Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No.

7, Desember 2015 ISSN : 1411 - 7126

PENGARUH BEBERAPA MACAM PUPUK ORGANIK CAIR


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa L.)

Ade Rahmat Firmansyah1), Bachtar Bakrie 2), Luluk Syahr Banu 2)


1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Prodi S-1 Agroteknologi
2) Dosen Fakultas Pertanian Prodi S-1 Agroteknologi
Universitas Respati Indonesia Jakarta
Jl. Bambu Apus 1 No. 3 Cipayung, Jakarta Timur 13890
Email : urindo@indo.net.id

ABSTRAK
Tanaman selada (Lactuca sativa L) adalah jenis sayuran daun yang dimanfaatkan sebagai lalapan dan
penghias hidangan, serta bias membantu mengurangi risiko kanker, katarak, stroke, meringankan insomnia, dan
mengurangi gangguan anemia dan banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial dengan empat perlakuan dan 6 kali ulangan. Pengamatan
yang dilakukan 6 kali selama penelitian dimulai pada umur 1 minggu setelah tanam sampai umur 6 minggu setelah
tanam. Penelitian ini dilaksanakan secara ekperimen dengan menguji pupuk 4 macam pupuk organik cair sebagai
perlakuan. Pupuk organik cair yang digunakan adalah pupuk kandang domba, pupuk organik cair solusi pupuk
dewa; pupuk organik cair green tonvit; dan pupuk organik cair b-terra. Parameter yang diamati ,yaitu tinggi
tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan bobot segar. Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk organik cair b-
terra memberikan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
lain yaitu lebar daun, jumlah daun, dan bobot segar.

Kata kunci : Pupuk organic cair, selada, pertumbuhan, produksi.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selada merupakan tanaman sayuran daun selain praktis pupuk organik cair juga
yang sudah dikenal di Indonesia yang mudah diperoleh dipasaran.
dimanfaatkan sebagai lalapan dan penghias Didaerah tropika pemupukan harus
hidangan. Dalam budidaya tanaman sayuran dipertimbangkan secara cermat dibandingkan
agar pertumbuhan dan produksinya meningkat dengan daerah beriklim sedang. Berbagai
adalah dengan memperhatikan faktor-faktor faktor seperti suhu, curah hujan, dan
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman penyinaran yang lebih tinggi mempunyai
seperti kesuburan tanah, pengairan, peranan dalam menghabiskan dan mengurangi
pengolahan tanah, pemilihan varietas unggul, lebih cepat baik pupuk organik maupun
dan pemupukan (Rukmana, 1994). Untuk anorganik pada daerah tropik (Williams, dkk
mendapatkan nilai produksi tanaman selada 1993). Pemakaian pupuk anorganik yang tidak
yang berkualitas tinggi dengan cara diimbangi dengan pemberian bahan-bahan
meningkatkan unsur hara melalui pemupukan organik dapat mengakibatkan dampak negatif
yang benar dan tepat, karena pemupukan apabila dilakukan secara terus-menerus.
sangat membantu tanaman dalam memperoleh Dampak negatif ini misalnya menurunnya
unsur hara yang dibutuhkan. Dalam melakukan bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap
pemupukan perlu diperhatikan beberapa hal erosi, menurunnya permeabilitas tanah,
yaitu tanaman yang akan dipupuk, jenis pupuk menurunnya populasi mikroba tanah, dan
yang digunakan seperti pupuk organik maupun sebagainya Simanungkalit, 2006). Hal inilah
an-organik, dosis pupuk yang diberikan, serta yang menyebabkan diperlukannya altenatif
waktu dan cara pemupukan agar tercapai bercocok tanam dengan bahan organik agar
produksi yang maksimal (Haryanto, 2003). kualitas tanah dan lingkungan tetap terjaga.
Pupuk organik cair dapat dijadikan sebagai Cara bertanam organik berawal dari
salah satu alternatif sumber larutan nutrisi, pemikiran bahwa ribuan jenis tanaman yang di
hutan alam dapat hidup dengan subur tanpa

506
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 7, Desember 2015 ISSN : 1411 - 7126

pemberian pupuk buatan melalui campur mangan (Mn) sebesar 5.000 ppm, dan pupuk
tangan manusia. Hal itu membuktikan bahwa organik cair b-terra mempunyai kandungan
kondisi hutan sendiri sudah dapat memberi unsur hara makro nitrogen (N) sebesar 13.000
makan dan perlindungan dengan temperatur ppm, fosfor (P) sebesar 5.000 ppm, dan kalium
yang sesuai untuk hewan besar maupun kecil, (K) sebesar 1.000 ppm, sedangkan kandungan
serangga, cendawan, bakteri, dan mahluk hidup unsur hara mikro yang terkandung antara lain
lainnya (Sastradihardja, 2011). Handayanto et zat besi (Fe) sebesar 138 ppm, mangan (Mn)
al. (2007) menambahkan bahwa bahan organik sebesar 11 ppm, dan seng (Zn) 11 ppm.
adalah salah satu kunci keberhasilan sistem Pemakaian pupuk cair lebih efisien
pertanian berkelanjutan. Untuk produksi dibandingkan dengan pemakaian pupuk padat
berkelanjutan perlu dipertahankan kandungan karena pemakaian pupuk cair lebih cepat
bahan organik tanah sekitar 2%, tetapi pada diserap tanaman melalui daun (Nugroho,
daerah tropika kandungan bahan organik 2009). Karena berasal dari sisa panen maka
umumnya kurang dari 2%. Selain itu pupuk organik memiliki kandungan dan
penggunaan bahan organik juga dapat keunggulan yang berbeda apabila
meningkatkan hasil produksi tanaman sayur diaplikasikan terhadap selada. Keadaan ini
(Simanungkalit, 2006). disebabkan oleh kandungan unsur hara yang
Untuk mendapatkan hasil selada yang terkandung di dalam setiap bahan yang
cukup tinggi dan berkualitas baik, selain dijadikan pupuk juga sangat bervariasi. Pupuk
memperhatikan syarat tumbuh yang ideal, organik cair yang beredar dipasaran sangat
tanaman ini juga memerlukan pemeliharaan banyak dengan berbagai merk dagang dan
yang baik, diantaranya suplai unsur hara. kandungan komposisi yang berbeda, serta
Tanaman harus terus-menerus mendapat unsur kondisi dilapangan yang biasa dilakukan
hara yang cukup selama pertumbuhannya. petani dengan mengaplikasikan pupuk organik
Unsur hara yang tersedia dalam tanah, cair bersamaan dengan penyiraman, yaitu
jumlahnya kurang mencukupi untuk kebutuhan dengan cara menyiramkan disekitar batang
tanaman selada. untuk mengatasi itu maka tanaman. Oleh sebab itu, dalam usaha
perlu ditambah dari luar yaitu dengan meningkatkan produksi tanaman selada
pemupukan. Pupuk organik cair sangat sesuai organik penulis melakukan penelitian tentang
untuk tanaman sayuran, karena pupuk organik pengaruh beberapa macam pupuk organik cair
mengandung unsur makro dan mikro yang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
lengkap meskipun dalam jumlah sedikit selada.
(Nugroho, 2009).
Pupuk organik cair yang beredar dipasaran 1.2. Rumusan Masalah
sangat banyak dengan komposisi kandungan Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi
unsur hara yang berbeda seperti, pupuk organik permasalahan yaitu :
cair solusi pupuk dewa mempunyai kandungan 1. Apakah pupuk organik cair berpengaruh
unsur hara makro nitrogen (N) sebesar 171 terhadap pertumbuhan dan hasil
ppm, fosfor (P) sebesar 4.000 ppm, dan kalium tanaman selada.
(K) sebesar 6.000 ppm, sedangkan unsur hara 2. Pupuk organik cair mana yang paling
mikro yang terkandung seperti, zat besi (Fe) tepat terhadap pertumbuhan dan hasil
sebesar 116 ppm, mangan (Mn) sebesar 11 tanaman selada.
ppm, boron (B) sebesar 22 ppm, pupuk organik
cair greentonvit mempunyai kandungan unsur 2. Tujuan
hara makro antara lain nitrogen (N) sebesar Untuk mengetahui pengaruh beberapa
178.000 ppm, fosfor (P) sebesar 24.000 ppm, pupuk organik cair terhadap pertumbuhan
dan kalium (K) sebesar 108.000 ppm, sedangkan dan produksi tanaman selada serta yang
unsur hara mikro yang terkandung antara lain, sesuai untuk tanaman selada.
sulpur (S) sebesar 84.000 ppm, mangan (Mn)
sebesar 15,2 ppm, seng (Zn) sebesar 38.000
ppm, kalsium (Ca) sebesar 21.000 ppm, dan
507
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 7, Desember 2015 ISSN : 1411 - 7126

3. METODE PENELITIAN 3.2. Bahan dan Alat


3.1. Waktu dan Tempat Bahan :
Waktu : April-Agustus 2013 Benih selada varietas grand rapid, tanah top
Tempat : Kel. Subang Jaya, Kecamatan soil, sekam mentah, pupuk organik domba,
Cikole, Kota Sukabumi dan tiga macam pupuk organik cair, merk:
solusi pupuk dewa, greentonvit, dan b-terra.
Alat :
Peralatan budidaya, peralatan semai, polibag,
timbangan, ember, gelas ukur, alat ukur &
alat tulis.

Tabel 1. Kandungan unsur hara setiap jenis pupuk organik cair


Pupuk Pupuk Organik Cair
Kandungan kandang Solusi pupuk
domba Greentonvit b-terra
dewa

N (ppm) 1,28 171 178.000 13.000

P (ppm) 0,19 4.000 24.000 5.000

K (ppm) 0,93 6.000 108.000 1.000

Fe (ppm) 0,02 116 - 138

S (ppm) - - 84.000 -

Mn (ppm) - 11 15,2 11

Zn (ppm) - 3 38.000 11

Ca (ppm) 0,59 - 21.000 -

Mg (ppm) 0,19 - 5.000 0,01

B (ppm) - 22 < 0,1 1

Co (ppm) - 2 < 3,80 -

Mo (ppm) - - < 0,1 6,3

pH - 6,5 - 8

C organik (%) - 6,43 % 6,43 % 5,43 %

3.3. Rancangan Penelitian


Menggunakan rancangan acak lengkap ulangan, sehingga terdapat 24 satuan
(RAL) Faktorial terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu, percobaan. Perlakuan cara aplikasi pupuk
faktor pertama pupuk organik cair yang kandang domba, pupuk organik cair solusi
dipergunakan sebagai perlakuan, dan faktor pupuk dewa, greentonvit, dan b-terra pada
umur tanaman yang diamati selama enam perlakuan ini adalah,
minggu atau selama enam kali pengamatan, a. P1 : 20 kg pupuk kandang domba + 150
dengan 4 (empat) perlakuan dan 6 (enam) liter air.
508
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 7, Desember 2015 ISSN : 1411 - 7126

b. P2 : 0,2 % / liter air atau setara dengan 2 dan dihaluskan. Polibag ditata dalam rak
cc/liter air pupuk organik cair solusi vertikultur.
pupuk dewa. 3.4.2. Persemaian
c. P3 : 0,2 % / liter air atau setara dengan 2 Benih selada terlebih dahulu disemai
cc/liter air pupuk organik cair greentonvit. dalam baki plastik dengan media tanam
d. P4 : 0,2 % / liter air atau setara dengan 2 berupa campuran tanah dan pupuk yang telah
cc/liter air pupuk organik cair b-terra. diayak dengan perbandingan 1:1. Sebelum
Pembuatan larutan pupuk kandang benih disemaikan, media semai disiram
domba sebanyak 20 kg ditambah air sebanyak dengan air bersih sampai lembab. Kemudian
150 liter, solusi pupuk dewa, greentonvit, dan dibuat alur dengan kedalaman 1-2 cm dan
b-terra dilakukan dengan cara memasukan jarak antar alur 5 cm. Lalu benih ditabur
larutan pupuk organik cair tersebut ke dalam secara merata pada alur yang telah disiapkan
gelas ukur yaitu sebanyak 2 cc. Kemudian dan ditutup dengan tanah halus setebal 1 cm,
ditambahkan air biasa dan volumenya selanjutnya dilakukan penyiraman dengan
dicukupkan sampai 1.000 cc, sehingga akan sprayer atau emrat yang berlubang halus.
didapatkan konsentrasi larutan pupuk organik Umur pesemaian selada 3 minggu, setelah itu
cair yang diinginkan yaitu 0,2 %. bibit akan dipindahkan ke polibag.
Model analisis ragam yang digunakan 3.4.3. Penanaman
pada percobaan ini adalah rancangan Acak Penanaman dilakukan setelah bibit
Lengkap (RAL) Faktorial. Model linier yang berumur tiga minggu setelai semai. Bibit yang
digunakan adalah sebagai berikut : ditanam harus bibit yang memiliki
Model Linear RAL dua faktor : pertumbuhan yang bagus, memiliki batang
Yijk = μ + αi +βj + (αβ)ij + εijk, yang kokoh, dan daunnya berwarna hijau dan
dimana : sehat. Cara penanaman yaitu dengan
Yijk = pengamatan pada satuan percobaan memasukan bibit selada kedalam lubang
ke-k yang memperoleh kombinasi tanam yang telah disiapkan dengan
perlakuan taraf ke-I dari faktor A dan kedalaman 5 cm. Setiap polibag ditanami satu
taraf ke-j dari faktor B bibit selada yang ditanam secara tegak dan
µ = mean populasi tanah disekitar tanaman sedikit dipadatkan
αi = pengaruh taraf ke-i dari faktor A supaya akar tanaman tidak terganggu dan
βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B tanaman berdiri kokoh.
(αβ)ij = pengaruh taraf ke-I dari faktor A dan 3.4.4. Pemeliharaan Tanaman
taraf ke-j dari faktor B a. Penyulaman
εijk = pengaruh acak dari satuan Penyulaman dilakukan segera setelah
percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi diketahui terdapat tanaman yang mati atau
perlakuan ij. ɛij~N(0,ϭ2). pertumbuhannya kurang baik. Penyulaman
dilakukan dengan tanaman yang berumur
3.4. Prosedur Penelitian sama, untuk menghindari keterlambatan
3.4.1. Persiapan Media Tanam pertumbuhan tanaman maka penyulaman
Persiapan media tanam dilakukan dilakukan sampai umur tanaman 7 hari
bersamaan dengan waktu pesemaian benih, setelah tanam. Bibit tanaman yang dipakai
sekitar tiga minggu sebelum bibit pindah untuk sulaman diambil dari bak pesemaian
tanam dengan menggunakan polibag yang dibiarkan tumbuh di pesemaian pada
berukuran diameter 15 cm. Media tanam yang saat penanaman.
dipergunakan berupa tanah topsoil dicampur b. Penyiraman
sekam dengan perbandingan 1 kg sekam Penyiraman yang dilakukan disesuaikan
mentah 2 kg tanah topsoil untuk tiap polibag. dengan kebutuhan dan keadaan tanah,
Sebelum dimasukan kedalam polibag tanah penyiraman dilaksanakan pada pagi dan sore
terlebih dahulu dibersihkan dari semua gulma hari.
dan sisa-sisa tanaman kemudian digemburkan

509
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 7, Desember 2015 ISSN : 1411 - 7126

c. Penyiangan pada umur tanaman 1, 2, 3, 4, 5, dan 6


Penyiangan dilakukan pada saat tanaman minggu setelah tanam.
berumur satu minggu setelah tanam dengan d. Bobot Segar (Gr)
cara mencabut gulma yang tumbuh disekitar Bobot segar tanaman merupakan bobot
tanaman dengan menggunakan tangan dan pada saat tanaman masih hidup dan
sebilah bambu sambil melakukan ditimbang langsung setelah panen, sebelum
penggemburan tanah disekitar tanaman. tanaman layu akibat kehilangan air (Lakitan,
d. Pemupukan 1996). Pengamatan dilakukan pada saat panen
Pemupukan dilaksanakan sebanyak empat yaitu pada umur empat puluh lima (45) hari
kali aplikasi dengan cara disiramkan dengan setelah tanam .
konsentrasi 200 ml setiap tanaman pada saat 3.5.2. Pengamatan Penunjang
umur tanaman 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah Pengamatan penunjang adalah
tanam, pemupukan dilaksanakan pada pagi pengamatan yang dilakukan selama penelitian
hari. yang bersifat menunjang pengamatan utama.
3.4.5 Panen Hasil pengamatan ini tidak dianalisa secara
Tanaman selada dapat dipanen pada statistik dan variabel yang diamati dalam
umur empat puluh lima hari (45) setelah pengamatan penunjang yaitu suhu,
tanam atau tergantung pada varietas dan tipe kandungan unsur hara dalam tanah dan pupuk
yang ditanam. Cara memanen selada adalah organik domba.
dengan mencabut seluruh bagian tanaman
bersama akar-akarnya atau dengan cara 3.6. Analisis Data
memotong pangkal batang tanaman di atas Bentuk analisis data untuk parameter
tanah. tinggi tanaman, lebar daun, dan jumlah daun
yang menggunakan rancangan acak lengkap
3.5. Variabel Penelitian pola faktorial digunakan program komputer
Variabel yang diamati selama penelitian data analisis pada program SPSS versi 16,0
meliputi pengamatan utama, yaitu tinggi sebagai perhitungan analis data, apabila
tanaman, lebar daun, jumlah daun, dan bobot hasilnya berbeda nyata maka dilanjutkan
segar. Selain pengamatan utama ada juga dengan analisis Tukey.
pengamatan yang bersifat menunjang.
3.5.1. Pengamatan Utama 4. HASIL dan PEMBAHASAN
a. Tinggi Tanaman 4.1. Gambaran Umum Wilayah
Tinggi tanaman diukur dari pangkal Kelurahan Subangjaya adalah satu
batang atau leher akar sampai ujung tanaman. kelurahan diwilayah Kecamatan Cikole Kota
Pengamatan dilakukan 6 kali yaitu pada umur Sukabumi, secara administratif sebelah utara
tanaman 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu setelah dan timur berbatasan dengan desa Sukajaya
tanam. Kabupaten Sukabumi, sebelah selatan
b. Lebar Daun berbatasan dengan kelurahan Nanggeleng
Lebar daun diukur pada daun yang Kota Sukabumi, dan sebelah barat berbatasan
terlebar menggunakan mistar, pengukuran dengan kelurahan Cikole Kota Sukabumi,
dilaksanakan pada saat tanaman berumur 1 secara geografis kelurahan Subangjaya berada
MST (minggu setelah tanam). Pengamatan pada ketinggian tempat 640 m dpl, dengan
dilakukan selama 6 kali yaitu pada umur tofografi wilayah datar sampai berbukit, suhu
tanaman 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu setelah rata-rata 22 derajat Celcius sampai 28 derajat
tanam. Celcius, dengan curah hujan 2.291 mm dan
c. Jumlah Daun jenis tanah latosol (Monografi Kelurahan
Jumlah daun (helai) diamati dengan Subangjaya, 2012).
menghitung daun yang telah membuka
sempurna dihitung pada saat tanaman 4.2. Hasil
berumur 1 MST (minggu setelah tanam). Data penunjang dalam penelitian ini
Pengamatan dilakukan selama 6 kali yaitu adalah temperatur udara didalam ruangan
510
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 7, Desember 2015 ISSN : 1411 - 7126

tempat penelitian dilaksanakan. Temperatur 4.3. Pembahasan


udara selama penelitian dari mulai Dari hasil penelitian yang telah
pengamatan pertama sampai 45 hari yaitu dilaksanakan mengenai pengaruh beberapa
rata-rata 26,5 derajat Celcius, pengukuran macam pupuk organik cair terhadap
dilaksanakan seminggu sekali dengan pertumbuhan dan produksi tanaman selada,
menggunakan total dissolved solids (TDS). menunjukan pengaruh yang berbeda nyata
4.2.1. Tinggi Tanaman (Cm) terhadap parameter tinggi tanaman yang
Data pengamatan rata-rata tinggi diamati, tetapi pada parameter lebar daun,
tanaman pada umur 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu jumlah daun, dan bobot segar menunjukan
setelah tanam memperlihatkan bahwa pupuk hasil yang tidak berbeda nyata. Untuk
organik cair berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman karena
tinggi tanaman. Grafik perkembangan tinggi menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata
tanaman memperlihatkan bahwa pada berdasarkan sidik ragam maka dilanjutkan
perlakuan empat (P4) dengan menggunakan dengan uji Tukey.
pupuk organik cair b-terra mengakibatkan 4.3.1. Tinggi tanaman
tinggi tanaman terus meningkat pada umur 5- Analisis sidik ragam dan uji lanjut Tukey
6 minggu setelah tanam, bila dibandingkan P1, untuk tinggi tanaman (lampiran) menunjukan
P2, dan P3. adanya pengaruh berbeda nyata terhadap
4.2.2. Jumlah Daun (Helai) tinggi tanaman selada. Tinggi tanaman pada
Berdasarkan data hasil pengamatan perlakuan P4 (pupuk organik cair b-terra)
rata-rata jumlah daun pada umur 1, 2, 3, 4, 5, setiap minggunya relatif terus meningkat,
dan 6 minggu setelah tanam memperlihatkan pada pengamatan ke 4 sampai 6 minggu
bahwa pupuk organik cair tidak berpengaruh setelah tanam rata-rata tinggi tanaman pada
nyata terhadap jumlah daun. Pada perlakuan minggu ke 6 yaitu 29,43 cm dan tinggi
empat (P4) dengan menggunakan pupuk tanaman terendah yaitu 25,70 cm pada
organik cair b-terra mengakibatkan jumlah perlakuan P1 (perlakuan pupuk kandang). Hal
daun terus meningkat pada umur 5-6 minggu ini berarti pemberian beberapa macam pupuk
setelah tanam dengan jumlah terbanyak 12,72 organik cair berpengaruh beda nyata terhadap
helai, sedangkan jumlah paling sedikit terlihat tinggi tanaman selada. Hal ini diduga unsur
pada perlakuan dua (P2) dengan jumlah daun hara yang terkandung pada pupuk organik cair
sebanyak 10,67 helai. Berdasarkan data hasil b-terra diserap oleh tanaman tersebut dapat
pengamatan rata-rata lebar daun pada umur digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan
1, 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu setelah tanam tanaman seperti pembentukan akar,
memperlihatkan bahwa pupuk organik cair pemanjangan batang, pembentukan daun,
tidak berpengaruh nyata terhadap lebar daun. sehingga tanaman dapat tumbuh dan
Pada perlakuan satu (P1) dengan berproduksi dengan baik melalui peningkatan
menggunakan pupuk organik kandang ketersediaan unsur hara yang diserap oleh
mengakibatkan lebar daun terus meningkat tanaman melalui pemberian pupuk organik
pada umur 5-6 minggu setelah tanam dengan cair. Karena pupuk organik cair b-terra
lebar 18,55 cm, bila dibandingkan P2, P3, dan mengandung unsur hara N sebanyak 13.000
P4. ppm yang sangat dibutuhkan tanaman untuk
4.2.3. Bobot (Gr) pembentukan atau pertumbuhan bagian-
Berdasarkan data hasil pengamatan bagian vegetatif tanaman 25 seperti daun, akar,
rata-rata bobot segar pada umur 6 minggu dan batang, kandungan zat besi (Fe) sebesar
setelah tanam memperlihatkan bahwa pupuk 138 ppm yang berfungsi dalam pembentukan
organik cair tidak berpengaruh beda nyata hijau daun, dan kandungan mangan (Mn) 11
terhadap bobot segar. Pada perlakuan empat ppm sangat dibutuhkan untuk memperlancar
(P4), sedangkan bobot terendah diperoleh pengangkutan fero dari akar ke daun.
pada perlakuan satu (P1) dengan bobot segar
106,6 gr.

511
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 7, Desember 2015 ISSN : 1411 - 7126

4.3.2. Lebar daun 11,78 helai. Hal ini diduga P4 (pupuk organik
Hasil analisis sidik ragam untuk lebar cair b-terra) mengandung unrsur hara Fe yang
daun tanaman selada menunjukan adanya paling tinggi, yaitu 138 ppm dibandingkan
pengaruh tidak berbeda nyata terhadap lebar dengan P1 (pupuk kandang), P2 (pupuk
daun tanaman selada melalui perlakuan organik cair solusi pupuk dewa), dan P3
beberapa macam pupuk organik cair, yaitu (pupuk organik cair greentonvit). Lakitan
pertambahan lebar daun selada yang paling (1996) menyatakan tanaman yang banyak
tinggi ada pada perlakuan P1 (pupuk kandang mengandung Fe dan S, akan merangsang
domba) yaitu 18,55 cm, sedangkan terendah peningkatan jumlah daun, tetapi tidak
pada perlakuan P2 (pupuk organik cair solusi berbeda nyata karena diduga pada pupuk
pupuk dewa) yaitu 16,67 cm. Hal ini diduga greentonvit mengandung unsur hara sulfur (S)
pupuk kandang domba mempunyai unsur yang cukup tinggi 84.000 ppm sehingga terjadi
hara yang sesuai untuk meningkatkan lebar kelebihan yang berakibat terhambatnya
daun. Gardner et al. (1991) menyatakan pergerakan Fe ke daun meskipun penyerapan
bahwa Fosfor (P) dan Kalium (K) berperan Fe dalam tanah berlangsung terus
dalam fotosintesis yang secara langsung (Poerwowidodo, 1992).
meningkatkan pertumbuhan dan lebar daun. 4.3.4. Bobot segar
Selain ketersediaan unsur hara yang paling Hasil analisis sidik ragam untuk bobot
penting diperhatikan adalah terpenuhinya segar tanaman menunjukan tidak beda nyata
kebutuhan air bagi tanaman. Tanaman selada terhadap hasil tanaman selada melalui
merupakan salah satu tanaman yang perlakuan beberapa macam pupuk organik
membutuhkan air dalam jumlah yang tersedia cair, pertambahan bobot segar tanaman
untuk menunjang pertumbuhan dan selada yang tertinggi ada pada perlakuan P4
perkembangannya. Kandungan unsur hara (pupuk organik cair b-terra) yaitu 123,5 gram,
yang dapat memacu lebar daun terdapat pada sedangkan bobot terendah pada perlakuan P1
semua pupuk organik cair yang dijadikan (pupuk kandang domba) yaitu 105,5 gram. Hal
sebagai perlakuan. Hal ini diduga ini diduga kandungan unsur hara pada pupuk
mengakibatkan lebar daun pada semua organik cair b-terra mampu memacu
perlakuan tidak berbeda nyata. Pemberian metabolisme pada tanaman selada. Berat
pupuk organik cair yang lengkap kandungan basah tanaman merupakan berat tanaman
haranya, akan menyebabkan laju pada saat tanaman masih hidup dan
pertumbuhan sintetis yang berbeda, pupuk ditimbang secara langsung setelah panen,
organik cair selain mengandung nitrogen yang sebelum tanaman menjadi layu akibat
menyusun dari semua protein, asam nukleat kehilangan air (Lakitan, 1996). Banyak faktor
dan klorofil juga mengandung unsur hara yang menyebabkan perlakuan beberapa
mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca, macam pupuk organik cair terhadap produksi
dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan selada belum menunjukkan hasil yang
sebagai katalisator dalam proses sintesis optimal, hal ini diduga karena konsentrasi
protein dan pembentukan klorofil (Salisbury pupuk organik cair belum optimal dan juga
dan Ross, 1995). diduga pemakaian pupuk anorganik
4.3.3. Jumlah daun dihilangkan. Pupuk organik cair yang
Analisis sidik ragam untuk jumlah daun digunakkan mungkin akan memberikan efek
tanaman selada menunjukan adanya nyata bila digunakan dalam jangka panjang
pengaruh tidak berbeda nyata terhadap bukan 45 hari seperti umur tanaman selada.
jumlah daun tanaman selada melalui Kondisi cuaca pada saat penelitian juga kurang
penggunaan beberapa macam pupuk organik mendukung karena temperatur rata-rata
cair, pertambahan jumlah daun tanaman dilokasi penelitian adalah 26,5 derajat Celcius,
selada yang paling banyak ada pada perlakuan sedangkan suhu optimum untuk tanaman
P4 (pupuk organik cair b-terra) yaitu 12,72 selada menurut Rukmana (1994) adalah 15
helai, sedangkan paling sedikit pada perlakuan sampai 20 derajat Celcius.
P3 (pupuk organik cair greentonvit) yaitu
512
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 7, Desember 2015 ISSN : 1411 - 7126

5. KESIMPULAN DAN SARAN Lakitan, B. 1996. Fisiologi Tumbuhan dan


5.1. Kesimpulan Perkembangan Tanaman. Cetakan I.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
serta mengacu pada tujuan penelitian dapat Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk
disimpulkan bahwa, pupuk organik cair b-terra Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar
merupakan pupuk yang terbaik karena Swadaya.
menunjukan berpengaruh nyata terhadap Mathius, I. 1994. Potensi dan Pemanfaatan
parameter lebar daun, jumlah daun, dan bobot Pupuk Organik. Wartazoa. 3(2) :1-8
segar tanaman selada, tetapi berpengaruh Musnamar, I. E. 2006. Pupuk Organik (Cair
nyata terhadap parameter tinggi tanaman. dan Padat, Pembuatan, Aplikasi).
5.2. Saran Jakarta : Penebar Swadaya.
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan
dengan konsentrasi yang berbeda dan Tanah. Bandung : Angkasa.
pupuk organik cair yang berbeda jenis Pranata, S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi
agar dapat dilihat pengaruh pupuk dan Manfaatnya. Jakarta : Agromedia
organik cair terhadap pertumbuhan dan Pustaka.
produksi tanaman selada. Puspitasari, E. 2011. Pengaruh Dosis Pupuk
2. Berdasarkan penelitian, dapat Organik Puyuh Terhadap
disarankan pupuk organik cair b-terra Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
bisa digunakan untuk meningkatkan Caisin. Skripsi. Jur. Agroteknologi. Fak.
pertumbuhan dan produksi tanaman Pertanian. Univ. Respati Indonesia.
selada yang nantinya diharapkan akan Jakarta.
berpengaruh terhadap Rohmah, N.2009. Respon Tiga Kultivar Selada
produktivitasnya. pada Tingkat Kerapatan Tanaman
Yang Berbeda. Skripsi. Jur.Budidaya
DAFTAR PUSTAKA Pertanian. Fak. Pertanian. Univ.
Ahmad, F. 1991. Penerapan Pertanian Organik Brawijaya. Malang.
untuk Pengembangan Pertanian. Rubatzky dan Yamaguchi. 1999. Sayuran
Makalah Seminar Pertanian Organik. Dunia 1. ITB Bandung. Bandung.
Fakultas Pertanian Riau. Pekanbaru Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada.
(tidak untuk dipublikasikan). Yogyakarta : Kanisius.
BPS. 2010. Data Konsumsi Sayuran di Sastradihardja S. 2011. Praktis Bertanam
Indonesia. BPS Selada dan Andewi Secara Organik.
Dasipah, E. et al 2010. Analisis Perilaku Bandung : Angkasa.
Konsumen Dalam Pembelian Produk Setyamidjaja. 1986. Pupuk dan Cara
Sayuran di Pasar Modern Kota Bekasi. Pemupukan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Agribisnis dan Pengembangan Simanungkalit, R.D.M. 2006. Prospek Pupuk
Wilayah. 1(2) : 24-36 Organik dan Pupuk Hayati di
Gardner, F.P. Pearce R.B dan Mitchel R.L. Indonesia. Balai Besar Penelitian dan
1991. Fisiologi Tanaman. Pengembangan Sumberdaya Lahan
Diterjemahkan oleh Herawati Susilo. Pertanian. Jawa Barat.
Jakarta : UI-Press. Salisbury, B.F dan C.W Ross. 1995. Fisiologi
Handayanto dan Hairiah. 2007. Biologi Tanah. Tumbuhan. Jilid 3. ITB. Bandung.
Yogyakarta : Pustaka Adipura. Williams, C.N., J.O dan W.T.H. Peregrinie.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : 1993. Produk Sayuran di Daerah
Akademika Pressindo. Tropik. Terjemahan R. Ronoprawiro.
Haryanto, E., T., Suhartini, dan E. Rahayu. Yogyakarta : UGM- Press.
1995. Sawi dan Selada. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Jumin, H.B. 2002. Agronomi. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
513

Anda mungkin juga menyukai