Intensif Sosiologi - Konflik Sosial
Intensif Sosiologi - Konflik Sosial
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Sedangkan pengertian konflik menurut para ahli, antara lain sebagai berikut;
Menurutnya, pengertian konflik adalah suatu bentuk interaksi antar individu, kelompok dan
organisasi yang membuat tujuan yang berlawanan sehigga keadaan tersebut menimbulkan
pandangan bahwa orang lain sebagai pengganggu yang selalu potensial terhadap pencapaian tujuan
mereka
Simmel
Definisi konflik adalah suatu bentuk interaksi sosial yang tergangu dimana untuk tempat, waktu serta
intensitas dan lain sebagainya berlawanan dalam perubahan sosial yang terjadi dalam, sehingga
menimbulkan berbagai masalah -masalah sosial di dalam kehidupannya.
Menurutnya, arti konflik secara umum adalah suatu keadaan yang dalam penampakanya satu dan
tertib tidak teratur sehingga dapat menimbulkan keterbagian atau perpecahan yang ada dibawah
permukaan seluruh elemen kehidupan.
Soejono Seokanto
Menurtnya, pengertian konflik sosial adalah proses memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak
lawan disertai dengan bentuk ancaman atau kekerasan yang dapat menjadi penghalang dan juga
dapat menjadi rusaknya integritas sosial dalam masyarakat.
Lewis a.Coser
Konflik adalah suatu bentuk perjuangan terhadap nilai, kekuasaan dan sumber daya yang bersifat
langka dengan maksud menetralkan, mencederai atau melewannya pihak-pihak yang berawanan
satu dengan yang lainnya. Keadaan ini kemudian ditakutkan oleh pemimpin wilayah, masyarakat,
dan golongan-golongan tertentu.
Pengertian konflik adalah bentuk perselisihan, percecokan atau pertentangan yang ada di dalam
masyarakat dan dianggap sebagai penghancur kesejahteraan dan perusak tatanan sosial. Konflik
dalam arti ini lebih di deskripsikan sebagai keadaan yang menukutkan.
Arti konflik adalah berbagai unsur perbedaan yang menimbulkan kompetisi atau persaingan yang
tidak sehat antar pihak yang berlawanan sehingga keadaan tersebut menyebabkan adanya kontak
fisik atau non fisik yang saling melukai satu sama lainnya.
Max Wber
Konflik menurutnya adalah hubungan sosial yang dilakukan oleh individu dengan individu lainnya
yang disertai dengan kekerasaan, sebagai upaya menimbulkan suatu pemaksaan kehendak atau
mencari kemenangan terhadap pihak lawan.
A.W. Hijau
Pengertian konflik adalah suatu bentuk upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk melawan
kehendak pihak lain yang bertentangan dengan dirinya. Pertentangan ini bisa memilik dampak buruk
dalam masyarakat. Oleh karenannya semua unsur merasa takut dengan keadaan ini.
Konflik secara umum adalah suatu proses sosial antar individu atau kelompok dalam mencapai
tujuan selalu dilakukan dengan jalan pemaksaan terhadap pihak-pihak yang bertentangan.
Pemaksaan ini bisa dilakukan dengan penjajahan atau bisa dilakukan dengan pembunuhan.
Berstein
Arti konflik adalah bentuk pertentangan yang dilakukan akibat hubungan sosial sehingga berpotensi
positif dan negatif dalam proses jalannnya hubungan kehidupan yang dilakukan oleh manusia
dengan manusia lainnya. Baik dalam hubungan individu ataupun hubungan kelompok.
Menurut konflik adalah perjuangan yang dilakukan individu atau kelompok dalam memperoleh
status, kekuasaan, dan nilai sehingga dalam cara yang dilakannya selalu menundukkan atau
melamahkan pihak yang berlawanan (saingan).
Ariyono Suyono
Konflik adalah suatu proses sosial yang dapat terganggu karena berusaha untuk melamahkan pihak
lawan, baik dengan cara yang legal ataupun illegal. Cara yang legal dilakukan dengan bentuk
penyelesaikan di hukum internasional sedangkan cara yang ilegal dilakukan dalam upaya penjejahan
kepada negara atau daerah lainnya.
Definisi konflik menurutnya adalah pertentangan yang dilakukan oleh manusia dalam memperoleh
tuntutan atas pengakuan dari pihak yang beralawanan, sehingga dalam prosesnya selalu diwarnai
dengan kecurangan dan penghancuran.
Lacey
Konflik adalah suatu bentuk pertarungan diatas berbagai kepentingan yang ada di dalam kehidupan
manusia. Pertarungan ini bisa berdampak buruk dalam kehidupan masyarakat, lantaran selalu
menyebabkan korban material dan non material.
Arti konflik adalah suatu proses pertentangan yang bersifat berubah dan bukan tetap atau kaku
yang berarti konflik disini tidak ada kepastian, sehingga dapat mengikuti perkembangan hal-hal
yang terjadi ketika konflik. Maka konsekuensi terjadinya konflik dapat digambarkan melalui proses
perkembanganya.
Mangkunegara
Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seorang terhadap
dirinya, orang lain, orang dengan kenyataan apa yang diharapkan
Ada beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori tentang penyebab
konflik.
Menganggap bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan
permusuhan Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan
perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik,
mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi,
dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan.
Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada
hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara
berbagai budaya yang berbeda.di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalamai konflik.
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang
muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
• Konflik antar-individu (conflik among individual), yaitu suatu konflik yang terjadi
karena adanya suatu perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya.
• Konflik antar individu dan kelompok (conflik among individual and groups), yaitu
suatu konflik yang terjadi karena terdapat suatu individu yang gagal beradaptasi
dengan norma-norma kelompok dimana tempat dia bekerja.
• Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflik among groups in the
same organization) yaitu suatu konflik yang terjadi karena setiap kelompok
mempunyai tujuan tersendiri dan berbeda yang ingin di capai.
• Konflik antar organisasi (conflik among organization), yaitu suatu konflik yang terjadi
karena suatu tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi yang menimbulkan
suatu dampak negatif bagi anggota organisasi lain.
• Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflik among individual in
different organization), yaitu suatu konflik yang terjadi karena sikap atau perilaku
dari anggota organisasi yang berdampak negatif anggota organisasi lain.
1. Konflik konstruktif, yaitu suatu konflik yang memiliki nilai positif kepada suatu
pengembangan organisasi.
2. Konflik destruktif, yaitu suatu konflik yang mempunyai dampak negatif kepada suatu
pengembangan organisasi.
1. Konflik vertikal, yaitu suatu konflik yang terjadi antara karyawan yang mempunyai jabatan
yang tidak sama dengan dalam suatu organisasi.
2. Konflik horizontal, yaitu suatu konflik yang terjadi karena mempunyai kedudukan/jabatan
yang sama atau setingkat dalam suatu organisasi.
3. Konflik garis staf, yaitu suatu konflik yang terjadi karyawan yang memegang suatu posisi
komando, dengan pejabat staf sebagai penasehat dalam suatu organisasi.
4. Konflik peran, yaitu suatu konflik yang terjadi karena individu mempunyai peran yang lebih
dari satu.
• Konflik fungsional, yaitu suatu konflik yang memberikan manfaat atau sebuah keuntungan
bagi organisasi yang dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik.
• Konflik tujuan, yaitu suatu konflik yang terjadi karena adanya suatu perbedaan individu,
organisasi atau kelompok yang memunculkan suatu konflik
• Konflik peranan, yaitu suatu konflik yang terjadi karena adanya peran yang lebih dari
satu.
• Konflik nilai, yaitu suatu konflik yang terjadi karena adanya suatu perbedaan
perbedaan nilai yang dianut oleh seseorang berbeda dengan sebuah nilai yang
dianut oleh organisasi atau kelompok.
• Konflik kebijakan, yaitu suatu konflik yang terjadi karena individu atau kelompok tidak
sependapat dengan suatu kebijakan yang diambil oleh organisasi.
• Konflik realistis, yaitu suatu konflik yang terjadi karena adanya kekecewaan individu atau
kelompok atas tuntutannya.
• Konflik nonrealistif, yaitu suatu konflik yang terjadi karena suatu kebutuhan yang meredakan
ketegangan.
• Konflik in-group, yaitu suatu konflik yang terjadi dalam suatu kelompok atau masyarakat
sendiri
• Konflik out-group, yaitu suatu konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat
dengan suatu kelompok atau masyarakat lain.
1. Konflik antara atau dalam peran sosial, yaitu seperti antara peran seseorang dalam keluarga
dan peran dalam pekerjaan (profesi).
Yaitu suatu Konflik antara kelompok yang terorgansiasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi,
3. Konflik antara satuan nasional, yaitu seperti konflik antara KPK dan Porli dalam menangani
kasus tertentu.
1. Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan tuntutan-
tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
2. Konflik nonrealistic adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang
antagonistis (berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan
ketegangan. Contohnya pembalasan dendam lewat ilmu gaib yang dilakukan dalam masyarakat
tradisional. Contoh lain adalah upaya mencari kambing hitam yang terjadi dalam masyarakat telah
maju.
1. konflik pribadi
2. Konflik rasial
5. Konflik internasional
6. Konflik di sekolah
8. Konflik agama
9. Konflik pribadi
Sedangkan untuk proses terbentuktunya konflik dalam masyarakat, antara lain adalah sebagai
berikut;
Soerjono Soekanto mengemukakan empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam
masyarakat, yakni
1. Perbedaan antarindividu : setiap manusia memiliki ego sendiri-sendiri yang jika tidak di
kendalikan secara tepat dapat menimbulkan konflik dengan individu
3. perbedaan kepentingan : setiap individu maupun kelompok tentu memiliki kebutuhan dan
kepentingan yang berbeda dalam mengerjakan sesuatu
4. perubahan sosial : hal ini merupakan faktor penting penyebab terjadinya konflik misalnya
pada masyarakat yang tertutup dan sulit menerima perubahan akan menentang perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan yang telah ada.
Penyebab Konflik Sosial
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan
yang berbeda-beda satu dengan yang lainya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal
atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalin
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi perubahan itu berlangsung cepat dan
bahkan mendadak, perubahan tersebut dapatmemicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada
masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama di masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Setiap orang atau kelompok sosial mempunyai kepentingan dan pandangan hidup yang berbeda.
Misalnya, Febri lebih mengutamakan menjenguk ibunya yang sedang sakit keras di rumah sakit
daripada ikut karyawisata bersama teman-temannya. Bagi Febri tidak ada yang lebih penting selain
menyayangi ibunya. Perbedaan kepentingan dan pandangan hidup itulah yang kadang-kadang
menjadi penyebab timbulnya konflik sosial dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dalam
pergaulan di masyarakat kita harus bersikap toleran terhadap orang atau kelompok lain. Dengan
demikian, hubungan baik dengan sesama teman dan saudara akan dapat tetap terpelihara dan
konflik sosial dapat dihindari.
Setiap individu atau kelompok sosial memiliki nilai-nilai, pandangan hidup, dan norma-norma sosial
yang berbeda-beda. Misalnya, dalam masyarakat Sunda ada pandangan bahwa hidup menetap di
daerah kelahiran dan dekat dengan orangtua atau kerabat, lebih baik dan lebih aman daripada hidup
merantau di daerah suku bangsa lain. Sebaliknya, dalam masyarakat Batak atau Minang, mereka
memiliki pandangan bahwa hidup merantau lebih baik daripada hidup di daerah kelahiran.
Perbedaan nilai dan norma sosial seringkali menjadi penyebab timbulnya konflik sosial. Contoh,
kerusuhan di Poso, kerusuhan di Ambon, dan sebagainya. Dan sebagai masyarakat yang ber-Bhineka
Tunggal Ika kita perlu bersikap toleran terhadap perbedaan nilai-nilai dan norma-norma sosial.
Setiap kelompok masyarakat memiliki nilai-nilai atau kebudayaan yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut terlihat jelas dari perbedaan adat-istiadat, agama, bahasa, mata pencaharian, kesenian
daerah, dan paham politik. Perbedaan kebudayaan dapat mendorong timbulnya persaingan dan
konflik sosial.
Demikian pula dengan masuknya kebudayaan masyarakat luar yang negatif, seringkali menjadi
penyebab timbulnya konflik sosial. Masuk dan berkembangnya budaya pornografi, pornoaksi, aborsi,
mabuk minuman keras dan narkoba telah menimbulkan pertentangan sosial dalam kehidupan
masyarakat.
Satus sosial dan peran sosial setiap orang atau kelompok orang tidaklah sama. Perbedaan tersebut
dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial. Misalnya, perbedaan status sosial antara si kaya dan si
miskin, antara buruh dan majikan, atau antara atasan dan bawahan seringkali menjadi penyebab
timbulnya konflik sosial.
Peran sosial merupakan perilaku yang diharapkan diperbuat oleh seseorang atau kelompok orang
sesuai dengan kedudukannya di masyarakat. Dalam peran sosial, terdapat sejumlah hak dan
kewajiban. Peran sosial orangtua berbeda dengan peran sosial anak-anaknya.
Setiap orang dalam masyarakat menyandang sejumlah status sosial tertentu. Sebagai contoh, Pak
Ahmad di kantor sebagai direktur utama, di rumah sebagai kepala keluarga, dan di masyarakat
sebagai tokoh agama. Berbagai status yang disandang Pak Ahmad itu berisi sekumpulan hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan.
Sebagai direktur utama, Pak Ahmad tentu saja mendapat tunjangan rumah dinas, mobil dinas, dan
gaji yang besar serta dihormati dan dipatuhi oleh bawahannya. Namun, Pak Ahmad mempunyai
tanggung jawab penuh terhadap maju mundurnya perusahaan, termasuk peningkatan kesejahteraan
karyawannya, membantu kelancaran proyek-proyek pemerintah, dan sebagainya. Dari ilustrasi
tersebut, tampaklah bahwa status sosial yang dimiliki Pak Ahmad sangat kompleks dan variatif.
Perubahan tersebut terlihat dari perubahan pola sikap dan perilaku, nilai-nilai, pandangan hidup,
kepercayaan, gaya hidup, dan sebagainya. Perubahan tersebut seringkali menjadi faktor penyebab
terjadinya konflik sosial dalam masyarakat.
