanda yang, terdapat dalam lirik lagu,
dengan tujuan untuk menguraikan makna yang terkandung di dalamnya.
Penelitian ini menggunakan kerangka teori dan metode pembacaan
semiotika yang dikembangkan oleh Michael Riffaterre. Pendekatan
semiotika Riffaterre difokuskan pada upaya untuk menemukan signifikansi
puisi yang tersampaikan secara implisit atau tidak langsung, sehingga
memerlukan interpretasi pemaknaan melalui semiotika (Lantowa, 2017:8-
9). Pendekatan semiotika tersebut meliputi pembacaan heuristik dan
pembacaan hermeneutik yang dilakukan secara bertahap.
1.6.2. Semiotika Riffaterre
Dalam bukunya yang berjudul Semiotic of Poetry, Riffaterre (1978:1)
memaparkan bahwa penggunaan bahasa pada puisi memiliki karakteristik
yang berbeda dengan penggunaan bahasa pada umumnya, serta
mengekspresikan konsep dan benda secara tidak langsung. Secara
sederhana, puisi mengatakan suatu hal dan memaksudkan hal lain (a poem
says one thing and means another). Dengan demikian, Riffaterre
berpandangan bahwa perbedaan yang tampak secara empiris antara puisi
dengan teks non-puisi dijelaskan sepenuhnya melalui cara suatu teks puitik
membawa makna (dalam Lantowa, 2017: 8).Teori re 7
Sort semiotika Riffaterre merupakan suatu kerangka berpikir yang
melihat karya puisi sebagai wacana kebahasaan yang, mengata
sesuatu
secara tidak langsung atau dengan maksud lain, Dengan perspektif tersebut,
puisi_ mempunyai dua tingkatan makna, yaitu makna referensial yang,
bersifat heterogen, disebut sebagai “arti” dan makna semiotik yang bersifat
homogen, disebut sebagai “makna", yang bersifat tunggal, terpusat, dan
struktural. Proses pemaknaan suatu karya sastra dalam konteks ini
merupakan proses untuk menemukan makna pusat dari puisi, yang oleh
Riffaterre disebut matriks. Kemudian, proses pemaknaan yang mengarah
pada matriks tersebut dapat berakhir pada penemuan suatu teks yang disebut
hipogram (Faruk, 2009:144).
Menurut Riffaterre, makna yang tidak dinyatakan secara langsung di
dalam puisi menjadikannya sukar untuk dipahami. Ada tiga hal yang
menyebabkan ketidaklangsungan dalam pembawaan makna tersebut, yaitu
penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti.
Penggantian arti (displacing of meaning) dalam puisi sering terjadi
melalui penggunaan metafora dan mitonomi. Metafora merupakan bentuk
bahasa kiasan yang menyatakan sesuatu sama atau setara dengan hal lain
yang sebenamya tidak sama. Metafora sering digunakan sebagai istilah yang
merujuk pada bahasa kiasan, seperti perbandingan, personifikasi, sinekdoke,
dan metonomi. Dalam metafora, sesuatu diungkapkan melalui hal lain
sebagai perantara (Taum, 2007:73).Penyimpa :
ter dit tints of meaning) dalam puisi terjadi ketika
lta, fas, dora ksi, dan nonsense di dalamnya. Arti dari kata-
“ mat dalam puisi sering kali dengan sengaja dibuat
menyimpang dari konvensi bahasa sehari-hari (Taum, 2007:73).
Penciptaan arti (creating of meaning) dalam puisi terjadi ketika struktur
teks disusun sedemikian rupa sehingga memunculkan kode-kode makna
yang baru, di luar arti ketatabahasaan. Dengan kata lain, kode-kode sastra
tersebut tidak memiliki makna secara linguistik. Penciptaan arti sastra ini
ditimbulkan oleh simetri (keseimbangan atau kesejajaran arti antarbait atau
antar baris dalam sajak), rima (persamaan bunyi akhir atau persajakan),
enjambemen (pemenggalan kata dalam puisi), dan homologues (ekuivalen-
ekuivalen makna simetrik dan persamaan posisi dalam bait). Homologues
(persamaan posisi) misalnya tampak dalam pantun atau puisi_ yang
menyerupai pantun, Semua tanda di luar aspek kebahasaan tersebut
menciptakan makna baru di luar aspek kebahasaan. Sebagai contoh, makna
jntensitas (pengerasan arti) dan kejelasan yang diciptakan oleh ulangan
bunyi yang paralelisme (Taum, 2007:73).
