Komentar
atas
“Pemanfaatan Ruang Laut” yang ada pada artikel “Hak Pengusahaan
Pesisir Mulai 2011”
2. HP3 yang diberlakukan pada kawasan pemanfaatan umum di suatu daerah pesisir
merujuk kepada pola ruang laut yang dituangkan di dalam Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) yang penyusunannya oleh pemerintah
daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan ditetapkan melalui Peraturan Daerah
(Perda). Di dalam Pasal 20 UU No. 27/2007, HP3 diberikan dalam bentuk sertifikat, dan
juga dapat berakhir karena; jangka waktu habis dan tidak diperpanjang lagi;
ditelantarkan, dan; dicabut untuk kepentingan umum.
3. Pada tahun 2011, selain pemerintah (melalui Ditjen. Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau
Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan) telah memberlakukan HP3, juga dilakukan
peng-klusteran perikanan tangkap yang membagi perairan dalam kawasan usaha
penangkapan melalui Ditjen. Perikanan Tangkap DKP yang luasannya sampai dengan
200 mil dari garis pantai, sementara HP3 hanya sampai 12 mil laut. Jelas disini kawasan
1
perikanan tangkap memiliki area yang lebih luas dari area HP3. Pertanyaannya apakah
bisa terjadi tumpang tindih kedua kawasan yang disebutkan. Jawabannya tentu saja
tidak terjadi tumpang tindih yang dimaksudkan, karena ke-dua Ditjen (unit organisasi
eselon 1) berada di dalam 1 (satu) Departemen yaitu Departemen Kelautan dan
Kementerian (DKP), sehingga semua persoalan dapat dikoordinasikan dengan mudah.