Anda di halaman 1dari 7

Penanganan Hipertensi Lebih Baik dengan HPBM: Pentingnya Home Blood

Pressure Monitoring

Penanganan Hipertensi Lebih Baik dengan HPBM:


Pentingnya Home Blood Pressure Monitoring

dr. Delia Anastasia Tirtadjaja, SpPD

Ringkasan

• Hipertensi merupakan faktor risiko kematian yang dapat dimodifikasi.2 (hal 806)
• Pengukuran tekanan darah adalah tombak dari skrining, diagnosis, dan
tata laksana hipertensi. Pengukuran tekanan darah yang tidak akurat dapat
membahayakan pasien.2 (hal 806)
• Home blood pressure monitoring (HBPM) dilakukan dengan menggunakan
alat osilometer yang sudah divalidasi secara internasional dan disarankan
untuk melakukan kalibrasi setiap 6-12 bulan.4 (hal 17-18)
• HBPM dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah di klinik. Pengukuran
tekanan darah mandiri berpengaruh baik terhadap kepatuhan berobat dan
kontrol tekanan darah, terutama bila dikombinasi dengan edukasi dan
konseling.9 (hal 3036)
Overview: Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, yaitu sebesar 10,4 juta
kematian per tahun.1 (hal 1335) Pada dasarnya, hipertensi adalah faktor risiko kematian
yang dapat dimodifikasi.2 (hal 806) Salah masalah yang dihadapi dalam penanganan
hipertensi adalah diagnosis dan tata laksana hipertensi oleh tenaga medis yang
belum optimal serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
hipertensi.3 (hal 1)
Pengukuran tekanan darah adalah tombak dari skrining, diagnosis dan tata laksana
hipertensi. Pengukuran tekanan darah yang tidak akurat dapat membahayakan
pasien.2 (hal 806) Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan tekanan darah sistolik
klinik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan pengukuran
berulang.1 (hal 1336) Salah satu pertimbangan dalam memulai farmakoterapi adalah nilai
atau ambang tekanan darah. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi (PERHI) tahun
2016 sepakat bahwa target tekanan darah adalah <140/90 mmHg tanpa tergantung
kepada jumlah penyakit penyerta dan nilai risiko kardiovaskularnya.4 (hal 39)
Diagnosis dan tata laksana hipertensi umumnya dilakukan berdasarkan pengukuran
tekanan darah di klinik. Hasil pengukuran tekanan darah di klinik dapat berbeda
dengan pengukuran tekanan darah di luar klinik. Peningkatan tekanan darah di luar
klinik berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, tidak bergantung
kepada tekanan darah di klinik.5 (hal e42) Sedapat mungkin, diagnosis hipertensi tidak
ditegakkan berdasarkan satu kali kunjungan, melainkan 2-3 kali kunjungan klinik
dengan interval 1-4 minggu. Diagnosis hipertensi berdasarkan satu kali kunjungan
dapat ditegakkan bila tekanan darah ≥180/110mmHg dan adanya bukti penyakit
kardiovaskular. Bila memungkinkan, diagnosis hipertensi perlu dikonfirmasi dengan
pengukuran tekanan darah di luar klinik.1 (hal 1336)
Pengukuran tekanan darah yang tidak akurat menyebabkan overestimasi tekanan
darah, yang berujung pada kesalahan pembacaan tekanan darah pada hingga dua
kali lipat jumlah pasien. Overestimasi ini dapat mengakibatkan tata laksana
farmakologis yang tidak diperlukan dan menimbulkan risiko gejala hipotensi, efek
samping obat, beban finansial dan stigma hidup dengan kondisi medis kronis.2 (hal 807)
Home blood pressure monitoring (HBPM) atau Pengukuran Tekanan
Darah di Rumah

Home blood pressure monitoring (HBPM) adalah metode pengukuran tekanan darah
yang dilakukan sendiri oleh pasien, baik di rumah atau maupun tempat lain di luar
klinik (out of office).4 (hal 16-17) HBPM dapat mendiagnosis hipertensi dan follow
up pengobatan hipertensi jangka panjang.6 (hal 123) Manfaat HBPM di antaranya adalah:
(1) menegakkan diagnosis hipertensi, terutama dalam mendeteksi hipertensi jas putih
(white coat hypertension) dan hipertensi terselubung; (2) memantau tekanan darah,
termasuk variabilitas tekanan darah, pada pasien hipertensi yang mendapat
pengobatan maupun tidak, serta; (3) menilai efektivitas pengobatan, penyesuaian
dosis, kepatuhan pasien dan mendeteksi resistensi obat.4 (hal 16-17) Indikasi HPBM:3 (hal 7)

1. untuk seluruh pasien yang mendapatkan terapi antihipertensi;

2. untuk mengevaluasi hipertensi white coat dan diagnosis hipertensi tidak


terkontrol yang salah;

3. untuk mengevaluasi hipertensi terselubung dan hipertensi resisten;

4. untuk meningkatkan kepatuhan terapi jangka panjang;


5. untuk meningkatkan angka pengendalian tekanan darah;

6. keadaan di mana kontrol tekanan darah yang ketat dibutuhkan, seperti


pasien risiko tinggi dan kehamilan.

Walaupun HBPM memiliki berbagai kelebihan, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan menjadi keterbatasan yaitu:3 (hal 4)

1. Metode HBPM mudah dipahami dan dapat dijelaskan kepada pasien


dalam satu sesi pelatihan bila dilakukan dengan alat elektronik, namun
diperlukan sesi pelatihan yang mencakup informasi mengenai hipertensi,
variabilitas tekanan darah, kondisi dan prosedur pemantauan mandiri, serta
saran pemilihan alat;

2. pertimbangan untuk beberapa pasien, seperti lansia dengan gangguan


motorik atau kognitif, dan anak;

3. terdapat risiko modifikasi pengobatan sendiri oleh pasien berdasarkan hasil


HBPM tanpa berkonsultasi dengan dokter;

4. HBPM tidak dapat menunjukkan tekanan darah nokturnal saat tidur.

HBPM dilakukan dengan menggunakan alat osilometer yang sudah divalidasi secara
internasional dan disarankan untuk melakukan kalibrasi alat setiap 6-12 bulan.4 (hal 17-
18) Pengukuran dilakukan pada posisi duduk dengan kaki menapak dilantai, punggung

bersandar di kursi atau dinding dan lengan diletakkan pada permukaan yang datar
(meja, setinggi letak jantung). Tekanan darah diukur ≥2 menit kemudian. Bila pasien
melakukan olahraga maka pengukuran dilakukan 30 menit setelah selesai
berolahraga. Pada saat pengukuran, pasien tidak boleh mengobrol atau
menyilangkan kedua tungkai. Tekanan darah diperiksa saat pagi dan malam hari.
Pengukuran pagi hari dilakukan satu jam setelah bangun tidur, pasien telah buang air
kecil, belum sarapan tetapi sesudah pasien minum obat. Pada malam hari
pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum tidur. Pengukuran dilakukan minimal
dua kali setiap pemeriksaan dengan interval satu menit. Hasil akhir merupakan rerata
dari minimal dua kali pemeriksaan dalam waktu tiga hari atau lebih (dianjurkan tujuh
hari) dengan membedakan hasil pengukuran pagi dan malam hari. Pengukuran pada
hari pertama diabaikan dan tidak dimasukkan dalam catatan.4 (hal 17-18)
Cara menginterpretasi HBPM adalah sebagai berikut:3 (hal 12)

1.

1. rata-rata dari hasil HBPM serial dapat digunakan sebagai acuan


pengambilan keputusan klinis;
2. hasil HBPM sebaiknya digabungkan dengan pengukuran
tekanan darah di klinik untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat;

3. dokter sebaiknya memberikan edukasi kepada pasien untuk


tidak panik saat menemukan tekanan darah yang tinggi atau
rendah dalam satu pengukuran;

4. rerata tekanan darah sistolik >135mmHg dan/atau diastolik


>85mmHg merupakan indikasi tekanan darah meningkat;

5. penatalaksanaan hipertensi berdasarkan HBPM sebaiknya


disertai pertimbangan profil risiko kardiovaskular dan penyakit
komorbid pada pasien;

6. pada pasien dengan risiko tinggi, misalnya dengan komorbid


diabetes atau gagal ginjal kronis, target tekanan darah di rumah
sebaiknya lebih rendah dari seharusnya, tetapi batasan optimal
belum ditentukan secara tegas;

7. HBPM yang dilakukan pada waktu dan kondisi yang serupa


setiap hari, meningkatkan keakuratan interpretasi tekanan darah.

Penggunaan Alat Ukur Otomatis atau Semiotomatis

Alat pengukur tekanan darah yang lebih disukai pada pemeriksaan HBPM adalah
pengukur elektronik semi-otomatis (pengembangan manset manual) atau otomatis
yang mengukur tekanan darah setinggi lengan atas. Alat ini memerlukan pelatihan
yang lebih sedikit, terhindar dari bias pemeriksa, dan jika dilengkapi dengan memori
otomatis dapat berpotensi mencegah kesalahan pelaporan hasil tekanan darah. Di
antara alat HBPM yang tersedia di pasaran, hanya alat-alat yang telah divalidasi
tingkat keakuratannya pada pengkajian independen menggunakan protokol yang
telah disepakati secara internasional yang sebaiknya digunakan.3 (hal 8)
World Health Organization (WHO) menyatakan teknologi kesehatan berkualitas tinggi
seperti alat pengukur tekanan darah yang akurasinya telah tervalidasi sangatlah
diperlukan untuk tercapainya pelayanan kesehatan universal. Manometer air raksa
telah dihapuskan karena pertimbangan lingkungan terkait merkuri. WHO
merekomendasikan perangkat otomatis yang akurasinya tervalidasi untuk
pengukuran tekanan darah dewasa sejak tahun 2005 untuk menjaga akurasi dan
menurunkan risiko kesalahan pemeriksa terhadap pengukuran tekanan darah yang
tidak akurat pada pengukuran tekanan darah manual aneroid.2 (hal 807)
Pengukur tekanan darah mandiri biasanya menggunakan perangkat osilometrik.
Manset pengukur tekanan darah otomatis lebih disukai karena lebih mudah untuk
digunakan. Alat pengukur tekanan darah lengan atas darah harus digunakan dengan
ukuran manset yang sesuai. Pengukur tekanan darah lengan atas lebih disukai
dibandingkan pergelangan tangan. Beberapa alat pengukur tekanan darah di
pergelangan tangan telah divalidasi, namun hampir seluruh pedoman dan konsensus
ilmiah tidak merekomendasikan penggunaannya secara rutin karena lebih tingginya
kemungkinan kesalahan akibat penempatan yang kurang tepat. Alat pengukur
pergelangan tangan berguna bagi individu yang tangannya tidak cukup untuk ukuran
manset brakial atau bagi yang memiliki kendala mengunakan manset lengan atas,
misalnya pada kasus limfedema ekstremitas atas.5 (hal e47)
Penggunaan alat ukur semiotomatis untuk HBPM didukung oleh berbagai
perhimpunan hipertensi internasional. Berdasarkan Japanese Society of
Hypertension, akurasi alat pengukur tekanan darah mandiri dengan manset lengan
atas menggunakan metode osilometrik dapat diterima secara umum bila diproduksi
dari perusahaan Jepang.7 (hal 1252) Taiwan Hypertension Society and the Taiwan Society
of Cardiology merekomendasikan penggunaan oscillometric upper-arm
sphygmomanometer yang harus divalidasi dan dikalibrasi secara rutin setidaknya
setiap 12 bulan sekali untuk HBPM. Alat pengukur tersebut lebih baik bila dilengkapi
dengan penyimpan data otomatis dan/atau autotranmisi.8 (hal 3) Menurut European
Society of Cardiology (ESC), tekanan darah di rumah adalah tekanan darah rata–rata
yang diukur menggunakan pengukur tekanan darah semiotomatis tervalidasi selama
sekurangnya tiga hari. HBPM dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular dibandingkan dengan tekanan darah di klinik. Terdapat bukti bahwa
pengukuran mandiri memiliki pengaruh baik pada kepatuhan berobat dan kontrol
tekanan darah, terutama bila dikombinasi dengan edukasi dan konseling.9 (hal 3036)
Kesimpulan

Pengukuran tekanan darah adalah tombak dari skrining, diagnosis dan tata laksana
hipertensi. Pengukuran yang tidak akurat dapat membahayakan pasien. Diagnosis
hipertensi perlu dikonfirmasi dengan pengukuran tekanan darah di luar klinik. HBPM
adalah sebuah metode pengukuran tekanan darah yang dilakukan sendiri oleh
pasien di rumah atau di tempat lain di luar klinik (out of office). HBPM berguna untuk
mendiagnosis hipertensi dan follow up pengobatan hipertensi jangka panjang Alat
pengukur tekanan darah yang lebih disukai adalah pengukur elektronik semi-otomatis
atau otomatis yang mengukur tekanan darah setinggi lengan atas. HBPM dapat
memprediksi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dibandingkan dengan tekanan
darah klinik. Terdapat bukti bahwa pengukuran tekanan darah mandiri memiliki
pengaruh baik terhadap kepatuhan berobat dan kontrol tekanan darah.

Referensi

1. International Society of Hypertension Global Hypertension Practice


Guidelines. Hypertension. 2020 Jun;75(6):1334-1357.

2. John O, Campbell NRC, Brady TM, Farrell M, Varghese C, Velazquez


Berumen A, et al. The 2020 "WHO Technical Specifications for Automated
Non-Invasive Blood Pressure Measuring Devices With Cuff". Hypertension.
2021 Mar 3;77(3):806-812.

3. Turana Y, Widyantoro B, Pratikto RS, Harmeiwaty E, Situmorang TD,


Hustrini NM. Pedoman pengukuran tekanan darah di rumah. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia; 2019.

4. Indonesian Society of Hypertension. Konsensus penatalaksanaan


hipertensi 2019. Jakarta: Inash; 2019.

5. Shimbo D, Artinian NT, Basile JN, Krakoff LR, Margolis KL, Rakotz MK, et
al. Self-Measured Blood Pressure Monitoring at Home: A Joint Policy
Statement From the American Heart Association and American Medical
Association. Circulation. 2020 Jul 28;142(4):e42-e63.

6. Stergiou GS, Bliziotis IA. Home blood pressure monitoring in the diagnosis
and treatment of hypertension: a systematic review. Am J Hypertens. 2011
Feb;24(2):123-34.
7. Umemura S, Arima H, Arima S, Asayama K, Dohi Y, Hirooka Y, et al. The
Japanese Society of Hypertension Guidelines for the Management of
Hypertension (JSH 2019). Hypertens Res. 2019 Sep;42(9):1235-1481.

8. Lin HJ, Wang TD, Yu-Chih Chen M, Hsu CY, Wang KL, Huang CC, et al.
2020 Consensus Statement of the Taiwan Hypertension Society and the
Taiwan Society of Cardiology on Home Blood Pressure Monitoring for the
Management of Arterial Hypertension. Acta Cardiol Sin. 2020
Nov;36(6):537-561.

9. Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti Rosei E, Azizi M, Burnier M, et


al. 2018 ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension.
Eur Heart J. 2018 Sep 1;39(33):3021-3104.

Anda mungkin juga menyukai