B.arab 2 Raudha
B.arab 2 Raudha
Bahasa arab ll
Dzonna waakhowatuha
KATA PENGANTAR
1
Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allas Swt. yang telah memberikan ramat
dan karunianya kepada kita semua. Serta shalawat terhantur kepada nabi besar Muhammad
Saw, semoga kelak kita mendapat safaatnya, aminn.
Rasa terimakasih juga penulis hanturkan kepada dosen yang telah mempercayakan
pembuatan makalah ini kepada saya yang berjudul “ dzonna wa akhowatuha ”. Seperti kata
pepatah tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan pembuatan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, sehingga membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sehingga makalah ini lebih baik nantinya.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Bahasa merupakan alat komunikasi yang mampu memberikan pengenalan pesan dalam
sebuah interaksi antara satu dengan yang lainnya. Tujuan utama bahasa tak akan sampai
bilamana ada perbedaan pemaknaan dalam pengenalan simbol-simbol kode bahasa, apalagi
membaca tulisan bahasa tersebutpun tak kunjung sampai dilisan, tak terkecuali salah satu
bahasa terumit dan istimewa yaitu Bahasa Arab.
Kitab merupakan sumber rujukan dalam pemenuh khazanah ilmu keislaman yang banyak
digeluti oleh para penggiatnya. Walaupun, ketika dikritisi, penggunaan kata “kitab” tak lain
bermakna lurus dengan kata “buku” dalam Bahasa Indonesia, tetapi ada ciri khusus ketika
ada seseorang mengatakan kata “kitab” yaitu identitasnya yang tertulis tulisan arab atau
abjadiah arab tanpa adanya alat bantu vokal atau harakat. Maka, menjadi tantangan tersendiri
ketika seseorang disuguhi kitab bertulisan arab gundul untuk sekedar dibaca dan apalagi
mampu memaknai serta memahami makna yang tersurat maupun tersirat dari tulisan tersebut.
Bahasa dan Kitab seperti dua mata koin, tak terpisah. Mulai dari bahasa kitab yang
diidentifikasi kepada Bahasa Arab, dan Bahasa Arab sendiri yang memperkenalkan dirinya
sebagai bahasa istimewa dengan segala keunikan bahkan kesukarannya. Tak ayal, untuk
sekedar membacanya saja dibutuhkan keahlian khusus apalagi sampai mampu memahami
serta menghadirkan karya tulis berbahasa Arab sehingga tulisan tersebut mendapat julukan
sebagai sebuah “Kitab”.
Dalam peroses belajar BMK (Bimbingan Membaca Kitab), orientasi yang dihadirkan adalah
peningkatan kemapuan membaca tulisan arab gundul, disertai dengan metode pembelajaran
cepat amstilati. Dari sekian metode yang ada, amtsilati terpilih sebagai primadona metode
cepat oleh sebagian pelajar Indonesia, hal ini terbukti dengan banyaknya para pendidik yang
menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga, termasuk makalah yang
sekarang sedang disususn ini juga membahas tentang bagaimana metode amtsilati
mengantantar para pelajar untuk mampu membaca rangkaian kalimat tulisan arab tanpa
harakat dengan cepat dan tepat.
B. Rumusan Masalah
4
1. Apa pengertian zhona waakhowatuha?
2. Bagaimana cara menentukan zhona waakhowatuha?
3. Apa saja macam macam zhona waakhowatuha?
C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui apa itu zhona waakhowatuha
2. Memahami konsep zhona waakhowatuha
3. Mengetahui apa saja contoh zhonna waakhowatuha
BAB II
PEMBAHASAN
5
“Adapun ظّنdan saudara-saudaranya beramal menashabkan mubtada’ dan khobar yang
kemudian menjadi maf’ul keduanya. [1] yaitu ( ظننتaku menduga);( زعمت خلت حسبنتaku
menduga); ( علمت رأيت ووجدتaku telah mengetahui dengan yakin); ( وجعلت واّتخذتaku
menjadikan); ) سمعتaku telah mendengar)”.[2]
Contoh:
( ُم ْنَطِلٌق َزْيٌدZaid Berangkat) menjadi ( ُم ْنَطِلًقا َزْيًدا َظَنْنُتAku telah menduga Zaid telah
berangkat).
6
Dari contoh-contoh diatas bisa dilihat bahwa i’rob mubtada’ dan khobarnya ( )ُم ْنَطِلٌق َزْيٌدyang
tadinya rofa’ berubah menjadi nashab ُم ْنَطِلًقا َزْيًداsetelah kemasukan َظَنْنُتdimana nashabnya
ditandai dengan fathah.
Perlu diketahui, bahwa ظّنdan saudar-saudaranya yang dapat menashabkan mubtada’ dan
khobar itu bukan hanya fi’il madhinya saja, tetapi semua tasrifnya juga, seperti: fi’il mudlori’,
masdar, isim fa’il dan sebagainya.
1. Af’aalul Quluub
Dinamakan Af’aalul Quluub karena maknanya berkaitan dengan pekerjaan hati atau
bersumber dari hati bukan pekerjaan anggota badan, seperti mengetahui, mengira, ragu dan
yakin semuanya merupakan pekerjaan yang bersumber dari hati. Secara makna berarti
pekerjaan-pekerjaan yg ada dalam hati seperti mengetahui, meyakini, menyangka, dll.
