Anda di halaman 1dari 8

Nama : Luthviah Firman Annajmi

Kelas : F

NPM: 10040017231

BAB I

A. Arti Logika,Penalaran dan Argumen

Dalam Bahasa sehari-hari,perkataan “logika” dan “logis” menunjuk pada cara berpikir atau cara
hidup atau sikap hidup tertentu, yakni yang masuk akal, yang “reasonable”, yang wajar, yang
beralasan atau berargumen, yang ada rasionya atau hubungan rasionalnya, yang dapat dimengerti
(walaupun belum tentu disetujui atau benar atau salah). Dalam arti teknis atau ilmiah , perkataan
logika menunjuk pada suatu disiplin. Yang dimaksud dengan “disiplin” disini adalah “disiplin ilmiah”,
yakni kegiatan intelektual yang dipelajari untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang tertentu secara sistematik-rasional terargumentasi dan terorganisasi yang terikat atau
tunduk pada aturan-aturan prosedur (metode) tertentu.

1. Klasifikasi Disiplin Ilmiah

Keseluruhan disiplin-disiplin itu dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yakni Disiplin Non-
Empirik dan Disiplin Empirik. Disiplin Non-Empiris adalah kegiatan intelektual untuk secara rasional
memperoleh pengetahuan yang tidak tergantung atau bersumber pada pengalaman; jadi,
kebenaran-kebenarannya tidak memerlukan pembuktian (verifikasi) empirical, melainkan cukup
dengan pembuktian rasional (rational proof) dan konsistensi rasional. Pengetahuan yang tidak
bersumber pada pengalaman ini disebut juga dengan “a-priori”. Disiplin Non-Empirik ini meliputi
Filsafat dan Matematika.

Disiplin Empirik adalah kegiatan intelektual yang secara rasional berusaha memperoleh
pengetahuan faktual tentang kenyataan aktual dank arena itu bersumber pada empiri atau
pengalaman. Dengan demikian, kebenaran-kebenarannya menuntut pembuktian secara empirical di
samping secara relatif memerlukan pembuktian rasional dan konsistensi. Pengetahuan yang
bersumber pada pengalaman ini di sebut juga pengetahuan “a posterori”. Disiplin Empirik ini
meliputi Ilmu-Ilmu alam (Natur Wisswnschaften) dan Ilmu-Ilmu Manusia (geisteswissenschaften).

2. Objek Material dan Objek Formal

Objek Material adalah segala sesuatu yang dipelajari manusia secara rasional sistematis. Objek
Material ini meliputi alam semesta dengan segala isinya,termasuk manusia. Objek Formal adalah
objek material dipandang dari sudut tertentu, yakni dari sudut atau dalam konteks suatu pertanyaan
inti serta dengan menggunakan metode tertentu. Dapat juga dikatakan bahwa objek formal adalah
salah satu aspek atau faset dari objek material yang dipelajari dari sudut pandang tertentu dengan
cara tertentu.

3. Tempat Logika Sebagai Disiplin Ilmiah


Istilah “logika” berasal dari kata sifat “logike” dalam Bahasa Yunani. Kata bendanya adalah “logos”
yang berarti perkataan sebagai manifestasi pikiran manusia. A.A. Luce mengatakan bahwa “logos”
berarti wacana (discourse). Jadi,”pikiran” dan “kata” mempunyai hubungan erat, artinya bahwa
Bahasa berkaitan erat dengan pikiran. Cara orang berbahasa mencerminkan caranya berpikir dan
jalan pikirannya. Jadi,secara etimologikal, Logika berarti ilmu atau disiplin ilmiah yang mempelajari
(jalan) pikiran yang dinyatakan atau diungkapkan dalam Bahasa.

4. Objek Material Logika: Arti Berpikir

Sebagai suatu disiplin, Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari kegiatan berpikir manusia.
Jadi, objek studinya adalah kegiatan berpikir, tetapi bukan prosesnya.

Berpikir adalah proses rohani atau kegiatan akal budi yang berada dalam kerangka bertanya dan
berusaha untuk memperoleh jawaban. Kerangka bertanya itu akan terjadi jika manusia merasa
dihadapkan pada pertanyaan atau masalah.

Faktor-faktor yang akan memaksa manusia untuk berpikir antara lain:

1. Jika pertanyaan atau pendiriannya dibantah oleh orang lain (atau dirinya sendiri)
2. Jika dalam lingkungannya terjadi perubahan secara mendadak atau terjadi peristiwa yang tidak
diharapkan
3. Jika ia ditanya
4. Dorongan rasa ingin tahu

Berdasarkan tujuannya, kegiatan berpikir itu dibedakan ke dalam berpikit praktikal dan berpikir
teoritikal. Berpikir Praktikal adalah kegiatan berpikir yang ditujukkan untuk mengubah keadaan atau
situasi. Berpikir Teoritikal adalah kegiatan berpikir yang ditujukkan untuk mengubah pengetahuan,
jadi untuk memperoleh,menambah atau memperbaiki pengetahuan.

5. Penalaran

Dalam kegiatan berpikir, kegiatan menghubungkan pikiran-pikiran itu diarahkan untuk


memunculkan sebuah kesimpulan. Proses dalam akal budi yang berupa kegiatan menghubungkan
satu pikiran dengan pikiran atau pikiran-pikiran lain untuk menarik sebuah kesimpulan disebut
Penalaran.

6. Objek Formal Logika

Objek Formal Logika adalah bentuk-bentuk atau pola-pola kegiatan berpikir manusia dan struktur
kombinasi pernyataan-pernyataan secara formal. Jadi, objek formal dari Logika adalah bentuk atau
pola berpikir berupa struktur formal kombinasi pernyataan-pernyataan. Tujuan dari Logika yaitu:

1. Membedakan cara berpikir yang tepat dari yang tidak tepat


2. Memberikan metode dan teknik untuk menguji ketepatan cara berpikir
3. Merumuskan secara eksplisit asas-asas berpikir yang sehat dan jernih

7. Hukum Berpikir
Dalam mengembangkan aturan-aturan, metode-metode dan teknik-teknik tentang cara berpikir
yang tepat, Logika mengacu atau bertolak dari sejumlah asas yang sering disebut Hukum Berpikir
(the Laws of Thought). Asas-asas tersebut mencakup:

1. Asas Identitas (Principle of Identity; Principium Identitas). Asas-asas tersebut mencakup: A


adalah A (A=A); setiap hal adalah sama (identic) dengan dirinya sendiri; setiap subjek adalah
predikatnya sendiri
2. Asas Kontradiksi (Principle of Contradiction; Principium Contradictionis) yang dapat dirumuskan:
A adalah tidak sama dengan bukan A (non-A) atau A adalah bukan non A (A tidak sama dengan -
A), keputusan-keputusan yang berkontradiksi tidak dapat dua-duanya benar dan sebaliknya
tidak dapat dua-duanya salah.
3. Asas Pengecualian Kemungkinan Ketiga (Principle of Excluded Middle; Principium Exclusi Tertii)
dapat dirumuskan: Setiap hal adalah A atau bukan -A; keputusan-keputusan yang saling
berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah. Juga keputusan-keputusan itu tidak dapat
menerima kebenaran dari sebuah keputusan-keputusan ketiga atau diantara keduanya; salah
satu dari dua keputusan tersebut harus benar dan kebenaran yang satu bersumber pada
kesalahan yang lain
4. Asas Alasan yang Cukup (Principle of Sufficient Reason; Principium Rationis Suffecientis) dapat
dirumuskan: tiap kejadian harus mempunyai alas an yang cukup
5. Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya dukung dari premis-premisnya atau
pembuktiannya (Do not go beyond the evidence)

8. Premis dan Kesimpulan

Tiap pikiran itu diungkapkan dengan pernyataan. Jadi, kegiatan penalaran itu menghasilkan
sejumlah pernyataan yang dipertautkan sedemikian rupa sehingga memunculkan sebuah
pernyataan tertentu. Pernyataan atau rangkaian pernyataan yang dipertautkan satu dengan yang
lainnya sehingga memunculkan pernyataan tertentu itu dinamakan premis. Sedangkan pernyataan
tertentu yang dimunculkan berdasarkan pernyataan atau rangkaian pernyataan yang lainnya itu
dinamakan kesimpulan atau konklusi. Jadi, premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar
untuk menarik sebuah pernyataan yang disebut dengan kesimpulan atau pernyataan yang
digunakan untuk mendukung atau membenarkan atau membuktikan kebenaran sebuah pernyataan
lain yang disebut kesimpulan (sebuah pendirian atau pendapat). Kesimpulan adalah sebuah
pernyataan yang ditarik berdasarkan sebuah atau beberapa pernyataan yang disebut premis.
Dengan demikian, premis dan kesimpulan adalah pengertian-pengertian korelatif, artinya
pengertian-pengertian yang selalu berkaitan satu dengan yang lainnya dan masing-masing tidak bisa
berdiri sendiri-sendiri.

9. Argumen atau Argumentasi

Argument adalah sekelompok pernyataan yang di dalamnya terdapat satu pernyataan yang
dinamakan kesimpulan yang diterima sebagai kesimpulan berdasarkan pernyataan atau pernyataan-
pernyataan lainnya dari kelompok pernyataan itu yang dinamakan premis atau premis-premis.
Dalam suatu argumen dapat terjadi hanya ada satu premis saja; jadi, ada argumen yang hanya
memerlukan satu premis saja untuk menarik sebuah kesimpulan. Namun, pada umumnya
argument-argumen itu memerlukan lebih dari satu premis untuk dapat memunculkan sebuah
kesimpulan secara sah. Masih diperlukan pernyataan atau pernyataan-pernyataan (bukti atau fakta-
fakta) lain untuk mendukung atau memunculkan pernyataan yang sah.

10. Wacana Argumentatif

Orang sering terlibat dalam perdebatan dengan sesamanya, misalnya dalam suatu diskusi atau
rapat. Dalam pembicaraan yang demikian, maka pembicara mengajukan pendapat atau pandangan
yang dilengkapi dengan alas an-alasan atau pertimbangan-pertimbangan untuk mendukung atau
meyakinkan kebenaran dari pendapatnya itu. Pendapat dan alas an-alasannya itu akan diungkapkan
dalam pernyataan-pernyataan. Alasan-alasan yang diajukan itu merupakan bukti-bukti dari
kebenaran atau ketepatan pendapatnya. Dalam pembicaraan itu akan tampak adanya aliran pikiran
tertentu untuk sampai pada pendapat yang diajukannya. Pembicaraan yang demikian itu disebut
“pembicaraan argumentative” atau “wacana argumentative” (argumentative discourse).

11. Jenis Argumen: Deduktif dan Induktif

Berdasarkan sifat hubungan antara premis dan kesimpulannya, argumen dibedakan dalam dua jenis
yakni Argumen Deduktif dan Argumen Induktif. Argument deduktif adalah argument yang premis-
premisnya di dalam dirinya sudah memuat kesimpulan-kesimpulannya. Artinya, kesimpulannya
sudah tersirat (sudah ada secara implisit) di dalam premis atau premis-premisnya. Karena
itu,hubungan antara premis dan kesimpulan dalam argument deduktif disebut hubungan implikatif.
Sifat pembuktian pada argument deduktif disebut konklusif atau meyakinkan atau berkepastian.
Argument Induktif adalah argument yang kesimpulannya belum atau tidak tersirat didalam premis-
premisnya; artinya premis-premisnya tidak mengimplikasikan kesimpulannya.meskipun demikian,
premis-premis itu sudah cukup kuat memberikan landasan untuk menerima kesimpulan yang
ditarik. Hubungan antara premis dan kesimpulan dalam argument induktif disebut hubungan
probabilitas (kemungkinan). Sifat atau kekuatan pembuktiannya disebut inkonklusif (kurang atau
tidak berkepastian).

B. VALIDITAS DAN KEBENARAN

Perkataan validitas berasal dari perkataan valid. Perkataan valid berasal dari perkatan “Validus”
(Bahasa latin) yang berarti “kuat”. Dalam kaitan dengan Logika, valid berarti “sah”,”absah”,”kuat”
atau “sahih”. Perkataan “validitas” atau “keabsahan” atau “kesahihan” dalam logika digunakan
dalam arti penentuan valid atau tidaknya sebuah argument.

Validitas suatu argument tergantung pada bentuk argument dan tidak ditentukan oleh isi argument
yang bersangkutan. Isi dari suatu argument dinilai berdasarkan kebenaram dan yang dapat dinilai
benar atau salah adalah pernyataannya. Yang dimaksud dengan benar adalah kesesuaian antara
pernyataan dengan fakta. Jadi, masalah kebenaran adalah masalah fakta. Suatu penyataan adalah
benar, jika isi pernyataan itu sesuai dengan fakta.

Dalam kenyataan masalah kebenaran itu tidak sederhana. Hal menentukan apakah isi suatu
pernyataan itu sesuai dengan faktanya tidaklah mudah. Masalah kebenaran itu memunculkan
setidaknya empat teori, yaitu:
1. Teori Korespodensi yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan adalah benar jika isinya sesuai
dengan atau mencerminkan kenyataannya sebagaimana adanya.
2. Teori Koherensi yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah
pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah diterima sebagai benar.
3. Teori Pragmatik yang menyatakan bahwa yang benar adalah yang efektif.
4. Teori Intersubjekvitas yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian atau konsesus
yang dapat dicapai atau diterima oleh orang, terutama di kalangan para pakar sekeahlian.

Validitas dari suatu argumen tidak tergantung pada kebenaran dari pernyataan-pernyataan yang
mewujudkan argument tersebut. Dari uraian di atas, dapatlah dikatakan bahwa masalah validitas
argumen adalah masalah bentuk logical. Artinya, yang menentukan valid atau tidaknya sebuah
argument adalah bentuk logical dari argument yang bersangkutan dan bukan isinya atau kebenaran
pernyataan-pernyataannya.

C. BENTUK DAN BENTUK LOGIKAL

Perkataan bentuk (form) menunjuk pada pengertian wujud (shape). Perkataan wujud adalah
perkataan yang paling umum dari bentuk. Pada dasarnya perkataan wujud menunjuk pada
hubungan tertentu antara sejumlah unsur. Perkataan wujud itu dalam arti tadi, mencakup
pengertian yang luas, yaitu meliputi pengertian-pengertian:
pengertian,ketertiban,tipe,norma,pola,standar dan sebagainya.

Dalam berpikir, manusia akan menyatakan pikirannya ke dalam bentuk Bahasa. Jadi,manusia
menggunakan Bahasa sebagai sarana untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya. Mengekspresikan
pikiran ke dalam Bahasa selalu terjadi dalam bentuk kalimat-kalimat. Kalimat itu selalu tersusun atas
sejumlah perkataan, tetapi tidak setiap kelompok perkataan mewujudkan kalimat. Kalimat adalah
sekelompok perkataan yang tersusun, menurut cara tertentu. Ketentuan tentang cara tertentu.
Ketentuan tentang cara menyusun kata-kata yang mewujudkan kalimat itu disebut sintaksis.
Susunan kata-kata dengan cara tertentu menurut aturan tata Bahasa (sintaksis) adalah aspek bentuk
dari Bahasa. Kata-kata yang digunakan untuk mewujudkan kalimat adalah aspek bahan atau
material dari Bahasa, yang disebut vokabulari atau kosakata. Yang menentukan makna dari
sekelompok perkataan yang mewujudkan kalimat adalah sintaksisnya (aspek bentuknya).

Dengan mengetahui asas-asas dan aturan-aturan berpikir serta bentuk-bentuk logical itu, maka kita
akan lebih mudah membedakan penalaran yang tepat (valid) dari penalaran yang tidak tepat (tidak
valid).

D. LAMBANG DAN LAMBANG LOGIKAL

Bahasa yang dipakai berkomunikasi pada hakikatnya adalah suatu system lambing. Bahasa
mempunyai tiga fungsi pokok,yaitu :

1. Fungsi Ekspresif yakni fungsi untuk menyatakan perasaan.


2. Fungsi Informatif yakni fungsi untuk menyampaikan informasi
3. Fungsi Direktif yakni fungsi untuk memerintah.

Fungsi umum dari Bahasa adalah sarana berkomunikasi. Komunikasi antarmanusia itu pada
dasarnya terjadi dengan menggunakan tanda-tanda. Setiap tanda hanya mempunyai arti tertentu
bagi orang yang memahaminya saja. Penentuan arti atau makna dari suatu tanda selalu memerlukan
tiga hal (term). Pertama adalah disebut “tanda” yakni objek atau peristiwa tertentu yang digunakan
atau dipahami sebagai tanda. Kedua adalah “sesuatu” (objek atau peristiwa lain) yang ditujuk oleh
tanda (objek atau peristiwa yang digunakan sebagai tanda) itu; “sesuatu” ini adalah makna dari
tanda itu. Ketiga adalah “penerjemah” yakni orang untuk siapa yang pertama menunjuk pada yang
kedua. Jadi, lambang adalah tanda yang diciptakan dan digunakan manusia untuk mengungkapkan
sesuatu atau berkomunikasi melalui konvensi.

BAB 2

Kegiatan berpikir manusia berlangsung di dalam akal budi atau intelek (the mind) manusia. Jadi,
kegiatan berpkir itu adalah kegiatan akal budi atau intelek. Tiga langkah kegiatan akal budi yaitu:

1. Kegiatan akal budi tingkat pertama (The First Operation of The Mind) yang dinamakan Aprehensi
Sederhana (Simple Aprehension) yang menghasilkan terbentuknya Konsep.
2. Kegiatan akal budi tingkat kedua (The Second Operation of The Mind) yang dinamakan
Keputusan (Judgement,Oordeel) yang menghasilkan Proposisi.
3. Kegiatan akal budi tingkat ketiga (The Third Operation of The Mind) yang dinamakan Penalaran
(Reasioning, Redenering) yang menghasilkan Argumen atau Argumentasi

BAB 3
A. PENGERTIAN KONSEP

Perkataan “konsep” berasal dari Bahasa latin, yakni dari kata kerja “concipere” yang berarti:
mencakuo,mengandung, menyedot, menangkap. Kata bendanya adalah “conceptus” yang secara
harfiah berarti: tangkapan. Jadi, perkataan “konsep” berarti: hasil tangkapan intelek atau akal budi
manusia. Sinonimnya adalah perkataan “idea” (ide).

Perkataan “idea” berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari perkataan “eidos” yang secara harafiah
berarti: yang orang lihat, yang menampakkan diri,bentuk,gambar, rupa dari sesuatu. Jadi, “eidos”
menunjuk pada yang ada atau yang muncul dalam intelek (akal budi) manusia. Dengan demikian,
“idea” atau “konsep” menunjuk pada representasi atau perwakilan dari objek yang ada diluar subjek
(benda,peristiwa,hubungan,gagasan).

Konsep atau idea itu dinyatakan dengan sebuah tanda lahiriah berupa sebuah kata atau beberapa
kata. Kata atau sekelompok kata-kata yang demikian itu disebut “term”, jika dipandang dari sudut
fungsinya dalam sebuah kalimat atau proposisi, yakni sebagai “subjek” atau sebagai “predikat”. Jika
term itu terdiri atas satu kata saja, maka ia disebut “term tunggal” dan disebut “term majemuk” jika
terdiri atas lebih dari satu kata. Namun, konsep atau idea atau term tersebut tidak identik dengan
kata (rangkaian kata-kata) atau sebaliknya. Sebab, sebuah kata dapat digunakan untuk
mengungkapkan lebih dari satu konsep; dalam hal ini dikatakan bahwa “kata” atau “perkataan”
tersebut memiliki arti ganda. Dan,sebaliknya, sebuah konsep dapat diunkapkan dengan kata atau
kelompok kata yang berbeda.
B. CIRI-CIRI DAN LUAS KONSEP

Sebuah konsep adalah suatu pengertian tentang objek tertentu. Dapat dikatakan bahwa konsep itu
adalah suatu perwakilan universal dan sejumlah objek yang memiliki unsur-unsur esensial yang
mirip (dicirikan dengan kualitas sekunder dan primer). Jadi konsep itu menunjuk pada sejumlah
objek dan dengan demikian, objek-objek yang ditunjuk oleh konsep tersebut adalah anggota-
anggota dari konsep itu. Setiap konsep selalu mempunyai dua aspek yaitu: Aspek Komprehensi
(Denotasi) dan Aspek Ekstensi (Konotasi).

Yang dimaksud dengan komprehensi adalah ciri-ciri atau unsur-unsur yang mewujudkan konsep
yang bersangkutan, jadi unsur-unsur konstitutif dari objek tersebut.

Yang dimaksud dengan ekstensi adalah sejumlah objek yang tercakup oleh konsep tersebut. Antara
aspek komprehensi dan aspek ekstensi berlaku hokum yang menyatakan semakin banyak
komprehensi semakin kecil ekstitensinya dan sebaliknya semakin kecil komprehensi semakin besar
ekstitensinya. karena mempunyai anggota, maka konsep juga dapat disebut sebuah kelas atau
himpunan. Kelas atau himpunan itu adalah (atau menunjuk pada) sekelompok objek yang
mempunyai ciri-ciri atau unsur-unsur tertentu yang sama.

C. DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Berdasarkan komprehensi dan eksistensi kita dapat menjelaskan konsep yang kita maksudkan.
Penjelasan ini bisa dilakukan dengan cara:

1. Menggunakan aspek komprehensi atau menyebutkan ciri-ciri pokok sebuah konsep. Cara ini
dilakukan dengan membuat definisi.
2. Menggunakan aspek ekstensi atau menyebutkan anggota-anggota himpunan konsep tersebut
dan mengelompokkan anggota-anggota himpunan tersebut berdasarkan karakteristik tertentu.
Penyebutan dan penggolongan konsep semacam ini disebut juga klasifikasi atau analisa.

1. Definisi
Membuat definisi merupakan kemampuan dasar bagi setiap orang yang berminat mempelajari
sebuah ilmu pengetahuan. Kita tidak hanya meniru dan menggunakan pengertian konsep
menurut pendapat tokoh atau ahli. Kita bisa membuat pengertian konsep dengan cara membuat
definisi. Secara umum definisi dapat dibagi ke dalam dua bagian:
a. Definisi nominal
Penjelasan sebuah konsep berdasarkan asal-usul atau arti kata/konsep tersebut. Arti kata
dicari dalam kamus. Definisi ini juga disebut Definisi Literer atau Etimologi.
b. Definisi real
Kita perlu memberikan penjelasan tentang konsep yang kita maksudkan dengan cara
menyebutkan unsur-unsur pokok/ciri-ciri utama konsep tersebut. Definisi semacam ini
disebut definisi real. Yang termasuk dalam definisi real adalah:
- Definisi Hakiki :
Definisi yang didalam rumusannya menyebut genus proximum (kelas terdekat) dan
pembeda spesifik.
- Definisi Gambaran :
Definisi yang dibuat dengan menyebutkan semua ciri konsep yang dimaksud.
- Definisi sebab-akibat :
Definisi yang dibuat dengan menggunakan hubungan sebab-akibat untuk menjelaskan
konsep.
- Definisi tujuan :
Definisi yang dibuat dengan menyebutkan tujuan, maksud atau martabat dari sebuah
konsep

Aturan membuat Definisi

1. Definisi harus dapat dibolak-balik antara konsep dan rumusannya. Jika setelah dibolak-balik
tidak ditemukan konsep lain, maka definisi tersebut sudah tepat.
2. Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negative, dengan menggunakan kata tidak atau
bukan.
3. Definisi tidak boleh menyebutkan konsep dalam rumusan.
4. Definisi tidak boleh menggunakan kata kiasan, atau kata-kata yang mengandung arti ganda/bias.

2. Klasifikasi
Berdasarkan aspek ekstensi konsep, kita dapat membuat klasifikasi atau memilah-milah:
memisahkan karena ciri khas, dan menyatukan berdasarkan kesamaan. Semakin konsep dapat
dipilah-pilah sampai bagian yang terkecil,semakin jelas konsep apa yang dimaksud.

Aturan klasifikasi :

1. Pembagian harus lengkap, merinci keseluruh, ke dalam bagian-bagian sehingga tampil sebagai
sebuah kesatuan.
2. Pembagian harus memisahkan: bagian yang satu tidak termasuk ke dalam bagian yang lainnya.
3. Pembagian harus menggunakan dasar yang sama.
4. Penggolongan yang sesuai denngan tujuan yang mau dicapai.

Kesulitan dalam membuat klasifikasi

1. Apa benar untuk keseluruhan, juga benar untuk bagian-bagian, tetapi apa yang benar untuk
bagian-bagian tidak benar untuk keseluruhan.
2. Tidak mudah memisahkan dengan jelas/sungguh berlawanan.
3. Penggolongan cenderung hitam dan putih.

Anda mungkin juga menyukai

  • KKH Hi
    KKH Hi
    Dokumen9 halaman
    KKH Hi
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen1 halaman
    Tugas 1
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • Seminar HRD
    Seminar HRD
    Dokumen1 halaman
    Seminar HRD
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • Bab2 HK Lingkungan
    Bab2 HK Lingkungan
    Dokumen4 halaman
    Bab2 HK Lingkungan
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • Legal Office
    Legal Office
    Dokumen41 halaman
    Legal Office
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman TWK by Me
    Rangkuman TWK by Me
    Dokumen10 halaman
    Rangkuman TWK by Me
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • IKK Jawaban Uts
    IKK Jawaban Uts
    Dokumen5 halaman
    IKK Jawaban Uts
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Pancasila
    Rangkuman Pancasila
    Dokumen2 halaman
    Rangkuman Pancasila
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Hukum PDT
    Rangkuman Hukum PDT
    Dokumen57 halaman
    Rangkuman Hukum PDT
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat
  • KETENAGAKERJAAN Materiii
    KETENAGAKERJAAN Materiii
    Dokumen1 halaman
    KETENAGAKERJAAN Materiii
    Luthviah Firman Annajmi
    Belum ada peringkat