Berbagai ketidaklangsungan ekspresi ini disebut Riffaterre sebagai
ungramatikalitas. Ungramatikalitas inilah yang mengancam fungsi mimesis
ahasa karya sastra dan menghambat pemahaman terhadap puisi. Oleh
karena itu, Riffaterre mengemukakan pemaknaan bahwa pemaknaan
terhadap puisi tidak hanya melibatkan kompetensi linguistik pembaca, tetapi
juga harus melibatkan kompetensi kesusastraan pembaca. Dalam melibatkankompetensi
'etensi Kesusastraan pembaca ini melalui pembaeaan semiotika yskni
ebacaan heuristikt dan retro
i iE sehingea makna puisi dapat ipsham
tan jlas. Makna dalam itilah Riffaterre adalah signikansi yang berant
Sesuatu yang penting dibicarakan oleh puisi yang tersampaikan secara
implisit yang akan muncul secara eks
melalui pembacaan retroaktif
(Riffaterre, 1978:167 dalam Lantowa, 2017.9),
1.6.2.1. Pembacann Heuristik
Kata heuristik dalam KBBI V diartikan sebagai: 1) berkaitan
dengan formulasi yang biasanya spe
f, berfungsi sebagai panduan
dalam penyelidikan atau pemecahan masalah, 2) berkaitan dengan metode
pendidikan yang pemelajarannya berlangsung melalui penemuan
berdasarkan pencarian siswa atau pengalaman siswa sendiri, 3) seni atau
ilmu yang berhubungan dengan penemuan, dan 4) kajian dan penerapan
‘metode atau prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat
dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian; bersifat heuristik.
Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa pembecean
heuristik merupakan sebuah kajian dan metode atau prosedur analitis,
berupa spekulasi atau penemuan atas sesuatu yang dibaca untuk
memecahkan masalah, Masalah dalam artian pemberian makna terhadap
kata (apa yang dibaca) dengan perkiraan yang tepat, Secara garis besar,
dalam usaha untuk menafsirkan atau memaknai sesuatu (puisi) diperlukan
perkiraan yang tepat berdasarkan pencarian atau pengalaman pembaca
49setiap pembaca puisi. Tana
'P pembacaan ini bergerak dari awal hingea
‘skit teks, dari atas ke bawah halaman, dan mengikut pembentangat
sintagmatik. Masukan
Nagmatik. Masukan bagi pembacaan tahap ini adalah kompetensi
Jinguisti
'guistik pembaca yang meliputi asumsi bahwa bahasa bersifatreferensial
(Setiap kata memiliki acuannya); me
juga kemampuan pembaca
untuk menangkap Ketidaksesusian antarkata yang berupa_deviasi
‘gramatikal (menangkap ketidakgramatikalan), kemampuan_ menangkap
bbahwa sebuah kata atau frasa tidak dapat dipahami secara literal dan hanya
bisa dipahami jika dilakukan sebuah transformasi_semar
;; misalnya
dengan membaca sebuah kata atau frasa sebagai sebuah metafora atau
metonomia. Masukan pembaca pada tahap ini terjadi hanya karena teks
bersifat ungramatikal. Dengan kata lain, kompetens
ing
ik pembaca
memungkinkan pembaca untuk mempersepsi__ungramatikalitas-
ungramatikalitas yang ada dalam teks puisi yang diteliti (Lantowa, 2017:9-
10).
1.6.2.2, Pembacaan Hermeneutik
Pada tahap pembacaan heuristik, pembaca sering menghadapi
berbagai hambatan dalam rangkaian tindskan pemaknaan_sehinggs
hambatan-hambatan tersebut harus diatasi dengan pembacaan berikutnya,
yaitu tahap pembacaan hermeneutik, Dalam kerangks analisis semiotika
Riffaterre, pembacaan hermeneutik didefenisikan sebagai suatu
20pembacaan ak
yang. dilakukan
mi "8 ilakukan secara retroaktif yang berada dalam suatu
facuan yang dikenal sebagai sastra (Faruk, 2009:
we "agai konvensi sastra (Faruk, 2009: 148).
‘Mfaterre menjelaskan bahwa pembacaan retroaktit melibatkan
ompetensi k
susastraan_pembaca
Pembaca.yakr a8 pembaca. dengan
logi masyarakat, dan terutama
ada gap-gap yang Kosong seperti
deskripsi_ yan,
ipsi_yang tidak komplit, alusi-alusi, atau kutipan-kutipan, maka
Kompetensi kesusastraan pembaca yang akan merespon secara tepat dan
melengkapi atau me
ekapi atau mengisinya dengan model hipogram. Pada tahap ini,
pembaca mer teks dengan teliti, merujuk pada pemahaman yang
diperoleh melalui tahap pembacaan pertama, kemudian melakukan
‘modifikasi atas pemahaman tersebut berdasarkan apa yang dipahami
dalam tahap pembacaan kedua, Pembacaan hermeneutik dilakukan secara
‘menyeluruh dari awal hingga akhir teks, melakukan peninjauan, merevisi,
dan komparasi hingga menemukan invariant atau matriks yang juga
mengarah kepada signifikansi antowa, 2017:10).
skan bahwa dalam tahap pembacaan
Riffaterre (1978:5-6) menj
retroaktif, pembaca menerapkan dekoding struktural karena teks pada
dasarnya merupakan variasi dari suatu struktur dan hubungan antara
varian-variannya yang —kemudian -membentuk Kesatuan_— makna
(signifikansi). Dampak yang maksimal dari pembacaan retroaktif sebagat
generator sistem pemaknaan ditemukan pada bagian akhir teks. Aninya,
teks harus dilihat secara utuh dan menyeluruh, bukan secara terpisah ataubagian per bagian. Pada 4 bed:
Per bagian. Pada titik ini, semakin tampak pert ks
laan antara teks
sebagai
Ser suatu kesatuan struktur “unit signifikansi”
(unit of significance),
Sedangkan satuan linguistik berupa kata-kata, fir
“kata, fras:
. a, setra kalimat yang,
mem
entuk teks merupakan “unit-unit arti (unit
of meaning) (Lantowa,
2017:11),
Pada pri
Proses pembacaan hermeneutik atau retroaktif, terdapat
konse] i
'P matriks, model, dan varian-varian, Karya sastra merupakan hasil
‘ransformasi dari matriks yang merujuk pada sebuah kalimat minimal yang
harfiah. Matriks pada dasarnya bersifat hipotesis hanya terlihat sebagai
aktualisasi kata-kata di dalam struktur teks. Matriks bisa berupa sebuah
kata dan dalam hal ini tidak muncul secara eksplisit di dalam teks, Matriks
Selalu diaktualisasikan dalam bentuk varian-varian, Varian-varian tersebut
diatur oleh aktualisasi primer atau pertama, yang disebut sebagai model.
Matriks, model dan teks merupakan varian-varian dari struktur yang sama
(Riffaterra, 1978 dalam Lantowa, 2017:17).
Riffaterre (1978:13) mengibaratkan signifikansi teks berbentuk
seperti donat. Lubang di bagian tengah memiliki peran sebagai penopang
keseluruhan daging donat. Lubang ini adalah bagian kosong, tidak hadir
namun menentukan identifikasi apakah sebuah kue patut disebut sebagai
donat ataukah bukan. Lubang itulah yang dianalogikan sebagai matriks,
baik matriks dari sebagai hipogram maupun matriks yang mengatur
hipogram, sedangkan daging donat adalah keseluruhan makna teks
(Lantowa, 2017:18).
22Hipogr:
gram berupa Potensial dan aktual
Merupakan
akan segala_bentuk implikasi dari makna
Prasuposisi,
Hipogram _potensial
Kebahasaan barupa
sist i
em deskriptif, konotasi, yang sudah dianggap umum.
Hipogram aktual merupakan teks aktual
yang dapat dilihat dalam teks
sebelumnya (Riffaterre, 1978:23), Hipogram dapat dihasilkan dari
‘wnekapan-ungkapan, klise, kutipan dari teks-teks lain, atau sebuah sistem
deskriptif (Riffaterre, 1978; 63), Hipogram merupakan suatu lanskap tak
bemyawa yang mengacu kepada realitas lain, (Riffaterre, 1978:12) dan
Pembaca harus merumuskan senditi keberadaannya (Riffaterre, 1978: 94).
Dengan demikian, ketika pembaca bethasil mengidentifikasi_interteks,
maka intertekstualitas akan terlihat secara eksplisit (Riffaterre, 1978:137).
Maksudnya, ketika pembaca bethasil menemukan adanya teks lain di
dalam teks yang dibaca, kemudian melakukan perbandingan dan
mengontraskan keduanya sehingga dapat mengetahui hubungannya, maka
pembaca akan lebih mudah mengungkap makna atau signifikansi teks
(Lantowa, 2017:15-16).
1.7. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif dilakukan dengan mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap
interaksi konsep-konsep yang sedang dikaji secara empiris, bukan pada
pengumpulan data berupa angka-angka (Semi, 2012:28). Penelitian ini dilakukan
dengan mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap karya yang diteliti agar
23hasil_ yang dicapai_ bersifat kualitatif.. Setar
njutnya, sejalan den; a
opin gan pandangan
RC. dan $.K. Bil
iklen (1982), mengatakan bahwa penelitian kualitatif
bersifat deskriptif. ‘pti
PUL Deskriptif dalam penelitian kualitatif artinya data diuraikan
dalam bentuk kata- i
kata-kata atau narasi dan representasi visual atau gambar-gambar,
bukan dalam bentuk a
nluk angka-angka. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif
ini berpand:
Npandengan bahwa semua hal yang berupa sistem tanda memiliki nilai
ti di i i
Penting dan saling mempengaruhi serta berkaitan antara satu dengan yang lain
(dalam Semi, 2012:30-31),
Tahap analisis data dalam penelitian ini mengikuti teori dan metode
Pembacaan yang dikemukakan oleh Michael Riffaterre. Tahap pertama
merupakan analisis melalui pembacaan heuristik. Pembacaan heuristik melibatkan
kemampuan linguistik sesuai dengan kaidah kebahasaan. Tahap pembacaan
heuristik berlangsung dari awal hingga akhir teks, dari atas ke bawah halaman,
serta mengikuti pembentangan sintagmatik. Tahap i
bertumpu pada kompetensi
linguistik pembaca dengan asumsi bahwa bahasa bersifat referensial atau setiap
kata memiliki acuannya (Lantowa, 2017:9-10). Hasil dari pembacaan heuristik
memungkinkan untuk mempersepsikan ungramatikalitas-ungramatikalitas yang
terdapat dalam teks lirik lagu yang diteliti dan menjadi modal awal dalam tahap
pembacaan hermeneutik.
Tahap analisis dilanjutkan dengan pembacaan hermeneutik. Pembacaan
hermeneutik bersifat retroaktif yang melibatkan kemampuan kesusastraan dalam
menginterpretasikan makna. Tahap pembacaan hermeneutik mengandalkan
pengalaman pembaca terkait sistem deskripsi, tama-tema, mitologi masyarakat,
24dan terutama kaitanny pem|
‘Ya atau referensi dari teks-teks lain, Dal
" - Dalar s
hermeneutik, dilakukan peninjauan, rev; a
+ revi
dan komparasi atau perbandingan
hingga menemukan invari
Mvarian atau matriks yang mengarah kepada makna lirik
1a liril
Tahap _ penyaji . 7
iP Penyajian hasil analisis dilakukan dengan penyusunan _hasil
pembacaan dan analisi ee
alisis secara deskriptif. Hasil analisis tersebut disajikan dalam
bentuk _ narasi 7
asi atau uraian —kata-kata_—_secara objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
1.8. Populasi dan Sampel
Penelitian ini menjadikan seluruh lagu dalam album Earthship karya grup
musik Navicula sebagai populasi penelitian. Dalam album Earthship terdapat
sepuluh lagu beserta lirik di setiap lagunya. Terdapat sembilan lagu dengan lirik
Bahasa Indonesia dan satu lagu lirik bahasa Inggris berjudul “Emily”. Penelitian
ini menjadikan empat teks litik lagu sebagai sampel penelitian yang selanjutnya
dianalisis menggunakan teori semiotika Riffaterre. Keempat lirik lagu tersebut
yaitu, “Biarlah Malaikat”, “Ibu”, “Dagelan Penipu Rakyat”, dan “Lagu Sampah”.
1.9, Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk skripsi
yang terdiri atas bab-bab sebagai berikut.
25Bab I: Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
Penelitian, manfaat Penelitian, tinjauan kepustakaan, landasan teori,
metode penelitian, populasi dan sampel, serta sistematika penulisan.
Bab Il: Pembacaan_heuristik lirik lagu album Earthship karya grup musik
Navicula.
Bab III: Pembacaan hermeneutik lirik lagu album Earthship karya grup musik
Navicula.
Bab IV: Penutup, terdiri atas simpulan atas analisis yang dilakukan beserta saran.