Arok adalah pemuda yang gemar berjudi, mabuk-mabukan, dan merampok. Pada suatu hari saat ia merampok, ia didatangi oleh Lohgawe. Lohgawe : Hei Arok! Kau adalah keturunan Dewa Wisnu yang kelak akan memimpin kerajaan Kadiri ini. Arok : Apa maksud dari ucapanmu tuan? Lohgawe : Kau telah ditakdirkan oleh Hyang Widhi sebagai pemimpin kerajaan Kediri. Aku akan membimbing mu menuju tahta yang telah ditakdirkan untuk mu.
Scene 2 (Arok, Dedes, Punggawa)
Rombongan Dedes melewati hutan. Arok yang sedang melintas ikut merendahkan tubuh saat rombongan tersebut lewat. Tak sengaja pandangan Arok melihat kaki Dedes yang bercahaya. Punggawa : Hei Tundukkan pandanganmu! Apa yang sedang kau lihat rakyat rendahan? Arok : Tidak tuan hamba tidak melihat apapun. Punggawa : Alasan saja kau ini . Dedes yang berada di dalam tandunya turun menghampiri punggawanya tersebut. Dedes : Punggawa apa yang terjadi? Punggawa : Rakyat rendahan ini memandang tidak sopan ke arah anda prameswari. Dedes : Sudahlah punggawa biarkan saja dia. Ayo kita lanjutkan perjalanan Arok : Terimakasih prameswari. Rombongan Dedes melewati kawula Arok : Apa yang baru saja ku lihat, aku harus segera menanyakannya kepada yang Suji Lohgawe.
Scene 3 (Lohgawe, Arok)
Setelah melihat rombongan Dedes, Arok bergegas menemui Lohgawe. Arok berniat menanyakan kejanggalan yang ia lihat tersebut. Arok : Rahayu yang suci hamba ingin bertanya, apakah benar betis wanita yang bersinar menandakan bahwa wanita tersebut akan melahirkan para raja-raja dan penguasa hebat? Lohgawe : Benar Arok. Apakah kau telah menemui wanita seperti itu? Arok : Ya, Hamba melihatnya. Ia adalah Dedes, istri dari Tunggul Ametung. Lohgawe : Apa yang kau lihat itu memang benar adanya Arok. Arok : Hamba berminat meminang wanita seperti itu Yang suci. Lohgawe : Aku tidak bisa berkata apapun mengenai niatmu Arok.
Scene 4 (Tunggul Ametung, Kebo Ijo)
Di Kadipaten Tumapel, Tunggul Ametung murka akibat perlakuan semena-mena Raja Kertajaya. Tunggul Ametung: Apa-apaan ini semua. (Ucapannya dengan membentak marah) Kebo Ijo : Ada apa tuanku? Mengapa engkau terlihat marah? Tunggul Ametung : Apa kita tidak menyerahkan upeti sesuai kesepakatan Kebo Ijo? Kebo Ijo : Upeti yang kita serahkan kepada Kerajaan Kadiri sudah sesuai tuanku. Tunggul Ametung : Raja Kertajaya menghina pemerintahanku, Ia mengatakan bahwa upeti yang kita serahkan tidak sesuai aturan.
Scene 5 (Lohgawe, Tunggul Ametung, Arok)
Suatu hari Tunggul Ametung mencari orang untuk dijadikan punggawa. Arok yang memang tertarik dengan Dedes, mencoba mengisi posisi tersebut dengan bantuan dari lohgawe. Hal ini dikarena lohgwe yang merupakan seorang brahmana, sehingga tunggul ametung tidak dapat menolak keinginannya. Lohgawe : Rahayu yang mulia akuwu, aku ingin yang mulia menjadikan anak didik ku ini sebagai punggawa di Tumapel. TA: Baik yang suci Lohgawe, aku akan mengangkat Arok sebagai punggawa pribadi ku.
Scene 6 (Arok, Mpu Gandring)
Ambisi Arok untuk membunuh Tunggul Ametung semakin besar, Ia menemui mpu Gandring dan meminta untuk dibuatkan sebuah keris yang memiliki ilmu kanuragan yang lebih hebat dari keris milik Tunggul Ametung. Arok : Yang agung, buatkanlah hamba keris yang sakti dengan tujuh lekukan yang lebih sakti dari milik Tunggul Ametung. Mpu Gandring : Aku bisa membuatkannya Arok, tapi aku membutuhkan waktu selama satu tahun.. Arok : Baik yang agung, hamba akan menunggu.
Scene 7 (Arok, Mpu Gandring)
Sembari menunggu selesainya pembuatan keris, arok tetap setia terhadap tunggul ametung dan dedes sehingga ia berhasil menjadi kepercayaan tunggul ametung. Dilain sisi keingina arok semakin kuat untuk memiliki dedes sehingga ia ingin segera membunuh tunggul ametung. Ia menemui mpu gandring untuk mengambil kerisnya. Arok : Mpu Yang Agung hamba ingin mengambil keris yang hamba pesan. Mpu Gandring : Tidak bisa keris ini belum sempurna Arok. Arok : Hamba segera membutuhkan keris tersebut untuk hamba gunakan membunuh Tunggul Ametung. Mpu Gandring : Tidak bisa Arok, kanuragan keris ini belum sempurna, masih membutuhkan beberapa bulan lagi. Arok : Tidak masalah serahkan saja. Arok berusaha merebut keris yang ada di tangan Mpu Gandring. Karena Arok yang lebih kuat dari Mpu Gandring ia dengan mudah merebut keris tersebut dan menusukkannya ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan. Mpu Gandring : Terkutuk kau, aku bersumpah keris itu akan membunuh tujuh orang termasuk dirimu Arok.
Scene 8 (Arok, Kebo Ijo, Rakyat)
Kembali ke Tumapel, Arok menjalankan rencana liciknya. Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Ijo, rekan sesama pengawal. Arok : Kebo Ijo, aku punya keris yang bagus. Kebo Ijo : Wah bagus sekali keris milikmu, apakah aku boleh meminjam kerismu ini? Arok : Tentu saja Kebo Ijo kau boleh meminjamnya. Kebo ijo menuju ke depan Pakuwon sambil memamerkan kerisnya. Kebo Ijo : Inilah rakyat keris paling sakti yang ada di Nusantara Rakyat : Tuan Kebo Ijo apakah dengan memiliki keris itu, tuanku menjadi orang yang tersakti di seluruh Nusantara ini? Kebo Ijo : Benar sekali katamu, perlu kalian ingat siapa pemilik keris sakti ini, pasti dialah orang sakti mandraguna. Hahaha akulah orang yang tersakti di seluruh jagad Nusantara ini
Scene 9 (Arok, Tunggul Ametung, Dedes)
Pada malam hari disaat seluruh Pakuwon tertidur. Arok : Aku harus mengambil keris saktiku dari tangan Kebo Ijo (Arok mengambil keris tersebut di rumah Kebo Ijo disaat Kebo Ijo tertidur) Arok : Untung saja Kebo Ijo tertidur dengan pulas, sehingga mudah untukku mengambil kerisku. Arok : Aku harus segera menjalankan rencanaku untuk membunuh Tunggul Ametung. Lalu Arok menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu yang sedang tertidur. Dedes menyaksikan pembunuhan yang dilakukan Arok. Arok : Mati kau Tunggul Ametung. Dedes : Jagat Dewa, apa yang kau lakukan Arok? Mengapa kau tega membunuh suamiku, ayak dari anakku? Arok : Ini semua aku lakukan karena aku sangat mencintaimu Dedes. Sudah lama aku menginginkanmu Dedes terdiam dan hatinya luluh akan perkataan Arok.
Scene 10 (Arok, Kebo Ijo, Rakyat)
Pagi harinya seluruh rakyat Tumapel digemparkan oleh kematian Tunggul Ametung. Kebo Ijo dituduh sebagai dalang dibalik kematian Tunggul Ametung, karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung. Arok : Kebo Ijo tak kusangka kau berani membunuh yang mulai akuwu. Kebo Ijo : Aku berani bersumpah tak pernah melakukannya, terbesit niat pun tak berani kulakukan. Arok : Omong kosong! Kau lihat buktinya keris mu menancap di tubuh sang akuwu. Kau akan dihukum gantung Kebo Ijo. Rakyat : Tidak kusangka abdi setia dari Yang Mulia Tunggul Ametung berani membunuh majikannya.
Scene 11 (Lohgawe, Arok, Rakyat)
Saat itu juga Tumapel membutuhkan akuwu baru. Arok mengajukan diri menjadi akuwu baru dengan dukungan dari Lohgawe. Para rakyat yang sudah muak akan tuntutan upeti dari Kertajaya menyetujuinya. Sesuai dengan janji yang diutarakannya, setelah diangkat menjadi Akuwu Arok menikahi Dedes dan mereka mendapatkan gelar Ken. Lohgawe : Kuangkat Arok menjadi Akuwu baru di Tumapel. Rakyat : Hidup yang mulia Akuwu Ken Arok. Rakyat : Hidup
Scene 12 (Kertajaya, Punggawa, Brahmana, Arok)
Pada tahun 1220 pemerintah Kertajaya semakin semena mena, ia memerintahkan para brahmana untuk melakukan sembah padanya. Dalam Istana kerajaan Kediri. Kertajaya: perintahkan para brahmana untuk menghanturkan sembah pada ku Punggawa : Baik yang mulia raja. Punggawa menyampaikan perintah Kertajaya pada para brahmana. Punggawa : Rahayu resi hamba akan menyampaikan perintah dari yang mulia prabu Kertajaya, beliau memerintahkan para brahmana untuk menghanturkan sembah padanya. Demikian yang hamba sampaikan, hamba izin undur diri brahmana. Brahmana 1 : Ini tidak bisa dibiarkan, perlakuan Kertajaya semakin lama semakin semena- mena. Brahmana 2 : Benar, ada baiknya bila mana kita melawan balik Kertajaya. Brahmana 1 : Bagaimana caranya, agar kita bisa menghancurkan pemerintahan dari Kertajaya ini? Brahmana 2 : Bagaimana jika kita bergabung dengan Ken Arok untuk mengalahkan Kertajaya. Brahmana 1: Baik, sekarang kita berangkat ke Tumapel untuk menemui Arok dan meminta bala bantuan. Para brahmana menuju Tumapel Arok : salam hormat para resi, ada apa gerangan para brahmana ini mengunjungi Tumapel. Brahmana : Aku ingin meminta bantuanmu Arok untuk menggulingkan Kertajaya dari tahtanya. Arok : Saya telah menyusun rencana untuk mengakhiri pemerintahan Kertajaya ini sejak lama resi, saya bersedia untuk bergabung. Scene 13 (Arok, Mahisa, Rakyat, Brahmana) Perang antara Tumapel dipimpin Ken Arok dan kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Mahisa Walungan, adik Raja Kertajaya meletus di Ganter selama dua tahun. Arok : Dimana kakangmu Mahisa, apa Ia tidak berani datang ke medan perang untuk melawanku. Mahisa : Hentikan omong kosong mu Arok, berani-beraninya kau menghina kakangku. Perang ini berhasil dimenangkan oleh Ken Arok. Sekembalinya Ken Arok ke Tumapel, Ia disambut dengan begitu meriah. Rakyat : Hidup yang mulia Akuwu. Rakyat : Hidup. Atas kemenangannya mengalahkan Kediri Ken Arok mendapatkan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi. Ken Arok juga mengganti nama Kerajaan Kediri menjadi Kerajaan Singasari. Brahmana 1 : Selamat Arok kau telah memenangkan pertempuran Genter ini. Arok : Terimakasih Brahmana, ini semua karena berkat dari anda. Brahmana 1: Sesuai keinginanmu Arok akan ku angkat kau menjadi prabu dan kau akan mendapatkan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi atas kemenanganmu.