Anda di halaman 1dari 17

TEORI KONSUMSI ISLAM

Tim Dosen Ekonomi Syariah


Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

Prinsip, Syarat berkah, Batasan Konsumsi


Pelarangan Perilaku Konsumsi Berlebihan (Israf)
Fungsi Konsumsi Islami
Kebutuhan dan Keinginan
Konsumsi sosial
Perbedaan Konsumsi Islami dan Konvensional
Makna Konsumsi dalam Islam

• Konsumsi sebagai sarana wajib yang tidak bisa diabaikan


untuk merealisasikan tujuan dalam penciptaan manusia, yaitu
mengabdi sepenuhnya hanya kepada Allah untuk mencapai
falah.
• Konsumsi selalu didasari niat untuk meningkatkan stamina
dalam ketaatan pengabdian kepada Allah, sehingga
menjadikan konsumsi juga bernilai ibadah.
• Cara pencapaiannya yang harus memenuhi kaidah Syariah
Islam.
Prinsip-prinsip Konsumsi Islami

• Prinsip keadilan (halal)


• Prinsip Kebersihan (Thayyib)
• Prinsip kesederhanaan (tidak israf)
• Prinsip Kemurahan hati (terpaksa makan yg haram/ QS 2 :
173)
• Prinsip moralitas (spiritualitas)
Syarat Konsumsi Menjadi Berkah

• Barang yang dikonsumsi bukan merupakan barang haram


(QS 2 : 169)
• Barang yang dikonsumsi tidak secara berlebihan (QS Al
A’raaf : 31)
• Barang yang dikonsumsi didasari oleh niat untuk
mendapatkan ridho Allah SWT
Batasan Konsumsi dalam Syariah

Quraish Shihab menjelaskan dalam tafsir al-Misbah, bahwa


komoditi yang haram itu ada dua macam yaitu:
• Haram karena zatnya seperti babi, bangkai, dan darah.
• Haram karena sesuatu yang bukan dari zatnya, seperti
makanan yang tidak diizinkan oleh pemiliknya untuk
dimakan atau digunakan, merugikan diri sendiri dan
orang lain dan dampak negatif lainnya.
Sebab Pelarangan atau pengharaman
konsumsi untuk suatu komoditi

• Pengharaman untuk komoditi karena zatnya, karena


antara lain berbahaya bagi tubuh, dan tentu berbahaya
pula bagi jiwa, misalnya miras, narkoba, hewan yang
diharamkan dimakan
• pengharaman yang bukan karena zatnya, karena antara
lain memiliki kaitan langsung dalam membahayakan
moral dan spiritual.
• Terdapat pengecualian bagi orang-orang yang terpaksa
untuk memakan makanan yang dikategorikan haram
tadi.
Pelarangan Perilaku Konsumsi
Berlebihan (Israf )

• Memprioritaskan konsumsi yang diperlukan dan bermanfaat


• Menjauhkan konsumsi yang berlebih-lebihan untuk semua
jenis komoditi
• kesejahteraan lebih tepat bila diukur menurut ukuran
terpenuhinya maslahat yang disokong oleh kebutuhan
darurat Iprimer), kelengkapan hajiyat (sekunder) dan
tahsiniyatnya (tersier).
• Kesejahteraan itu tidak tepat apabila diukur dengan
ukuran kemewahan seseorang.
Fungsi Utility dalam Konsumsi
Menurut Islam (Al Ghazali)

• Kesejahteraan (maslahat) tercapai apabila terpenuhinya


maslahat lima tujuan dasar yang yang disokong oleh
kebutuhan (darurat), kelengkapan hajiyat (sekunder) dan
tahsiniyatnya (tersier).
• 5 tujuan dasar itu adalah tercapainya pemenuhan
maslahat pada aspek agama, hidup/jiwa,
keluarga/keturunan, harta/kekayaan dan intelektual/akal
Rumusan Konsumsi Islami
Konsumi = Maslahah = Manfaat + Berkah

Manfaat Berkah
Manfaat material, Halal
misalnya murah Tidak israf
Manfaat fisik/psikis, Mendapat ridho Allah
sehat, aman
Manfaat intelektual,
informasi
Manfaat lingkungan,
ekternalitas positif
Fungsi Konsumsi Islami
• Kendala dalam konsumsi Islami antara lain anggaran, berkah
minimum, israf dan moral islami. Akibatnya setiap individu
muslim berusaha memaksimalkan maslahahnya
• Fungsi konsumsi = fungsi maslahah
• M= m + (Mf, B). Yd
M = m + Mf.Yd + B.Yd
M = maslahah dalam berkonsumsi
m = konsumsi rata-rata = kebutuhan dasar
Mf = manfaat
B = berkah
Yd = Pendapatan halal yang dibelanjakan
Fungsi konsumsi islami

Dalam konsumsi Islami terdapat kewajiban zakat


dengan demikian tambahan pengeluaran
Muzakki/orang yang berzakat dirumuskan menjadi

MPC muzakki = MPC riil + MPC amal sholeh


MPC muzakki = β
MPC riil = a
MPC amal sholeh = d

maka fungsi konsumsi Islami : C = a + (β+ d)Yd


Model Keseimbangan Konsumsi Islami

• Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam di dasarkan pada prinsip


keadilan distribusi.
• Artinya seimbang antara konsumsi materi dan konsumsi sosial.
H H
S +  (BR) +  (JS) = (1 – Z) P (metwaly)
K=1 k=1
Dimana:
• S : Sedekah
• H : Harga barang dan jasa
• BR : Barang
• JS : Jasa
• Z : Zakat (2.5%)
• P : Pendapatan
Konsumsi Sosial
• Dalam Islam, konsumsi atau pembelanjaan uang
tidak hanya untuk materi saja, tetapi juga
termasuk konsumsi sosial yang terbentuk dalam
zakat dan sedekah.
• Kontribusi zakat dan sedekah dapat membantu
secara langsung dalam memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana fisik, seperti bangunan
rumah sakit, sekolah, tempat-tempat
pengungsian, masjid, buku-buku dan lain
sebagainya.
• Perintah zakat pada QS 2 : 110
Kebutuhan dan Keinginan

Karakteristik Keinginan Kebutuhan


Sumber Hasrat/nafsu Fitrah manusia
Hasil Kepuasan Manfaat dan berkah
Ukuran Preferensi/selera Fungsi
Sifat Subyektif Obyektif
Tuntunan Dibatasi/dikendalikan Dipenuhi
Islam
Sifat Konsumsi
berdasarkan Keinginan

• Tidak mempertimbangkan nilai maslahah terhadap


barang/jasa yang dikonsumsi
• Tidak mempertimbangkan norma-norma yang
disyariatkan Islam
• Tidak mempertimbangkan akal sehat
Perbedaan Konsumsi Islami
dengan Modern
Konsumsi Islami Konsumsi Modern
• Batasan syariah, halal • Tidak ada batasan
dan baik untuk syariah
dikonsumsi
• Tujuan kepuasan nafsu
• Tujuan meraih maslahah • Cenderung israf
• Tidak israf • Subyektif dalam
• Penentuan prioritas penentuan kebutuhan
bersifat obyektif, dan keinginan
kebutuhan daripada
keinginan
• Tidak ada kewajiban
zakat
• Kewajiban zakat sebagai
konsumsi sosial
ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai