Juknis OK
Juknis OK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2013, period prevalen diare untuk seluruh kelompok umur di
Indonesia sebesar 7.0%. Lima provinsi dengan period prevalen dan insiden
diare tertinggi, yaitu Papua (14,7% dan 6,3%), Nusa Tenggara Timur (10,9%
dan 4,3%), Sulawesi Selatan (10,2% dan 5,2%), Sulawesi Barat (10,1% dan
4,7%), dan Sulawesi Tengah (8,8% dan 4,4%). Semakin rendah kuartil indeks
kepemilikan, semakin tinggi proporsi diare pada penduduk.
Petani/nelayan/buruh mempunyai proporsi tertinggi (7,1%), jenis kelamin
dan tempat tinggal menunjukkan proporsi yang tidak jauh berbeda.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Terlaksananya kegiatan Layanan Rehidrasi Oral Aktif di Puskesmas
sesuai dengan ketentuan.
2. Tujuan khusus
a. Penanggung jawab/pengelola program/kegiatan pengendalian diare di
dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota mampu
melakukan manajemen dan meningkatkan jumlah LROA di
Puskesmas minimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
b. Petugas puskesmas mampu melaksanakan kegiatan LROA di
puskesmas sesuai dengan ketentuan (petunjuk teknis).
C. Sasaran
D. Dasar Hukum
A. Klasifikasi Diare
1. Diare akut
Buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada
umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
a. Etiologi
Secara klinis penyebab diare akut dibagi dalam 4 kelompok yaitu
infeksi, malabsorbsi, keracunan makanan, dan diare terkait
penggunaan antibiotika. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
fungi, parasit (protozoa, cacing). Dari berbagai penyebab tersebut,
yang sering ditemukan adalah diare yang disebabkan oleh infeksi
virus (Bagan 1).
Bagan 1. Etiologi Diare Akut
b. Patofisiologi
1) Diare sekretorik
Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorpsi natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat.
Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh
sebagai tinja cair.
Diare sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan oleh infeksi
bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus oleh toksin, misalnya
toksin Escherichia coliatau Vibrio cholerae 01.
2) Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air
dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik
antara lumen usus dan cairan intrasel. Oleh karena itu, bila di lumen
usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap akan
menyebabkan diare.
2. Diare bermasalah
a. Disentri
1) Batasan
Diare berdarah tidak selalu disentri, tidak selalu karena infeksi,
bisa alergi pada bayi, IBD (Inflammatory Bowel Disease).
Disentri adalah diare dengan darah dan lendir dalam tinja, dapat
disertai dengan adanya tenesmus. Disentri berat adalah disentri
yang disertai dengan komplikasi.
2) Etiologi dan Epidemiologi
Di Indonesia penyebab Disentri adalah Shigella sp, Salmonella
sp, Campylobacter jejuni, E.coli, dan Entamoeba histolytica.
Disentri berat umumnya disebakan oleh Shigella dysentriae,
Shigella flexneri, Salmonella dan Entero Invasive E.Coli (EIEC).
3) Patogenesis
Faktor risiko kejadian beratnya disentri antara lain gizi kurang,
usia sangat muda, tidak mendapat ASI, menderita campak dalam
6 bulan terakhir, mengalami dehidrasi, serta penyebab
disentrinya, misalnya Shigella sp yang menghasilkan toksin
dan/atau multiple drug resistent.
Pemberian spasmolitik memperbesar kemungkinan terjadinya
megakolon toksik. Pemberian antibiotika pada disentri yang
disebabkan oleh kuman yang telah resisten terhadap antibiotika
akan memperberat manifestasi klinis dan memperlambat sekresi
kuman dalam feses penderita.
4) Gambaran klinis
Disentri umumnya diawali oleh diare cair, kemudian pada hari
kedua atau ketiga baru muncul darah dengan atau tanpa lendir,
sakit perut yang diikuti tenesmus, panas disertai hilangnya nafsu
makan dan badan terasa lemah. Pada saat tenesmus terjadi, pada
kebanyakan penderita akan mengalami penurunan volume diare
dan mungkin tinja hanya berupa darah dan lendir. Pada kondisi
seperti ini perlu dipikirkan kemungkinan invaginasi terutama
pada bayi. Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut dapat
menyertai disentri. Disentri dapat menimbulkan dehidrasi, dari
yang ringan sampai dengan dehidrasi berat, walaupun
kejadiannya lebih jarang jika dibandingkan dengan diare cair
akut. Komplikasi disentri dapat terjadi lokal di saluran cerna,
maupun sistemik.
b. Kolera
Gejala/tanda kolera, yaitu diare terus menerus, tinja cair seperti air
cucian beras, tanpa sakit perut, disertai mual dan muntah pada awal
penyakit.
Diare yang berlangsung lebih dari 7 hari dan kurang dari 14 hari.
Penyebab berbeda dengan diare akut. Pada keadaan ini kita tidak lagi
memikirkan infeksi virus melainkan infeksi bakteri, parasit,
malabsorpsi, dan beberapa penyebab lain dari diare persisten.
1) Batasan
Diare persisten atau diare kronik adalah diare dengan atau tanpa
disertai darah, dan berlangsung selama 14 hari atau lebih. Bila
sudah terbukti disebabkan oleh infeksi disebut sebagai diare
persisten.
2) Etiologi
Sesuai dengan batasan bahwa diare persisten atau diare kronik
adalah diare akut yang menetap, dengan sendirinya etiologi diare
persisten atau diare kronik merupakan kelanjutan dari diare akut.
Anak yang menderita diare (diare akut atau diare persisten) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain. Penanganan pada penderita selain
berdasarkan acuan baku penanganan diare juga tergantung dari penyakit
yang menyertai.
Prinsip penanganan diare pada anak adalah Lintas Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yaitu: Langkah 1. Pemberian oralit osmolaritas rendah;
Langkah 2. Pemberian zinc; Langkah 3. Pemberian ASI/Makanan; Langkah
4. Pemberian antibiotik hanya atas indikasi; dan Langkah 5. Pemberian
nasihat.