Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA Ny. E


UMUR 26 TAHUN P2A0 AKSEPTOR LAMA KONTRASEPSI
SUNTIK 1 BULAN DENGAN SPOTTING
DI PMB BIDAN IIN TARWINI, S.Tr.Keb., Bdn.

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keluarga Berencana (KB)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Bandung

Dosen: Anita Yuliani, S.ST.,M.KM

Oleh
Rika Susanti
NIM. 522022079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS


STASE ASUHAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Tanggal, September 2023


Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Pembimbing Klinik

Anita Yuliani, S.ST., Bd., MKM Siti Horidah, S.ST., Bd., M.Kes
NPP. 202010785112

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Annisa Ridlayanti, S.Keb., Bd., M.Keb


NPP : 2009240285027

i
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ــــــــــــــــــِم ِهللا الَّر ْح َم ِن الَّر ِحْي ِم‬

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat kepada setiap hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Studi Kasus tugas Keluarga Berencana (KB) yang berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana Pada Ny. E Umur 26 Tahun P2A0 Akseptor Lama Kontrasepsi Suntik 1 Bulan
Dengan Spotting di PMB Bidan Iin Tarwini, S.Tr.Keb., Bdn.”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Keluarga Berencana (KB) Profesi Bidan di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Bandung Tahun Ajaran 2023 – 2024.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran maupun dorongan, baik moril ataupun materil
dalam menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tia Setiawati, S.Kp., M.Kep., Ns., Sp.Kep.An, selaku ketua Universitas ‘Aisyiyah Bandung
2. Popy Siti Aisyah, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Annisa Ridlayanti, S.Keb, Bd., M.Keb, selaku Kaprodi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan.
4. Imas Mardinarsyah, S.ST., M.Tr.Keb., Bdn, selaku Sekretaris Prodi Profesi Bidan.
5. Anita Yuliani, S.ST.,M.KM, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan
motivasi serta dukungan kepada penulis untuk tetap semangat dalam penyusunan laporan
ini.
6. Seluruh dosen dan staf akademik program studi sarjana Kebidananan Universitas
‘Aisyiyah Bandung atas bekal ilmu, didikan dan pengalaman yang diberikan selama
pembelajaran
7. Kedua orang tua, keluarga serta rekan-rekan seperjuangan di Kebidanan Universitas
‘Aisyiyah Bandunga atas semua semua doa dan supportnya
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan segala jasa yang telah diberikan
kepada penulis, amin. Penulis menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan laporan ini Akhir kata, penulis
berharap semoga hasil Asuhan ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umunya bagi
pembaca semua.

Bandung, September 2023


Penulis

Rika Susanti

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 5
C. Tujuan......................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................... 6
A. Keluarga Berencana................................................................................................... 6
B. Kontrasepsi Suntik Kombinasi....................................................................................8
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan....................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angka kelahiran di Indonesia menggelisahkan banyak pihak. Sejak 2004,


program Keluarga Berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga angka kelahiran
mencapai 4,5 juta per tahun. Ledakan penduduk disadari akan berpengaruh pada
ketersediaan pangan dan kualitas sumber daya manusia. Untuk menghindari dampak
tersebut, pemerintah berusaha keras menekan angka kelahiran hingga dibawah 4,5 juta
jiwa per tahun. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang
bertanggung jawab dibidang ini berusaha meningkatkan kinerja dengan meluncurkan
program pemberian insentif bagi tenaga medis (BKKBN, 2014).
Di Indonesia terdapat berbagai macam metode keluarga berencana seperti alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR), susuk/implant, kontrasepsi suntikan, kontrasepsi pil,
kondom, dan kontrasepsi mantap, metode operasi wanita (MOW) dan metode operasi pria
(MOP). Hal ini disesuaikan dengan pilihan akseptor (Sarwono, 2010).
Di Indonesia pada bulan Agustus 2013 sebanyak 688.951 peserta yang
menggunakan alat kontrasepsi. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya
adalah sebagai berikut : 46.988 peserta IUD (6,82%), 7.982 peserta MOW (1,16%), 44.453
peserta implant (6,45% ), 351.016 peserta suntikan (50,95%), 193.405 peserta pil (28,07%),
1.125 peserta MOP (0,16%) dan 43.982 peserta kondom (6,38%).
Di provinsi DIY, pada bulan Agustus 2017 sebanyak 29.848 peserta yang
menggunakan alat kontrasepsi. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya
adalah sebagai berikut : 2079 peserta IUD (6,97%), 175 peserta MOW (0,59%), 1540
peserta implant (5,16% ), 15.163 peserta suntikan (50,80%), 8496 peserta pil (28,46%), 7
peserta MOP (0,02%) dan 2388 peserta kondom (8,00%).
Di Kabupaten Bantul, pada tahun 2017 sebanyak 359.930 peserta yang
menggunakan alat kontrasepsi. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya
adalah sebagai berikut 25.978 peserta IUD (7,2%), 9232 peserta MOW/MOP (2,6%),
21.050 peserta implant (5,8% ), 202.234 peserta suntikan (56%), 96.406 peserta pil (27%),
dan 5.030 peserta kondom (1,4%).
Di PMB Umu Hani pada bulan April 2019 sebanyak 426 peserta yang
menggunakan alat kontrasepsi. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya
adalah sebagai berikut : 5 peserta IUD (0.2 %), 1 peserta implant ( 0.13%) tidak ada
peserta MOW dan MOP (0 %) 677 peserta kb suntik (90.02 %), 73 peserta pil (9.7 %), dan
tidak ada peserta kondom (0%).

4
Dilihat dari data pengguna alat kontrasepsi diatas, dapat disimpulkan dari beberapa
alat kontrasepsi, kontrasepsi suntik paling diminati peserta keluarga berencana
karena merupakan salah satu alat kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama), yang
tidak membutuhkan pemakaian setiap hari. Kontrasepsi suntik hormonal dinilai paling efektif
dan memiliki resiko yang tidak terlalu besar. Maka dari itu, penulis memilih kasus
kontrasepsi suntik untuk dijadikan laporan kasus PKK 4.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. E Umur 26 Tahun


P2A0 Akseptor Lama Kontrasepsi Suntik 1 Bulan Dengan Spotting di PMB Bidan Iin
Tarwini, S.Tr.Keb., Bdn?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. E Umur 26
Tahun P2A0 Akseptor Lama Kontrasepsi Suntik 1 Bulan Dengan Spotting di PMB Bidan
Iin Tarwini, S.Tr.Keb., Bdn.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengidentifikasi data subjektif dan data objektif asuhan kebidanan keluarga
berencana pada Ny. E Umur 26 Tahun P2A0 Akseptor Lama Kontrasepsi Suntik 1
Bulan Dengan Spotting di PMB Bidan Iin Tarwini, S.Tr.Keb., Bdn.
b) Untuk mengidentifikasi faktor Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. E
Umur 26 Tahun P2A0 Akseptor Lama Kontrasepsi Suntik 1 Bulan Dengan Spotting
di PMB Bidan Iin Tarwini, S.Tr.Keb., Bdn.
c) Untuk mengetahui penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada
Ny. E Umur 26 Tahun P2A0 Akseptor Lama Kontrasepsi Suntik 1 Bulan Dengan
Spotting di PMB Bidan Iin Tarwini, S.Tr.Keb., Bdn.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana

1. Definisi
Keluarga Berencana adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur
jarak kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada waktu yang diinginkan
(Saifuddin, 2009:32).
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan
suami istri untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga
(WHO, 2016).
Keluarga Berencana merupakan suatu tindakan untuk menghindari atau
mendapatkan kelahiran, mengatur interval kehamilan, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga. KB merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah angka
kematian ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari
kehamilan resiko tinggi, dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan.
Program KB nasional mempunyai arti penting dalam pelaksanaan pembangunan
dibidang kependudukan dan keluarga kecil berkualitas yang dilaksanakan secara
berkesinambungan (BKKBN, 2014).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu wilayah keluarga dengan cara mengatur jarak kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Tujuan Khusus
Penurunan angka kelahiran yang bermakna, guna mencapai tujuan tersebut maka
ditempuh kebijaksanaan:
1) Fase menunda perkawinan
2) Fase menjarangkan kehamilan
3) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan
3. Manfaat KB untuk kesehatan
a. Untuk Ibu
1) Mencegah kehamilan yang berulang kali dalam waktu pendek

6
2) Mencegah keguguran yang menyebabkan kurang darah.
3) Mencegah terserangnya penyakit infeksi dan kelelahan.
b. Untuk Anak – anak yang dilahirkan
Anak yang dilahirkan akan mendapatkan sambutan dari ibu dalam keadaan sehat
sehingga :
1) Tumbuh secara wajar sebelum lahir.
2) Sesudah lahir, mendapat pemeliharaan dan makanan yang sesuai dari
ibunya.
c. Untuk Suami
Memberi kesempatan kepadanya agar dapat :
1) Memperbaiki keadaan fisiknya
2) Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta
lebih banyak waktu luang untuk keluarga.
d. Untuk anak-anak lainnya
Memberi kesempatan untuk :
1) Perkembangan fisik, karena setiap anak memperoleh jarak dan jatah
makanan yang cukup.
2) Perkembangan mental dan emosi yang cukup banyak
3) Memberi kesempatan pendidikan yang lebih baik karena pendapatan tidak
habis buat hidup saja
e. Untuk Seluruh Keluarga
1) Meningkatkan kesehatan fisik, mental dan emosi dari setiap anggota keluarga
2) Suatu keluarga yang direncanakan dengan baik memberi yang nyata bagi
generasi yang akan datang
3) Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
mendapatkan pendidikan
4) Suatu keluarga yang direncanakan dengan baik dapat memberi sumbangan
yang lebih banyak untuk kesejahteraan lingkungan.
4. Macam-macam Kontrasepsi
Kontrasepsi diklasifikasikan kedalam beberapa jenis, yaitu:
a. Metode Sederhana
Metode sederhana dibagi menjadi metode sedehana dengan alat dan metode
sederhana tanpa alat, yaitu :
1. Tanpa alat :
1) KB alamiah : kalender, suhu basal, lendir serviks
2) Coitus intruptus (senggama terputus)
2. Dengan alat : kondom, diafragma, kap serviks, kondom wanita, spermisida.

7
b. Modern
Metode kontrasepsi modern dibagi menjadi:
1) Hormonal
Metode modern hormonal terdiri atas: kontrasepsi pil, implan, dan suntikan
2) Nonhormonal
Metode modern non hormonal adalah kontrasepsi IUD
c. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap terdiri atas Tubektomi dan Vasektomi
B. Kontrasepsi Suntik Kombinasi

1. Definisi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5
mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali ( Cyclofem), dan 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan
sekali (Saifuddin, 2009).
Kontrasepsi suntik kombinasi adalah jenis kontrasepsi yang terdiri dari dua
hormone yaitu progestin dan estrogen seperti hormone alami pada tubuh seorang
perempuan. Progestin yang digunakan adalah Medroxy Progesterone Acetate (MPA)
dan estrogen nya adalah Estradiol Cypionate (JNPK-KR, 2012).
2. Cara Kerja
Cara kerja kontrasepsi suntik kombinasi menurut Hanafi (2014), antara lain:
a. Menekan ovulasi
b. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma tidak terganggu
c. Perubahan pada endomroetrium (atrofi) sehingga impalntasi terganggu
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
3. Efektivitas
Menurut Ari Sulistyawati, 2011 . Keefektifan kontrasepsi suntik kombinasi sangat efektif
(0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan.
4. Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi suntik kombinasi menurut Saifuddin, 2009 antara lain:
a. Resiko terhadap kesehatan kecil
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
c. Tidak dilakukan pemeriksaan dalam
d. Jangka panjang
e. Efek samping sangat kecil
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

8
5. Keuntungan Nonkontrasepsi
Keuntungan Nonkontrasepsi menurut Hanafi Hartanto 2014 di buku KB dan
Kontrasepsi, yaitu :
a. Mengurangi jumlah perdarahan.
b. Mengurangi nyeri saat haid
c. Mencegah anemia
d. Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium
e. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
f. Mencegah kehamilan ektopik
g. Melindungi klien dari jenis-jenis penyakit radang panggul
h. Pada keadaan tertentu dapat diberikan paada perempuan usia perimenopause
6. Kerugian
Menurut JNPK-KR (2012) kerugian kontrasepsi suntik kombinasi adalah:
a. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spoting,
atau perdarahan sampai 10 hari
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga
c. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30
hari untuk mendapatkan suntikan
d. Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsy
(Fenitoin dan Barbiturat) atau obat tuberculosis (Rifampisin)
e. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati
f. Penambahan berat badan
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis
B, atau infeksi virus HIV
h. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi (Menurut Saefuddin, 2009):
a. Usia reproduksi
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
d. Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
e. Pascapersalinan dan tidak menyusui
f. Anemia
g. Nyeri haid hebat
h. Riwayat kehamilan ektopik

9
i. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
8. Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi menurut Hanafi Hartanto
(2014), yaitu :
a. Hamil atau diduga hamil
b. Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan
c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d. Penyakit hati akut (virus hepatitis)
e. Usia > 35 tahun yang merokok
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110
mmHg)
g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine
i. Keganasan pada payudara
9. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi
Menurut Ari Sulistyawati (2011), waktu yg tepat untuk memulai menggunakan suntikan
kombinasi adalah :
a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari.
c. Bila klien tidak haid, suntikan pertama diberikan setiap saat, asal saja dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual
untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama
masa waktu 7 hari
d. Bila klien pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta belum haid, maka suntikan
pertama dapat diberikan, asal saja dapat dpastikan tidak hamil
e. Bila pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7
f. Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi
g. Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat
diberikan
h. Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat diberikan atau dalam waktu 7 hari
i. Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut
menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat

10
segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji
kehamilan terlebih dahulu
j. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat
diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain
k. Ibu yang mengatakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan asal
saja diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu
datangnya haid. Bila diberikan pada hari ke 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain
tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid.
Cabut segera AKDR.
10. Cara Penggunaan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuscular dalam. Klien
diminta datang setiap 4 minggu suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal,
dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari
dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja (Saefuddin, 2009).
11. Instruksi Untuk Klien (menurut Hanafi Hartanti 2014)
a. Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 4
minggu
b. Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter/klinik untuk
memastikan hamil atau tidak
c. Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada penyuntikandan apa yang
harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala,
atau nyeri payudara, serta perdarahan, informasikan kalau keluhan tersebut sering
ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 atau ke-3
d. Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau obat epilepsy,
obat-obat tersebut dapat mengganggu efektivitas kontrasepsi yang sedang
digunakan.
12. Tanda-tanda yang Harus Diwaspasdai pada Penggunaan Suntikan
Kombinasi (Menurut Hanafi dan Hartanti, 2014)
a. Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah di paru
atau serangan jantung

11
b. Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi, atau migraine
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada
tungkai
d. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya,
kemungkinan terjadi kehamilan.

C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Dokumentasi asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses
asuhan kebidanan) dengan menggunakan SOAP menurut Yuliati (2010), yaitu :
1. Subjektif (S)
Data informasi Subjektif (mencatat hasil anamnesa yang dikatakan, disamaikan, dan
yang dikeluhkan oleh klien)
2. Objektif (O)
Data informasi Objektif (hasil pemeriksaan, observasi) dan hasil pemeriksaan
penunjang (Laboratorium)
3. Analisa (A)
Mencatat hasil Analisa (Diagnosa dan masalah kebidanan)
4. Penatalaksanaan (P)
Mencatat seluruh penatalaksanaan yang digunakan (tindakan antisiasi, tindakan
segera, tindakan rutin, penyuluhan, support,kolaborasi, rujukan dan evaluasi/follow up)

12
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, U. (2013). Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana 2014-


2015. Kemenkes RI. Jakarta.

Hartanto, Hanafi.2014. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Manuaba, Ida Bagus Gede.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : ECG

Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – BP

Saifuddin, 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP

________.2009. Buku Acuan Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi.


Jakarta

Setyaningrum, A. 2008. Hubungan Lama Pemakaian Depo Medroksi Progesterone Asetat


dengan Gangguan Menstruasi di Perumahan Petragriya Indah Purwodadi Tahun 2008.
Berita Ilmu Keperawatan. Vol. 1. No. 4 hal. 151–156.

Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan keluarga berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Magas, M. M., Kundre, R., & Masi, G. (2016). Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu Pengguna
Kontrasepsi Suntik Cyclofem Dengan Depo Medroxy Progesterone Asetat Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bontang Utara 1. Jurnal Keperawatan, 4(1).

Murniasih, S., & Aprilina, H. D. (2019). Deskripsi Siklus Menstruasi Pada Wanita Usia Subur
dengan Akseptor KB Suntik, 6(1), 28–35.

Putri, Y. (2019). Ketidakteraturan Siklus Haid, Berat Badan Dan Flour Albus Terhadap Akseptor
Depoprogesteron Untuk Melanjutkan Suntik. Journal of Midwifery, 7(1), 40–51.

Qomariah, S. (2018). Analisis Penggunaan Kontrasepsi Suntik terhadap Gangguan Menstruasi.


Jurnal Asuhan Ibu Dan Anak, 3(1), 11–17.

Riyanti, E., Nurlaila, & Ningsih, T. . (2015). Gambaran Pemakaian dan Kepatuhan Jadwal
Penyuntikan Ulang Kontrasepsi Suntik. Jurnal Ilmiah Kesehatan
KeperawatanKeperawatan, 11(1), 40–49.

Setyorini, C. (2016). Studi Deskriptif Gangguan Haid Pada Akseptor KB Suntik Di BPM Dyah
Sugiyanto Gonilan Sukoharjo. Jurnal Kesehatan, 2(1), 85–95.

Yuliati, I. (2010). Catatan dan Dokumentasi Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Sagung Seto.

13

Anda mungkin juga menyukai