Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN BBLSR


PADA BY. NY. M USIA 23 HARI
DI RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

Disusun leh :
Erina Wulandari
P1337424220081

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIA KESEHATAN SEMRNG


PRODI DIII KEBIDANAN MAGELANG
TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) masih menjadi salah satu
masalah kesehatan penting di negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan
karena angka kejadian, kesakitan dan kematiannya masih cukup tinggi. Selain faktor
berat lahir yang telah digunakan sebagai indikator yang kuat atas resiko kematian
BBLSR, terdapat juga faktor lain yang nantinya dapat meningkatkan kematian pada
BBLSR seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskular, hematologis, saluran
pencernaan, metabolik-endokrin, sistem saraf pusat, ginjal dan faktor infeksi. Berat badan
lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir (BBL).
Secara umum, bayi berat lahir rendah (BBLR) lebih besar resikonya untuk
mengalami masalah atau komplikasi pada saat lahir. Masalah bayi dengan berat lahir
rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas neonatal dan menjadi salah satu masalah kesehatan penting di
negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena angka kejadian, kesakitan
dan kematiannya masih cukup tinggi. Selain itu dampak jangka panjangnya berupa
hambatan tumbuh kembang, baik fisik, psikomotor, emosional, intelektual dan kecacatan,
sehingga akan menurunkan kualitas sumber daya manusia dan akan menjadi beban bagi
keluarga. Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah
(BBLR). Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur)
dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam
kandungan.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir patologi secara
komperhensif
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian kepada bayi baru lahir patologi
b. Melakukan pengkajian data subyektif pada bayi baru lahir patologi
c. Melakukan pengkajian data objektif pada bayi baru lahir patologi
d. Menentukan assessment pada bayi baru lahir patologi

B. MANFAAT
1. Bagi ibu hamil dan keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai berbagai tanda bahaya pada bayi
baru lahir terutama mengenai berat badan lahr sangat rendah
2. Bagi penulis
Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan sesuai kebutuhan klien.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan pada suhan kebidanan pada bayi bari lahir
patologis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. TINJAUAN TEORI MEDIS

A. PENGERTIA BAYI BARU LAHIR NORMAL


Seorang bayi adalah mahkluk hidup yang belum lama lahir sampai umur 1 tahun,
namun tidak ada batasan pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan
menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian (Jaya,2016). Bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir
2500 gram sampai 4000 gram (Vidia, 2016). Berdasarkan teori di atas dapat di
simpulkan bahwa bayi baru lahir merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan
aterm, dengan berat badan 2500-4000 gram,dan apgar skor > 7 tanpa cacat bawaan.
Pada bayi baru lahir normal memiliki beberapa ciri-ciri yaitu berat badan sekitar
2500-4000 gram, panjang badan sekitar 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm. lingkar
kepala 33-35 cm, memiliki frekuensi jantung normal sekitar 120-160 x/menit,
pernapasan ± 40 – 60 x/menit, dan kulitnya kemerah-merahan dan licin karena
jaringan subkutannya cukup, rambut lanugo, tidak terlihat, kepala biasanya telah
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, dan genetalia pada perempuan labia mayora
sudah menutupi labia minora, Sedangkan genetalia pada laki-laki testisnya sudah
turun, skrotumnya sudah ada, reflex pada bayi baru lahir sudah ada seperti reflex
hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, reflex moro sudah baik, bila bayi
dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk, reflex grapsnya sudah
baik, dan pola eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
dimana mekonium biasanya berwarna hitam kecoklatan (Marmidan, R, 2012: 8-9)

B. PENGERTIAN BBLSR
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1499 gam;
dan Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) dengan berat lahir <1000 gam.
Berdasarkan peyebabnya, BBLR dapat dibagi menjadi BBLR karena prematur dan
BBLR karena Intra Uterine Growth Restriction (IUG). Masa bayi dimulai dari usia 0-
12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai
dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi. Berat badan bayi baru lahir dapat turun
hingga 10% dibawah berat badan lahir pada minggu pertama disebabkan oleh
ekskresi cairan ekstravaskular yang berlebihan dan kemungkinan masukan makanan
kurang. Berat bayi harus bertambah lagi atau melebihi berat badan lagi pada saat
berumur 2 minggu dan harus bertumbuh kira kira 30 g/hari selama bulan pertama.
C. klasifikasi berat badan lahir rendah
Bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau lebih di anggap cukup matang.
Pertumbuhan rata-rata bayi didalam rahim dipengaruhi oleh berbagai factor
(keturunan, penyakit ibu, nutrisi dan sebagainya). Oleh karena itu di lakukan
penggolongan dengan menggabungkan berat badan lahir dan umur kehamilan sebagai
berikut :
a. Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2500 gram, disebut bayi berat badan lahir
rendah (BBLR).
b. Bayi berat lahir sangat rendah, kurang dari 1500 gram, diistilakan sebagai bayi
berat lahir sangat rendah (BBLSR)
c. Bayi berat lahir sangat rendah sekali, kurang dari 1000 gram, diberikan istilah
bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) (Maryunani, A, 2013: 30-31).
Menurut beratnya dapat di bedakan menjadi :
a. Berat badan lahir rendah (BBLR): 1500 – 2499 gram
b. Berat badan sangat rendah (BBLSR): < 1500 gram
c. Berat badan lahir ekstrem rendah(BBLER):< 1000 gram (Fauziah,A, 2013)
Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi di bedakan menjadi:
a. Preterm infant atau bayi 9 prematur adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan tidak mencapai 37 minggu.
b. Term infant atau bayi cukup bulan (mature atau aterm) adalah bayi yang lahir
pada umur kehamilan 37-42 minggu.
c. Postterm infant atau bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir pada umur
kehamilan sesudah 42 minggu (Amiruddin,2014:148).
Berdasarkan pengelompokkan tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat di
kelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismaturitas :
a. Prematuritas murni adalah bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai untuk masa kehamilan itu atau biasa di sebut dengan
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB – SMK )
b. Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk kahamilan itu atau biasa di sebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB – SMK ). Berarti bayi mengalami
gangguan intra uteri dan merupakan bayi yang kecil masa kehamilan (KMK)
(Amiruddin,2014:138).

D. Etiologi Bayi Berat lahir Rendah


a. Faktor Ibu
1) Toksemia gravidarum (pre-eklamsia dan eklamsia)
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum dan
malnutrisi, Anemia sel sabit
3) Kelainan bentuk uterus misalnya: uterus bukirnis, inkompeten serviks
4) Tumor misalnya: mioma uteri dan eistoma
5) Ibu yang menderita penyakit misalnya: akut dengan gejala panas tinggi (tifus
abdominalis, dan malaria), kronis yaitu TBC, penyakit jantung, Hipertensi dan
penyakit ginjal
6) Trauma pada masa kehamilan antara lain jantung
7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotika, rokok dan alkohol)
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
9) Bekerja yang terlalu berat
10) Perdarahan antepartum
Hasil penelitian pada 131 wanita dengan yang melahirkan bayi kurang dari
2500 gram, 57,1% berusia kurang dari 20 tahun, dan 92,9% peningkatan berat
badan yaitu < 6,5 kg, dan 64,9 % Hemoglobin>9,5%. (Jasashree, 2015)
b. Faktor janin
1) Kehamilan ganda
2) Ketuban pecah dini
3) Cacat bawaan
4) Kelainan kromosom
5) Infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplamosis)
6) Insufensi plasenta Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,
golongan darah A,B dan O)
7) Infeksi dalam rahim
c. Faktor lain
1) Faktor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta, plasenta kecil.
2) Faktor lingkungan : radiasi atau zat – zat beracun
3) Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4) Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok (Rukiah, dkk,2013:
244).

E. FAKTOR PENYEBAB BBLSR

a. Umur kehamilan merupakan faktor resiko terjadinya BBLR. Karena usia


kehamilan dapat mempengaruhi pematangan organ dan efektifitas penyaluran
nutrisi dan oksigenasi plasenta yang dibutuhkan janin untuk tumbuh optimal.
Pada usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu pematangan organ belum
sempurna dan kurangnya efektifitas penyaluran nutrisi dan oksigenasi membuat
pertumbuhan janin menjadi tidak optimal. Sehingga akan melahirkan bayi yang
BBLR, BBLSR, maupun BBLER.

b. Selain itu, tingkat pendidikan juga berkaitan erat dengan pengetahuan ibu tentang
masalah kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik
pada diri maupun pada perawatan kehamilannya, serta pemenuhan gizi pada saat
hamil. Jika tingkat pendidikan ibu rendah, maka sulit untuk mendapatkan
informasi tentang pemenuhan asupan gizi ibu selama kehamilan, dan asupan gizi
yang kurang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin bahkan dapat
menyebabkan berat badan lahir rendah. Sehingga semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka semakin mudah menerima atau memahami informasi yang
diberikan (Marmi, Rahardjo K, 2012).

c. Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan yang


bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan
berat badan lahir rendah. Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda
belum bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya untuk janin
didalam rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga bisa menderita anemia karena
sebenarnya ia sendiri masih membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus
dibagi dengan janin yang ada dalam kandungannya. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Wiknjosastro (2007) bahwa saat terbaik untuk seseorang
wanita hamil adalah saat usia 20-35 tahun, karena pada usia tersebut seorang
wanita telah mengalami kematangan fungsi organ-organ reproduksi dan secara
psikologis sudah dewasa. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rumalutur (2006) dan Elizawarda (2003), paritas merupakan
faktor resiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan paritas lebih
dari4 anak berisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR.

F. PENANGANAN BBLSR
Penanganan yang kurang baik pada bayi baru lahir khususnya pada bayi yang
mengalami komplikasi seperti BBLR dapat mengakibatkan kelainan-kelainan yang
dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian, misalnya akibat
hipotermi dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan
otak, perdarahan otak, syok beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan
tumbuh kembang (Saifuddin, 2002). Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) belum dapat mengatur suhu tubuhnya dengan sempurna dalam menghadapi
perubahan lingkungan dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin yang
suhunya lebih tinggi. Sehingga bayi yang mengalami BBLR membutuhkan perawatan
khusus untuk mempertahankan suhu tubuhnya, karena semakin kecil berat badan bayi
maka cadangan lemak coklatnyapun semakin sedikit, sehingga bayi BBLR akan lebih
mudah untuk kehilangan panas tubuhnya atau mengalami hipotermi.

G. TATALAKSANA BBLSR
Peningkatan berat badan merupakan proses yang sangat penting dalam tatalaksana
BBLR disamping pencegahan terjadinya penyulit. Proses peningkatan berat badan
bayi tidak terjadi segera dan otomatis, melainkan terjadi secara bertahap sesuai
dengan umur bayi. Peningkatan berat yang adekuat akan sangat membantu
pertumbuhan dan perkembangan bayi secara normal dimasa depan sehingga akan
sama dengan perkembangan bayi berat badan lahir normal. Berat bayi harus
bertambah lagi atau melebihi berat badan lagi pada saat berumur 2 minggu dan harus
bertumbuh kira kira 30 g/hari selama satu bulan pertama.7 Peningkatan rata-rata berat
badan per minggu pada BBLR laki-laki diharapkan minimal sebesar 250 gam
sedangkan pada BBLR perempuan minimal sebesar 200 gam per minggu.
Tatalaksana untuk bayi BBLR harus dilakukan sedini mungkin sejak bayi masih
berada di Neonatal Intensive Care Unit(NICU). Hal terpenting dalam perawatan dini
bayi BBLR di NICU adalah pemberian nutrisi yang adekuat sehingga terjadi
peningkatan berat badan pada bayi BBLR. Pada bayi BBLR intervensi nutrisi yang
paling optimal, yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak,
adalah nutrisi protein tinggi post-natal secara cepat (immediate). Hal ini dapat
diperoleh dengan Total Parenteral Nutrition (TPN) dan Air Susu Ibu (ASI)
terfortifikasi untuk membatasi extrauterin growth restriction dan untuk mengejar
pertumbuhan post-term.
Besarnya energi tambahan yang dibutuhkan untuk mengejar pertumbuhan adalah
90-100 kkal/kg/hari. Asupan parenteral yang dibutuhkan dihitung dari rasio tambahan
setelah menghitung tambahan pengeluaran energi yang tidak dapat dihindarkan
(inevitable losses) dari konversi diet protein untuk protein tubuh. Inevitable losses
dari nitrogen diperkirakan sebesar 160 mg/kg/hari, setara dengan protein sebesar 1
g/kg/hari. Pengeluaran energi dari istirahat diperkirakan sebesar 45 kkal/kg/hari pada
bayi, dan pengeluaran energi untuk paparan dingin dan aktivitas fisik diperkirakan
sebesar 15 kkal/kg/hari.
Kebutuhan enteral didapatkan dari kebutuhan parenteral dengan menerapkan
koreksi untuk absorpsi inkomplit dari protein (88%) dan energi (85%). Sebuah
penelitian juga mengemukakan bahwa kebutuhan energi tambahan untuk massa tubuh
yang kurang tidak boleh lebih dari 90–100 kkal/kg/hari. Lebih dari itu energi akan
disimpan dalam jaringan adiposa tetapi tidak dapat membantu pertumbuhan massa
tubuh. Pemberian asupan oral dengan jumlah yang banyak dapat mengakibatkan necrotizing
enterocolitis. Air Susu Ibu secara universal direkomendasikan sebagai asupan nutrisi enteral
utama pada bayi karena bermanfaat untuk kesehatan dan kesejahteraan seluruh bayi.
Walaupun ASI memiliki banyak manfaat, tetapi ASI saja tidak cukup untuk
mendukung pertumbuhan yang optimal pada bayi dengan BBLSR serta untuk
perkembangan otak dan saraf.Oleh karena itu multinutrisi pendukung seperti protein,
mineral, vitamin, dan lainnya sangat direkomendasikan.
Selain ASI untuk megoptimalkan tumbuh kembang pada bayi BBLSR diperlukan
pemberian susu formula BBLSR. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa frekuensi
pemberian ASI ditambah susu formula BBLSR memiliki korelasi bermakna terhadap
penambahan berat badan bayi.Susu formula BBLR mempunyai kandungan antara
lain: energi 24 kkal/oz; protein 2,2 g/100 mL; lemak 4,5 g/100 mL; karbohidrat 8,5
g/100 mL; dan kalsium 730 mEq/L. Bayi BBLR yang diberi susu formula BBLR
akan mengalami kenaikan berat badan dengan rata rata 171,8 g/minggu pada satu
bulan pertama. Bayi BBLSR yang berumur 1-2 bulan mengalami kenaikan berat
badan dengan rata rata 242,4 g/minggu. Namun pemberian susu formula BBLSR
terlalu dini pada bayi BBLSR dapat meningkatkan tingkat kesakitan (morbiditas).
Selain ASI dan susu formula BBLSR, bila dibutuhkan nutrisi parenteral juga
dapat diberikan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi. Dikarenakan
imaturitas dari traktus gastrointestinal, maka administrasi nutrisi tambahan harus
bergantung pada rute parenteral. Walaupun demikian, ketika nutrisi disalurkan
dengan cara parental, trophic feeding (pemberian nutrisi enteral minimal) juga harus
diberikan untuk mengembangkan maturitas traktus intestinal. Ketika maturitas telah
sampai pada poin, dapat dilakukannya asupan enternal secara menyeluruh, nutrisi
parenteral diberhentikan.Salah satu strategi untuk memenuhi kebutuhan energi adalah
mulai memberikan cairan infuse glukosa pada saat lahir dengan kecepatan 4
mg/kg/menit dan kecepatan ditingkatkan perhari atau lebih sering selama euglikemia
masih terjaga.

II. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


1. Identitas
adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian (Nursalam, 2003). Identitas tersebut meliputi:
a. Nama bayi : Diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar
anak yang dimaksud. Nama harus jelas dan lengkap serta ditulis juga nama
panggilan akrabnya (Matondang, 2003).
b. Umur : Perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai kekhasannya sendiri
dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk
menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai
umurnya (Matondang, 2003).
c. Jenis kelamin : Jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk identitas juga untuk
penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang, 2003).
d. Nama orang tua : Agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain
mengingat banyak nama yang sama (Matondang, 2003).
e. Umur orang tua : Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan tingkat kesuburan
(Priharjo, 2007).
f. Agama : Berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang
dianutnya (Varney, 2004).
g. Pendidikan : Selain sebagai tambahan identitas informasi tentang pendidikan
orang tua baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan data yang
diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis (Matondang,
2003).
h. Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk membiayai
perawatan balita (Matondang, 2003).
i. Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat tinggalnya (Varney,
2004).

2. Data Subyektif
a. Riwayat kesehatan
a) Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat sistemik
atau berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama. Seseorang
dikatakan hipertensi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Apabila
seorang ibu hamil memiliki tekanan darah yang tinggi maka ibu beresiko
mengalami preeklampsia berat sehingga melahirkan bayi dengan berat badan
bayi kurang atau dibawah 2500 gram. Hal tersebut dapat dijelaskan karena
saat ibu hamil mengalami hipertensi, asupan makanan terhadap janin menjadi
terhambat disebabkan adanya penyempitan pembuluh darah. Asupan makanan
yang terhambat menyebabkan perkembangan janin dalam kandungan juga
terhambat (Tasya, 2021).
b) TBC
Penyakit TBC (tuberculosis) paru masih sering dijumpai di masyaraka kita.
Kum TBC menular mellui udara, jadi setiap orang dapat tertular jika terhirup
kuman TBC. Semua orang bisa tertular TBC. Upaya pencegahan TBC adalah
dengan cara menghindari kontak dengan orang yang menderita TBC. Mereka
yang menderita TBC pada saat batuk perlu menutup mulut dan hidung agar
butiran ludahnya tidak berterbangan di udara dan menulari orang lain (Djauzi,
2020). Beberapa resiko yang terjadi akibat infeksi TBC terutama selama
kehamilan adalah keguguran, BBLR, kelahiran premature, kematian janin,
hingga TBC kongenital.
c) Jantung
Menurut Dr. dr Khalid Saleh, Sp.PD-KKV,FINASIM,M.Kes akibat penyakit
jantung dalam kehamilan, terjadi peningkatan denyut jantung pada ibu hamil
dan semakin lama jantung akan mengalami kelelahan. Akhirnya penerimaan
oksigen dan zat makanan dari ibu ke janin melalui ari-ari menjadi terganggu
dan jumlah oksigen yang diterima janin semakin lama akan berkurang, maka
janin akan mengalami gangguan pertumbuhan serta kekurangan oksigen.
Sebagai akibat lanjut ibu hamil berpotensi mengalami keguguran, kelahiran
premature, dan melahirkan bayi dengan berat badan kurang atau dibawah
2500 gram.
d) Anemia
Hemoglobin adalah pigmen sel darah merah yang membawa oksigen dan
karbon doiksida. Rendahnya kadar Hb dalam darah berarti darah kurang
mampu mengikat dan membawa oksigen dan lebih sedikit nutrisi yang dibawa
oleh sel darah merah. Dalam kondisi ini, janin kekurangan nutrisi dan oksigen,
dan pertumbuhan terhambat. Kadar Hb yang dianggap normal untuk ibu hamil
adalah 11 gr/dl.
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
1) Jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup, persalinan yang aterm, persalinan
yang premature, keguguran atau kegagalan kehamilan , persalinan dengan
tindakan (forcep atau SC).
2) Riwayat perdarahan pada kehamilan,persalinan,atau nifas sebelumnya.
3) Hipertensi disebabkan kehamilan sekarang atau kehamilan sebelumnya
4) Berat bayi sebelumnya 4000 gram.
5) Masalah-masalah lain yang dialami. Riwayat kebidanan yang lalu membantu
anda mengelola asuhan pada kehamilan ini (konseling khusus, tes, tindak
lanjut dan rencana persalinan) (Hatijar, Suryani dan candra, 2020).
c. Riwayat Neonatus
1) Imunisasi Status imunisasi klien dinyatakan, seperti Vitamin K1 dan hb0,
khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio serta Hepatitis A dan B. Hal tersebut
selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang
diperoleh juga membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu
(Matondang, 2003).
d. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Nutrisi untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI merupakan makanan
yang terbaik untuk bayi oleh karena dapat memenuhi semua zat gizi yang
dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem
pencernaannya, murah dan bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus
memperoleh ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI
saja (Sinta dkk, 2019).
2) Pola eliminasi
Jumlah feses bayi lahir cukup bervariasi dan jumlah paling banyak antara hari
ke 3 dan ke 6. Bayi akan mengeluarkan mekonium, dimana fesesnya lengket
berwarna hitam kehijauan selama 2 hari pertama. Feses bayi di dua hari
pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau aspal lembek.
Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan.
setelah itu feses bayi bisa bergumpal seperti jelly, padat, berbiji atau seeded
dan bisa juga berupa cairan, feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak
berbentuk pasta atau cream, berbiji dan bisa juga seperti mencret atau
mencair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk padat,
bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat. Makanya bayi yang
mengkonsumsi susu formula kadang suka bebelan (susah BAB) sedangkan
yang mendapat ASI tidak. BAK Menjaga kebersihan genitalia bayi setelah
BAK dengan segera menggangi popok yang basah - Bayi baru lahir cenderung
sering BAK yaitu 7 – 10 x sehari.
3) Pola istirahat tidur
Bayi baru lahir biasanya tidur selama 20 menit – 4 jam dalam sekali tidur
dalam waktu 20 jam setiap harinya. Sebagian waktu bayi untuk tidur 60%
(Parwatiningsih dkk, 2021).
4) Aktivitas
Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah beberapa jam lamanya istirahat atau
tidur dan kegiatan sehari-hari (Saifuddin, 2006).
5) Pola kebiasaan ibu
a) Minum jamu-jamuan
Minum jamu merupakan kebiasaan yang berisiko bagi wanita hamil
karena efek minum jamu dapat membayakan tumbuh kembang janin
seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR, partus prematur, kelainan
ginjal asfiksia neonatorum (Hatijar, Suryani dan candra, 2020).
b) Subtanse abuse (Konsumsi alkohol)
Pada hakekatnya semua wanita tahu tentang akibat dari meminum alkohol.
Resiko dari minum alkohol yang terus-memerus, tentunya juga
berhubungan dengan dosis yang akan menyebabkan berbagai masalah
yang serius seperti meningkatkan resiko keguguran,lahir prematur,berat
lahir yang rendah,komplikasi selama masa persiapan kelahiran, persalinan
dan FAE (Fetal Alkohol effect). Di Amerika Serikat,penggunaan alkohol
selama kehamilan merupakn penyebab terbesar dari keterbelakangan
mental dan cacat lahir. Makin cepat seorang peminum menghentikan
kebiasaanya selama kehamilan akan lebih kecil resikonya pada bayi
(Fitriahadi,, 2017).
c) Merokok
Terdapat bukti kuat bahwa ibu hamil yang merokok dapat langsung
mempengaruhi dan merusak perkembangna janin dalam rahim seperti
BBLR, apneu dan kemungkinan meninggal karena SIDS (Sudden Infant
Death Sindrome) atau Crib Death atau kematian diranjang bayi. Asap
rokok dapat menyebabkan suplai Oksigen dan nurisi kepada janin melalui
plasenta berkurang (Fitrihadi, 2017).
3. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Keadaan umum bayi dpat dikatakan baik apabila setelah lahir bayi langsung
menangis keras karena menandakan bayi bernafas dengan baik.
2) Warna kulit
Saat bayi baru warna kulit berwarna keunguan lalu berubah menjadi
kemerahan setalah bayi menangis keras dan dapat bernafas. Beberapa kulit
bayi berwarna kekuningan yang merupakan respon normal tubuh terhadap
jumlah sel darah merh yang banyak, tapi dapat pula merupakan tanda serius
bila warna kekuningan bertambah dan menetap hingga beberapa hari. Pada
bayi postterm kulit bayi keriput dan dan sedikit terkelupas, karena telah
kehiangn verniks kaseosa yng melindungi kulit bayi (Parwatiningsih dkk,
2021).
3) Pernafasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan
pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam.
Cara neonatus bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan abdominal,
sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur (Kurniarum,
2016). Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalamannya, kecepatan,
dan iramanya serta bervariasi dari 30-60 x/menit (Parwatiningsih dkk, 2021).
4) Suhu
Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan
suhu kamar bersali 21 derajat celcius yang sangat berbeda dengan suhu dalam
kandungan 37,7 derajat Celsius. Ini menyebabkan pendinginan cepat pad bayi
saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap liter penguapan tersebut
memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara area permukaan dan
masa tubuh bayi yang lluasmenyebabkan kehilangan panas, khususnya dri
kepala, yang menuyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subcutan tipis dan
memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya perpindahan
panas inti ke kulit, kemudian lingkungan, dan juga mempengaruhi
pendinginan darah (Damayanti dkk, 2014).
5) Denyut jantung

Umur Istirahat Istirahat Demam


(bangun) (tidur)
BBL 100-180 80-160 Sampai
200
1 minggu-3 bulan 100-220 80-200 Sampai
200
4 bulan-2 tahun 80-150 70-120 Sampai
200
2 tahun-10 tahun 70-110 60-90 Sampai
200

b. Antopometri
1) Berat badan
Rata-rata berat badan bayi saat lahir adala 2500-4000 gram (Sinta dkk, 2019).
Bayi berat lahir sangat rendah, kurang dari 1500 gram, diistilakan sebagai
bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)) (Maryunani, A, 2013: 30-31).
2) Panjang badan
45-53 cm
3) Lingkar kepala
Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak. Waktu lahir berat
otak bayi sudah ¼ berat otak dewasa, jumlah selnya mencapai 2/3 jumlah sel
otak orang dewasa. Lingkar kepala ini lebih besar dari pada lingkar dada.
Pengukuran dilakukan dengan meletakkan pita melingkar pada lingkar
oksipito-frontal. Kisaran normal untuk bayi aterm adalah 32-37 cm.
(Parwatiningsih dkk, 2021).
4) Lingkar dada
Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur
pada areola mammae.
c. Pemeriksaan fisik
1) Status present
a) Kepala
Periksa ubun-ubun, moulase, adanya benjolan dan daerah yang
mencekung.
b) Telinga
Tataplah mata bayi, bayangkan sebuah garis lurus melintas dikedua mata
si bayi secara vertikal untuk mengetahui bayi mengalami Syndrom Down.
Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu (pierre-robin)
c) Mata
Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa kedua mata bayi apakah
normal dan bergerak ke arah yang sama
d) Hidung
Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan. Periksa bibir
bayi apakah ada sumbing/kelainan
e) Leher
Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang
dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan
untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
f) Dada
Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan.
g) Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secra bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan (palpasi).
h) Genetalia
Skortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua. Pada
bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora. Lubang
uretra terpisah dengan lubang vagina Terkadang tampak adanya sekrat
yang berdarah dar vagina. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone ibu.
i) Anus
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama.jika sampai 48 jam
belum keluar kemungkian adanya obstruksi saluran pencernaan.
j) Ekstermitas
(1) Atas
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan ke bawah. Kedua lengan harus bebas bergerak. Periksa
jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
(2) Bawah
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki
dengan meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus
dapat bergerak bebas. Kurangnya gerakan berkaitan dengan adanya
trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis
k) Punggung
Balikkan badan bayi dan lihat punggungnya, jalankan jari jemari anda
untuk menelusuri punggung bayi untuk merasakan benjolan pada tulang
punggungnya.
d. Reflex
Reflex adalah gerakan naluriah untuk melindungi bayi. Bayi baru lahir memiliki
berbagai reflex alamiah. Memakai reflex ini kan sangat membantu untuk
memahami penyebab beberapa perilaku bayi. Adapun macam-macam reflex
tersebut meliputi:
1) Reflex mencari (rooting)
Reflex rooting terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau disentuh bagian
pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya kearah
benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat
dihisap. Reflex mencari menghilang setelah bayi berusia 3-4 bulan.
2) Reflex menghisp (sucking)
Reflex menghisap terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ditemptkan dimulut mereka. Reflex menghisap
memudahkan bayi baru lahir untuk memperoleh makanan sebelum mereka
mengasosiasikan putting susu dengan makanan. Menghisap adalah reflex
penting bagi bayi. Reflex ini merupakan rute bayi menuju pengenalan
makanan. Reflex ini menghilang setelah bayi berusia 3-4 bulan.
3) Reflex menelan (swallowing)
Swallowing reflex adalah reflex gerakan menelan benda-benda yang
didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara
permainan namun berubah sesuai pengalaman.
4) Tonick neck reflex
Disebut juga posisi menengadah, menghilang pada sekitar usia 5 bulan. Saat
kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan
lengan yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang gerakan angat halus
atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau
jika reflex ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan
mengalami gangguan pada neuron motoric atas.
5) Reflex menggenggam (palmar grasping)
Reflex gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan
ke bayi, indikasi syaraf berkembang normal. Reflex ini hilang setelah usia 3-4
bulan bayi akan otmatis menggenggam jari ketika anda menyodorkan jari
telunjuk kepadanya.
6) Reflex Babinski
Reflex primitive pada bayi ini berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika
bagian bawah kaki diusap, indiksi syaraf berkembang dengan baik dan
normal. Reflex ini akn menghilang pada usia 4 bulan.
7) Reflek moro
Suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akiba suara atau
gerakan yang mengejutkan.
(Parwatiningsih dkk, 2021).

4. Analisa
a. Diagnose kebidanan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.
Standar nomenklatur kebidanan:
1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
2) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.
3) Memiliki ciri khas kebidanan.
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
(Yulizawati dkk, 2017)
By. Ny. X usia 0-6 jam dengan BBLSR.
b. Diagnose masalah
Berasal dari data-data dasar yang di kumpulkan menginterpretasikan data
kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Kata masalah dan
diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diidentifikasikan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang
menyeluruh.
5. Penatalaksanaan
a. Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital bayi untuk memastikan bahwa
bayi dalam keadaan baik
b. Memberikan intake ASIP sebanyak 1 cc dengan menggunakan spoit lewat OGT
tiap 3 jam.
karena intake yang adekuat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi khususnya glukosa
sehingga tidak tejadi hipoglikemia.
c. Timbang berat badan bayi setiap hari. Hal tersebut merupakan indikator
perkembangan fisik bayi serta kemajuan dalam perawatan berat badan lahir
rendah.
d. Memberikan bayi obat injeksi, yaitu Ampicillin 4 mg/12 jam secara Intra Vena
(IV). ampicillin adalah antibiotik untuk pengobatan infeksi pada saluran
pernapasan, pencernaan, dan kulit dan gentamicine adalah antibiotik untuk
mengobati infeksi-infeksi bakteri dan radang selaput otak pada bayi. Serta
diberikan juga Cefotaxime. Cefotaxime termasuk ke dalam obat keras sehingga
dosis dan pemberiannya harus sesuai dengan resep dokter.Mengutip dari situs
resmi BPOM, dokter akan memberikan sefotaksim melalui injeksi intramuskuler,
intravena, atau infus. Pada bayi baru lahir, dosis cairannya adalah 50 mg/kg bb/
hari dalam 2-4 kali pemberian. Pada infeksi berat, dokter aka meningkatkan dosis
1500-200 mg/kg bb/hari.
e. Selimuti bayi dan meletakkan kedalam incubator. menyelimuti dan menempatkan
ditempat yang hangat mencegah kehilangan suhu tubuh bayi yang normal dan
menjaga selalu
kehangatan bayi.
f. Memantau infus yang terpasang pada umbilical yaitu infus cairan glukosa 10%
dan aminosteril infant 6%. aminosteril infant 6% berfungsi untuk pencegahan dan
pengobatan kekurangan protein dimana asupan makanan secara oral merupakan
kontra indikasi, glukosa 10% berfungsi meningkatkan cadangan energi bayi .
BAB III

PEMBAHASAN

Telah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. M usia 23 hari yang saat lahir
mengalami berat badan lahir sangat rendah yaitu 1215 gram dibawah 1500 gram. Asuhan
dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2022 di RS PKU Muhammadiyah Temanggung diruang
Perinatal. Berat bada bayi saat ini menglami sedikit peningkata yaitu menjadi 1700 gram. Bayi
Ny. M lahir melalui persalinan SC karena ibu mengalami ketuban pecah dini. Bayi lahir dengan
berat badan sangat rendah karena pola nutrisi ibu yang tidak teratur.

Tingkat pendidikan juga berkaitan erat dengan pengetahuan ibu tentang masalah
kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik pada diri maupun pada
perawatan kehamilannya, serta pemenuhan gizi pada saat hamil. Jika tingkat pendidikan ibu
rendah, maka sulit untuk mendapatkan informasi tentang pemenuhan asupan gizi ibu selama
kehamilan, dan asupan gizi yang kurang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin bahkan
dapat menyebabkan berat badan lahir rendah. Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
semakin mudah menerima atau memahami informasi yang diberikan.

Penanganan yang kurang baik pada bayi baru lahir khususnya pada bayi yang mengalami
komplikasi seperti BBLR dapat mengakibatkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup bahkan kematian, misalnya akibat hipotermi dapat terjadi cold stress yang
selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan otak, perdarahan otak, syok beberapa bagian tubuh
mengeras dan keterlambatan tumbuh kembang.

Tatalaksana untuk bayi BBLSR harus dilakukan sedini mungkin sejak bayi masih berada
di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) didalam incubator. Suhu dalam incubator untuk BBLSR
atau dibawah 1500 gram berbeda-beda apabila bayi berumur 1-10 hari maka suhu incubator 35
ºC, jika berumur 11 hari – 3 minggu suhu incubator 34 ºC, jika berumur 3-5 minggu suhu
incubator 33 ºC, dan jika berumur lebih dari 5 minggu maka suhu incubator 32 ºC (Pratiwi, dkk.
2014). Dalam kasus ini suhu incubator pada bayi Ny M yaitu 33 ºC karena umur bayi Ny M yaitu
23 hari antara 3-5 minggu sesuai dengan teori yang ada sehingga suhu tubuh bayi Ny M juga
dalam keadaan normal yaitu 36,6 ºC. Hal terpenting dalam perawatan dini bayi BBLR di NICU
adalah pemberian nutrisi yang adekuat sehingga terjadi peningkatan berat badan pada bayi
BBLR. Pada bayi BBLR intervensi nutrisi yang paling optimal, yang dapat mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan otak. Dalam Konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016
kebutuhan cairan atau nutrisi BBLSR direkomendasikan mulai dengan 80-90 mL/kgBB/hari naik
bertahap 10-20 mL/kgBB/hari pada hari berikutnya sampai jumlah maksimum 140-160
mL/kgBB/hari. Cairan atau nutrisi bayi Ny M telah tercukupi dan nutrisi tersebut diperoleh dari
cairan infus dan ASI. Cairan infus yang diberikan yaitu D10 500 ml yang diberikan sebanyak 6
tpm (mikro). ASI yang diberikan yaitu sebanyak 3-4 cc/3jam atau 24 cc/hari.

Air Susu Ibu secara universal direkomendasikan sebagai asupan nutrisi enteral utama pada bayi
karena bermanfaat untuk kesehatan dan kesejahteraan seluruh bayi. Walaupun ASI memiliki banyak
manfaat, tetapi ASI saja tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan yang optimal pada bayi
dengan BBLSR serta untuk perkembangan otak dan saraf. Oleh karena itu multinutrisi
pendukung seperti protein, mineral, vitamin, dan lainnya sangat direkomendasikan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah sering mengalami beberapa
permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian
perinatal pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah 8 kali lebih besar dari bayi yang
lahir dengan berat badan normal. Prognosis akan lebih parah bila berat badan semakin
rendah, dimana kematian lebih sering disebabkan karena komplikasi neonatal salah
satunya yaitu hipotermi

B. SARAN

Bagi masyarakat khususnya ibu hamil, agar lebih memperhatikan perawatan


selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin minimal 4 kali
selama hamil, agar dapat dideteksi secara dini masalah atau komplikasi yang terjadi
selama kehamilan, sehingga dapat ditangani secara cepat dan tepat serta diharapkan ibu
hamil lebih memperhatikan asupan gizinya selama hamil, agar nutrisi ibu terpenuhi dan
melahirkan bayi yang sehat sehingga dapat menekan angka kematian pada bayi yang
disebabkan oleh BBLR dan hipotermi.
DAFTAR PUSTAKA

Marmi, Rahardjo K. 2012. Asuhan Neonatal, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar
: Jakarta
Saifuddin AB. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
YBPSP : Jakarta.
Varney, Helen, Jan M.Kriebs, Carolyn L.Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Volume 2. EGC : Jakarta.
World Health Organization. 2011. World Health Statistic indicator. Geneva, Switzerland.
Salsabila Septira dan Dian Isti Angraini | Nutrisi bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
untuk Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Majority | Volume 5 | Nomor 3 | September 2016 |
151

Tasya, T. I. S. (2021). Hubungan Hipertensi Gestasional dengan Angka Kejadian BBLR. Jurnal
Medika Hutama, 3 (01 Oktober), 1519-1523
IDAI. (2016). Konsensus Asuhan Nutrisi pada Bayi Prematur.

Anda mungkin juga menyukai