Anda di halaman 1dari 13

Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

LEMBAR INFORMASI
A. PENDAHULUAN
Melimpahnya komoditas sumber daya perikanan Indonesia bukanlah sekedar
retorika bagi bangsa ini. Kekayaan ini merupakan aset bangsa yang benar-benar
harus dimanfaatkan untuk mengeluarkan bangsa kita dari krisis moneter / ekonomi
yang berkepanjangan. Hukum dasar tertulis negara kita menyatakan secara jelas
bahwa” Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk Kemakmuran rakyat”
( UUD 1945, Pasal 33 ayat 3). Apabila hanya sekedar dibaca, maka rumusan ayat
tersebut di atas sangatlah singkat. Tetapi apabila kita renungkan secara mendalam,
ternyata rumusan yang demikian singkat tersebut memiliki jangkauan yang sangat
luas serta memiliki pengertian yang sangat dalam.

Gambar 1 . Penangkapan Ikan upaya menuju kemakmuran bangsa

Disebut memiliki jangkauan yang sangat luas, karena ayat tersebut tidak hanya
sekedar mencangkup bidang perikanan saja, tetapi mencangkup segala sektor
kehidupan sepanjang yang ada hubungannya dengan bumi, air, dan segala
kekayaan yang terkandung didalamnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan, bahwa
atas dasar ketentuan tersebut dapat dijabarkan berupa peraturan perundang-
undangan di bidang pertambangan, peternakan, kehutanan, tanaman pangan,
perkebunan dan lain-lain.

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 1
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

Sedangkan untuk pengertian yang sangat dalam, dari rumusannya khususnya


kalimat “dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” memiliki berbagai
macam aspek pengertian yang dalam, yaitu :
a. Terbinanya kelestarian sumberdaya ikan, terdapat dari penyebutan
“dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” maka sumberdaya
ikan harus lestari agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh rakyat Indonesia, baik
generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
b. Pemerataan manfaat, yaitu sumberdaya ikan harus diarahkan untuk dapat
memberikan manfaat kepada seluruh rakyat Indonesia tidak terkecuali.
Ada 2 (dua) aspek manfaat tersebut, yaitu :
- pemanfaatan secara langsung, yaitu hasil kegiatan penangkapan atau
pembudidayaan ikan ;
- pemanfaatan tidak langsung, yaitu hasil kegiatan penangkapan atau
pembudidayaan ikan adalah ikannya itu sendiri, harus diarahkan agar
dapat dinikmati seluruh anggota masyarakat baik yang dikota maupun
yang tinggal di pedesaan.

Dari rujukan pengertian di atas; kegiatan pengelolaan laut Indonesia dan isinya,
intinya harus bermanfaat bagi bangsa dan negara. Tetapi sayangnya justru sektor di
bidang pengelolaan laut ini masih sangat terbelakang di negeri kita dan ironisnya
sekali, semua masih jauh dari harapan dan cita-cita luhur para pendiri bangsa ini.

Sosialisasi peningkatan usaha perikanan menjadi salah satu solusi bangsa kita yang
mayoritas buta terhadap dunia perikanan laut. Padahal laut dan isinya adalah solusi
bagi pengentasan kemiskinan yang ada di tanah air saat ini. Pelakunya itu bisa
masyarakat perorangan, masyarakat berkelompok, keikutsertaan penduduk
Indonesia yang berkewarganegaraan asing ataupun murni usaha perikanan milik
negara ( BUMN).

Kegiatan usaha perikanan baik itu penangkapan ikan, budidaya ataupun pengolahan
hasil perikanan tidak bisa lepas dari berbagai macam aturan atau perangkat hukum
yang dibuat untuk melindungi; Kelestarian Sumber daya ikan sebagai objeknya,
Manusia sebagai pelakunya serta sarana yang dipakai sebagai alat produksi seperti
kapal, mesin, kolam dlsb.

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 2
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

Gambar 2 . Penangkapan Ikan dapat meningkatkan kualitas suatu bangsa

Pengelolaan perikanan secara umum dilaksanakan dengan tujuan :

a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil;


b. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;
c. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;
d. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;
e. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;
f. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;
g. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;
h. mencapai pemanfataan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan
lingkungan sumber daya ikan secara optimal; dan
i. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata
ruang.
Usaha penangkapan ikan dilautlah yang saat ini dianggap paling kompetitif sehingga
perlu diatur oleh perangkat hukum baik itu hukum Internasional maupun nasional.
Tujuan pengaturannya luas; baik secara ekonomis, politis, administratif maupun
teknis. Perangkat yang menaunginya ini disebut Hukum Laut dan Peraturan
Perikanan.

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 3
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

No Tujuan Pengaturan Materi Yang Menaungi


1 Ekonomis Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
2 Politis Hukum hubungan internasional &
Kewilayahan
3 Administrasi Undang-undang Pelayaran, Undang-undang
Perikanan, Peraturan Pemerintah tentang
Kepelautan, Kepmen tentang sertifikasi &
pengawakan kapal ikan dll
4 Teknis a. jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan
ikan;
b. jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat
bantu penangkapan ikan;
c. daerah, jalur, dan waktu atau musim
penangkapan ikan;
d. persyaratan atau standar prosedur
operasional penangkapan ikan;
e. sistem pemantauan kapal perikanan;
f. jenis ikan baru yang akan dibudidayakan;
g. jenis ikan dan wilayah penebaran kembali
serta penangkapan ikan berbasis budi daya;

B.HUKUM LAUT & PELAYARAN PERIKANAN INDONESIA


Sekarang ini dikeluarkan berbagai peraturan tentang kelautan dan perikanan secara
nasional maupun internasional yang salah satunya pengaturan pemetaan wilayah
laut. Sebagai contoh untuk mengukur jarak laut dari wilayah darat yang diberlakukan
secara universal, secara yuridis telah memberikan kepastian hukum yang dianut oleh
hukum internasional dan secara factual dapat merupakan perluasan wilayah
kekuasaannya. Mengapa demikian? Karena negara pantai yang semula yang hanya
menganut batas laut teritorial sejauh 3 mil laut yang kemudian berkembang dan
melalui konvensi hukum laut internasional, jarak tersebut diperpanjang 4-6 mil laut,
namun belum dapat diberlakukan secara langsung. Baru pada tahun 1982 telah
dihasilkan kesepakatan bersama baik oleh negara pantai maupun tidak berpantai,

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 4
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

bahwa lebar laut teritorial maksimal 12 mil laut dari garis pantai terluar pulau yang
dimiliki suatu negara.

Perkembangan batas wilayah laut tersebut sekaligus merupakan perluasan wilayah


negara pantai atau minimal memberikan peluang untuk memperluas kepentingan
dan pengawasannya di laut. Apabila dikaji lebih jauh, pada saat ini kesempatan
untuk memperluas wilayah kekuasaan tidaklah seperti pada zaman-zaman
sebelumnya yang masih memungkinkan untuk mengadu kekuatan guna pemekaran
wilayahnya. Pada kesempatan ini dapat dilakukan perluasan dengan pertimbangan
sepanjang yang dimungkinkan dan tidak melanggar hukum internasional yaitu
adanya perluasan wilayah kelautan secara legal.

Menilik sejarahnya, negara Indonesia yang cukup dikenal wilayahnya merupakan


kumpulan dari pulau-pulau besar dan kecil, dalam praktek ketatanegaraannya telah
memperlakukan ketentuan selebar 12 mil laut. Dimana tanggal 13 Desember 1957
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan
Deklarasi H. Djuanda :

“Bahwa segala perairan di sekitar, diantara yang menghubungkan pulau-pulau atau


bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian yang wajar daripada wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan demikian merupakan bagian daripada perairan
nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak dari negara Republik Indonesia”.

Dikeluarkannya Deklarasi ini dimaksudkan untuk menyatukan wilayah daratan yang


terpecah-pecah sehingga Deklarasi akan menutup adanya lautan bebas yang berada
di antara pulau-pulau wilayah daratan. Pertimbangan lain yang mendorong
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan pernyataan mengenai wilayah
perairan Indonesia adalah :
1. Bahwa bentuk geografi Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang
terdiri dari beribu-ribu pulau mempunyai sifat dan corak tersendiri yang
memerlukan pengaturan tersendiri.
2. Bahwa penetapan batas-batas laut territorial yang diwarisi dari pemerintah
kolonial sebagaimana termaktub dalam “Territoriale Zee en Maritime Kringen

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 5
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

Ordonantie 1939” pasal 1 ayat (1) tidak sesuai lagi dengan kepentingan
keselamatan dan keamanan Negara Republik Indonesia.
3. Bahwa setiap negara yang berdaulat berhak dan berkewajiban untuk
mengambil tindakan-tindakan yang dipandang perlu untuk melindungi
kebutuhan dan keselamatan negaranya.

Dengan dikeluarkannya pernyataan tersebut bukan berarti tidak ada pelayaran asing
pada jalur lintas di laut kepulauan tersebut. Di wilayah tersebut dulunya merupakan
jalur pelayaran bebas masih dimungkinkan untuk dilakukan pelayaran internasional
dengan maksud damai.

Pada wilayah perairan inilah kegiatan pelayaran berlangsung, baik untuk kapal
penumpang, kapal muatan barang, kapal penangkapan ikan ataupun kapal untuk
pelayaran komersial lainnya. Bangsa Indonesia diberikan kelelusaan untuk
mengeksploitasi laut Indonesia terutama Sumber Daya Ikannya yang sementara
waktu ini hanya baru dinikmati oleh segelintir orang dari bangsa kita dan yang
besarnya justru oleh bangsa asing yang ditengarai banyak melakukan pencurian ikan
di laut Indonesia.

Peningkatan kompetensi bangsa kita dalam kegiatan pelayaran penangkapan ikan


diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau unit pendidikan kepelautan yang dikelola
oleh masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan pendidikan kepelautan tersebut wajib mendapat izin dari Menteri
yang bertanggung jawab di bidang pendidikan nasional setelah mendengar pendapat
dari Menteri terkait yaitu Menteri Kelautan & Perikanan serta Menteri perhubungan.

Kurikulum pendidikan kepelautan disusun dengan memperhatikan:

a. aspek keselamatan pelayaran;

b. tingkat kemampuan dan kecakapan pelaut, sesuai standar kompetensi yang


ditetapkan;

c. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta manajemen di bidang


pelayaran;

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 6
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

Pendidikan kepelautan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui jalur sekolah,


yang terdiri dari :

a. pendidikan profesional kepelautan;

b. pendidikan teknis fungsional kepelautan.

C. PERATURAN TENTANG PENGAWAKAN KAPAL IKAN

Untuk dapat bekerja sebagai awak kapal, wajib memenuhi persyaratan:


a. memiliki Sertifikat Keahlian Pelaut dan/atau Sertifikat Keterampilan Pelaut;
b. berumur sekurang-kurangnya 18 tahun;
c. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang
khusus dilakukan untuk itu;
d. disijil.

Memenuhi persyaratan tersebut, pelaut kapal ikan Indonesia diharuskan memiliki


sertifikasi kepelautan terstandar, baik itu untuk level Nakhoda, Perwira ataupun Anak
Buah Kapal (ABK).

Jenis sertifikat kepelautan yang dimaksud di atas adalah :

a. Sertifikat Keahlian Pelaut;

b. Sertifikat Keterampilan Pelaut.

Jenis Sertifikat Keahlian Pelaut sebagaimana dimaksud terdiri dari :

a. Sertifikat keahlian pelaut nautika kapal penangkap ikan;

b. Sertifikat keahlian pelaut teknik permesinan kapal penangkap ikan.

Sertifikat keahlian pelaut nautika kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud


terdiri dari :

a. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat I;

b. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat II;

c. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat III.

Sertifikat keahlian pelaut teknik permesinan kapal penangkap ikan:

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 7
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

a.Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat I;

b.Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat II

c.Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat III

Gambar 3 . Pengembangan Sumber Daya Manusia mutlak dalam eksploitasi yang


selamat dan bertanggung jawab

Jenis Sertifikat Keterampilan Pelaut sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari:

a. Sertifikat Keterampilan Dasar Pelaut;

b. Sertifikat Keterampilan Khusus.

Sertifikat Keterampilan Dasar Pelaut sebagaimana dimaksud dalam uraian di


atasadalah Sertifikat Keterampilan Dasar Keselamatan (Basic Safety Training).

Sedangkan Jenis Sertifikat Keterampilan Khusus sebagaimana dimaksud terdiri dari :

a. Sertifikat Keterampilan Penggunaan Pesawat Luput Maut dan Sekoci


Penyelamat (Survival Craft dan Rescue Boats);

b. Sertifikat Keterampilan Sekoci Penyelamat Cepat (Fast Rescue Boats);

c. Sertifikat Keterampilan Pemadaman Kebakaran Tingkat Lanjut (Advance Fire


Fighting);

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 8
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

d. Sertifikat Keterampilan Pertolongan Pertama (Medical Emergency First Aid);

f. Sertifikat Keterampilan Perawatan Medis di atas Kapal (Medical Care on


Boats);

g. Sertifikat Radar Simulator;

h. Sertifikat ARPA Simulator;

Pada setiap kapal penangkap ikan yang berlayar harus berdinas:

Seorang nakhoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki sertifikat keahlian
pelaut kapal penangkap ikan dan sertifikat keterampilan dasar pelaut sebagaimana
dimaksud dalam dalam

Untuk uraian terdahulu sesuai dengan daerah pelayaran, ukuran kapal, dan daya
penggerak kapal. Untuk mendapatkan sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap
ikan tersebut para calon pelaut atau pelaut harus lulus ujian yang dilaksanakan oleh
Dewan Penguji yang mandiri (independen) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ketentuan lebih lanjut mengenai ujian tersebut diatur
dengan Keputusan Menteri setelah mendengar pendapat dari Menteri yang
bertanggung jawab di bidang perikanan. Pengawakan kapal penangkap ikan harus
disesuaikan dengan :

a. daerah pelayaran;

b. ukuran kapal;

c. daya penggerak kapal (kilowatt/KW).

D. PERATURAN PERIKANAN
Sejak zaman dulu kala sumber daya ikan sudah banyak dimanfaatkan manusia dan
ini berlangsung terus sampai sekarang. Diawali dengan cara “berburu” menangkap /
mencari ikan, manusia mendapatkannya dan memperioritaskan untuk santapan
keluarga (subsistence type of fisheries). Kemudian, berkembangnya cara-cara
pembudidayaan ikan, yang tampak muncul setelah manusia berpikir bahwa pada
saatnya nanti bisa saja “kehabisan ikan” terjadi kalau terus menerus ditangkap tanpa
memikirkan bagaimana “membuat” anak-anaknya. Karena semakin banyaknya
manusia yang butuh makan termasuk ikan,maka pemanfaatan sumber daya yang

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 9
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

semula hanya untuk kebutuhan keluarga berubah menjadi bentuk yang bersifat
komersial (commercial type of fisheries).

Gambar 4 . Indonesia menjadi bagian perikanan dunia

Usaha perikanan ternyata sangat beragam, yang dimulai dari usaha menangkap
ikan, membudidayakan ikan, termasuk didalamnya bermacam-macam kegiatan,
seperti menyimpan, mendinginkan atau mengawetkannya; untuk tujuan komersial
yang akan mendatangkan penghasilan dari keuntungan bagi manusia. Usaha
penangkapan ikan dilakukan diperairan bebas, dalam artian tidak sedang dalam
pembudidayaan; yaitu di laut dan perairan umum (sungai, danau, waduk, rawa dan
sejenisnya), dengan mempergunakan alat tangkap ikan. Pembudidayaan ikan
merupakan kegiatan memelihara/membesarkan ikan termasuk melakukan
pembenihan atau membiakkan ikan untuk menghasilkan benih.; serta memanen
hasilnya.

Dari usaha perikanan salah satu yang diharapkan adalah memperoleh keuntungan
usaha yang tinggi, hal ini bisa memberikan dampak kurang menguntungkan bagi
kelestarian sumber daya ikan maupun kesinambungan usaha. Sumber daya ikan
dengan sifat-sifat biologis yang dimiliki serta lingkungan yang menguntungkan,

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 10
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

memang mempunyai “kekuatan pulih sendiri” (renewable resources), walaupun hal


itu tidak pula berarti tidak terbatas. Jika manusia mengeksploitasi sumber daya ikan
semena-mena dan bertentangan dengan kaidah-kaidah pengelolaan sumber yang
rasional, mustahil usaha perikanan berjalan langgeng (lestari), bahkan bisa saja
berhenti setengah jalan karena sumbernya rusak atau habis. Dalam hubungan ini
maka perlu dipikirkan bagaimana mengantisipasi agar usaha perikanan dapat
berjalan berkesinambungan dan merupakan usaha yang menguntungkan, yakni
dengan melakukan pengaturan sehingga menjadi semakin bermanfaat bagi umat
manusia.

Usaha perikanan laut di Indonesia mengacu kepada kekayaan sumber daya laut
Indonesia yang demikian luas. Laut Nusantara, Laut Teritorial dan Zone Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Indonesia menjadi surga tumbuhnya ikan-ikan ekonomis penting
yang tidak terhingga terduga stoknya. Walaupun para ahli pendugaan stok selalu
memberikan “Warning” tentang semakin berkurangnya jumlah ikan hasil tangkapan
dikarenakan “over fishing” terutama akibat penangkapan illegal yang hasilnya tidak
dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia sendiri

Sampai saat ini banyak peraturan perundangan perikanan yang diterbitkan oleh
pemerintah; diantaranya adalah UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan,
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 1990 tentang Usaha Perikanan serta
tentang perubahan PP No 15 tahun 1990 ini menjadi PP No. 46 tahun 1993. Usaha
perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia hanya boleh
dilakukan oleh warga negara Republik Indonesia atau badan hukum Indonesia.

Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud di atas diberikan kepada


orang atau badan hukum asing yang melakukan usaha penangkapan ikan di ZEEI,
sepanjang hal tersebut menyangkut kewajiban Negara Republik Indonesia
berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum internasional yang
berlaku.

Dalam rangka mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, Menteri


menetapkan:
a. rencana pengelolaan perikanan;

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 11
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

b. potensi dan alokasi sumber daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan


Republik Indonesia;
c. jumlah tangkapan yang diperbolehkan di wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia;
d. potensi dan alokasi lahan pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan
perikanan Republik Indonesia;
e. potensi dan alokasi induk serta benih ikan tertentu di wilayah pengelolaan
perikanan Republik Indonesia;
f. jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan;
g. jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat bantu penangkapan ikan;
h. daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan;
i. persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan;
j. sistem pemantauan kapal perikanan;
k. jenis ikan baru yang akan dibudidayakan;
I. jenis ikan dan wilayah penebaran kembali serta penangkapan ikan berbasis
budi daya;
m. pembudidayaan ikan dan perlindungannya;
n. pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta
lingkungannya;
o. rehabilitasi dan peningkatan sumber daya ikan serta lingkungannya;
p. ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap;
q. suaka perikanan;
r. wabah dan wilayah wabah penyakit ikan;
s. jenis ikan yang dilarang untuk diperdagangkan, dimasukkan, dan dikeluarkan
ke dan dari wilayah Republik Indonesia; dan
t. jenis ikan yang dilindungi.

Pengelolaan sumber daya hayati ZEE Indonesia tidak terbatas hanya dikelola oleh
nelayan Indonesia saja, tetapi nelayan asingpun dapat ikut memanfaatkan sesuai
peraturan internasional. Dalam hal Usaha perikanan dilaksanakan dalam sistem
bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran.

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 12
Departemen Mekanisasi Pertanian & Penangkapan Ikan

Adapun beberapa pokok pengaturannya antara lain sebagai berikut:


(1)Setiap orang yang melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan,
pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia wajib memiliki SIUP.
(2) Kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud pada point 1, tidak berlaku bagi
nelayan kecil dan/atau pembudi daya-ikan kecil.
(3) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan
berbendera Indonesia yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan di
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dan/atau laut lepas wajib
memiliki SIPI.
(4) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap f'kan
berbendera asing yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan di
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia wajib memiliki SIPI
(diterbitkan oleh Menteri).
(5) Kapal penangkap ikan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan
di wilayah yurisdiksi negara lain harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
dari Pemerintah.
(6) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal pengangkut ikan di
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia wajib memiliki SIKPI
(diterbitkan oleh Menteri).

Disusun : R. Diyan K, A.Pi., M.Si Edisi Revisi : A Hukum Laut dan Peraturan
Tanggal : 20 September 2010 Revisi ke 1 : Tanggal 27 Maret 2012 Perikanan
Page 13

Anda mungkin juga menyukai