com/pustaka/uu-27-2007-pengelolaan-wilayah-pesisir-
pulau-pulau-kecil
https://www.jogloabang.com/ekbis/permenkp-242019-tata-cara-izin-lokasi-
pengelolaan-perairan-wp3k
Pemberian Hak Atas Tanah pada wilayah pesisir hanya dapat diberikan untuk
bangunan yang harus ada di Wilayah Pesisir pantai, antara lain:
a. bangunan yang digunakan untuk pertahanan dan keamanan;
b. pelabuhan atau dermaga;
c. tower penjaga keselamatan pengunjung pantai;
d. tempat tinggal masyarakat hukum adat atau anggota masyarakat yang secara
turun-temurun sudah bertempat tinggal di tempat tersebut; dan/atau
e. pembangkit tenaga listrik.
Wilayah Pesisir tidak dapat diberikan Hak Atas Tanah, dalam hal merupakan:
a. bangunan yang terletak diluar batas wilayah laut provinsi;
b. instalasi eksplorasi dan atau eksploitasi minyak bumi, gas, pertambangan,
panas bumi;
c. instalasi kabel bawah laut, jaringan pipa, dan jaringan transmisi lainnya;
dan/atau
d. bangunan yang terapung.
Izin Lokasi Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Izin Lokasi Perairan)
adalah izin yang diberikan untuk memanfaatkan ruang secara menetap dari sebagian
perairan pesisir yang mencakup permukaan laut dan kolom air sampai dengan
permukaan dasar laut pada batas keluasan tertentu. Pelaku Usaha yang melakukan
pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir secara menetap wajib memiliki Izin
Lokasi Perairan berdasarkan Rencana Zonasi. Rencana Zonasi tersebut adalah:
1. Rencana Zonasi KSN;
2. Rencana Zonasi KSNT;
3. Rencana Zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
4. rencana pengelolaan dan Rencana Zonasi Kawasan Konservasi.
Pelaku Usaha yang dimaksud adalah:
a. orang-perseorangan warga negara Indonesia;
b. korporasi yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia; atau
c. koperasi yang dibentuk oleh Masyarakat.
Izin Lokasi Perairan berlaku sampai dengan berakhirnya Izin Pengelolaan Perairan,
izin pelaksanaan Reklamasi, atau Izin Usaha sektor lain. Dalam hal Izin Pengelolaan
Perairan, izin pelaksanaan Reklamasi, atau Izin Usaha sektor lain yang menggunakan
perairan secara menetap belum diterbitkan, maka Izin Lokasi Perairan berlaku untuk
jangka waktu 2 (dua) tahun sejak diterbitkan.
Kewajiban memiliki Izin Lokasi Perairan dikecualikan bagi Masyarakat Hukum Adat.
Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan oleh bupati/wali kota dapat
mengusulkan ruang perairan sebagai wilayah kelola Masyarakat Hukum Adat ke
dalam Rencana Zonasi. Pemanfaatan ruang dan sumberdaya Perairan Pesisir dan
pulau–pulau kecil oleh Masyarakat Hukum Adat wajib mempertimbangkan
kepentingan nasional dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tahapan identifikasi, tahapan verifikasi dan validasi dilakukan oleh Tim Masyarakat
Hukum Adat yang terdiri dari Kementerian Kelautan dan Perikanan; Dalam Negeri;
pakar; tokoh masyarakat; Pemerintah Daerah provinsi; dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota. Bupati/wali kota melakukan penetapan pengakuan dan
perlindungan Masyarakat Hukum Adat berdasarkan hasil verifikasi dan validasi