Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT ....

KEPUTUSAN DIREKTUR

NOMOR 10 TAHUN 2015

TENTANG

MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT


RUMAH SAKIT ….

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KECAMATAN KALIDERES,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS…. sebagai


rumah sakit sub rujukan TB RO maka perlu diadakan penyelenggaraan
manajemen terpadu pengendalian tuberkulosis resistan obat;

b. bahwa agar pelayanan Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis


Resistan Obat di RS… dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan Direktur RSU Kecamatan Kalideres sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis
Resistan Obat di RSU Kecamatan Kalideres;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a, dan b perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang
Kebijakan Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan
Obat Rumah Sakit…;

: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


364/MENKES/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis (TB);

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


565/MENKES/PER/III/2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian TB
2011-2014
2

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun


2013 tentang Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian
Tuberkulosis Resistan Obat;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEBIJAKAN MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TUBERKULOSIS


RESISTAN OBAT RUMAH SAKIT UMUM KECAMATAN KALIDERES

Kesatu : Memberlakukan Kebijakan Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis


Resistan Obat Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres seperti tersebut dalam
lampiran Surat Keputusan ini;

Kedua :Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Manajemen Terpadu Pengendalian


Tuberkulosis Resistan Obat Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres dilaksanakan
oleh Direktur RSU Daerah Kalideres;

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan
dilakukan perbaikan kembali sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Tanggal, 15 Juli 2016

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


…..

Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3. Kepala Seksi Pelayanan Medis
4. Kepala Seksi Keperawatan dan Penunjang Medis
5. Yang bersangkutan untuk diketahui
6. Arsip

Lampiran : Keputusan Direktur


RS....
Nomor :

KEBIJAKAN MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN


3

TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT

A. Pengendalian TB Resistan Obat di RSU Kalideres dilaksanakan sesuai tatalaksana


pengendalian TB yang berlaku saat ini dengan mengutamakan berfungsinya jejaring
diantara fasilitas pelayanan kesehatan. Titik berat manajemen program meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan
sumber dana (dana, tenaga, sarana dan prasarana)
B. Pengendalian TB Resistan Obat dilaksanakan dengan menggunakan kerangka kerja
strategi DOTS dimana setiap komponen yang ada didalamnya lebih ditekankan
kepada penatalaksanaan kasus TB resistan obat dengan pendekatan pragmatik yang
disebut Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat.
C. Penguatan MTPTRO dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu
pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya TB XDR.
D. Pelayanan pasien TB resistan obat meliputi fasyankes pusat rujukan, sub rujukan dan
satelit dengan titik berat pada fungsi jejaring rujukan. RSU Kalideres sebagai
fasyankes sub rujukan TB resistan obat.
E. Komponen dalam MTPTRO, yakni:
a. Komitmen politik yang berkesinambungan
Dibutuhkan investasi dan komitmen yang berkesinambungan untuk menjamin
kondisi terintegrasinya manajemen kasus TB resistan obat dalam program TB
nasional. Kondisi yang mendukung tersebut diantaranya adalah pengembangan
infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, kerja sama lintas program
dan lintas sector, dukungan dari kebijakan pengendalian Tb untuk pelaksanaan
program secara nasional, termasuk tersedianya OAT lini kedua dan sarana
pendukung lainnya.
b. Strategi penemuan pasien TB resistan obat yang rasional melalui
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan
Proses penegakan diagnosis TB resistan obat adalah pemeriksaan uji
kepekaan dengan tes cepat di fasyankes rujukan dan sub rujukan TB Resisten
Obat dilanjutkan dengan pemeriksaan biakan serta uji kepekaan yang dilakukan
di laboratorium rujukan yang tersertifikasi.
c. Pengelolaan pasien TB resistan obat yang baik dengan pengawasan
langsung dan menggunakan strategi pengobatan yang tepat dengan OAT
lini kedua
Untuk mengobati pasien TB resistan obat, diperlukan paduan OAT lini kedua
dan lini kesatu yang masih sensitif dan berkualitas dengan paduan pengobatan
yang tepat. Strategi pengobatan yang tepat adalah pemakaian OAT secara
rasional, pengobatan didampingipengawas menelan obat yang terlatih, yaitu
petugas kesehatan. Pengobatan didukung oleh pelayanan TB resistan obat
dengan keberpihakan pada pasien, serta adanya prosedur tetap untuk
mengawasi dan mengatasi kejadian efek samping obat.
d. Jaminan ketersediaan OAT lini kedua yang berkualitas dan tidak terputus
Untuk menjamin tidak terputusnya pemberian OAT maka stok OAT harus
tersedia dalam jumlah cukup untuk minimal 6 bulan sebelum obat diperkirakan
habis. OAT lini kedua yang yang digunakan harus berkualitas dan sesuai
standar pra kualifikasi obat dari WHO.
e. Pencatatan dan pelaporan secara baku
Pencatatan dan pelaporan untuk kegiatan MTPTRO menggunakan formulir
yang baku. Hasil pencatatan dan pelaporan diperlukan untuk analisis kohort,
menghitung indikator antara dan laporan hasil pengobatan. Kegiatan
4

