Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

BANGUNAN PANTAI

ENGINEERING PROPERTIES OF SOIL

Disusun Oleh :
Khana Nadira Sastradjaja
26050120140166
Oseanografi 2020

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Baskoro Rochaddi M.T.
NIP. 196503131992031001

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan
mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut masing-masing
berbeda komposisinya untuk setiap jenis, kadar air dan perlakuan terhadap tanah. Tanah
dalam bidang pertanian diartikan sebagai media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah berasal
dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme
(vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu, di dalam tanah
terdapat juga air dan udara. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah
sehingga tidak meresap ke tempat lain. Disamping percampuran bahan mineral dengan bahan
organik, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau
horizon ( Kurdin dan Ahmad, 2013).

Menurut Arifin et al. (2018), menyebutkan bahwa definisi tanah adalah kumpulan dari
benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran
bahan mineral, bahan organik, air, udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.
Tanah merupakan sebagian butiran seperti brangkal , kerakal, dan kerikil termasuk tanah.
Tanah ( Soils) adalah merupakan campuran sebagian atau seluruh jenis berangkal (Boulders),
kerakal (Cobbles), kerikil (gravels), pasir (Sand), lanau (Silts) dan lempung (Clays) serta
koloid (Colloids) dan tanah juga bisa diartikan kumpulan mineral , bahan organik dan
endapan- endapan yang relativ lepas (loose), yang terletak diatas dasar (bed rock). Tanah
(Soils) secara teknis mempunyai sifat-sifat phisis dan teknik (Index Engineering Properties)
yang dapat digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan teknik sipil, baik dalam perencanaan
maupun saat pelaksanaan konstruksi lapangan. Perencanaan suatu bangunan pantai diawali
dengan kegiatan penyelidikikan tanah serta memahami sifat Teknik tanah dengan tujuannya
untuk mendapatkan data teknik tanah yang sangat diperlukan dan akurat sebagai dasar
pertimbangan dalam perencanaan pondasi bangunan seperti bor mesin, SPT ( Standart
Penetration Test), sondir dan lain lain. Sehingga, proyek bangunan pantai tersebut dapat
berhasil dibangun.

1.2 Tujuan
Mengetahui peranan penting tentang sifat Teknik tanah terhadap perencanaan suatau
bangunan pantai.

1.3 Manfaat

1) Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang tanah


2) Mahasiswa dapat memahami sifat- sifat keteknikan tanah
3) Mahasiswa dapat mengetahui tentang bangunan pantai
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah

2.1.1. Definisi Tanah

Menurut Fauizek et al. (2018), menyebutkan bahwa tanah merupakan lapisan teratas
lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu
lokasi dengan lokasi yang lain. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari
material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah
pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang
telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan.
Tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut
:

a. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar dari
250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm, fragmen
batuan ini disebut kerakal (cobbles).
b. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
c. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, berkisar dari
kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
d. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm. Lanau dan
lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke
dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai.
e. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-
partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.
f. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil dari 0,001
mm.

Tanah dalam bidang pertanian diartikan sebagai media tempat tumbuhnya tanaman.
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan
organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam
tanah terdapat juga air dan udara. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh
tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Disamping percampuran bahan mineral dengan
bahan organik, maka dalam proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah
atau horizon. Definisi tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang
tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air,
udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Arifin et al., 2018).

2.1.2 Sistem Klasifikasi Tanah

Menurut Bowles (1089), mengatakan bahwa sistem klasifikasi tanah dibuat pada
dasarnya untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena
variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum
mengelompokkan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan
sifat fisis. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terperinci mengenai
keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat
teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan
sebagainya. anah dapat diklasifikasikan secara umum sebagai tanah tidak kohesif dan
tanah kohesif atau sebagai tanah berbutir kasar atau tanah berbutir halus. Istilah
ini terlalu umum, sehingga memungkinkan terjadinya identifikasi yang sama
untuk tanah-tanah yang hampir sama sifatnya. Disamping itu, klasifikasi tersebut
di atas tidak cukup lengkap untuk menentukan apakah tanah itu sesuai untuk suatu
bahan konstruksi atau tidak. Terdapat dua sistem klasifikasi yang sering digunakan, yaitu
USCS (Unified Soil Classification System) dan AASHTO (American Association of
StateHighway and Transportation Officials).

1. Klasifikasi sistem USCS (Unified soil classification system)

Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh Casagrande (1942) untuk


dipergunakan pada pekerjaan pembuatan lapangan terbang yang dilaksanakan oleh
The Army Corps of Engineers. Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan
laboratorium yang paling banyak dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi
kesatuan tanah. Percobaan laboratorium yang dipakai adalah analisis ukuran butir dan
batas-batas Atterberg. Semua tanah diberi dua huruf penunjuk berdasarkan hasil-hasil
percobaan ini. Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok besar, yaitu
:
a. Tanah berbutir kasar (coarse grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir dimana
kurang dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200.
Symbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G, adalah untuk kerikil
(gravel) atau tanah berkerikil dan S, adalah untuk pasir (sand) atau tanah
berpasir.
b. Tanah berbutir halus (fine grained soil), yaitu tanah dimana lebih dari 50 % berat
total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini
dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung
(clay) anorganik dan O untuk lanau-organik dan lempung-organik. Simbol PT
digunakan untuk tanah gambut (peat), muck dan tanah-tanah lain dengan
kadar organik tinggi.
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS, adalah :
W = tanah dengan gradasi baik (well graded)
P = tanah dengan gradasi buruk (poorly graded)
L = tanah dengan plastisitas rendah (low plasticity), LL < 50
H = tanah dengan plastisitas tinggi (high plasticity), LL > 50

Tabel 1. Sistem Klasifikasi Tanah Unified

(Sumber : Bowles, 1989)


TINJAUAN PUSTAKA

Arifin, M. N., Putri. A., Sandrawati. R., Harryanto. 2018. Pengaruh Posisi Lereng Terhadap
Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Iceptisois Di Jatinangor. Jurnal Soilrens., 2(16).

Fauizek. Michelle. S., Andryan. 2018. Efek Dari Dynamic Compaction (Dc) Terhadap
Peningkatan Kuat Geser Tanah. Jurnal Mitra Teknik Sipil.

Kurdin, M. S., Ahmad. 2013. Engineering Properties Pada Tanah Sebagai Subgrade Dengan
Variasi Clay Content. Jurnal Stabilita., 3(1).

Anda mungkin juga menyukai