Anda di halaman 1dari 6

PBL MATERI PROFESIONAL

Nama : ISTAJIB JAZULI


Kelas : K2 1 Fiqih 2023
Tema : Mengatasi Perilaku Bullying di Sekolah

NO TAHAPAN NARASI/ DESKRIPSI

1 Identifikasi Salah satu fenomena yang menyita perhatian dalam dunia


Masalah pendidikan saat ini adalah kekerasan di sekolah, baik yang
dilakukan siswa terhadap gurunya, maupun siswa terhadap siswa
lainnya. Maraknya aksi kekerasan (bullying) yang dilakukan oleh
siswa di sekolah yang semakin banyak menghiasi deretan berita
baik di media cetak maupun elektronik menjadi bukti telah
tercabutnya nilai-nilai kemanusiaan. Tentunya kasus-kasus kekerasan
tersebut tidak saja mencoreng citra pendidikan yang selama ini
dipercaya oleh banyak kalangan sebagai sebuah tempat dimana
proses pembelajaran secara optimal dan bermutu untuk dapat
melahirkan siswa yang berkualitas.
Perilaku bullying saat ini sangat memprihatinkan bagi
pendidik, orang tua, dan masyarakat. Sekolah yang seharusnya
menjadi tempat bagi anak dalam menimba ilmu dan membantu
membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi
tempat tumbuhnya perilaku-perilaku bullying. Perilaku bullying ini
menjadi satu mata rantai yang tidak terputus. Setiap generasi akan
melakukan hal yang sama untuk merespon kondisi situasional yang
menekannya, hingga pola perilaku yang diwariskan ini menjadi
budaya kekerasan.
Bullying sebagai bentuk kekerasan pada institusi pendidikan
bisa dilakukan oleh siapa saja, baik antar siswa terhadap gurunya,
antar siswa terhadap siswa, maupun antar geng siswa di sekolah.
Lokasi kejadiannya mulai dari ruang kelas, toilet, kantin, taman,
pintu gerbang, bahkan di luar pagar sekolah. Akibatnya, sekolah
bukan lagi menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa
melainkan menjadi tempat yang menakutkan. Perilaku bullying tidak
hanya membuat korban menderita ketakutan di sekolah saja, bahkan
banyak kasus bullying yang mengakibatkan korbannya meninggal.
Begitu maraknya perilaku bullying disekolah tentu sangat
berbahaya bila perilaku seperti ini semakin menjamur didalam dunia
pendidikan. Maka dari itu perlu adanya peran kerjasama antara
berbagai pihak, tidak hanya guru dan kepala sekolah saja, tetapi
juga orang tua dan lingkungan masyarakat sekitar agar perlikau
tidak baik ini dapat di minimalisir.

2 Ekplorasi Menteri Pendidikan dan Budaya (Mendikbud) Nadiem


penyebab Makarim memaparkan hasil survei karakter yang dilakukan
masalah dan Kemendikbud. Survei tersebut melibatkan 260 ribu sekolah di
Literatur Indonesia di level SD/Madrasah hingga SMA/SMK. Ada 6,5 juta
Review peserta didik dan 3,1 juta guru yang dilibatkan dalam survei
kontektualisasi tersebut. Dari survei tersebut ada 24,4 % potensi perundungan atau
realitas sosial bullying di lingkungan sekolah. (kumparan.com)
dengan referensi Data terakhir juga berasal dari KPAI. Tahun 2022 KPAI
terkini melaporkan kasus bullying dengan kekerasan fisik dan mental yang
terjadi di lingkungan sekolah sebanyak 226 kasus, termasuk 18
kasus bullying di dunia maya. (nasional.republika.co.id)
Anderson dan Carnagey (dalam Annisa, 2012: 18) Perilaku
bullying dapat terjadi bukan semata-mata tidak ada faktor yang
mempengaruhinya, perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Dari banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
bullying dapat kita bedakan menjadi dua faktor utama yang saling
berinteraksi, faktor tersebut adalah faktor personal dan faktor
situasional. Faktor personal yang dimaksud disini meliputi pola
asuh ayah dan ibu serta harga diri (self-esteem). Sedangkan faktor
situasional dalam hal ini meliputi norma kelompok dan sekolah.
Secara lebih terperinci O’Connell (2003, dalam Annisa, 2012:
18) menjelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
perilaku bullying, yaitu:
1. Pola asuh orangtua, pola asuh orangtua yang sering
melakukan bullying dalam proses mendidik anaknya dapat
mempengaruhi perilaku anak untuk melakukan tindakan serupa.
Hal tersebut di karenakan anak merasa melakukan tindakan
bullying merupakan sesuatu yang wajar
2. Harga Diri, harga diri merupakan hal yang juga dapat
berkontribusi mempengaruhi anak untuk melakukan tindakan
bullying.
3. Norma Kelompok, norma kelompok dikatakan dapat
mempengaruhi seorang anak melakukan perilaku bullying
karena pada kebiasannya anak melakukan tindakan bullying
karena terdapat keinginan dalam diri mereka untuk dapat
diterima dalam suatu kelompok.
4. Sekolah, tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para
siswa dapat menjadi faktor meningkatnya perilaku bullying di
sekolah. Hal tersebut menjadi sebuah penguatan bagi siswa
untuk melakukan ancaman terhadap siswa lain.

Sedangkan menurut Pony Retno Astuti (2008: 4) memaparkan


beberapa faktor penyebab bullying adalah:
1. Kesenjangan ekonomi, terdapat suatu kecenderungan bahwa
kebanyakan siswa yang berasal dari keluarga yang kaya akan
membentuk suatu geng. Dalam geng tersebut, dimana masing-
masing anggotanya memiliki kekuatan ekonomi yang kuat,
faktor inilah yang juga berpengaruh mereka untuk melakukan
bullying terutama kepada korban yang berasal dari keluarga
miskin.
2. Tradisi Senioritas, pengalaman menjadi korban bullying pada
saat masih berada pada masa awal sekolah dahulu dijadikan
oleh siswa untuk melakukan tindakan balas dendam dalam hal
ini adalah melakukan tindakan bullying kepada adik kelas
mereka
3. Keluarga yang tidak harmonis, Situasi dan kondisi yang
kurang kondusif dalam suatu keluarga membuat anak menjadi
frustasi karena tidak merasakan adanya kenyamanan sehingga
terdapat kecenderungan pengalaman buruk tersebut akan
dibawa anak kedalam pergaulan dengan teman temannya.
4. Mencari Popularitas, mencari popularitas merupakan salah satu
faktor yang melatar belakangi anak melakukan tindakan
bullying.

Referensi:
Annisa. 2012. Skripsi: Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan
Perilaku Bullying Remaja. Depok : Psikologi UI
Pony Retno Astuti. 2008. Meredam bullying: 3 cara efektif
mengatasi kekerasan pada anak. Jakarta: PT. Grasindo

3 Ekplorasi Bullying atau intimidasi adalah perilaku yang merugikan


penyebab seseorang secara fisik, verbal, atau psikologis. Bullying dapat terjadi
masalah dan di mana saja, mulai dari sekolah, tempat kerja, hingga dunia maya.
Menurut beberapa sumber, bullying telah ada sejak zaman kuno.
Literatur
Dalam kisah-kisah mitologi, kita dapat menemukan contoh-contoh
Review intimidasi yang dilakukan oleh dewa atau makhluk-makhluk lainnya
kontekstualisasi terhadap manusia.
realitas sosial Dalam perspektif Islam, sejak zaman Nabi Adam, sifat itu
dengan kajian sudah ada. Kisah Qabil dan Habil menjadi bukti akan hal ini.
interdisipliner/ Mungkin lebih dekat disebut konflik daripada bullying. Nah pada
lintas keilmuan. era pra-Islam begitu banyak perilaku bullying. Suku yang kuat biasa
membully suku yang lebih lemah. Demikian juga negara-negara kuat
sering nge-bully negara-negara kecil. Di zaman kerajaan nusantara,
kerajaan-kerajaan besar membully kerajaan yang lebih kecil.
Bullying dilakukan karena adanya ketidakseimbangan kekuatan.
Tidak ada kesetaraan posisi, sehingga yang besar berbuat seenaknya
kepada yang lebih kecil.
Pada abad ke-19, ada sebuah istilah yang disebut "ragging"
yang merupakan bentuk dari bullying yang dilakukan oleh
mahasiswa senior terhadap mahasiswa baru di universitas. Kegiatan
ini biasanya dilakukan untuk mengintimidasi mahasiswa baru dan
menunjukkan kekuasaan mereka. Kegiatan ragging ini pun menjadi
kontroversial dan beberapa universitas mulai melarang praktik ini.
Namun, bullying menjadi semakin mengkhawatirkan seiring
dengan berkembangnya teknologi dan media sosial. Cyberbullying,
yaitu bullying yang dilakukan secara daring, semakin sering terjadi
dan mungkin sulit dilacak pelakunya. Dampaknya pun bisa sangat
merugikan korban dan bahkan dapat berujung pada tindakan bunuh
diri.
Bullying bukan hanya merugikan korban, tapi juga pelaku.
Menurut penelitian, pelaku bullying memiliki risiko lebih tinggi
mengalami masalah kesehatan mental di masa depan, seperti depresi
dan kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi bullying
dengan tegas dan memberikan pendidikan tentang pentingnya
menghargai keberagaman dan toleransi.
Islam diturunkan justru untuk memberantas perilaku bullying
dalam berbagai bentuknya. Seperti diuraikan di atas bagaimana
budaya bullying marak terjadi pada masyarakat Arab pra Islam,
bahkan sejarah manusia kuno. Kemunculan perbudakan dalam
sejarah dunia akibat peperangan, penculikan, dan kemiskinan. Sistem
perbudakan adalah bentuk bullying yang paling nyata karena adanya
ketudakseimbangan dan Islam datang untuk memberantasnya.
Perintah memerdekakan budak adalah cara Islam menghapus
ketidakadilan di dunia ini. Bullying, penindasan terhadap kaum
lemah (seperti perbudakan), bertindak semena-mena, kedzaliman,
ketidakadilan jender, dan lain-lain adalah musuh Islam paling nyata
saat itu. Islam datang membawa keteraturan, ketertiban,
menghormati harkat dan martabat manusia dengan saling menghargai
antara satu dengan yang lain, menjunjung tinggi kehormatan, dan
perilaku mulia lainnya. Sebagaimana Firman Allah swt dalam al-
Quran:
             

