Anda di halaman 1dari 2

Disiapkan oleh:

Nama mahasiswa : Khana Nadira Sastradjaja


Nomor mahasiswa : 26050120140166
Mata Kuliah : Kadaster dan Hukum Laut
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Komentar
atas
“Pemanfaatan Ruang Laut” yang ada pada artikel “Hak Pengusahaan
Pesisir Mulai 2011”

1. Penerbitan HP3 (Hak Pengusahaan Perairan Pesisir) oleh pemerintah (Kementerian


Kelautan dan Perikanan) yang dimulai pada tahun 2011 merupakan upaya untuk
memberikan kepastian hukum dalam berinvestasi bagi perorangan, masyarakat, dan
pelaku usaha untuk kegiatan budidaya perikanan dan wisata bahari pada kawasan
pemanfaatan umum (yaitu pada areal tepi laut hingga jarak 12 mil dari pantai).
Kebijakan tersebut dikeluarkan karena selama ini (sebelum tahun 2011) pemanfaatan
perairan pesisir oleh masyarakat (perorangan dan kelompok) dan pelaku usaha hanya
berdasarkan izin dari pemerintah daerah yang rentan bisa dicabut dan memiliki
keterbatasan. Sementara HP3 yang masa berlakunya 20 tahun bisa diperpanjang dan
bisa dialihkan kepada pihak lain, bahkan bisa dijadikan jaminan utang. Dengan
diberlakukannya kebijakan ini diyakini dapat mendorong berkembangnya kegiatan
social-ekonomi masyarakat wilayah pesisir karena terbuka peluang yang luas dan
menarik bagi para investor untuk berinvestasi.

2. HP3 yang diberlakukan pada kawasan pemanfaatan umum di suatu daerah pesisir
merujuk kepada pola ruang laut yang dituangkan di dalam Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) yang penyusunannya oleh pemerintah
daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan ditetapkan melalui Peraturan Daerah
(Perda). Di dalam Pasal 20 UU No. 27/2007, HP3 diberikan dalam bentuk sertifikat, dan
juga dapat berakhir karena; jangka waktu habis dan tidak diperpanjang lagi;
ditelantarkan, dan; dicabut untuk kepentingan umum.

3. Pada tahun 2011, selain pemerintah (melalui Ditjen. Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau
Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan) telah memberlakukan HP3, juga dilakukan
peng-klusteran perikanan tangkap yang membagi perairan dalam kawasan usaha
penangkapan melalui Ditjen. Perikanan Tangkap DKP yang luasannya sampai dengan
200 mil dari garis pantai, sementara HP3 hanya sampai 12 mil laut. Jelas disini kawasan
1
perikanan tangkap memiliki area yang lebih luas dari area HP3. Pertanyaannya apakah
bisa terjadi tumpang tindih kedua kawasan yang disebutkan. Jawabannya tentu saja
tidak terjadi tumpang tindih yang dimaksudkan, karena ke-dua Ditjen (unit organisasi
eselon 1) berada di dalam 1 (satu) Departemen yaitu Departemen Kelautan dan
Kementerian (DKP), sehingga semua persoalan dapat dikoordinasikan dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai