Anda di halaman 1dari 19
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Musik merupakan salah satu produk kebudayaan dari peradaban manusia yang tidak lekang oleh waktu dan terus berevolusi hingga dewasa ini. Kemajuan teknologi membuat musik dapat dinikmati oleh semua orang, tanpa batasan waktu dan tempat. Hal tersebut menjadikan musik sebagai salah satu karya seni yang paling dekat dengan manusia. Kedekatan tersebut tidak dapat dipungkiri, mengingat musik terdengar hampir di setiap tempat dan kesempatan. Ada bermacam alasan seseorang mendengarkan musik, mulai dari mengisi waktu luang, mendampingi berbagai aktifitas, hingga menghilangkan stres. Menurut Nasution, musik merupakan bunyi yang didengarkan memiliki nada tersenditi sehingga menghasilkan suatu bunyi yang enak didengarkan (Nasution, 2016:13). Musik kerap dihubungkan dengan Perasaan manusia dalam kehidupan_ sehari-hari. Di satu sisi, musik dipandang sebagai sarana dalam mengungkapkan suatu perasaan, Namun di sisi lain, musik dianggap mampu menggugah perasaan_ pendengarnya. Oleh karena kedekatan musik dengan kehidupan manusia, kajian mengenai musik sering kali terkait dengan kajian tentang perilaku manusia (Sloboda & O'Neill, dalam Djohan, 2020:39). Di Indonesia, musik telah mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa. Musik modern menjadi salah satu musik yang disukai oleh semua kalangan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena musik modern merupakan musik yang paling dekat dengan tumbuh-kembang masyarakat dewasa ini, Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaruh globalisasi turut andil dalam mendorong perkembangannya. Secara umum, musik modem adalah musik yang mendapatkan sentuhan instrumen dan teknologi yang belum ada dalam masyarakat adat. Musik modern menggunakan komposisi seperti tanga nada, notasi dan instrumen musik lainnya. Dalam konteks ini, terdapat berbagai macam aliran atau genre musik modem yang ada dan terus berkembang di Indonesia, salah satunya aliran musik rock. Berdasarkan yang termuat dalam Wikipedia, musik rock merupakan genre musik yang luas dalam musik popular. Musik rock berasal dari genre musik rock and roll pada akhir 1940-an dan awal 1950-an di Amerika Serikat dan berkembang menjadi bermacam genre berbeda pada tahun 1960-an, terutama Amerika Serikat dan Ingeris. Pada dasamya, musik rock adalah genre musik berbasis lagu dengan ketukan 4/4 dalam bentuk verse-chorus, dengan pengembangan yang beragam. Lirik lagu rock pada umumnya memiliki tema cinta dan romantis, namun juga mengangkat berbagai tema bersifat sosial dan politik. Dalam sebuah musik, lirik menjadi salah satu unsur penting yang membangunnya, Musik yang meletakkan unsur lirik berupa nyanyian biasanya disebut sebagai lagu. Ketika musik dipandang sebagai sarana berkomunikasi, lirik memiliki peranan penting dalam menyampaikan pesan yang dibawanya kepada pendengar, Menurut Semi (1984:95), lirik merupakan puist pendek yang mengapresiasikan emosi Lirik lagu memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, gagasan, serta pengalaman sosial pengarangnya. Ketika sebuah musik dengan komposisi nada, ritme, dan harmoni memunculkan suatu perasaan, lirik lagu mengarahkan perasaan tersebut pada suatu suasana dan gambaran imajinasi tertentu. Menurut Waluyo, lirik lagu dapat dilihat sebagai salah satu karya seni tertulis yang bentuknya mirip dengan puisi. Bahasa yang terdapat dalam lirik lagu telah dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu serta pemilihan kata-kata kias dan imajinatif (Waluyo, 2002:1). Jan Van Luxemburg (1989) beranggapan bahwa lirik lagu dapat dilihat sebagai puisi, begitu pula sebaliknya. Defenisi teks-teks puisi tidak terbatas pada jenis-jenis sastra saja, tetapi mencakup ungkapan yang bersifat iklan, pepatah, semboyan, doa-doa, dan juga lirik lagu pop. Puisi dan musik merupakan karya seni yang berbeda wujudnya. Akan tetapi, keduanya berada dalam suatu ruang yang sama, yaitu bunyi. Puisi menciptakan bunyi dengan kata-kata, sedangkan musik menciptakan bunyi dengan alat musik maupun vokal dan keduanya menghasilkan bunyi. Tidak dilisankan pun puisi sudah “berbunyi” dalam hati atau dalam kepala pembaca. Menurut Sapardi Djoko Damono, dalam salah satu bukunya membicarakan “puisi sebagai bunyi”. Dalam bagian tersebut dikatakan bahwa sebelum adanya kebiasaan menuangkan pikiran dan perasaan melalui tulisan, puisi dan dongeng telahh diciptakan dan dinikmati secara lisan. Dalam perkembangan kesusastraan, puisi yang diciptakan akan dilisankan juga (Damono, 2016:17). Berdasarkan i Pemaparan di atas, maka penelitian ini berjudul “Makna Lirik Lagu dal i gu dalam Album Earthship Karya Grup Musik Navicula; Tinjauan Semioti - » ar emiotika Riffaterre”. Penelitian ini diajukan untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam lirik-I ik lagu album Earthship dengan pendekatan teori semiotika Riffaterre. Pemaknaan tehadap lirik lagu dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama berupa pembacaan heuristik dan tahap kedua berupa pebacaan hermeneutik. 1.2, Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: 1.2.1 Apa makna lirik lagu dalam album Earthship karya grup musik Navicula? 1.3. Tujuan Pelelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.3.1 Mendeskripsikan dan menjelaskan makna lirik lagu dalam album Earthship karya grup musik Navicula. 1.4, Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam kajian sastra, khususnya dalam hal teort dan pendekatan dalam penelitian terkait lirik lagu. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi “i: referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya, khususnya penelitian mengenai makna litik lagu, Sclanjutnya, secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang ilmu sastra maupun pemahaman ‘erhadap lirik lagu, khususnya dengan pendekatan semiotika Riffaterre, Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pembaca dan pendengar musik dalam memahami lirik lagu grup musik Navicula khususnya dalam album Earthship. Pada akhimya, penelitian ini memiliki manfaat praktis yang signifikan dalam konteks akademik penulis, sebagai salah satu syarat penting untuk memperoleh gelar sarjana. 1.5. Tinjauan Kepustakaan Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, sejauh ini belum ditemukan adanya penelitian atau kajian yang membahas lirik lagu grup band Navicula dalam album Earthship tinjauan Semiotika Riffaterre. Hal tersebut menjadikan penelitian ini sebagai penelitian pertama yang meneliti makna lirik lagu dalam album Earthship karya grup musik Navicula, Akan tetapi, peneliti memukan beberapa penelitian mengenai karya-karya Navicula yang dapat dijadikan peneliti sebagai rujukkan guna menunjang penelitian. Beberapa penelitian terkait yang dapat dijadikan sebagai rujukkan di antaranya: Skripsi berjudul “Analisis Kritik Sosial dalam Lirik Lagu ‘Mafia Hukum’ Karya Navicula” yang disusun oleh Ahmad Asmuni (2016). Penelitian ini 1.6. Landasan Teori Teori Semiotika Kata semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semion, yang berarti tanda. Semiotika merupakan cabang ilmu yang mengkaji tanda-tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan Proses yang mengatur penggunaan tanda tersebut (Zoest, 1993 dalam Lantowa, 2017:1). Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang memiliki latar belakang ilmu linguistik, menyebut ilmu yang ia kembangkan sebagai semiologi. Sementara itu, Charles Sander Peirce (1839-1914), dengan latar belakang ilmu filsafat menyebutnya sebagai semiotika. Istilah semiotika dan semiologi pada dasarnya dapat digunakan untuk merujuk pada ilmu tentang, tanda-tanda (the science of signs) tanpa adanya perbedaan pengertian yang signifikan (Budiman, 2011 dalam Lantowa, 2017:1). Secara umum, semiotika didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji sistem atau konvensi tanda yang memungkinkan adanya tanda-tanda yang, memiliki makna. Menurut Nurgiyantoro (2007:40), tanda adalah sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain, dapat berupa _pikiran, pengalaman, perasaan, gagasan, dan lainnya. Oleh sebab itu, Nurgiyantoro menegaskan bahwa sesuatu yang berpotensi menjadi tanda sebenanya tidak terbatas pada bahasa saja, melainkan berbagai hal yang mencakup beragam unsur dalam kehidupan. Hal pertama yang penting dan mendasar dalam ranah semiotik adalah konsep atau pengertian tanda tersebut. Dalam konteks pemahaman tanda, “4 terdapat dua prinsip, yaitu penanda (signifier) atau yang menandai. yang merupakan bentuk tanda dan pewanda (signified) atau yang ditandai. yang, merupakan arti tanda (Pradopo, 2017-123) Rerdacarkan hubungan antara Ppenanda dan petanda, terdapet tiga jens tanda pokok. yaitu ikon, indeks, dan simbol. Tkon merupwkan tanda yang memiliki hubungan bersifiat persamaan bertuk alarmiah sntara penanda dan petandanya. Indeks merupakan tanda yang menunjekkan adanys hubungan alamiah yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat antares anda dan petancanys. Sedangkan, simbol mengacu pads tanda yang tidal menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan tersebut bersifist arbitrer tau semau-maunya, hubungan berdasarkan konvensi (perjanyian) ‘oleh kesepakatan masyarakat (Pradopo, 2017/1253). Dalam keilmuan semiotika, selain de Saussure dan Perce, ala Deberape tokoh tokoh semiotik lain seperti Charies Williame Morris (1901-1979) yang mengembanghan hehervicurist = SeMUIC® Kemudian yang mengembangkan tean-teon semiouh modem adalah Roland Barthes (1915 1980), Algindas Greimas (1917- 1992), Yur Lowman (1922- 1993), Christan Metz (193-1993), Umberoo Boo (1932), dam Julia Kristeva (1941), Lingus selain de Saussure yang bekerjs dengan semiotics framework adalah Lots Hijlemslev (1899-1966) dan Roman Jakobson (1896-1982), sedangkan khusus semiotika Puisi dikemukakan oleh Riffaterre dalam bukunya_ Semiotic of Poetry (artikel Santini, dalam Lantowa, 2017-2). Penelitian ini difokuskan pada rangkaian langkah-langkah dalam menemukan dan menganalisis tanda-tanda yang, terdapat dalam lirik lagu, dengan tujuan untuk menguraikan makna yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini menggunakan kerangka teori dan metode pembacaan semiotika yang dikembangkan oleh Michael Riffaterre. Pendekatan semiotika Riffaterre difokuskan pada upaya untuk menemukan signifikansi puisi yang tersampaikan secara implisit atau tidak langsung, sehingga memerlukan interpretasi pemaknaan melalui semiotika (Lantowa, 2017:8- 9). Pendekatan semiotika tersebut meliputi pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik yang dilakukan secara bertahap. 1.6.2. Semiotika Riffaterre Dalam bukunya yang berjudul Semiotic of Poetry, Riffaterre (1978:1) memaparkan bahwa penggunaan bahasa pada puisi memiliki karakteristik yang berbeda dengan penggunaan bahasa pada umumnya, serta mengekspresikan konsep dan benda secara tidak langsung. Secara sederhana, puisi mengatakan suatu hal dan memaksudkan hal lain (a poem says one thing and means another). Dengan demikian, Riffaterre berpandangan bahwa perbedaan yang tampak secara empiris antara puisi dengan teks non-puisi dijelaskan sepenuhnya melalui cara suatu teks puitik membawa makna (dalam Lantowa, 2017: 8). Teori re 7 Sort semiotika Riffaterre merupakan suatu kerangka berpikir yang melihat karya puisi sebagai wacana kebahasaan yang, mengata sesuatu secara tidak langsung atau dengan maksud lain, Dengan perspektif tersebut, puisi_ mempunyai dua tingkatan makna, yaitu makna referensial yang, bersifat heterogen, disebut sebagai “arti” dan makna semiotik yang bersifat homogen, disebut sebagai “makna", yang bersifat tunggal, terpusat, dan struktural. Proses pemaknaan suatu karya sastra dalam konteks ini merupakan proses untuk menemukan makna pusat dari puisi, yang oleh Riffaterre disebut matriks. Kemudian, proses pemaknaan yang mengarah pada matriks tersebut dapat berakhir pada penemuan suatu teks yang disebut hipogram (Faruk, 2009:144). Menurut Riffaterre, makna yang tidak dinyatakan secara langsung di dalam puisi menjadikannya sukar untuk dipahami. Ada tiga hal yang menyebabkan ketidaklangsungan dalam pembawaan makna tersebut, yaitu penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Penggantian arti (displacing of meaning) dalam puisi sering terjadi melalui penggunaan metafora dan mitonomi. Metafora merupakan bentuk bahasa kiasan yang menyatakan sesuatu sama atau setara dengan hal lain yang sebenamya tidak sama. Metafora sering digunakan sebagai istilah yang merujuk pada bahasa kiasan, seperti perbandingan, personifikasi, sinekdoke, dan metonomi. Dalam metafora, sesuatu diungkapkan melalui hal lain sebagai perantara (Taum, 2007:73). Penyimpa : ter dit tints of meaning) dalam puisi terjadi ketika lta, fas, dora ksi, dan nonsense di dalamnya. Arti dari kata- “ mat dalam puisi sering kali dengan sengaja dibuat menyimpang dari konvensi bahasa sehari-hari (Taum, 2007:73). Penciptaan arti (creating of meaning) dalam puisi terjadi ketika struktur teks disusun sedemikian rupa sehingga memunculkan kode-kode makna yang baru, di luar arti ketatabahasaan. Dengan kata lain, kode-kode sastra tersebut tidak memiliki makna secara linguistik. Penciptaan arti sastra ini ditimbulkan oleh simetri (keseimbangan atau kesejajaran arti antarbait atau antar baris dalam sajak), rima (persamaan bunyi akhir atau persajakan), enjambemen (pemenggalan kata dalam puisi), dan homologues (ekuivalen- ekuivalen makna simetrik dan persamaan posisi dalam bait). Homologues (persamaan posisi) misalnya tampak dalam pantun atau puisi_ yang menyerupai pantun, Semua tanda di luar aspek kebahasaan tersebut menciptakan makna baru di luar aspek kebahasaan. Sebagai contoh, makna jntensitas (pengerasan arti) dan kejelasan yang diciptakan oleh ulangan bunyi yang paralelisme (Taum, 2007:73). Berbagai ketidaklangsungan ekspresi ini disebut Riffaterre sebagai ungramatikalitas. Ungramatikalitas inilah yang mengancam fungsi mimesis ahasa karya sastra dan menghambat pemahaman terhadap puisi. Oleh karena itu, Riffaterre mengemukakan pemaknaan bahwa pemaknaan terhadap puisi tidak hanya melibatkan kompetensi linguistik pembaca, tetapi juga harus melibatkan kompetensi kesusastraan pembaca. Dalam melibatkan kompetensi 'etensi Kesusastraan pembaca ini melalui pembaeaan semiotika yskni ebacaan heuristikt dan retro i iE sehingea makna puisi dapat ipsham tan jlas. Makna dalam itilah Riffaterre adalah signikansi yang berant Sesuatu yang penting dibicarakan oleh puisi yang tersampaikan secara implisit yang akan muncul secara eks melalui pembacaan retroaktif (Riffaterre, 1978:167 dalam Lantowa, 2017.9), 1.6.2.1. Pembacann Heuristik Kata heuristik dalam KBBI V diartikan sebagai: 1) berkaitan dengan formulasi yang biasanya spe f, berfungsi sebagai panduan dalam penyelidikan atau pemecahan masalah, 2) berkaitan dengan metode pendidikan yang pemelajarannya berlangsung melalui penemuan berdasarkan pencarian siswa atau pengalaman siswa sendiri, 3) seni atau ilmu yang berhubungan dengan penemuan, dan 4) kajian dan penerapan ‘metode atau prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian; bersifat heuristik. Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa pembecean heuristik merupakan sebuah kajian dan metode atau prosedur analitis, berupa spekulasi atau penemuan atas sesuatu yang dibaca untuk memecahkan masalah, Masalah dalam artian pemberian makna terhadap kata (apa yang dibaca) dengan perkiraan yang tepat, Secara garis besar, dalam usaha untuk menafsirkan atau memaknai sesuatu (puisi) diperlukan perkiraan yang tepat berdasarkan pencarian atau pengalaman pembaca 49 setiap pembaca puisi. Tana 'P pembacaan ini bergerak dari awal hingea ‘skit teks, dari atas ke bawah halaman, dan mengikut pembentangat sintagmatik. Masukan Nagmatik. Masukan bagi pembacaan tahap ini adalah kompetensi Jinguisti 'guistik pembaca yang meliputi asumsi bahwa bahasa bersifatreferensial (Setiap kata memiliki acuannya); me juga kemampuan pembaca untuk menangkap Ketidaksesusian antarkata yang berupa_deviasi ‘gramatikal (menangkap ketidakgramatikalan), kemampuan_ menangkap bbahwa sebuah kata atau frasa tidak dapat dipahami secara literal dan hanya bisa dipahami jika dilakukan sebuah transformasi_semar ;; misalnya dengan membaca sebuah kata atau frasa sebagai sebuah metafora atau metonomia. Masukan pembaca pada tahap ini terjadi hanya karena teks bersifat ungramatikal. Dengan kata lain, kompetens ing ik pembaca memungkinkan pembaca untuk mempersepsi__ungramatikalitas- ungramatikalitas yang ada dalam teks puisi yang diteliti (Lantowa, 2017:9- 10). 1.6.2.2, Pembacaan Hermeneutik Pada tahap pembacaan heuristik, pembaca sering menghadapi berbagai hambatan dalam rangkaian tindskan pemaknaan_sehinggs hambatan-hambatan tersebut harus diatasi dengan pembacaan berikutnya, yaitu tahap pembacaan hermeneutik, Dalam kerangks analisis semiotika Riffaterre, pembacaan hermeneutik didefenisikan sebagai suatu 20 pembacaan ak yang. dilakukan mi "8 ilakukan secara retroaktif yang berada dalam suatu facuan yang dikenal sebagai sastra (Faruk, 2009: we "agai konvensi sastra (Faruk, 2009: 148). ‘Mfaterre menjelaskan bahwa pembacaan retroaktit melibatkan ompetensi k susastraan_pembaca Pembaca.yakr a8 pembaca. dengan logi masyarakat, dan terutama ada gap-gap yang Kosong seperti deskripsi_ yan, ipsi_yang tidak komplit, alusi-alusi, atau kutipan-kutipan, maka Kompetensi kesusastraan pembaca yang akan merespon secara tepat dan melengkapi atau me ekapi atau mengisinya dengan model hipogram. Pada tahap ini, pembaca mer teks dengan teliti, merujuk pada pemahaman yang diperoleh melalui tahap pembacaan pertama, kemudian melakukan ‘modifikasi atas pemahaman tersebut berdasarkan apa yang dipahami dalam tahap pembacaan kedua, Pembacaan hermeneutik dilakukan secara ‘menyeluruh dari awal hingga akhir teks, melakukan peninjauan, merevisi, dan komparasi hingga menemukan invariant atau matriks yang juga mengarah kepada signifikansi antowa, 2017:10). skan bahwa dalam tahap pembacaan Riffaterre (1978:5-6) menj retroaktif, pembaca menerapkan dekoding struktural karena teks pada dasarnya merupakan variasi dari suatu struktur dan hubungan antara varian-variannya yang —kemudian -membentuk Kesatuan_— makna (signifikansi). Dampak yang maksimal dari pembacaan retroaktif sebagat generator sistem pemaknaan ditemukan pada bagian akhir teks. Aninya, teks harus dilihat secara utuh dan menyeluruh, bukan secara terpisah atau bagian per bagian. Pada 4 bed: Per bagian. Pada titik ini, semakin tampak pert ks laan antara teks sebagai Ser suatu kesatuan struktur “unit signifikansi” (unit of significance), Sedangkan satuan linguistik berupa kata-kata, fir “kata, fras: . a, setra kalimat yang, mem entuk teks merupakan “unit-unit arti (unit of meaning) (Lantowa, 2017:11), Pada pri Proses pembacaan hermeneutik atau retroaktif, terdapat konse] i 'P matriks, model, dan varian-varian, Karya sastra merupakan hasil ‘ransformasi dari matriks yang merujuk pada sebuah kalimat minimal yang harfiah. Matriks pada dasarnya bersifat hipotesis hanya terlihat sebagai aktualisasi kata-kata di dalam struktur teks. Matriks bisa berupa sebuah kata dan dalam hal ini tidak muncul secara eksplisit di dalam teks, Matriks Selalu diaktualisasikan dalam bentuk varian-varian, Varian-varian tersebut diatur oleh aktualisasi primer atau pertama, yang disebut sebagai model. Matriks, model dan teks merupakan varian-varian dari struktur yang sama (Riffaterra, 1978 dalam Lantowa, 2017:17). Riffaterre (1978:13) mengibaratkan signifikansi teks berbentuk seperti donat. Lubang di bagian tengah memiliki peran sebagai penopang keseluruhan daging donat. Lubang ini adalah bagian kosong, tidak hadir namun menentukan identifikasi apakah sebuah kue patut disebut sebagai donat ataukah bukan. Lubang itulah yang dianalogikan sebagai matriks, baik matriks dari sebagai hipogram maupun matriks yang mengatur hipogram, sedangkan daging donat adalah keseluruhan makna teks (Lantowa, 2017:18). 22 Hipogr: gram berupa Potensial dan aktual Merupakan akan segala_bentuk implikasi dari makna Prasuposisi, Hipogram _potensial Kebahasaan barupa sist i em deskriptif, konotasi, yang sudah dianggap umum. Hipogram aktual merupakan teks aktual yang dapat dilihat dalam teks sebelumnya (Riffaterre, 1978:23), Hipogram dapat dihasilkan dari ‘wnekapan-ungkapan, klise, kutipan dari teks-teks lain, atau sebuah sistem deskriptif (Riffaterre, 1978; 63), Hipogram merupakan suatu lanskap tak bemyawa yang mengacu kepada realitas lain, (Riffaterre, 1978:12) dan Pembaca harus merumuskan senditi keberadaannya (Riffaterre, 1978: 94). Dengan demikian, ketika pembaca bethasil mengidentifikasi_interteks, maka intertekstualitas akan terlihat secara eksplisit (Riffaterre, 1978:137). Maksudnya, ketika pembaca bethasil menemukan adanya teks lain di dalam teks yang dibaca, kemudian melakukan perbandingan dan mengontraskan keduanya sehingga dapat mengetahui hubungannya, maka pembaca akan lebih mudah mengungkap makna atau signifikansi teks (Lantowa, 2017:15-16). 1.7. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi konsep-konsep yang sedang dikaji secara empiris, bukan pada pengumpulan data berupa angka-angka (Semi, 2012:28). Penelitian ini dilakukan dengan mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap karya yang diteliti agar 23 hasil_ yang dicapai_ bersifat kualitatif.. Setar njutnya, sejalan den; a opin gan pandangan RC. dan $.K. Bil iklen (1982), mengatakan bahwa penelitian kualitatif bersifat deskriptif. ‘pti PUL Deskriptif dalam penelitian kualitatif artinya data diuraikan dalam bentuk kata- i kata-kata atau narasi dan representasi visual atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk a nluk angka-angka. Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpand: Npandengan bahwa semua hal yang berupa sistem tanda memiliki nilai ti di i i Penting dan saling mempengaruhi serta berkaitan antara satu dengan yang lain (dalam Semi, 2012:30-31), Tahap analisis data dalam penelitian ini mengikuti teori dan metode Pembacaan yang dikemukakan oleh Michael Riffaterre. Tahap pertama merupakan analisis melalui pembacaan heuristik. Pembacaan heuristik melibatkan kemampuan linguistik sesuai dengan kaidah kebahasaan. Tahap pembacaan heuristik berlangsung dari awal hingga akhir teks, dari atas ke bawah halaman, serta mengikuti pembentangan sintagmatik. Tahap i bertumpu pada kompetensi linguistik pembaca dengan asumsi bahwa bahasa bersifat referensial atau setiap kata memiliki acuannya (Lantowa, 2017:9-10). Hasil dari pembacaan heuristik memungkinkan untuk mempersepsikan ungramatikalitas-ungramatikalitas yang terdapat dalam teks lirik lagu yang diteliti dan menjadi modal awal dalam tahap pembacaan hermeneutik. Tahap analisis dilanjutkan dengan pembacaan hermeneutik. Pembacaan hermeneutik bersifat retroaktif yang melibatkan kemampuan kesusastraan dalam menginterpretasikan makna. Tahap pembacaan hermeneutik mengandalkan pengalaman pembaca terkait sistem deskripsi, tama-tema, mitologi masyarakat, 24 dan terutama kaitanny pem| ‘Ya atau referensi dari teks-teks lain, Dal " - Dalar s hermeneutik, dilakukan peninjauan, rev; a + revi dan komparasi atau perbandingan hingga menemukan invari Mvarian atau matriks yang mengarah kepada makna lirik 1a liril Tahap _ penyaji . 7 iP Penyajian hasil analisis dilakukan dengan penyusunan _hasil pembacaan dan analisi ee alisis secara deskriptif. Hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk _ narasi 7 asi atau uraian —kata-kata_—_secara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. 1.8. Populasi dan Sampel Penelitian ini menjadikan seluruh lagu dalam album Earthship karya grup musik Navicula sebagai populasi penelitian. Dalam album Earthship terdapat sepuluh lagu beserta lirik di setiap lagunya. Terdapat sembilan lagu dengan lirik Bahasa Indonesia dan satu lagu lirik bahasa Inggris berjudul “Emily”. Penelitian ini menjadikan empat teks litik lagu sebagai sampel penelitian yang selanjutnya dianalisis menggunakan teori semiotika Riffaterre. Keempat lirik lagu tersebut yaitu, “Biarlah Malaikat”, “Ibu”, “Dagelan Penipu Rakyat”, dan “Lagu Sampah”. 1.9, Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk skripsi yang terdiri atas bab-bab sebagai berikut. 25 Bab I: Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan Penelitian, manfaat Penelitian, tinjauan kepustakaan, landasan teori, metode penelitian, populasi dan sampel, serta sistematika penulisan. Bab Il: Pembacaan_heuristik lirik lagu album Earthship karya grup musik Navicula. Bab III: Pembacaan hermeneutik lirik lagu album Earthship karya grup musik Navicula. Bab IV: Penutup, terdiri atas simpulan atas analisis yang dilakukan beserta saran.

Anda mungkin juga menyukai