             

            

 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi
yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
yang buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Qs. Al-
Hujarat/ 49 ayat 11)

Ayat tersebut jelas melarang kita mengolok-olok, menghina,


apalagi menyakiti secara fisik kepada sesama, karena bisa jadi
orang yang diolok-olok atau dihina lebih mulia dari yang mengolok-
olok. Dalam tinjauan apapun, penghinaan adalah perbuatan tercela
karena menyakiti hati orang lain. Apalagi dilakukan di hadapan
publik. Demikian halnya bullying di dunia nyata dan maya yang
berisi umpatan, ujaran kebencian, caci maki, sumpah serapah, atau
serangan fisik kepada pihak lain adalah perilaku keji (fahsya').
Jadi, hukum bullying adalah haram, karena termasuk sikap dan
perilaku menyakiti orang lain yang dapat merusak nama baik (citra)
atau harkat kemanusiaan.
4 Analisis Perilaku bulying merupakan tingkah laku yang kompleks.
penentu dan Anakanak tidak dilahirkan untuk menjadi seorang pembullying.
Penyebab Tingkah
laku bullying juga tidak diajarkan secara langsung kepada anak-
Masalah
anak.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi seorang anak
berkembang menjadi pelaku bullying
Perilaku bullying dapat terjadi bukan semata-mata tidak ada
faktor yang mempengaruhinya, perilaku tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Dari banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
perilaku bullying dapat diuraikan diantaranya sebagai berikut:
a. Faktor Individu
Terdapat dua kelompok individu yang terlibat secara
langsung dalam peristiwa bullying, yaitu pelaku bullying dan
korban bullying. Kedua kelompok ini merupakan faktor utama
yang mempengaruhi perilaku bullying. Ciri kepribadian dan sikap
seseorang individu mungkin menjadi penyebab kepada suatu
perilaku bullying
b. Faktor Keluarga
Latar belakang keluarga turut memainkan peranan yang
penting dalam membentuk perilaku bullying. Orang tua yang sering
bertengkar atau berkelahi cenderung membentuk anak-anak yang
beresiko untuk menjadi lebih agresif. Anak-anak yang
mendapat kasih sayang yang kurang, didikan yang tidak sempurna
dan kurangnya pengukuhan yang positif, berpotensi untuk menjadi
pelaku bullying.
c. Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya memainkan peranan yang tidak kurang
pentingnya terhadap perkembangan dan pengukuhan tingkah laku
bullying, sikap anti sosial dan tingkah laku devian lain di kalangan
anak-anak. Kehadiran teman sebaya sebagai pengamat, secara tidak
langsung, membantu pelaku bullying memperoleh dukungan kuasa,
popularitas, dan status.
d. Faktor Sekolah
Praktik dan kebijakan sekolah mempengaruhi aktivitas, tingkah
laku,
serta interaksi pelajar di sekolah. Managemen dan pengawasan
disiplin sekolah yang lemah akan mengakibatkan lahirnya tingkah
laku bullying di sekolah.
e. Faktor Media
Paparan aksi kekerasan yang sering ditayangkan oleh
televisi dan media elektronik akan mempengaruhi tingkah laku
kekerasan anak-anak dan remaja. Meskipun belum ada kajian
empiris dampak tayangan kekerasan yang ditayangkan di televisi,
namun para ahli ilmu social umumnya menerima bahwa tayangan
yang berisi kekerasan akan memberi dampak baik jangka pendek
maupun jangka
panjang kepada anak-anak.

Darurat kasus bullying di sekolah, memerlukan upaya preventif


penanggulangan bullying Sekolah, dibutuhkan kolaborasi orang tua,
anak, pihak sekolah, mau stakeholder yang lain di bidang
Pendidikan, dan psikologi untuk segera solusi yang terbaik buat
korban.
Secara umum upaya preventif mengatasi bullying yang dapat
dilakukan dengan tetap memberikan dukungan pada anak korban,
orang tua menjadi panutan yang baik, mengenalkan pada anak
pengetahuan terkait bullying, dan cara mengatasi, serta terlihat
aktivitas komunitas kreatif di sekolah, di lingkungan di rumah dan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai