Anda di halaman 1dari 12

BAB I Peranan Teknologi Eksplorasi dalam Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Perairan Oleh : Ir. Arthur Brown.

MSi Pengantar Dalam bab ini akan dibahas tentang struktur industri perikanan dan kelautan dalam pemanfaatan sumberdaya Perikanan dan Kelautan Nasional serta peran dari Teknologo eksplorasi dan eksploitasi dalam pemanfaatan Sumberdaya hayati perairan yang merupakan bahagian dari potensi perikanan dan kelautan, yang secara spesifik mencakup :

1. Tantangan Pembangunan Perikanan Dengan terbentukya kementrian Kelautan dan perikanan Republlik Indonesia tentunya diharapkan program pembangunan pada sektor kelautan dan perikanan akan dapat membangkitkan perekonomian rakyat. Harapan ini sangatlah realistis mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wlayah 70% perairan. Abad 21yang ditandai dengan era globalisasi dan perdagangan bebas memperhadapkan bangsa Indonesia dengan berbagai tantangan dan sekaligus peluang di dalam upaya mewujudkan cita cita sebagai suatu bangsa yang maju dan mandiri. Sumberdaya kelautan diharapkan akan menjadi sumber pertumbuhan baru di abad 21 mengingat potensinya yang besar. Hal ini didorong pula oleh kenyataan bahwa sumberdaya daratan (teresterial) semakin menipis dan sukar dikembangkan. Dilain pihak tuntutan kebutuhan hidup semakin meningkat sebagai akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar. Belum termanfaatkannya sumberdaya kelauta Indonesia secara optimal dapat diidentifikasikan penyebab oleh adanya beberapa keterbatasa antara lain: a. Lemahnya penguasaa Ilmu pengetahuaan dan teknologi kelautan b. Rendahnya kuantitas SDM kelautan yang terampil

c. Beratnya tantangan di laut bila dibandingkan dengan di darat karena kondisi perairan yang berubah dari waktu ke waktu d. Iklim usaha yang ada saat ini belum kondusif untuk mendorong perkembangan industri kelautan dengan lebih cepat e. Terbatasnya modal investasi modal usaha. Dalam rangka mengeksplorasi dan eksploitasi sumberdaya kelautan, maka peranan IPTEK kelautan sangatlah besar, kenyataan ini dapat kita lihat pada beberapa negara maju yang telah memliki IPTEK kelautan yang telah berkembang pesat. Sebagai suatu bangsa yang sering diberi julukan bangsa bahari hal ini merupakan tantangan yang perlu segera mendapatkan jawaban agar bangsa ini dapat betul betul menguasai laut itu sendiri dala makna yang sesungguhnya, menguasa, memanfaatkan secara optimal dengan memberikan sebesar besarnya manfaat bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Kunci untuk mencapai hal tersebut adalah mendorong dan memajukan pendidikan SDM sehingga dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu tinggi dan tentunya dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan kelautan itu sendiri. 2. Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Globalisasi sebagaimana dikenal sebagai suatu proses meluasnya informasi dan teknologi tanpa batas sebagai akibat dari kemajuaan teknologi informasi, komunikasi dan trasportasi yang menjadikan dunia makin kecil. Demika kontak kemanusiaan pun semak luas. Akses lebih luas dari gobalisasi adalah mempercepat proses penyebaran prosses penyebaran informasi, ilmu, teknologi, seni, peradaban, dalam masyarakat madani yang berbasis kepada ekonomi pasar dan perdagangan bebas. Agar bisa unggul dalam pasar global, maka kualitas kerja dan karya manusia indonesia harus setara bahkan mengungguli hasi dari negara lain. Ini berarti perlunya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki karakter inovatif, kreatif dan proaktif dalam memajukan kebudayaan dan peradaban.

3. Industri Kelautan Dilihat dari ketersediaan sumberdaya kelautan, maka usaha dan upaya pemanfaatan sumberdaya kelautan. 3.1 Industri Sumberdaya hayati Laut (Renewable Industri) I. Jenis industri primer perikanan: a. Industri penangkapan ikan b. Industri budidaya perairan II. III. IV. Jenis industri sekunder perikanan : a. Industri pengolahan ikan Jenis industri tertier perikanan a. Industri pemasaran produk laut Jenis industri penunjang usah perikanan a. Industri pembuatan alat alat penagkapan ikan b. Industri kapal Perikanan c. Industri isntrumen penangkapan ikan d. Industri pakan ikan e. Industri benih ikan 3.2 Industri sumberdaya kelautan yang tak dapat pulih (Unrenewable Industry) Jenis industri sudah cukup dikenal seperti industri perminyakan, industri gas bumi, industri olefin dan aromatik. 3.3 Industri jasa lingkungan (environtmetal service) Yang termasuk dalam kelompok industri ini antara lain adalah industri pariwisata bahari, pemukiman laut, industri lingkungan laut. laut, industri energi

4. Peranan Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Tujuan pembangunan perikanan nasional dirahkan untuk mewujudkan suatu industri perikanan yang semaksimal mungkin mengandalkan kekuatan sendiri dalam memanfaatkan sumberdaya ikan secara optimal dan lestari bagi kemakmuran rakyat yang berperan meningkatkan taraf hidup nelayan dan petani ikan dan meningkatkan gizi protein hayati yang bersumber dari laut.

Agar tujuan pembangunan dapat dicapai, peranan IPTEK pada seluruh mata rantai sistim usaha perikanan yang terdiri dari empat sub sistim utama , yakni : a. Sumberdaya ikan dan habitatnya b. Produksi, penangkapan, dan budidaya c. Pengolahan d. Pemasaran dan konsumen Dan juga empat subsistem pendukungnya yakni : a. Sarana dan prasarana perikanan b. Modal c. IPTEK dan SDM d. Hukum dan kelembagaan yang saling terkait satu dengan lainnya. penguasaan teknologi eksplorasi dan ekspoitasi merupakan syarat untk keberhasilan pemanfaatan sumberdaya hayati laut. Eksplorasi suatu sumberdaya ikan sangat menentukan keberhasilan upaya eksploitasi yang akan dilakukan. Hal yang harus jangan dilupakan adalah bagaimana mencapai suatu kemampuaan eksploitasi suatu sumberdaya alam secara optimal tanpa harus merusak kelestariaan sumberdaya itu dan lingkungannya yang tentunya merupakan suatu tantangan di masa depan 5. Teknologi Eksplorasi Teknologi dapat diartikan sebagai kemampuan yang berlandaskan ilmu eksakta yang berlandaskan proses teknis. Eksplorasi adalah proses menemukan, mengidentifikasi dan memeriksa sumberdaya yang terdapat pada suatu perairan laut. Dari kedua pengertian ini dapat dikatakn Teknologi Eksplorasi dapat dikatakan sebagai kemampuan yang berdasarkan ilmu eksakta dan proses teknis dalam proses menemukan, mengidentifikasi dan memeriksa sumberdaya yang ada pada suatu perairan laut. Perkembangn da kemmpuan IPTEK yang khususnya bidang elektronika telah mendukung progran pengembangan IPTEK kelautan baik sebagai dasar maupun terapan. Kemajuan dalam bidang elektrinika ini adalah :

a. Teknologi komputer b. Rekayasa akustik perairan c. Pemginderaan jauh satelit d. Teknologi komunikasi e. Teknologi instrumentasi. 6. Teknologi Eksploitasi Teknologi eksploitasi dalam konteks ini adalah teknologi penagkapan kan yaitu yang berkaitan dengan penangkapan, yang mencakupteknik dan takik penangkapan dan titik berat bahasan disii adalah: a. metode penangkapan ikan b. metode dan alat penangkapan c. kapal ikan dan penangkapan ikan. 7. Sistem informasi kelautan/perikanan Kemajuan teknologi dala bidang informasi dan elektronika membawa dampak positif terhadap upaya untuk memperole nformasi,mulai dari pengumpulandata, pengolahan hingga penyajiaannya dapat dilakukan dengan cepat dengan tingkat akurasi yang tinggi. Di sector kelautan sudah waktunya untuk membangn suatu system informasi yang tepat guna. Untuk dapat mewujudkan suatu sistim informasi yang tepat guna perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait kepentingan dengan sector kelautan.

BAB II Daerah Penangkapan Ikan dan Beberapa Metoda Pencarian Ikan PENGANTAR Pokok-pokok pembahasan yang akan dipelajari : 1. Pengelompokan ikan menurut ekologinya. 2. Pencarian kelompok ikan. 3. Beberapa metoda menentukan kelompok ikan. 4. Cara atau taktik mengumpulkan ikan. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Mahasiswa dapat memahami klasifikasi umum daerah penangkapan ikan berdasarkan ekologinya dan metoda pencarian ikan secara umum. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu menjelaskan pengelompokan ikan menurut ekologi, pencarian kelompok ikan, menemukan kelompok ikan, dan taktik mengumpulkan ikan. 1. URAIAN DAN CONTOH 1.1 Klasifikasi Ikan Menurut Ekologinya Pembagian ikan menurut kelompok ekologi adalah sebagai berikut : a. Ikan dasar, ikan-ikan yang hidup/menguburkan di dasar perairan b. Ikan dasar yang hidup dekat dasar perairan;
c. Ikan pelagik yang hidup di antara dasar perairan. permukaan dan

1.2 Daerah Penangkapan Ikan Secara tradisional, daerah penangkapan (fishing ground) dapat diketahui : a. Berdasarkan pengalaman penangkapan sebelumnya di lokasi tersebut. b. Melihat tanda-tanda alam. c. Melalui percobaan penangkapan (seperti pancing)

d. Pendeteksian keberadaan gelombang ikan (fish finder, sonar) Indikasi yang dijadikan panduan bagi penentuan suatu daerah penangkapan ikan : a. Berdasarkan pengetahuan tentang keberadaan suatu jenis plankton tertentu. b. Keadaan topografi dasar laut dan sedimen penyusunnya. c. Sifat kimia air laut, suhu dan kejernihan air. d. Data hasil penangkapan ikan beberapa tahun terhadap beberapa jenis ikan tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk daerah penangkapan ikan yang baik : a. Didaerah tersebut terdapat banyak ikan sepanjang tahun/dalam periode tertentu. b. Alat tangkap dapat dioperasikan secara mudah tanpa ada hambatan. c. Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan pendaratan ikan. d. Aman dari peristiwa laut, bukan daerah terlarang (peraturan/perundang-undangan). Penurunan jumlah hasil tangkapan/terjadinya gejala lebih tangkap (over fishing) disebabkan oleh : a. Usaha penangkapan yang tidak mengindahkan azas kelestarian. b. Penggunaan ukuran mata jaring (mesh size) yang tidak selektif. c. Waktu penangkapan tidak menentu sehingga masa pemijahanpun masih berlangsung. d. Penggunaan racun atau bahan peledak (desruction materials). Agar kelestarian hayati dapat terpelihara, ada beberapa cara yang perlu dilakukan : a. Larangan penangkapan pada waktu ikan sedang memijah atau bertelur. b. Menggunakan alat tangkap yang selektif (spt. Pancing, jaring insang) c. Hindari penggunaan bahan peledak dan racun.
d. Hindari pencemaran lingkungan perairan.

1.3 Jenis-Jenis Daerah Penangkapan Ikan

a. Klasifikasi menurut spesies (dapen ikan tuna, cakalang, lemuru) b. Berdasarkan jenis alat tangkap (longline, trawl, pole and line/huhate, purse seine) c. Berdasarkan kedalaman perairan (laut dalam, pelagis, pantai, dan perairan umum) d. Berdasarkan nama kawasan perairan (dapen ikan Pasifik Utara, dapen ikan Pasifik Barat, dapen ikan Laut Cina Selatan, dapen ikan Laut Timur, Atlantik Utara) e. Berdasarkan pembagian kawasan laut secara umum (pesisir dan pantai, lepas pantai) f. Klasifikasi dapen ikan menurut Nomura (1991) : Perairan dangkal selasar benua, lidah arus dingin/panas, daerah upwelling, terumbu karang, dan pasang surut. 1.4 Pencarian Kelompok Ikan Nomura dan Yamazaki (1996) mengatakan bahwa berdasarkan tingkah laku burung-burung serta perubahan air laut, telah bisa diperkirakan besar kecilnya kelompok ikan. Bila pergerakan ikan cepat, maka pergerakan burung-burung cepat pula dan arah tebang mereka menunjukan arah pergerakan ikan-ikan, begitu pula sebaliknya. Adanya ikan-ikan beruaya/bermigrasi, biasanya selalu diiringi gerak dan tingkah laku burung-burung. Warna air yang tampak dipermukaan, kelompok ikan yang sedang melakukan pergerakan/ruaya, biasanya tampak berbeda dengan warna air disekitarnya. Bila berwarna agak kemerahmerahan/keungu-unguan, kelompok ikan/anggotanya adalah besar. Bila berwarna coklat muda, kelompok ikan/anggotanya umumnya kecil. Bisa juga dengan menaburkan umpan selama perjalanan menuju daerah penangkapan (biasa dilakukan pada perikanan tunacakalang). Survei pendahuluan dengan rawai/tonda. Nilai hook rate yang didapat, digunakan untuk mengetahui subur tidaknya suatu dapen. Penaburan umpan hidup dari kapal untuk mengetahui ada tidaknya kelompok ikan di suatu daerah penangkapan. 1.5 Beberapa Metoda Menemukan Kelompok Ikan

Menurut Nomura dan Yamazaki (1996), metoda-metoda menemukan sekelompok ikan : 1.5.1 Berdasarkan penglihatan Hal seperti lompatan ikan, burung-burung laut yang ada, kayu terapung, ikan cucut yang berenang, lumba-lumba yang berenang, adalah isyarat/tanda adanya kelompok ikan. Keberadaan ikan cakalang, ikan terbang, ikan pedangan, ikan sardin, diketahui nelayan melalui pengamatan dari puncak tiang kapal/menara pengintai, seperti pada kapal purse seine (jaring lingkar). Pengamatan dengan mata telanjang/dengan binokuler. Pengamatan juga dilakukan dengan penyelaman. 1.5.2 Berdasarkan Indikasi Tertentu di Laut Dari kawanan burung yang ada, para nelayan bisa mengetahui besar kecilnya kelompok ikan, arah renang maupun kecepatan renang keompok ikan tersebut. Kelompok ikan yang berasosiasi dengan kayu-kayu besar yang terapung, karena mencari makan lebih mudah, aman dan terlindung dari predator. Menemukan kelompok ikan juga dengan memadukan data faktor oseanografi dengan faktor meteorologi yang berkaitan suhu, salinitas, keadaan laut, tekanan udara yang rendah, perubahan warna air laut. 1.5.3 Berdasarkan Uji Coba Penangkapan Uji coba penangkapan/trial fishing dengan menggunakan/mengoperasikan gilnet berukuran kecil. Uji coba demikian dilakukan guna mengetahui daerah mana yang cukup potensil untuk dilakukan penangkapan. Metoda tersebut juga diterapkan pada jenis perikanan trawl udang guna memprediksi banyaknya hasil tangkapan. 1.5.4 Berdasarkan Deteksi Instrumen (fish finder) Para nelayan dapat mengetahui adanya kelompok ikan lengkap dengan arah renangnya, ukuran besar kecil kelompoknya, bahkan bisa diduga jenis ikannya. 1.5.5 Berdasarkan Bantuan Kapal Udara (helikopter) Pilot mencari adanya front/lidah arus, garis batas pertemuan dua arus berbeda suhu, terjadinya up welling (biasanya terdapat

kelompok ikan). Bila pilot menemukan kelompok ikan, maka segera ia berkomunikasi dengan basis penangkapan, kapal yang menantikan berita untuk segera melakukan penangkapan. Bahkan dengan citra satelit yang mengkoper areal yang lebih luas untuk mengidentifikasi daerah front, up welling, distribusi suhu permukaan laut, dan pergerakan arus. 1.6 Fish Finder dan Sonar, Alat Bantu Menemukan Ikan 1.6.1 Pendahuluan Alat untuk mendeteksi/mencari ikan dikenal dengan peralatan akustik, dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perambatan gelombang suara secara vertikal di dalam air. Pertimbangan-pertimbangan dalam memutuskan pemakaian peralatan akustik : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.6.2 Menghemat waktu pencarian dapen ikan Lebih banyak ikan yang didapat. Kedalaman perairan langsung diketahui. Bahaya bawah air dapat diketahui. Setting alat tangkap lebih mudah. Dapen ikan baru mudah didapat. Keunggulan Metode Akustik Kecepatan tinggi (great speed)/quick assesment method, estimasi stok ikan secara langsung (direct estimation), memperoleh dan memproses data secara real time, akurasi dan ketepatan tinggi Ruang Lingkup Metode Akustik - Pada survey sumberdaya hayati laut. - Pada budidaya perairan. - Studi tingkah laku ikan dan organisme lain.
- Pada penangkapan ikan.

2.

PRINSIP INSTRUMEN AKUSTIK o Komponen Utama Fish Finder Transmitter : menghasilkan pulsa listrik yang berfrekuensi dan berlebar tertentu tergantung dari desain transducer, pulsa yang

dibangkitkan oleh oscilloscop diperkuat oleh power amplifier sebelum disalurkan ke transducer. Transducer : mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika suara dipancarkan, mengubah energi suara menjadi energi listrik ketika echo sinyal diterima, memusatkan energi suara yang dipancarkan sebagai beam. Dilihat dari fungsi, transducer sebagai projector (transmisi) dan hydrophone (receiver). Berdasarkan bahan pembuatnya, transducer nickel (prinsip magnetostriction), dan transducer keramik (prinsip electrostriction). Receiver : penguatan sinyal echo (energi listrik) dilakukan oleh receiver amplifier dan besarnya penguatan diatur oleh sensitivitas control atau pengatur volume. Saat pulsa ditransmisikan ke air, sensitivitas receiver dikurangi, tp dinaikkan (max) setelahnya. Receiver amplifier modern umumnya mempunyai sensitivitas input sama/lebih kecil dari 1 v = -120 dB/volt. Display/recorder : mengubah tampilan (fraces) dari frekuensi echo sounder dan mengubah menjadi bagian positif dari semua pulsa negatif. 3. 4. Terminologi Penting dalam Ilmu Akustik Macam-Macam Sistem Akustik Suatu sistem akustik bekerja tergantung dari bekerjanya komponen lain. Saat time base memicu transmitter untuk memancarkan sinyal listrik ke transducer, maka segeralah transmitter bekerja. Transducer mengubah sinyal listrik menjadi gelombang suara dan dipancarkan ke dalam air. Echo dari target ini kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk echogram untuk dianalisa lebih lanjut. Macam macam sistem akustik : 4.1 Single Beam (Bim Tunggal) 4.2 Sistem Dual Beam (Bim Ganda) 4.3 Split Beam (Bim Terbagi) 5. Pendugaan Densitas Ikan dengan Split Beam Echosounder Volume backscattering strength dari lapisan perairan dapat dihitung dengan S = ( ( / V) / 4 r0 2 ) = (Pr 32
2

/ Pt G0 2 r0 2 2 c) r2 102r

Pt Pr G r r0 G0 c

= power yang dipancarkan ke dalam perairan, diukur pada terminal transducer = power dari echo yang diterima pada terminal transducer = gain terhadap target = jarak antara transducer dengan target = backscattering strength = peak gain = kecepatan suara di air laut = transmit pulse duration
= solid beam angle dua arah

6.

Target Strength Target strength adalah suatu ukuran yang menggambarkan kemampuan suatu target untuk memantulkan gelombang suara yang membentur Tsi = 10 log (Ir/Ii); Tsi = intensity target strength Ir Ii = intensitas suara pantulan pada satu meter dari target = intensitas suara yang mengenai target

7. Aplikasi Sistem Akustik dalam Dunia Perikanan dan Kelautan Penggunaan alat akustik di bidang perikanan Penggunaannya dalam penangkapan Penggunaan dalam bidang survei dasar perairan Penggunaan dalam bidang pertambangan Sonar Mampu mengetahui keberadaan ikan, dengan mengarahkan soundbeam arah mendatar (prinsip kerja sonar). Dewasa ini sonar sudah banyak dimanfaatkan, pada saat pendeteksian ikan maupun saat dilakukan operasi penangkapan, hal ini karena sonar dapat dialihkan dari satu sisi ke sisi yang lain/diarahkan ke haluan kapal.

Anda mungkin juga menyukai