Af’aalul Quluub dalam hal ini terbagi menjadi empat bagian:
.WAJADA
إّنا وجدناه صابرا
(Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar)
TA’ALLAM.
تعلم أن الربا بالء
(Ketahuilah sesungguhnya harta riba adalah petaka)
DAROO
7
َو اَل َأْد َر اُك ْم ِبِه
(dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu)
HAJAA
حجوت الجَّو باردًا
(Aku memperkirakan cuaca dingin)
‘ADDA,
عددت الصديَق أخًا
( Aku menganggap teman itu sebagai saudara)
HAB
وإال فهبني أمرًأ هالكًا# فقلت أجرني أبا مالك
(Aku Cuma mampu berkata: berilah aku kesempatan sekali lagi wahai Abu Malik!
Jika tidak maka anggaplah aku sesuatu yg binasa)
ZA’AMA
َز َع َم اَّلِذ يَن َكَفُروا َأْن َلْن ُيْبَع ُثوا
(Orang-orang yang kafir berdalih bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan)
8
‘ALIMA
َفاْعَلْم َأَّنُه اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا
(Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain
Allah)
KHOOLA
ِخ لُت الدراسَة ُم تعًة
(Aku menyangka belajar itu adalah bersenang-senang)
HASIBA
حسب المهمُل النجاَح سهًال
(Orang iseng mengira kesuksesan itu mudah)
Alfa
َو اَل َتْح َسَبَّن َهَّللا َغاِفاًل َع َّم ا َيْع َم ُل الَّظاِلُم وَن
(Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa
yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim)
2. Af’aalut Tahwiil
Secara makna menunjukkan pada perubahan sesuatu, yakni merubah dari satu keadaan
kepada keadaan yangg lain. Oleh karenanya dinamakan juga af’aalut-tashyiir, karena
semua kata kerja pada bagian ini mempunyai arti syuyyiro (menjadikan). Yaitu:
9
JA’ALA,
جعلت الذهب خاتمًا
(Aku jadikan emas itu sebuah cincin)
RODDA
َر ّد ِت االستقامُة الوجوَه المظلمة نيرًة
(Istiqomah mengembalikan jalan kegelapan kepada terang benderang)
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإْن ُتِط يُعوا َفِريًقا ِم َن اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِكَتاَب َيُر ُّد وُك ْم َبْع َد ِإيَم اِنُك ْم َك اِفِريَن
(Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang
yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman)
TAROKA
تركت الطالب يبحثون في المسألة
(Aku membiarkan siswa-siswa itu membahas suatu masalah)
(Kami biarkan mereka di hari itu[893] bercampur aduk antara satu dengan yang lain)
ITTAKHODA
اتخذت طالَب العلم صديقًا
(Aku jadikan pelajar itu sebagai teman)
10
SHUYYIRO
صيرت الزجاج المعًا
(Aku jadikan kaca itu menjadi cermin)
WAHABA
وهبني هللا فداء الحق
(Semoga Allah menganugerahiku Fidaaul-haqq (balasan/tebusan kepada yg haq)
ظّنdan akhowatnya bisa beramal menashobkan mubtada’ dan khobar selama tidak
diilgho’kan dan dita’liqkan.
ILGHO’ yaitu membatalkan amal dalam lafadz dan mahal, dikarenakan lemahnya
amil yang berada di tengah atau akhir.
TA’LIQ yaitu membatalkan amal secara lafadz bukan dalam mahalnya, disebabkan
adanya lafadz yang harus menjadi permulaan, yang berada di tengah-tengah ظّنdan
dua ma’mulnya.
CATATAN:
Ta’liq hukumnya wajib jika antara ظّنdan dua ma’mulnya terdapat lam qosam, lam ibtida’,َأن
dan ماNafi dan istifham.[4]
Sedang Ilgho’ hukumnya jawaz bukan wajib, jika amilnya ada di belakang maka yang lebih
baik adalah Ilgho’, sedangkan kalau berada di tengah, maka terjadi khilaf antara ulama’[5]
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengamalan ظّنmenashobkan isim dan menashobkan khobar yang kemudian menjadi maful
keduanya.
Contoh: ( َظَنْنُت َزْيًدا َقاِئًم اsaya menyangka Zaid berdiri)
B. Saran
Dalam pembelajaran bahasa arab, kita dituntut untuk teliti dan teguh karena memang bahasa
arab itu merupakan bahasa dengan aturan dan tata bahasa yang beragam banyak. Tapi tidak
menutup kemungkinan kita yang bukan bangsa arab sendiri bisa lebih memiliki sumbangsih
terhadap perkembangan keilmuan tata bahasa arab.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Ilmu Nahwu (Terjemahan Matan Al-Jurumiyan dan Imrithy). Bandung: Sinar
Baru Algesindo. 1995.
Lil Imam Abi Abdillah Muhammad bin Abdillah bin Malik Al-Andalusia, Kitab Al-
Fiyyah Ibnu Malik, Kediri: Peloso.
Shofwan, M. Sholehuddin. Al-ajjurumiyah. Jombang: Darul Hikmah, 2014.
13
14