Laporan Ilmiah KB Pil-1
Laporan Ilmiah KB Pil-1
DI PUSKESMAS GRABAG I
Disusun oleh :
KHAERUNISSA INDRIA
P1337424220091
DANDELION
TAHUN 2021/2022
BAB I
TINJAUAN TEORI
f) Mutu Pelayanan KB
Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan
suatu unsu penting dala upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi
sebagaimana tercantum dalam program aksi dari International Conference on
Population and Development, Kairo 1994. Secara khusus dalam hal ini
termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan akses terhadap
berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau, dan akseptabel.
Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria dalam Keluarga Berencana
perlu ditingkatkan, agar dapat mendukung kontrasepsi oleh istrinya,
meningkatkan komunikasi di antara suami istri, meningkatkan penggunaan
metode kontrasepsi pria, meningkatkan upaya pencegahan IMS, dan lain-lain.
Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:
1. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
2. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar
pelayanan
3. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
4. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
5. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang
tersedia
6. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas
kesehatan dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman
bagi klien
9. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
10. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan.
11. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien
2) Pil kombinasi bifasik yaitu dari 21 pil aktif mengandung estrogen dan
progesterone dengan konsentrasi yang berbeda dalam 2 periode yang berbeda,
misalnya mulai pada pil ke 10 atau 11 dalam I siklus.
3) Pil kombinasi trifasik yaitu dari 21 pil aktif mengandung estrogen dan
progesterone dengan konsentrasi yang berbeda dalam 3 periode yang berbeda,
misalnya 6/5/110
1) Menekan ovulasi
Pil Kombinasi Ada beberapa kondisi yang termasuk dalam kontra indikasi
mutlak penggunaan pil kombinasi ini antara lain: hamil, usia lebih dari 35
tahun dan perokok (sehari lebih dari 20 batang), DM lebih dari 20 tahun atau
dengan komplikasi, tromboemboli vena, cerebrovaskuler diseases, penyakit
katub jantung, kanker payudara, laktasi kurang dari 6 minggu post partum,
penyakit hati, menjalani bedah mayor dengan masa istirahat yang panjang
(imobilisasi lama). Hipertensi (TD> 160/100 Hg disertai gangguan vaskuler
progresif, mengidap penyakit kuning (hepatitis viral simtomatik atau srhosis).
Berdasarkan beberapa studi kepustakaan maka dapat dijelaskan mengapa
kondisi-kondisi di bawah ini menjadi kontra indikasi adalah
Pada wanita yang sedang hamil tidak boleh mengkonsumsi pil kombinasi ini
karena tambahan hormon dari pil bisa memengaruhi janin dalam kandungan.
Pernah dilaporkan bahwa pada ibu yang sedang hamil dan tetap
mengkonsumsi pil kombinasi, maka genetalia pada janin perempuan akan
mengalami keganasan pada genetalia janinnya.
b) Pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan perokok lebih dari
atau sama dengan 20 batang perhari
Pada wanita yang sudah berusia lebih dari 35 tahun secara umum wanita
tersebut sudah memasuki masa tua yang kemungkinan sudah mengalami
degenerasi beberapa fungsi organ dalam tubuh, sehingga wanita tersebut
mudah terkena penyakit-penyakit seperti: hipertensi jantung, kencing manis
dan lain-lain.
Sedangkan wanita perokok yang lebih dari 20 batang perhari, karena di dalam
rokok mengandung 3 zat utama yang tidak menguntungkan bagi tubuh yaitu
tar, nikotin dan karbon monoksida (Baziad Ali).
1) Terjadinya vasokonstriksi arteri Apabila hal ini terjadi maka akan dapat
mengganggu sirkulasi darah ke seluruh tubuh karena kapasitas pembuluh
darah yang berkurang akibat vasokonstriksi arteri
Dengan adanya 2 kondisi yang terdapat pada wanita tersebut maka akan dapat
mempermudah wanita tersebut terkena penyakit yang berat dan mengurangi
kualitas hidup akseptor tersebut.
c) Pada wanita yang menderita DM yang lebih dari 20 tahun atau yang
mengalami komplikasi
Akan diperberat dengan adanya kandungan estrogen dalam pil kombinasi yang
dapat menyebabkan perubahan sistem pembekuan darah (faktor 2,7, dan
fibrinolisis). Hal ini mungkin memudahkan terjadinya serangan stroke akibat
sumbatan pembuluh darah di otak dan gangguan sirkulasi darah dalam jantung
sendiri sehingga mem perberat kerja jantung dan akhirnya mempermudah
terjadinya serangan jantung.
Pada wanita yang menderita kanker payudara tidak boleh meng gunakan pil
kombinasi karena 1/3 pertumbuhan kanker payudara dipengaruhi oleh
estrogen. Bahkan bila telah menjadi akseptor pil kombinasi maka pil harus
dihentikan.
Wanita yang menjalani bedah mayor dengan masa istirahat yang panjang
(imobilisasi lama)
Pada wanita yang sudah menderita hipertensi, maka akan meningkat 10-15%
untuk terjadi peningkatan tekanan darah.
Wanita dengan kondisi ini mungkin terkait dengan adanya perubahan kadar
lipoprotein serum dan progesteron tidak mengubah kadar kolesterol serum
total tetapi meningkatkan trigliserida dan metabolisme utama trigliserida
adalah hati. Bila kadar trigliserida dalam plasma tinggi oleh estrogen maka
akan memperberat kerja hati untuk metabolismenya
2) Wanita yang tidak sedang hamil. Untuk mengetahui hal ini kita dapat
melakukan penapisan antara lain:
- Wanita dalam 6 bulan post partum yang menyusui bayinya secara ekslusif.
3) Wanita usia reproduksi, karena wanita yang belum masuk usia reproduksi
atau sudah memasuki menopause tidak ada ovulasi dan tidak memerlukan alat
kontrasepsi
4) Wanita yang sedang menyusui dengan usia bayi 6 bulan atau lebih pada
masa post partum. Alasannya adalah karena pil ini mengandung estrogen yang
dapat menghambat produksi ASI yang pada akhirnya akan me mengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Dan dalam waktu 6 bulan pertama wanita bisa menggunakan metode amenore
laktasi bila menyusul secara ekslusil, karena dengan menyusui secara ekslusif
maka tidak akan terjadi ovulasi
5) Wanita dalam masa post partum dan tidak sedang menyusui yang dimulai
setelah minggu ke 3 karena wanita yang tidak menyusui akan mengalami
ovulasi lebih cepat
6) Wanita dalam masa pasca abortus, dimulai segera atau 7 hari setelah abortus
karena pada wanita pasca aborsi akan mengalami ovulasi mulai hari ke 11,
sehingga penggunaan pil kombinasi dapat menekan terjadinya ovulasi.
Efek samping yang biasanya muncul adalah adanya gangguan haid berupa
amenore atau spotting, sehingga dengan adanya kondisi amenore atau spotting
ini memungkinkan akseptor KB tidak akan kehilangan darah sebanyak 20-60
ml per hari melalui haid selama periode haid
8) Wanita dengan nyeri haid yang berat. Biasanya timbulnya nyeri haid karena
kontraksi uterus yang berlebih saat haid. pada akseptor pil kombinasi ini akan
terjadi amenore atau potting sehingga kontraksi uterus juga berkurang dan
nyeri haid juga akan berkurang
9) Wanita dengan siklus haid yang tidak teratur. Beberapa kondisi gangguan
sistem reproduksi antara lain gangguan siklus haid bisa normal dengan
pemberian pil kombinasi ini, karena pil akan menyeimbangkan fluktuasi
hormon alami dalam tubuh,
10) Wanita yang membutuhkan alat kontrasepsi darurat. Apabila wanita telah
melakukan hubungan seksual sedang dia tidak menggunakan alat kontrasepsi
dan merasa sedang dalam masa ovulasi tetapi tidak mau hamil maka dapat
mengkonsumsi pil kombinasi sebagai kontrasepsi darurat dengan cara dosis pil
dilipatkan 2 2 tablet atau 24 tablet tergantung kandungan hormonnya. Adapun
pemberiannya dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah hubungan seksual yang
tidak terlindungi tersebut. Apabila lebih dari 72 jam setelah hubungan seksual
maka pil kombinasi tidak bermanfaat untuk mencegah kehamilan
Untuk mendapatkan tingkat efektifitas yang tinggi (>99%) maka cara minum
pil harus dilakukan secara benar. Akseptor harus minum pil setiap hari 1 pil
dan jarak minum pil yang sama. Artinya apabila minum pil jam 07.00 maka pil
harus berikutnya juga diminum jam 07.00 karena setiap 1 pil akan
dimetabolisme dalam waktu 24 jam
Apabila muntah 30 menit setelah minum pil. harus meminum 1 pil lagi atau
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari.
Memulai minum pil dimulai dalam 7 hari pertama haid, sebaiknya mulai hari
pertama haid.
Apabila ada pil yang terlupa, maka dalam 1 hari minum 2 pil. Bila lupa minum
1 pil maka segera minum pil yang terlupa dan juga minum pil yang seharusnya
diminum pada hari itu. Sebaiknya tidak langsung minum 2 pil sekaligus karena
akan menimbulkan rasa pusing dan mual yang berat.
Misalnya lupa 1 pil dan pada pagi harinya teringat, maka saat itu segera
minum pil dan sore hari minum pil yang seharusnya diminum pada hari itu.
Bila lupa lebih dari 2 pil maka minum 2 pil setiap hari sampai jadwal minum
yang seharusnya terkejar dan harus merasa dirinya tidak terlindung terhadap
kemungkinan kehamilan sehingga bila akan me lakukan hubungan seksual
harus menggunakan pelindung lain atau tidak melakukan hubungan seksual
selama 7 hari berikutnya.
Pada saat ini juga diproduksi pil kontrasepsi kombinasi yang mengandung
2) Pil Progestin
a. Pengertian
Pil Progestin adalah pil kontrasepsi yang hanya mengandung hormone
progesterone saja.
Terdapat 2 jenis yaitu
1) Pil kemasan 28 tablet yang mengandung 300 ug levonorgestrel atau
350 µg noretinderone
2) Pil kemasan 35 tablet yang mengandung 75 ug norgestrel
b. Cara kerja pil progesterone antara lain menghambat ovulasi, memengaruhi
transport sperma pada tuba fallopi, mengganggu endometrium sehingga
memengaruhi implantasi dan mengentalkan lendir servik.
c. Pil progesteron tidak mengandung estrogen sehingga aman Berbeda
dengan pil kombinasi pil progesterone ini tidak mengandung estrogen
dikonsumsi ibu menyususi karena tidak mengurangi produksi ASI
d. Pil progestin dapat diberikan pada wanita semua usia dan yang sedang
merokok.
e. Pil progestin mempunyal interaksi dengan obat-obat tertentu antara lain
Rifampisin, barbiturate, phenytoin, carbamzephin dan griseofulvin jangka
panjang karena pengaruh metabolisme levonorgestrel yang meningkat di
hati sehingga mengurangi efektifitas pil.
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi suatu kesehatan klien (Nursalam, 2004).
Pengumpulan data ini meliputi :
Alasan datang : Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadannya karna ibu
mengalami perdarahan bercak.
Keluhan utama : Ibu mengatakan mengeluh tidak nyaman dengan keadaannya
karna ibu mengeluarkan bercak darah dari alat kelamin.
a. Data Subyektif
Data subjektif adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga
kesehatan secara independent tetapi melalui suatu system interaksi atau
komunikasi (Nursalam, 2004).
1) Biodata klien menurut Nursalam (2004), terdiri dari :
a) Nama : Untuk mengetahui identitas pasien agar tidak keliru dengan
pasien lain serta untuk menjaga keakraban.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien termasuk resiko tinggi.
c) Agama : Untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang
dianutnya dan mengenali hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan
yang diberikan.
d) Suku Bangsa : Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.
f) Pekerjaan : Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan status
ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu / suami dapat mempengaruhi
kesehatan klien atau tidak.
g) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah
lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta memudahkan dalam
melakukan kunjungan rumah.
2) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan. Keluhan utama pada akseptor KB adalah untuk memeriksakan
masalah perdarahan bercak-bercak yang dialami klien (Saifuddin, 2008)
3) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus menstruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur/tidak menstruasinya, keluhan
yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut dismenorhoe (Estiwidani dkk,
2008)
4) Riwayat perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa
kali, usia menikah berapa tahun, dengan usia suami berapa, lama perkawinan,
dan sudah mempunyai anak belum (Estiwidani dkk, 2008).
c) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai
satuannya. Normalnya 100/80 – 120/80 mmHg (Wartonah, 2006)
d) Suhu
Untuk memastikan bahwa ibu dalam kondisi yang sehat (Saifuddin,
2006). Suhu badan atas / batas normal : 35,5 – 37,50C (Perry, 2005).
e) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam 1
menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 – 20 x/menit (Perry,
2005).
f) Nadi
Untuk mengetahui nasi pasien yang dihitung dalam menit
(Saifuddin, 2008). Batas normalnya 69-100 x/menit (Perry, 2005).
g) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Hidayat, 2008).
h) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien karena merupakan salah satu
efek samping KB pil (Saifuddin, 2006).
2) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari
ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2004), meliputi :
a) Kepala
(1) Rambut : Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan
kebersihannya.
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, dan adakah oedema
(3) Mata : Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna
merah muda dan sclera warna putih
(4) Hidung : Bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran
secret atau tidak
(5) Telinga : Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau
tidak
(6) Mulut : Ada stomatis atau tidak, keadaan gigi, gusi
bedarah atau tidak
b) Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan
atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2004)
c) Dada dan Axilla : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau
tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2004)
d) Abdomen : Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau
tidak, ada nyeri atau tidak (Varney,2004).
e) Vulva : Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-
tanda infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
(Prihadjo, 2007).
f) Inspekulo : Dilakukan untuk memastikan bahwa darimana asal
perdarahan tersebut (Prihadjo, 2007).
g) Pemeriksaan ekstramitas : Ada cacat atau tidak oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak
3) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnose, apabila
diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan Hb
dan Papsmear (Varney, 2004).
Langkah II : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus dan diagnose tujuannya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
(Varney, 2004).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek
kebidanan (Varney, 2004).
Diagnosa : Ny. .... P...A.... Umur…………..tahun, Akseptor KB pil kombinasi
b. Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien (Nursalam,
2004).
c. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa data (Varney, 2004).
Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa
masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2004)
Langkah IV : Antisipasi / IntervensiMenunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan dihadapi kliennya. Setelah
bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah
potensial pada step sebelumnya, bida juga harus merumuskan tindakan emergency/segera.
Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara
kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2004).
Langkah V : Rencana Tindakan
Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan
teat dan nasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya (Varney,
2004). Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan akseptor KB pil dengan spotting
menurut Wulandari dan Ambarwati (2010) adalah :
a) Anjurkan untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress psikologis
b) Berikan KIE personal hygiene terutama daerah kemaluannya
c) Berikan dukungan moril
d) Beri terapi zat bsi
e) Berikan KIE tentang gizi seimbang
f) Berikan terapi hormonal yang hanya mengandung progesterone
g) Lakukan pemeriksaan darah
Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti diuraikan pada langkah ke 6
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanannya
(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana (Varney, 2007). Pada
langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah direncanakan pada klien
menurut Wulandari (2010), adalah :
a) Menganjurkan ibu untuk mengurangi kelelahan fisik dan stress
fisiologi
b) Memberikan KIE personal hygiene terutama daerah kemaluannya.
c) Memberikan dukungan moril
d) Memberikan terapi zat besi
e) Memberikan KIE tentang gizi seimbang
f) Memberikan terapi hormonal yang hanya mengandung progesteron
Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini adalah mengevaluasi keefektifan dari tindakan yang sudah diberikan, meliputi
pemenuhan kebutuhan atau bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif dalam
pelaksanaan (Varney, 2007)
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam asuhan kebidanan pada akseptor KB terhadap Ny. D asuhan kebidanan
diberikan sesuai dengan akseptor KB. Asuhan kebidanan pada akseptor KB terhadap Ny. D
dilakukan pengambilan data subyektif yaitu anamnesa seperti alasan datang, keluhan utama,
Riwayat Kesehatan ibu dan keluarga, Riwayat haid, Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu, didapatkan hasil Ny. D usia 24 tahun P1A0 datang kunjungan ulang KB Pil.
Pengambilan data obyektif pada Ny. D yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, timbang berat
badan dan pemeriksaan fisik. Maka dengan ini , sesuai dengan hasil anamnesa tersebut dapat
disimpulkan bahwa diagnosis kebidanan yang didapatkan yaitu Ny.D umur 24 tahun akseptor
KB Pil, tidak didapatkan diagnose masalah dan potensial.
Rencana asuhan terhadap Ny.D yaitu beritahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan sehat, memberikan KB Pil pada ibu, menganjurkan ibu untuk minum Pil pada waktu
yang sama agar efektivitasnya tetap terjaga. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada 1
minggu sebelum Pil habis.
Evaluasi dari asuhan yang dilakukan terhadap Ny.D yaitu ibu mengetahui hasil
pemeriksaan dan kondisinya, ibu telah diberikan KB Pil, dan ibu bersedia untuk melakukan
kunjungan ulang 1 minggu sebelum Pil habis.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana KB Pil pada Ny. D
didapatkan bahwa tidak ada data yang menunjang untuk terjadinya masalah potensial
dan tidak ada data yang menunjang untuk dilakukan Tindakan segera. Tindakan yang
dilakukan pada Ny.D bertujuan untuk tetap mempertahankan menjadi akseptor KB
Pil dan bersedia untuk kunjungan ulang 1 minggu sebelum Pil habis.
Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang dilakukan tercapai
dengan adanya kerja sama antara bidan dan petugas Kesehatan lainnya agar dapat
lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien. Evaluasi yang dilakukan
bertujuan agar klien mengerti semua penjelasan yang diberikan dan tetap menjadi
akseptor dan bersedia datang kembali pada waktu yang telah ditentukan untuk
mendapatkan KB Pil.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi Pendidikan dihrapkan dapat menambah buku atau referensi yang
dapat menunjng dalam kegiatan belajar mengenai KB Pil.
2. Bagi Lahan Praktek
Menambah wawasan dan pengetahuan tenaga Kesehatan khususnya bidan
dalam menangani asuhan kebidanan pada akseptor KB Pil.
3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dalam menggunakan kesempatan belajar didalam
praktek dengan baik dan dapat mengambil ilmu yang mungkin tidak
didapatkan di institusi Pendidikan mengenai KB Pil.
4. Bagi Akseptor KB
Diharapkan menggunakan alat kontrasepsi secara teratur agar program KB
berhasil, menjadi keluarga kecil sejahtera dan ikut serta dalm memberantas
kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
https://digilib.ukh.ac.id/files/disk1/16/01-gdl-uswatuncha-783-1-uswatun-7.pdf
Matahari, Ratu dkk. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Ilmu.
Yogyakarta