pencatatan dan pelaporan untuk kegiatan MTPTRO saat ini didukung dengan
penggunaan eTB manager, suatu sistem pencatatan dan pelaporan berbasis
internet.
F. RSU Kalideres sebagai fasyankes sub rujukan TB resistan obat, yakni fasyankes yang
melaksanakan MTPTRO yang kegiatannya mulai dari penjaringan suspek, penegakan
diagnosis, pengobatan baik rawat inap maupun rawat jalan, evaluasi kemajuan
pengobatan, penatalaksanaan efek samping, pengelolaan logistik dan pencatatannya.
Dalam pelaksanaannya fasyankes subrujukan memerlukan koordinasi dan
pendampingan fasyankes rujukan TB resistan obat.
G. Standar RSU Kalideres sebagai fasyankes sub rujukan untuk MTPTRO
a. Tim ahli klinis
b. Dokter pelaksana harian
c. Fasilitas penanganan efek samping
d. Ruang rawat jalan standard TB resistan obat
e. Instalasi farmasi sesuai standar
f. Laboratorium penunjang
H. Jejaring penatalaksaan pasien TB resistan obat:
a. Jejaring Internal
Adalah jejaring antar semua unit terkait di dalam RSU Kalideres yang menangani
kasus TB termasuk TB resistan obat. Untuk keberhasilan jejaring internal, perlu
didukung tim DOTS rumah sakit yang mengkoordinasikan seluruh kegiatan
penatalaksaan semua pasien TB termasuk TB resistan obat.
Tim ahli klinis (TAK) merupakan bagian dari struktur tim DOTS rumah sakit yang
khusus melaksanakan penatalaksaan kasus TB resistan obat di fasyankes sub
rujukan.
b. Jejaring Eksternal
Adalah jejaring yang dibangun antara RSU Kalideres sebagai fasyankes sub
rujukan TB resistan obat dengan semua fasyankes dan institusi lain yang terkait
dalam pengendalian dan penatalaksaan pasien TB resistan obat dan difasilitasi
oleh Dinas Kesehatan setempat.
Lab Rujukan Rujukan Sub rujukan Satelit Dinkes Dinkes
TB Resistan Obat TB Resistan Obat TB Resistan Obat TB Resistan Kota DKI
Obat Jakarta Jakarta
Barat
- Diagnostik - Penemuan suspek - Penemuan suspek - Penemuan - verifikasi - Monev
biakan/uji - Penetapan suspek - Penetapan suspek suspek - pelacakan - Koordinasi
Kepekaan - Inisiasi pengobatan - Inisiasi pengobatan - Merujuk suspek pasien -Logistik
- Pemeriksaan - KIE, inform consent - KIE, inform consent - Meneruskan - logistik - Pencatatan
pemantauan - Tim ahli klinis - Tim ahli klinis pengobatan - pencatatan dan
pengobatan - Pemeriksaan - Pemeriksaan (rawat jalan) dan pelaporan pelaporan
(follow up) biakan penunjang penunjang - Monitoring ESO
- Pencatatan dan - Rawat inap dan rawat - Rawat inap (tidak - KIE
Pelaporan Jalan harus) dan rawat jalan - PMO
- Manajemen ESO - Manajemen ESO -Pencatatan
(menyeluruh) (terbatas)
- Evaluasi pengobatan - Evaluasi pengobatan
- Pencatatan dan - Pencatatan dan
Pelaporan Pelaporan

Ditetapkan di Jakarta
5

Tanggal, 12 Agustus 2015

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


…….

Anda mungkin juga menyukai