Masuknya pengaruh budaya global seiring dengan proses penyebaran penduduk dunia, dinamakan
difusi kebudayan (culture diffusion). Bentuk tertua dari penybaran unsur-unsur sosial budaya global
dari suatu tempat lain di muka bumi ialah penyebaran (migrasi) manusia atau penduduk.
Dalam masa berikutnya, proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dilakukan oleh pedagang dan
pelaut. Penyebaran agama-agama besar, seperti Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen dilakukan oleh
para pedagang. Bekas difusi kebudayaan oleh para pedagang dan pelaut dalam proses penyebaran
agama menjadi objek penelitian ilmu sejarah.
Pada masa kolonial, proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan (Portugis, Inggris, Belanda, dan
Jepang) dilakukan melalui penetrasi budaya secara paksa. Berkembangnya budaya feodal, seperti
liberalisme, kapitalisme, diskriminasi, dan rasialisme, yaitu sebagai pengaruh dari penetrasi budaya
secara paksa.
Masuknya pengaruh unsur-unsur sosial budaya luar ke Indonesia menjadi semakin intensif berkat
dicapainya kemajuan di bidang teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi. Kuatnya pengaruh
budaya global tentu saja semakin mempercepat perubahan sosial budaya di Indonesia.
Dampak Konflik
Dampak yang ditimbulkan dari adanya konflik dalam masyarakat terbagai menjadi dua, diantarnya
dampak negatif dan dampak positif;
1. Konflik dapat memperjelas aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat atau pihak yang
melakukan konflik
2. Penyesuaian kembali, istilah ini terjadi jika konflik dipandang sebagai upaya untuk mengatur
berbagai norma dan nilai sosial dalam kehidupan manusia
3. Konflik mampu meningkatkan solidaritas, alasannya karena dengan adanya konflik pihak
yang melakukan pertentangan akan lebih melekt pada setiap anggota dalam kelompoknya
4. Mengurangi ketergantungan
Dalam pengendalian suatu konflik hanya mungkin dapat dilakukan bila berbagai pihak yang
berkonflik tersebut terorganisir secara jelas. Menekankan sebuah konflik agar tidak berlanjut
menjadi sebuah tindak kekerasan memerlukan strategi pendekatan yang tepat.
Secara umum terdapat beberapa cara dalam upaya mengendalikan atau meredakan sebuah konflik
yaitu sebagai berikut :
• Konsiliasi ( consiliation )
Konsiliasi ialah bentuk suatu pengendalian konflik sosial yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil. Dalam konsiliasi berbagai kelompok yang
berkonflik duduk bersama mendiskusikan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan. Misalnya
bentuk pengendalian bentuk seperti ini ialah melalui lembaga perwakilan rakyat.
• Arbitrasi ( arbitration )
Arbitrasi ialah bentuk pengendalian konflik sosial yang melalui pihak ketiga dan kedua belah pihak
yang berkonflik yang menyetujuinya. Keputusan-keputusan yang diambil pihak ketiga hanya dipatuhi
oleh pihak-pihak yang berkonflik.
• Mediasi ( mediation )
Mediasi ialah bentuk pengendalian konflik sosial yang dimana pihak-pihak yang berkonflik sepakat
menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Namun hal ini berbeda denga arbitrasi keputusan-
keputusan pihak ketiga tidak mengikat manapun.
• Adjudication
Adjudication ialah cara penyelesaian konflik melalui pengadilan yang tetap dan adil. Pada bentuk ini
telah terjadi konflik yang terjadi antara dua belah pihak kemudian pihak tersebut memilih untuk
menyelesaikan konfliknya di pengendalian.
• Segregasi ( segregation )
• Stalemate
• Kompromi ( compromise )
Kedua belah pihak yang bertentangan berusaha mencari penyelesaian dengan mengurangi tuntutan.
Misalnya perjanjian antar Negara tentang batas wilayah perairan.
• Coercion
Penyelesaian konflik dengan paksaan. Hal ini terjadi disebabkan salah satu pihak berada dalam
keadaan yang lemah dibandingkan dengan pihak lawan.
• Konversi
Salah satu pihak mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
• Gencatan Senjata
Pengehentian konflik untuk semnetara waktu yang biasanya dalam bentuk peperangan untuk
menyembuhkan korban.
Di samping cara-cara diatas gaya pendekatan seseorang atau kelompok dalam menghadapi situasi
konflik dapat dilaksanakan sesuai dengan tekanan relatif atas apa yang dinamakan cooperativeness
dan assertiveness. Cooperativeness ialah keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan minat indivindu
atau kelompoknya lain.
Sedangkan assertiveness merupakan keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan minat indivindu
atau kelompok sendiri. Ada lima gaya manajemen konflik yang berkaitan dengan adanya tekanan
relative di antara keinginan untuk menuju kea rah cooperativeness atau assertiveness sesuai dengan
intensitasnya yakni sebagai berikut.
• Tindakan Menghindari
Bersikap tidak kooperatif dan assertif menarik diri dari situasi yang berkembang atau bersikap netral
dalam segalam macam kondisi.
Bersikap tidak kooperatif tetapi asertif bekerja dengan cara menentang keinginan pihal lain,
berjuang untuk mendominasi dalam situasi menang atau kalah dan memaksakan segala sesuatu agar
sesuai menang atau kalah dan memaksakan segala sesuatu agar sesuai dengan kesimpulan tertentu
dengan menggunakan kekuasaan yang ada.
Bersikap tidak kooperatif tetapi tidak asertif membiarkan keinginan pihak lain menonjol meratakan
perbedaan-perbedaan guna mempertahankan harmoni yang diusahakan secara buatan.
• Kompromis
Bersikap cukup kooperatif dan juga asertif dalam intensitas yang cukup. Bekerja menuju kea rah
pemuasan pihak-pihak yang berkepentingan mengupayakan tawar-menawar untuk mencapai
pemecahan yang adapt diterima kedua belah pihak meskipun tidak sampai tingkat optimal, tak
seorang merasa menang dan tak seorang pun meras bahwa yang bersangkutan menang atau kalah
secara mutlak.
Bersikap kooperatif maupun asertif berusaha untuk mencapai kepuasan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan jalan bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada mencari dan
memecahkan masalah hingga setiap indivindu atau kelompok mencapai keuntungan masing-masing
sesuai dengan harapannya.
Dari gaya manajemen konflik tersebut kemungkinan hasil didapat sebagai berikut.
• Konflik Kalah-Kalah
Konfilk yang demikian terjadi bila tak seorang pun diantara pihak yang terlibat mencapai tujuan yang
sebenarnya dan alas an atau faktor-faktor penyebab konflik tidak mengalami perubahan. Hasil kalah-
kalah biasanya akan terjadi apabila konflik dikelola dengan sikap menghindari, akomodasi,
meratakan dan atau melalui kompromis.
Sikap menghindari merupakan sebuah bentuk ekstrim tidak ada perhatian, seseoramg bersikap
seakan-akan konflik tidak ada dan mereka hanya berharap bahwa konflik tersebut akan terselesaikan
dengan sendirinya. Akomodasi berusaha menekan perbedaan-perbedaan antara pihak yang
berkonflik dan menekankan pada persamaan-persamaan pada bidang-bidang kesepakatan.
Kompromis akan terjadi bila dibuat akomodasi sedemikian rupa sehingga masing-masing pihak yang
berkonflik mengorbankan hal tertentu yang dianggap mereka sebagai hal yang bernilai. Akibatnya
tidak ada satu pihakpun yang mencapai keinginan mereka dengan sepenuhnya dan menciptakan
kondisi-kondisi ateseden untuk konflik-konflik yang mungkin akan muncul pada masa yang akan
datang.
• Konflik Menang-Kalah
Pada konflik menang-kalah salah satu pihak mencapai apa yang diinginkannya dengan
mengorbankan keinginan pihak lain. Hal tersebut mungkin disebabkan karena adanya persaingan
dimana orang mencapai kemenangan melalui kekuatan, keterampilan yang superior atau karena
unsure dominasi. Ia juga dapat merupakan hasil dari komando otoratif ketika seorang otoriter
mendikte sebuah pemecahan kemudian dispesifikasikan apa yang akan dikorbankan dan oleh siapa.
Jika figure otoritas tersebut merupakan pihak aktif didalam konflik yang berlangsung maka dapat
diperkirakan siapa yang akan menjadi pemenang dan siapa yang akan kalah. Strategi-strategi
menang-kalah juga tidak memecahkan sebab pokok terjadi konflik kemungkinan pada lin waktu
konflik-konflik akan muncul lagi.
• Konflik Menang-Menang
Konflik menang-menang dilaksanakan dengan jalan menguntungkan semua pihak yang terlibat
dalam konflik yang terjadi. Hal tersebut dapat dicapai jika dilakukan konfrontasi persoalan-persoalan
yang ada dan digunakan cara pemecahan masalah untuk mengatasi perbedaan-perbadaan pendapat
dan pandangan.Kondisi menang-nang meniadakan alas an-alasan untuk melanjutkan atau
menimbulkan kembali konflik yang ada karena tiada yang dihindari ataupun ditekankan. Semua
persoalan-persoalan yang relevan diperbincangkan dan dibahas secara terbuka.
Pemecahan masalah dan kerja sama dapat dikatakan sebagai pendekatan yang paling berhasil dan
paling baik dalam usaha manajemen konflik. Akan tetapi bukan berarti pemecahan yang lain tidak
memiliki nilai potensila dalam pengelolaan suatu konflik namun juga terdapat konflik yang tidak
dapat dikelola dengan kolaborasi. Untuk hal-hal demikian dapat dipakai prinsip ( minus mallun )
terbaik diantara yang kurang baik. Dalam menangani konflik terutama yang sifatnya destruktif kita
harus menjunjung tinggi demokrasi transparansi dan toleransi dalam segala aspek kehidupan.
Kosep perdamaian melalui kekuatan mendukung penggunaan cara apapun yang diperlukan.
Pendekatan ini melahirkan model kekerasan criminal dan mengandalkan pencegahan melalui
intimidasi untuk mengurangi prilaku kekerasan dan mendukung pengembangan teknologi. Tindakan
tersebut dijalankan oleh Negara polisi atau militer dan sistem pengadilan kriminal tetapi pada
tingkat yang ekstrim jika Negara diras tidak efektif maka kelompok-kelompok yang peduli akan turut
campur tangan.
Pendekatan ini menekankan pada negosiasi dan perjanjian pengendalian sejata dilingkungan
internasional penegakan hokum secara efektif yang digabungkan dengan program sosial untuk
menghadapi pada pelanggar hukum ditingkat local serta kerangka hukum untuk melindungi hak
asasi manusia. Inti pendekatan ini ialah salah satunya jalan untuk menghentikan kekerasan dengan
mempertahankan aturan hokum. Pertikaian antar kelompok harus diselesaikan diruang pengadilan
bukan di medan perang karena manusia pada dasarnya bersifata rasional sehingga dapat diajarkan
untuk melakukan cara yang rasional.
Pendekatan ini menuntun adanya konstruksi institusi yang dapat menghambat munculnya sebab-
sebab kekerasan dan tidak menekankan pada organisasi agen control sosial seperti militer dan
kepolisian. Pendekatan ini menekankan pada kerja sama dan konflik tanpa kekerasan.
3. Penyelesaian masalah dengan cara kekerasan hanya akan menghasilkan kepuasan sementara.
5. Konflik tidak harus menjadi suatu kemenangan bagi salah satu pihak dan kekalahan pada pihak
lain.
6. Perjuangan tanpa kekerasan secara moral dan strategi lebih bernilai dari perjuangan dengan
kekerasan.
Secara singkat pendekatan keamanan bersama menghendaki adanya permulaan kembali semua
pendekatan mendasar terhadap hubungan manusia dari tingkat keluarga hingga pada sistem dunia.
Aksi perampasan kaset video rekaman tawuran berbuntut konflik antara pelajar SMA Negeri 6
Jakarta dengan sejumlah wartawan. Korban luka pun berjatuhan dari kedua belah pihak. Sebagai
golongan terdidik, pelajar sudah semestinya meninggalkan kebiasan tawuran yang jelas barbar.
Tawuran antar mahasiswa memberikan citra Kepala buruk bagi dua SMA unggulan, peristiwa
tersebut juga melukai dunia jurnalistik dan pendidikan. Menyikapi hal itu,
Sebuah bom yang disembunyikan dalam sebuah truk relawan keamanan meledak di provinsi
Narathiwat, mencederai tiga orang. Aksi itu terjadi sehari setelah seorang bocah Muslim berusia dua
tahun tewas akibat ditembak ketika naik motor bersama ayahnya.
Sepasang warga Buddha juga ditembak ketika mereka naik kendaraan menuju sebuah pasar di
provinsi Pattani. Sebuah bom di Yala mencederai penjual buah-buahan.
Lebih dari 4.100 orang Buddha dan Muslim tewas dalam enam tahun aksi kekerasan di provinsi
paling selatan Thailand ketika etnik Melayu yang Muslim berjuang bagi satu otonomi dari negara
yang berpenduduk mayoritas beragama Buddha itu.
Maret 1967, PT Freeport Indonesia Incorporate (FII) perusahaan yang dibentuk oleh Freeport
Internasional, yang diwakili oleh Forbes Wilson menanda tangani Kontrak Karya untuk usaha
penambangan di wilayah Pegunungan Selatan Jayawijaya di Gunung Erstberg atau dalam bahasa
Amungme disebut Yelsegel Ongopsegel.
Pada 5 April 1967 Menteri Pertambangan RI Slamet Branata dan Perwakilan Freeport
menandatangani Kontrak Karya pertama selama 30 tahun untuk pengembangan tambang Ertsberg.
Kini gunung Erstberg sudah berubah menjadi lubang raksasa yang kemudian diberi nama ”Danau
Wilson.” Nama ini diberikan sebagai penghormatan kepada tuan Forbes Wilson.
Pertumpahan darah untuk mendapat sejengkal tanah. Kini masyarakat setempat akan menanggung
semua resiko baik dampak lingkungan mau pun dampak sosial akibat perubahan perubahan
modernisasi yang keliru.
Tragedi kemanusian kembali terjadi di Mesuji dan Sodong di Lampung. Bentrokan terjadi antara
warga dan polisi yang dipicu oleh konflik lahan antara petani dan perusahaan perkebunan serta
penyerobotan lahan pada bulan November lalu.
Kejadian itu dipicu konflik sengketa lahan antara warga dan perusahaan perkebunan sawit PT. Silva
Inhutani milik warga negara Malaysia bermaksud melakukan perluasan lahan dengan membuka
lahan untuk menanam kelapa sawit dan Foto Pembantaian Warga di Mesuji Lampung karet namun
selalu ditentang penduduk setempat.
Akhirnya PT. Silva Inhutani membentuk PAM Swakarsa yang juga dibekingi aparat kepolisian untuk
mengusir penduduk. Pasca adanya PAM Swakarsa terjadilah beberapa pembantaian sadis dari tahun
2009 hingga 2011. Akibat sengketa tanah itu akhirnya Foto Pembantaian Warga di Mesuji Lampung
memicu adanya dugaan pelanggaran HAM terhadap warga Mesuji oleh aparat keamanan. Akhirnya
warga Mesuji Propinsi Lampung mendatangi komisi III DPR di Gedung DPR / MPR Jakarta, pada hari
Rabu 14 Desember 2011.
Massa tiba dan berkumpu l di Mesjid Agung Darussalihin Kota Idi sekitar pukul 10:00 Wib,
mengusung sejumlah spanduk dan poster yang berisi dukungan terhadap tahapan Pemilukada.
Mereka melakukan long march (berjalan kaki) menuju Kantor DPRK.
Koordinator aksi Tgk Muzakir Daud di halaman DPRK dalam orasinya menyebutkan, aksi itu mereka
lakukan karena DPRK Aceh Timur mencoba melawan perundang-undangan di Indonesia. Perwakilan
massa menyerahkan pernyataan sikap bersama ke kantor dewan, yang diterima oleh pegawai
skretariat dewan.
Setelah iru massa bertolak kekantor KIP Aceh Timur untuk melakukan aksi demo meminta Kepada
KIP agar menjalankan pemilukuada sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.Sementara itu, Ketua
KIP Aceh Timur, Iskandar A Gani mengatakan, pihaknya akan menjalankan tahapan pemilukada
sesuai dengan peraturan dan jadwal yang telah ditetapkan. KIP tidak dalam posisi menerjemahkan
regulasi tetapi KIP hanya melaksanakan regulasi yang ada sesuai dengan perundang-undangan.
Undang-undang (RUU) Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum telah
diberlakukan, seyogianya berbagai hal dalam regulasi tersebut lebih diperjelas. Dengan demikian,
biaya sosial (konflik) yang berpotensi muncul bisa diminimalkan.
Ahli perencanaan kota dari Universitas Tarumanagara (Jakarta), Suryono Herlambang, mengatakan
hal tersebut di Jakarta. Hal lain, ketentuan pengajuan keberatan dari pemilik lahan sedari
Pemerintah Provinsi sampai ke MA (Mahkamah Agung) yang maksimal 70-an hari, bagi sebagian
warga mungkin terlalu singkat.
Kata Suryono, buat warga berpenghasilan rendah yang tidak punya akses bagus ke birokrasi, waktu
tersebut tidak cukup. Saat ini, angka konflik pertanahan di Indonesia jauh lebih besar daripada
konflik rumah tangga. “Dan kalau tidak ada kejelasan dalam Undang-undang Pengadaan Tanah itu,
konflik bisa saja terus naik.”
Priok berdarah terulang lagi. Sejumlah orang luka parah dan ringan dalam upaya penggusuran
makam Mbah Priok. Bahkan� tiga di antaranya meregang nyawa. Bagaimana sebenarnya koordinasi
aparat keamanan sehingga upaya penertiban berubah menjadi kerusuhan massal?
Menurut catatan detikcom, Kamis (14/4/2010) pagi buta, ribuan anggota Satpol PP telah
berdatangan ke Koja, Jakarta Utara. Hari itu mereka mantap akan menggusur bangunan tak berizin
di areal makam Habib Hasan bin Muhammad al Haddad alias Mbah Priok. Mereka melengkapi diri
dengan helm, tameng, serta pentungan.
Namun siapa nyana. Ratusan warga setempat melakukan perlawanan. Mereka tak mundur
selangkah pun saat ribuan annggota Satpol PP Pemrov DKI merangsek. Diawali saling teriak antara
dua kubu. Tapi sesaat kemudian, perang pun pecah. Batu, kayu serta benda-benda keras lainnya
berterbangan di udara. Bom molotov ikut dilemparkan dan senjata tajam dihunus. Massa dan aparat
Satpol PP sama-sama beringas.
Saling serang, saling gebuk satu sama lain. Korban pun satu persatu berjatuhan dari kedua belah
pihak. Ratusan orang luka ringan dan parah. Bahkan dua orang anggota Satpol PP meregang nyawa.
Suasana mencekam berlanjut hingga malam hari. Puluhan mobil milik Satpol PP dibakar massa. Arus
lalu lintas menuju terminal peti kemas Pelindo pun terputus untuk beberapa jam.
Konflik Poso yang telah memakan banyak korban membuat pemerintah pusat mengucurkan dana
sekitar RP. 162 milyar untuk menangani bebagai kerusakan. Para pengunjuk rasa menyatakan telah
terjadi korupsi pada dana kemanusiaan tersebut. Mereka meminta pemerintah mengusut korupsi
dana kemanusiaan untuk Poso.
Poso membara! Rentetan kekerasan bahkan terus bergulir pasca konflik massal 1998-2001.
Peledakan bom, perampokan bersenjata, pembunuhan warga masyarakat dan aparat seakan tanpa
ujung. Sekian banyak peristiwa kekerasan bernuansa teror terus terjadi tanpa dapat diungkap
pelakunya.
Sabtu, 29 Oktober 2005, Poso gempar lagi. Pagi itu ditemukan tiga tubuh siswi berseragam SMU
bersimbah darah, tanpa kepala, tergeletak mengenaskan di jalan setapak Bukit Bambu. Tak lama
kemudian, tiga kepala siswi tersebut ditemukan di dua tempat berbeda, disertai surat ancaman
untuk mencari kepala-kepala lain.
Bagi warga Kabupaten Poso khususnya, dan Propinsi Sulawesi Tengah pada umumnya, insiden itu
menimbulkan klimaks ketidakpercayaan terhadap pemerintah, aparat keamanan, maupun penegak
hukum.
Takut dan putusasa menghinggapi mereka. Di kancah nasional, peristiwa mutilasi 3 siswi itu merebak
menjadi isu panas di media massa, DPR, Pemerintah Pusat, Komnas HAM, bahkan di kalangan
masyarakat internasional.
Melalui Pansus Poso DPR RI meminta Menkopolhukam dan sejumlah menteri terkait, termasuk
Kapolri dan Panglima TNI, untuk menjelaskan situasi Poso. Sementara itu merebak isu bahwa
semuanya itu hanya `kerjaan orang-orang berseragam`.
Ternyata, ini hanya awal dari investigasi penuh risiko terhadap puncak gunung es kekerasan.
Berhadapan dengan realita bongkahan gunung es yang tersembunyi di bawah permukaan,
investigasi menjadi begitu penuh risiko.
Nyawa para anggota Satgas menjadi taruhan, karena harus berhadapan dengan jaringan yang efektif
sekali menggerakkan kaki tangannya untuk menebar maut. Buku ini saya harapkan dapat
memotivasi seluruh penyidik untuk menuliskan pengalaman tugas mereka.
Konflik di kawasan perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste kembali mencuat di wilayah
Kabupaten Timor Tengah Utara dengan Distrik Ambenu, menyusul klaim dari warga Ambenu
terhadap areal pertanian seluas enam hektar.
Anggota DPD Sarah Lery Mboeik yang tengah melakukan kunjungan ke perbatasan dengan Timor
Leste ketika dikontak melalui telepon seluler di Kefamenanu, Selasa mengatakan, perebutan lahan di
garis perbatasan antara Timor Tengah Utara dengan Distrik Ambenu agar segera diatasi pemerintah
“Persoalan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, pemerintah harus mengantisipasi konflik sebelum
terjadi pertumpahan darah,”katanya.
Dia mengatakan, wilayah yang diklaim itu terletak di Desa Obe, Kecamatan Bikomi Nululat,
Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lahan itu diklaim oleh warga dari
Distrik Ambenu, Timor Leste, sebagai milik mereka dan mendapat protes keras dari warga Bikomi
Nunulat.
Traktat 1904 tersebut, kata dia, berkaitan dengan pembagian wilayah kekuasaan antara penjajah
Belanda yang menguasai Timor bagian barat dan penjajah Portugis yang menguasai wilayah Timor
bagian timur yang kini dikenal sebagai negara Timor Leste.Sebelumnya, Departemen Luar Negeri
Indonesia telah mengirim surat protes kepada pemerintah Timor Leste untuk meminta negara
tetangga itu mematuhi perjanjian perbatasan tiga wilayah yang masih dalam sengketa.
“Sehubungan dengan penyerobotan lahan oleh pemerintah Timor Leste di tiga wilayah yang masih
disengketakan, Departemen Luar Negeri telah mengirim surat protes kepada pemerintah Timor
Leste,” kata Komandan Korem 161 Wirasakti Kupang Kolonel Inf Dody Usodo Hargo di Kupang.
Tiga daerah perbatasan yang masih disengketakan itu adalah Desa Manusasi, Kecamatan Miomafo
Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara seluas 100 hektare (ha), Distrik Oeccuse-Timor Leste, Desa
Memo, Kecamatan Miomafo Timur dan Desa Noelbesi, Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten
Kupang seluas 1.036 ha.
Wilayah yang disengketakan itu tersebut, katanya, sesuai perjanjian antara Timor Leste dan
Indonesia, tidak boleh ada aktivitas apapun sebelum proses penyelesain berakhir.