Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA

PADA NY. D USIA 24 TAHUN P1A0 AKSEPTOR KB JENIS PIL

DI PUSKESMAS GRABAG I

Disusun oleh :

KHAERUNISSA INDRIA

P1337424220091

DANDELION

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEBIDANAN MAGELANG

TAHUN 2021/2022
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga Berencana


a) Konsep Keluarga Berencana
KB adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran. KB merupakan Tindakan membantu individu atau pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval
diantara kelahiran. KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.
Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan keluarga kecil yang Bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
Di samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang
berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung,
yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelnjutan, dan sasaran tidak
langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluarga sejahtera.
b) Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB,meliputi:
1. Komunikasi informasi dan edukasi
2. Konseling
3. Pelayanan infertilitas
4. Pendidikan seks
5. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
6. Konsultasi genetic
c) Manfaat Usaha KB Dipandang Dari Segi Kesehatan
Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat
kehamilan yang dialami wanita.
d) Akseptor Keluarga Berencana
Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan
jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Adapun jenis - jenis akseptor
KB, yaitu:
Akseptor Aktif Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini
menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan
atau mengakhiri kesuburan.
1. Akseptor aktif kembali
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut– turut dan
bukan karena hamil.
2. Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali
menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang
kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau
abortus.
3. Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
4. Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu
cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor KB dropout
Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
e) Pasangan Usia Subur
Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35
tahun atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun
dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang
bulan).

f) Mutu Pelayanan KB
Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan
suatu unsu penting dala upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi
sebagaimana tercantum dalam program aksi dari International Conference on
Population and Development, Kairo 1994. Secara khusus dalam hal ini
termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan akses terhadap
berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau, dan akseptabel.
Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria dalam Keluarga Berencana
perlu ditingkatkan, agar dapat mendukung kontrasepsi oleh istrinya,
meningkatkan komunikasi di antara suami istri, meningkatkan penggunaan
metode kontrasepsi pria, meningkatkan upaya pencegahan IMS, dan lain-lain.
Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:
1. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
2. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar
pelayanan
3. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
4. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
5. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang
tersedia
6. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas
kesehatan dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman
bagi klien
9. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
10. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien

Dalam upaya meningkatkan keberhasilan program Keluarga Berencana


diperlukan petugas terlatih yang:
1. Mampu memberikan informasi kepada klien dengan sabar, penuh
pengertian, dan peka
2. Mempunyai pengetahuan, sikap positif, dan ketrampilan teknis
untuk member pelayanan dalam bidang kesehatan reproduksi
3. Memenuhi standar pelayanan yang sudah ditentukan
4. Mempunyai kemampuan mengenal masalah
5. Mempunyai kemampuan mengambil langkah-langkah yang tepat
dalam mengatasi masalah tersebut, termasuk kapan dan kemana
merujuk jika diperlukan
6. Mempunyai kemampuan penilaian klinis yang baik
7. Mempunyai kemampuan memberi saran-saran untuk perbaikan
program
8. Mempunyai pemantauan dan supervisi berkala
9. Pelayanan program Keluarga Berencana yang bermutu
membutuhkan:
10. Pelatihan staf dalam bidang konseling, pemberian informasi dan
ketrampilan teknis
11. Informasi yang lengkap dan akurat untuk klien agar mereka dapat
memilih sendiri metode kontrasepsi yang akan digunakan
12. Suasana lingkungan kerja di fasilitas kesehatan berpengaruh
terhadap kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan yang
bermutu, khususnya dalam kemampuan teknis dan interaksi
interpersonal antara petugas dan klien
13. Petugas dan klien mempunyai visi yang sama tentang pelayanan
yang bermutu
B. Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan
antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan
kontrasepsi, maka yan membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun
tidak menghendaki kehamilan. Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah
terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen.
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk
pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual
(Saifuddin, 2010: U-46).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
matang dengan sel sperma tersebut (BKKBN, 2011).
Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi :
1. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah
usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai
alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya
kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%.
Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil
KB, AKDR.
2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 – 4 tahun.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak
lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan.
3. Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan
hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu
dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.

Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:

1. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.


2. efek samping yang merugikan tidak ada.
3. kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4. tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5. tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
6. cara penggunaannya sederhana
7. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
8. dapat diterima oleh pasangan suami istri
C. PIL KONTRASEPSI

Terdapat 2 jenis kontrasepsi pil yaitu :


a. Pil kontrasepsi kombinasi yang mengandung hormone estrogen dan progesterone
b. Pil kontrasepsi yang hanya mengandung hormone progesterone.
Berikut akan dijelaskan tentang jenis Pil kontrasepsi tersebut.
1) Pil Kontrasepsi Kombinasi
a. Pengertian
Suatu tablet pil yang disebut pil kombinasi karena di dalam pil ini
mengandung 2 jenis hormone estrogen dan progesterone. Kandungan hormone
di dalam pil baik yang alami maupun yang sintetis. Pada umumnya hormone
sintetis. Kemasan Pil kombinasi ini ada yang tersedia dalam 21 dan 28 pil.
Pada pil kemasan 28 pil hanya 21 pil aktif artinya ke 21 pil tersebut
mengandung hormone estrogen dan progesterone, sedangkan 7 pil berikutnya
merupakan pil placebo yang tidak mengandung hormone. tetapi berisi vitamin.
Hal ini dibuat agar akseptor mudah dalam menggunakan pil ini karena tidak
perlu ada periode istirahat tidak minum pil. Mulai dari pil pertama sampai pil
le 28 akseptor minum pil terus tanpa istirahat dan diteruskan pada kemasan
pil. Hal ini dibuat agar akseptor mudah dalam menggunakan pil ini karena
tidak perlu ada periode istirahat tidak minum pil. Mulai dari pil pertama
sampai pil ke 28 akseptor minum pil terus tanpa istirahat dan diteruskan pada
kemasan pil berikutnya tanpa melihat apakah datang haid atau tidak.
Sedangkan pada kemasan 21 pil. ke 21 pil tersebut mengandung
hormone estrogen dan progesterone. Apabila akseptor telah minum sampai pil
ke 21, maka harus mengingat-ingat beristirahat minum pil selama 7 hari untuk
selanjutnya minum pil dari kemasan yang baru. Hal ini sangat merepotkan
akseptor karena harus disiplin untuk memulai pil dari kemasan berikutnya

Jenis pil kombinasi antara lain:

1) Pil kombinasi monofasik yaitu semua pil mengandung hormone estrogen


dan progesterone dalam konsentrasi yang sama dalam 1 siklus

2) Pil kombinasi bifasik yaitu dari 21 pil aktif mengandung estrogen dan
progesterone dengan konsentrasi yang berbeda dalam 2 periode yang berbeda,
misalnya mulai pada pil ke 10 atau 11 dalam I siklus.

3) Pil kombinasi trifasik yaitu dari 21 pil aktif mengandung estrogen dan
progesterone dengan konsentrasi yang berbeda dalam 3 periode yang berbeda,
misalnya 6/5/110

b. Cara Kerja Pil Kombinasi

1) Menekan ovulasi

2) Memengaruhi transportasi sperma di bagian tuba fallopi

3) Mengganggu endometrium sehingga memengaruhi implantasi

4) Mengentalkan lendir serviks

c. Kontra Indikasi Penggunaan

Pil Kombinasi Ada beberapa kondisi yang termasuk dalam kontra indikasi
mutlak penggunaan pil kombinasi ini antara lain: hamil, usia lebih dari 35
tahun dan perokok (sehari lebih dari 20 batang), DM lebih dari 20 tahun atau
dengan komplikasi, tromboemboli vena, cerebrovaskuler diseases, penyakit
katub jantung, kanker payudara, laktasi kurang dari 6 minggu post partum,
penyakit hati, menjalani bedah mayor dengan masa istirahat yang panjang
(imobilisasi lama). Hipertensi (TD> 160/100 Hg disertai gangguan vaskuler
progresif, mengidap penyakit kuning (hepatitis viral simtomatik atau srhosis).
Berdasarkan beberapa studi kepustakaan maka dapat dijelaskan mengapa
kondisi-kondisi di bawah ini menjadi kontra indikasi adalah

a) Pada wanita yang sedang hamil

Pada wanita yang sedang hamil tidak boleh mengkonsumsi pil kombinasi ini
karena tambahan hormon dari pil bisa memengaruhi janin dalam kandungan.
Pernah dilaporkan bahwa pada ibu yang sedang hamil dan tetap
mengkonsumsi pil kombinasi, maka genetalia pada janin perempuan akan
mengalami keganasan pada genetalia janinnya.

Dalam bukunya Hanafi Hartanto menuliskan bahwa kelainan kongenital yang


dapat timbul bila mengkonsumsi pil kombinasi waktu hamil antara lain:
tungkai bawah atau lengan lebih pendek, detak jantung, dan sindrome
malformasi yang multipel tulang belakang anus, jantung, trachea, oesophagus
dan ginjal.

b) Pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan perokok lebih dari
atau sama dengan 20 batang perhari

Pada wanita yang sudah berusia lebih dari 35 tahun secara umum wanita
tersebut sudah memasuki masa tua yang kemungkinan sudah mengalami
degenerasi beberapa fungsi organ dalam tubuh, sehingga wanita tersebut
mudah terkena penyakit-penyakit seperti: hipertensi jantung, kencing manis
dan lain-lain.

Sedangkan wanita perokok yang lebih dari 20 batang perhari, karena di dalam
rokok mengandung 3 zat utama yang tidak menguntungkan bagi tubuh yaitu
tar, nikotin dan karbon monoksida (Baziad Ali).

Kandungan nikotin dalam rokok akan menyebabkan (Baziad Ali)

1) Terjadinya vasokonstriksi arteri Apabila hal ini terjadi maka akan dapat
mengganggu sirkulasi darah ke seluruh tubuh karena kapasitas pembuluh
darah yang berkurang akibat vasokonstriksi arteri

2) Meningkatkan pembekuan darah


3) Mengurangi deformasi eritrosit (peningkatan viskositas darah) Secara
normal sel darah merah akan mengalami pembaharuan setiap 120 hari, hal ini
akan menjaga viskositas darah yang baik sehingga akan bersirkulasi secara
normal. Apabila ada gangguan dalam pembaharuan ini dapat berakibat
terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga dapat mengggangu sirkulasi
darah ke sluruh tubuh.

4) Meningkatkan agregasi trombosit

5) Meningkatkan konsentrasi kolesterol, trigliserid, LDL Kadar trigliseride dan


LDL yang meningkat akan sangat ber pengaruh buruk terhadap tubuh terutama
dalam kaitannya dengan penyakit-penyakit cardiovaskuler. Kandungan
progestin dalam kontrasepsi kombinasi mempunyai pengaruh negatif pada
lemak darah yaitu meningkatkan LDL dan menurunkan HDL.Meningkatnya
LDL kolesterol dan menurunnya HDL kolesterol juga bisa disebabkan
kandungan androgen dalam kontrasepsi kombinasi

6) Mengurangi HDL dan vitamin C

Kandungan Estrogen dalam kontrasepsi kombinasi mempunyai pengaruh yang


baik terhadap lemak darah yaitu dapat me ningkatkan HDL dan menurunkan
LDL.(Hanafi Hartanto).

Kandungan CO (karbon monoksida) dalam rokok akan yang me ningkatkan


kadar CO dalam darah dan berakibat menurunkan kadar O (oksigen), aktivitas
jantung meningkat sehingga ke butuhan oksigen jantung juga bertambah.

Dengan adanya 2 kondisi yang terdapat pada wanita tersebut maka akan dapat
mempermudah wanita tersebut terkena penyakit yang berat dan mengurangi
kualitas hidup akseptor tersebut.

c) Pada wanita yang menderita DM yang lebih dari 20 tahun atau yang
mengalami komplikasi

Apabila seseorang yang sudah mengalami penyakit DM lebih dari 20 tahun


wanita tersebut sudah dalam kondisi yang berat sehingga mudah mengalami
komplikasi penyakit lain, misalnya adanya neuropati pada tubuh misalnya
neuropati (kematian sel saraf) pada saraf di mata, ginjal, kulit dll. Kondisi ini
tentu akan sangat bertambah buruk bila wanita tersebut mengkonsumsi pil
kombinasi.

Pengaruh progesterone terhadap metabolisme karbohidrat adalah dapat


menurunkan jumlah dan afinitas reseptor insulin terhadap glukosa dan
meningkatkan jumlah kortisol bebas sehingga dapat meningkatkan kadar gula
darah.

d) Pada wanita yang menderita tromboemboli vena

Pada dosis etinil estradiol tinggi 35 ug maka meningkatkan thrombosis vena


dalam, pada dosis 50 g kejadian thrombosis vena dalam meningkat 4-7x
kejadian

Kandungan etinil estradiol akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah


sedangkan kandungan gestagennya akan meningkatkan elastisitas vena dan
kemampuan pengisian vena sehingga aliran darah lambat bahkan dapat terjadi
stasis vena: thrombosis.

Adanya kandungan estrogen dalam pil kombinasi dapat meningkatkan


aktivitas pembekuan darah, sehingga memudahkan terjadinya thrombosis
(pembekuan) dan sumbatan di arteri sehingga aliran darah (sirkulasi darah ke
seluruh tubuh) terganggu. Pada wanita yang sudah menderita tromboemboli
vena akan diperberat oleh pengaruh estrogen dalam pil kombinasi tersebut.

e) Pada wanita yang sedang menderita serebro vaskuler disease (gangguan


pembuluh darah di otak) dan penyakit katub jantung

Akan diperberat dengan adanya kandungan estrogen dalam pil kombinasi yang
dapat menyebabkan perubahan sistem pembekuan darah (faktor 2,7, dan
fibrinolisis). Hal ini mungkin memudahkan terjadinya serangan stroke akibat
sumbatan pembuluh darah di otak dan gangguan sirkulasi darah dalam jantung
sendiri sehingga mem perberat kerja jantung dan akhirnya mempermudah
terjadinya serangan jantung.

Kandungan estrogen dalam pil kombinasi juga dapat menyebabkan terjadinya


penumpukan air di dalam jaringan tubuh, sehingga dapat memperberat kerja
jantung.
f) Pada wanita yang menderita kanker payudara

Pada wanita yang menderita kanker payudara tidak boleh meng gunakan pil
kombinasi karena 1/3 pertumbuhan kanker payudara dipengaruhi oleh
estrogen. Bahkan bila telah menjadi akseptor pil kombinasi maka pil harus
dihentikan.

Wanita yang dalam kondisi kurang dari 6 minggu post partum

Kandungan estrogen dalam pil kombinasi akan mengurangi produksi ASI


karena estrogen menghambat produksi prolaktin

Wanita yang menjalani bedah mayor dengan masa istirahat yang panjang
(imobilisasi lama)

Kandungan estrogen dalam pil kombinasi yang dapat menyebabkan perubahan


sistem pembekuan darah (faktor 2.7, dan fibrinolisis)

Kandungan etinil estradiol akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah


sedangkan kandungan gestagennya akan meningkatkan elastisitas vena dan
kemampuan pengisian vena sehingga aliran darah lambat bahkan dapat terjadi
stasis vera: thrombosis.

Wanita yang menjalani operasi besar dengan istirahat yang panjang


menyebabkan wanita tersebut kurang melakukan aktifitas yang akan
mempermudah terjadinya thrombosis, karena dengan tidak atau kurang
melakukan aktivitas maka kontraksi otot akan berkurang dan dapat
memengaruhi sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

g) Hipertensi (TD> 160/100 Hg disertai gangguan vaskuler progresif

Pada wanita yang sudah menderita hipertensi, maka akan meningkat 10-15%
untuk terjadi peningkatan tekanan darah.

Pada wanita yang mempunyai tekanan darah yang normal apabila


menggunakan pil kombinasi akan meningkat 5 % untuk dapat me ngalami
hipertensi di samping juga disebabkan oleh faktor yang lain misalnya usia,
jenis kelamin, suku dan riwayat keluarga yang menderita hipertensi

Pengaruh estrogen terhadap sirkulasi darah yang dapat meningkatkan


viskositas darah sehingga dapat memperberat kerja jantung untuk memompa
darah dan memperberat hipertensi

h) Mengidap penyakit kuning (hepatitis viral simtomatik atau sirhosis)

Wanita dengan kondisi ini mungkin terkait dengan adanya perubahan kadar
lipoprotein serum dan progesteron tidak mengubah kadar kolesterol serum
total tetapi meningkatkan trigliserida dan metabolisme utama trigliserida
adalah hati. Bila kadar trigliserida dalam plasma tinggi oleh estrogen maka
akan memperberat kerja hati untuk metabolismenya

d. Indikasi penggunaan pil kombinasi

1) Wanita yang sudah menikah dan bersuami, karena tujuan utama


penggunaan kontrasepsi antara lain untuk mengatur kehamilan

2) Wanita yang tidak sedang hamil. Untuk mengetahui hal ini kita dapat
melakukan penapisan antara lain:

-Wanita yang sedang haid,

- Wanita dalam 40 hari post partum,

- Wanita dalam 6 bulan post partum yang menyusui bayinya secara ekslusif.

- Wanita dalam 11 hari pertama post abortus,

- Wanita yang sejak haid terakhir sampai datang ke pelayanan kesehatan


belum melakukan hubungan seksual

- Wanita yang sedang menggunakan kontrasepsi lain yang dilakukan secara


benar.

3) Wanita usia reproduksi, karena wanita yang belum masuk usia reproduksi
atau sudah memasuki menopause tidak ada ovulasi dan tidak memerlukan alat
kontrasepsi

4) Wanita yang sedang menyusui dengan usia bayi 6 bulan atau lebih pada
masa post partum. Alasannya adalah karena pil ini mengandung estrogen yang
dapat menghambat produksi ASI yang pada akhirnya akan me mengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Dan dalam waktu 6 bulan pertama wanita bisa menggunakan metode amenore
laktasi bila menyusul secara ekslusil, karena dengan menyusui secara ekslusif
maka tidak akan terjadi ovulasi

5) Wanita dalam masa post partum dan tidak sedang menyusui yang dimulai
setelah minggu ke 3 karena wanita yang tidak menyusui akan mengalami
ovulasi lebih cepat

6) Wanita dalam masa pasca abortus, dimulai segera atau 7 hari setelah abortus
karena pada wanita pasca aborsi akan mengalami ovulasi mulai hari ke 11,
sehingga penggunaan pil kombinasi dapat menekan terjadinya ovulasi.

7) Wanita dengan anemia

Efek samping yang biasanya muncul adalah adanya gangguan haid berupa
amenore atau spotting, sehingga dengan adanya kondisi amenore atau spotting
ini memungkinkan akseptor KB tidak akan kehilangan darah sebanyak 20-60
ml per hari melalui haid selama periode haid

8) Wanita dengan nyeri haid yang berat. Biasanya timbulnya nyeri haid karena
kontraksi uterus yang berlebih saat haid. pada akseptor pil kombinasi ini akan
terjadi amenore atau potting sehingga kontraksi uterus juga berkurang dan
nyeri haid juga akan berkurang

9) Wanita dengan siklus haid yang tidak teratur. Beberapa kondisi gangguan
sistem reproduksi antara lain gangguan siklus haid bisa normal dengan
pemberian pil kombinasi ini, karena pil akan menyeimbangkan fluktuasi
hormon alami dalam tubuh,

10) Wanita yang membutuhkan alat kontrasepsi darurat. Apabila wanita telah
melakukan hubungan seksual sedang dia tidak menggunakan alat kontrasepsi
dan merasa sedang dalam masa ovulasi tetapi tidak mau hamil maka dapat
mengkonsumsi pil kombinasi sebagai kontrasepsi darurat dengan cara dosis pil
dilipatkan 2 2 tablet atau 24 tablet tergantung kandungan hormonnya. Adapun
pemberiannya dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah hubungan seksual yang
tidak terlindungi tersebut. Apabila lebih dari 72 jam setelah hubungan seksual
maka pil kombinasi tidak bermanfaat untuk mencegah kehamilan

e. Cara Minum Pil

Untuk mendapatkan tingkat efektifitas yang tinggi (>99%) maka cara minum
pil harus dilakukan secara benar. Akseptor harus minum pil setiap hari 1 pil
dan jarak minum pil yang sama. Artinya apabila minum pil jam 07.00 maka pil
harus berikutnya juga diminum jam 07.00 karena setiap 1 pil akan
dimetabolisme dalam waktu 24 jam

Apabila muntah 30 menit setelah minum pil. harus meminum 1 pil lagi atau
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari.

Memulai minum pil dimulai dalam 7 hari pertama haid, sebaiknya mulai hari
pertama haid.

Apabila ada pil yang terlupa, maka dalam 1 hari minum 2 pil. Bila lupa minum
1 pil maka segera minum pil yang terlupa dan juga minum pil yang seharusnya
diminum pada hari itu. Sebaiknya tidak langsung minum 2 pil sekaligus karena
akan menimbulkan rasa pusing dan mual yang berat.

Misalnya lupa 1 pil dan pada pagi harinya teringat, maka saat itu segera
minum pil dan sore hari minum pil yang seharusnya diminum pada hari itu.

Bila lupa lebih dari 2 pil maka minum 2 pil setiap hari sampai jadwal minum
yang seharusnya terkejar dan harus merasa dirinya tidak terlindung terhadap
kemungkinan kehamilan sehingga bila akan me lakukan hubungan seksual
harus menggunakan pelindung lain atau tidak melakukan hubungan seksual
selama 7 hari berikutnya.

Pada saat ini juga diproduksi pil kontrasepsi kombinasi yang mengandung

1) Cyproteron asetat dan etinil estradiol yang merupakan antiandrogen


sehingga dapat menghaluskan kulit pemakainya.

2) Kombinasi Drospirenone 3 mg & Ethynil Estradiol 30 mcg yang merupakan


Antimineralocorticoid & Antiandrogen.

2) Pil Progestin
a. Pengertian
Pil Progestin adalah pil kontrasepsi yang hanya mengandung hormone
progesterone saja.
Terdapat 2 jenis yaitu
1) Pil kemasan 28 tablet yang mengandung 300 ug levonorgestrel atau
350 µg noretinderone
2) Pil kemasan 35 tablet yang mengandung 75 ug norgestrel
b. Cara kerja pil progesterone antara lain menghambat ovulasi, memengaruhi
transport sperma pada tuba fallopi, mengganggu endometrium sehingga
memengaruhi implantasi dan mengentalkan lendir servik.
c. Pil progesteron tidak mengandung estrogen sehingga aman Berbeda
dengan pil kombinasi pil progesterone ini tidak mengandung estrogen
dikonsumsi ibu menyususi karena tidak mengurangi produksi ASI
d. Pil progestin dapat diberikan pada wanita semua usia dan yang sedang
merokok.
e. Pil progestin mempunyal interaksi dengan obat-obat tertentu antara lain
Rifampisin, barbiturate, phenytoin, carbamzephin dan griseofulvin jangka
panjang karena pengaruh metabolisme levonorgestrel yang meningkat di
hati sehingga mengurangi efektifitas pil.

Apabila calon akseptor sedang mengkonsumsi obat-obatan tersebut harus


menyampaikan ke petugas kesehatan agar dapat lebih dipantau terhadap
kemungkinan kegagalan karena efektifitas pil kontrasepsi berkurang.

D. Proses Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat diaplikasikan dalam semua
situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah sehingga sesuai dengan
kondisi pasien (Varney, 2004). Proses tersebut meliputi :

Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi suatu kesehatan klien (Nursalam, 2004).
Pengumpulan data ini meliputi :
Alasan datang : Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadannya karna ibu
mengalami perdarahan bercak.
Keluhan utama : Ibu mengatakan mengeluh tidak nyaman dengan keadaannya
karna ibu mengeluarkan bercak darah dari alat kelamin.
a. Data Subyektif
Data subjektif adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga
kesehatan secara independent tetapi melalui suatu system interaksi atau
komunikasi (Nursalam, 2004).
1) Biodata klien menurut Nursalam (2004), terdiri dari :
a) Nama : Untuk mengetahui identitas pasien agar tidak keliru dengan
pasien lain serta untuk menjaga keakraban.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien termasuk resiko tinggi.
c) Agama : Untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang
dianutnya dan mengenali hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan
yang diberikan.
d) Suku Bangsa : Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.
f) Pekerjaan : Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan status
ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu / suami dapat mempengaruhi
kesehatan klien atau tidak.
g) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah
lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta memudahkan dalam
melakukan kunjungan rumah.
2) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan. Keluhan utama pada akseptor KB adalah untuk memeriksakan
masalah perdarahan bercak-bercak yang dialami klien (Saifuddin, 2008)
3) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus menstruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak menstruasinya, keluhan
yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut dismenorhoe (Estiwidani dkk,
2008)
4) Riwayat perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa
kali, usia menikah berapa tahun, dengan usia suami berapa, lama perkawinan,
dan sudah mempunyai anak belum (Estiwidani dkk, 2008).

5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat persalinan
yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan
cara melahirkan. Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencakup berat badan bayi sewaktu lahir,
adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat
dilahirkan (Estiwidani dkk, 2008).
6) Riwayat KB
Data ini mengkaji alat kontrasepsi yang digunakan serta untuk
mengetahui keluhan yang dialami ibu sebagai efek samping dari alat
kontrasepsi yang digunakan (Wheeler, 2004).
7) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji penyakit yang berhubungan dengan keluhan atau masalah utama
(Varney, 2008).
b) Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui kemungkinan ada pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan seperti
jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM (Diabetes Militus), hipertensi,
epilepsi, lain-lain (Estiwidani dkk, 2008).
c) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji dengan penyakit yang menurun dan menular yang dapat mempengaruhi
kesehatan akseptor KB. Sehingga dapat diketahui penyakit keturunan misalnya
hipertensi, jantung, asma, demam dan apakah dalam keluarga memiliki
keturunan kembar, baik dari pihak istri maupun pihak suami (Varney, 2008).
8) Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaimana pola makanan sehari-hari apakah terpenuhi
gizinya atau tidak (Farrer, 2007).
a) pola nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien. Dengan mengamati
adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien.
b) pola eliminasi
Untuk mengetahui BAB dan BAK beberapa kali sehari warna dan konsistensi.
c) pola istirahat
Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur pada
malam hari.
d) pola seksual
Untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan akseptor dalam hubungan
seksual.
e) pola hygiene
Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan perawatan tubuh terutama
genetalia berapa kali dalam sehari.
f) pola aktivitas
Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah atau adanya
nyeri akibat penyakit-penyakit yang dialaminya.
9) Data Psikologis
Data pesikososial ini diberikan untuk mengetahui motivasi atau mental
pasien (Prawirohardjo, 2005).
b. Data Obyektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2004).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau
kurang (Prihadjo, 2007)
b) Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran ibu apakah composmentis, samnolen
atau sopor (Varney, 2004)

c) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai
satuannya. Normalnya 100/80 – 120/80 mmHg (Wartonah, 2006)
d) Suhu
Untuk memastikan bahwa ibu dalam kondisi yang sehat (Saifuddin,
2006). Suhu badan atas / batas normal : 35,5 – 37,50C (Perry, 2005).
e) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam 1
menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 – 20 x/menit (Perry,
2005).
f) Nadi
Untuk mengetahui nasi pasien yang dihitung dalam menit
(Saifuddin, 2008). Batas normalnya 69-100 x/menit (Perry, 2005).
g) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Hidayat, 2008).
h) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien karena merupakan salah satu
efek samping KB pil (Saifuddin, 2006).

2) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari
ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2004), meliputi :
a) Kepala
(1) Rambut : Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan
kebersihannya.
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, dan adakah oedema
(3) Mata : Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna
merah muda dan sclera warna putih
(4) Hidung : Bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran
secret atau tidak
(5) Telinga : Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau
tidak
(6) Mulut : Ada stomatis atau tidak, keadaan gigi, gusi
bedarah atau tidak
b) Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan
atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2004)
c) Dada dan Axilla : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau
tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2004)
d) Abdomen : Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau
tidak, ada nyeri atau tidak (Varney,2004).
e) Vulva : Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-
tanda infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
(Prihadjo, 2007).
f) Inspekulo : Dilakukan untuk memastikan bahwa darimana asal
perdarahan tersebut (Prihadjo, 2007).
g) Pemeriksaan ekstramitas : Ada cacat atau tidak oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak

3) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnose, apabila
diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan Hb
dan Papsmear (Varney, 2004).
Langkah II : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus dan diagnose tujuannya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
(Varney, 2004).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek
kebidanan (Varney, 2004).
Diagnosa : Ny. .... P...A.... Umur…………..tahun, Akseptor KB pil kombinasi
b. Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien (Nursalam,
2004).
c. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa data (Varney, 2004).
Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa
masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2004)
Langkah IV : Antisipasi / IntervensiMenunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan dihadapi kliennya. Setelah
bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah
potensial pada step sebelumnya, bida juga harus merumuskan tindakan emergency/segera.
Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara
kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2004).
Langkah V : Rencana Tindakan
Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan
teat dan nasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya (Varney,
2004). Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan akseptor KB pil dengan spotting
menurut Wulandari dan Ambarwati (2010) adalah :
a) Anjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress psikologis
b) Berikan KIE personal hygiene terutama daerah kemaluannya
c) Berikan dukungan moril
d) Beri terapi zat bsi
e) Berikan KIE tentang gizi seimbang
f) Berikan terapi hormonal yang hanya mengandung progesterone
g) Lakukan pemeriksaan darah
Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti diuraikan pada langkah ke 6
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanannya
(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana (Varney, 2007). Pada
langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah direncanakan pada klien
menurut Wulandari (2010), adalah :
a) Menganjurkan ibu untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress
fisiologi
b) Memberikan KIE personal hygiene terutama daerah kemaluannya.
c) Memberikan dukungan moril
d) Memberikan terapi zat besi
e) Memberikan KIE tentang gizi seimbang
f) Memberikan terapi hormonal yang hanya mengandung progesteron
Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini adalah mengevaluasi keefektifan dari tindakan yang sudah diberikan, meliputi
pemenuhan kebutuhan atau bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif dalam
pelaksanaan (Varney, 2007)

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam asuhan kebidanan pada akseptor KB terhadap Ny. D asuhan kebidanan
diberikan sesuai dengan akseptor KB. Asuhan kebidanan pada akseptor KB terhadap Ny. D
dilakukan pengambilan data subyektif yaitu anamnesa seperti alasan datang, keluhan utama,
Riwayat Kesehatan ibu dan keluarga, Riwayat haid, Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu, didapatkan hasil Ny. D usia 24 tahun P1A0 datang kunjungan ulang KB Pil.
Pengambilan data obyektif pada Ny. D yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, timbang berat
badan dan pemeriksaan fisik. Maka dengan ini , sesuai dengan hasil anamnesa tersebut dapat
disimpulkan bahwa diagnosis kebidanan yang didapatkan yaitu Ny.D umur 24 tahun akseptor
KB Pil, tidak didapatkan diagnose masalah dan potensial.

Rencana asuhan terhadap Ny.D yaitu beritahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan sehat, memberikan KB Pil pada ibu, menganjurkan ibu untuk minum Pil pada waktu
yang sama agar efektivitasnya tetap terjaga. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada 1
minggu sebelum Pil habis.

Evaluasi dari asuhan yang dilakukan terhadap Ny.D yaitu ibu mengetahui hasil
pemeriksaan dan kondisinya, ibu telah diberikan KB Pil, dan ibu bersedia untuk melakukan
kunjungan ulang 1 minggu sebelum Pil habis.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana KB Pil pada Ny. D
didapatkan bahwa tidak ada data yang menunjang untuk terjadinya masalah potensial
dan tidak ada data yang menunjang untuk dilakukan Tindakan segera. Tindakan yang
dilakukan pada Ny.D bertujuan untuk tetap mempertahankan menjadi akseptor KB
Pil dan bersedia untuk kunjungan ulang 1 minggu sebelum Pil habis.
Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang dilakukan tercapai
dengan adanya kerja sama antara bidan dan petugas Kesehatan lainnya agar dapat
lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien. Evaluasi yang dilakukan
bertujuan agar klien mengerti semua penjelasan yang diberikan dan tetap menjadi
akseptor dan bersedia datang kembali pada waktu yang telah ditentukan untuk
mendapatkan KB Pil.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi Pendidikan dihrapkan dapat menambah buku atau referensi yang
dapat menunjng dalam kegiatan belajar mengenai KB Pil.
2. Bagi Lahan Praktek
Menambah wawasan dan pengetahuan tenaga Kesehatan khususnya bidan
dalam menangani asuhan kebidanan pada akseptor KB Pil.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dalam menggunakan kesempatan belajar didalam
praktek dengan baik dan dapat mengambil ilmu yang mungkin tidak
didapatkan di institusi Pendidikan mengenai KB Pil.
4. Bagi Akseptor KB
Diharapkan menggunakan alat kontrasepsi secara teratur agar program KB
berhasil, menjadi keluarga kecil sejahtera dan ikut serta dalm memberantas
kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA

https://digilib.ukh.ac.id/files/disk1/16/01-gdl-uswatuncha-783-1-uswatun-7.pdf

Matahari, Ratu dkk. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Ilmu.

Yogyakarta

Winarsih, Sri. 2017. Memahami Kontrasepsi Hormonal Wanita. Transmedika. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai