BAB 2 Skripsi Jurusan Kesmas
BAB 2 Skripsi Jurusan Kesmas
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan di sajikan konsep yang mendasari penelitian antara lain 1) konsep
atau masyarakat yang menyebabkan kerugian manusia, material, ekonomi atau lingkungan
yang meluas yang melebihi kemampuan masyarakat atau masyarakat yang terkena dampak
Menurut (Kemenppa & Berlian, 2017), kesiapsiagaan (preparedness) adalah upaya yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana banjir, melalui pengorganisasian langkah yang tepat
yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir sehingga tindakan yang
dilakukan pada saat dan setelah terjadi banjir dilakukan secara tepat dan efektif (Addiarto &
Yunita, 2019).
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana banjir dan
didalam konsep pengelolaan bencana banjir yang berkembang saat ini, peningkatan
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko
bencana banjir yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadi bencana banjir. Konsep kesiapsiagaan
yang digunakan lebih ditekankan pada kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan
menghadapi kondisi darurat bencana banjir secara cepat dan tepat (Nurromansyah, 2014).
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana banjir
guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan
masyarakat.
berkesinambungan, yaitu sebelum banjir, saat banjir dan sesudah banjir Ramli (2010)
diantaranya :
1. Sebelum banjir
1) Di tingkat warga
sekitar, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah.
fasilitas dapur umum, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan
2) Di tingkat keluarga
1. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan tim warga tentang
gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada
3. Siapkan bahan makanan siap saji seperti mie instan, ikan asin, beras, makanan
4. Siapkan obat obatan darurat seperti : oralit, anti diare, anti influenza
tabungan, sertifikat dan benda benda berharga dari jangkauan air dan tangan
jahil.
2. Saat banjir
1) Matikan aliran listrrk di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
3) Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
4) Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan
3. Setelah banjir
2) Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang
3) Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau
aspek yang dinilai untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan dalam bencana banjir dan untuk
masyarakat berdasarkan nilai indeks kesipasiagaan, dengan nilai indeks sebagai berikut:
(Nugroho, 2014)
Menurut (Addiarto & Yunita, 2019) kesiapsiagaan individu dan rumah tangga untuk
mengantisipasi bencana banjir, khususnya banjir yaitu: (a) tingkat pengetahuan dan sikap
terhadap resiko bencana banjir; (b) rencana untuk keadaan darurat bencana banjir; (c) sistim
peringatan bencana banjir dan (d) kemampuan untuk memobilisasi sumber daya. Penjelasan
kesiapsiagaan. Tingkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh individu dan rumah tangga
tentang kejadian alam dan bencana banjir (tipe, sumber, besaran, lokasi), kerentanan fisik
bangunan (bentuk dan fondasi). Tingkat pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat
mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam
mengantisipasi bencana banjir terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah
2) Rencana evakuasi meliputi tersedianya peta, tempat jalur evakuasi keluarga, tempat
(1) Tersedianya kotak P3K atau obat-obatan penting untuk pertolongan pertama
keluarga.
2) Evakuasi.
sumber tradisional maupun lokal. Adanya akses untuk mendapatkan informasi peringatan
bencana banjir. Peringatan dini meliputi penyampaian informasi yang tepat waktu dan
efektif melalui kelembagaan yang jelas sehingga memungkinkan setiap individu dan
rumah tangga yang terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk menghindari atau
mengurangi resiko dan mempersiapkan diri untuk melakukan upaya tanggap darurat yang
efektif.
Kepala keluarga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa,
harta benda dan kerusakan lingkungan dengan peringatan bencana banjir dini untuk itu
peringatan, kemana dan bagaimaan menyelamatkan diri pada waktu tertentu sesuai
dengan lokasi dimana kepala keluarga sedang berada saat terjadinya peringatan.
bencana banjir
4) Kesepakatan keluarga untuk melakukan latihan simulasi dan memantau tas siaga
Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua (Kolonel dan Syarif, 2010), yaitu:
1. Alam
Secara alami bencana selalu terjadi di muka bumi, misal tsunami, gempa
bumi, gunung meletus, tidak adanya hujan dalam waktu yang relatif lama sehingga
menimbulkan kekeringan atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi di suatu
2. Manusia
meningkat. Pertumbuhan ini mengakibatkan kebutuhan pokok dan non pokok terus
1. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api
2. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran
material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
3. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu"
5. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan
6. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar
7. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk
pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang
dibudidayakan .
rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan
9. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api,
ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali
masyarakat sekitar.
10. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai
pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga
menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
11. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek
terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan
bencana alam.Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon
tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi
12. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.
Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut
1. Reaksi sosial
2. Penyakit menular
3. Perpindahan penduduk
7. Kesehatan jiwa
8. Kerusakan infrastruktur
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial
dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila
meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir
adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi
Depkes (2014) mendefinisikan banjir adalah peristiwa dimana air menggenangi suatu
wilayah yang biasanya tidak di genangi air dalam selang waktu tertentu, yang di sebabkan
air lainnya.
adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan akibat meluapnya air yang
Menurut (Kemenpppa & Berlian, 2017), pengenangan air yang terjadi karena curah hujan
sepanjang hari, menjadi penyebab banjir. Banjir juga dapat disebabkan oleh gempa bumi di samudra
yang menghasilkan tsunami. Pembabatan hutan dapat juga menjadi penyebab banjir.
industri
terutama di perumahan-perumahan
1) Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai atau
siklon
3) Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelok-
kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol (bottle neck), dan
1) Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di muara sungai
Ada 3 (tiga) jenis banjir yang umumnya terjadi. Ketiga jenis tersebut (Yulaelawati &
1. Banjir bandang
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung
hanya sesaat. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari curah hujan berintensitas tinggi
dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat.
2. Banjir sungai
Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah aliran
sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama.Selanjutnya air sungai yang ada meluap
3. Banjir pantai
Banjir ini berkaitan dengan adanya badai siklon tropis dan pasang surut air laut.
Banjir besar yang terjadi dari hujan sering diperburuk oleh gelombang badai yang
1. Kerusakan fisik
Bangunan-bangunan akan rusak atau hancur akibat daya terjang air banjir, terseret
arus, daya kikis genangan air, longsornya tanah di seputar / di bawah pondasi, tertabrak
terkikis oleh benturan dengan benda-benda berat yang terseret arus. Kerugian fisik
dataran rendah terbuka. Banjir kilat akan menghantam apa saja yang dilaluinya. Di
wilayah pesisir, kerusakan besar terjadi akibat badai yang mengangkat gelombang-
gelombang air laut – kerusakan akan terjadi tatkala gelombang datang dan pada saat
gelombang itu pergi atau kembali ke laut. Lumpur, minyak dan bahan-bahan lain yang
dapat mencemarkan tanah, udara dan air bersih akan terbawa oleh banjir dan diendapkan
di lahan yang sudah rusak atau di dalam bangunan. Tanah longsor kemungkinan terjadi
bila tanah itu tak kuat diterjang air dan terkikis / runtuh.
2. Korban manusia
Air yang menerjang atau mengalir deras bisa merobohkan dan menenggelamkan
manusia serta binatang meski bila air itu relatif tidak dalam. Banjir besar pemberi bantuan
mengangkut bantuan air dengan truk-truk tangki, masalah ini bisa diredam sampai
keadaan normal kembali. Banyak yang lebih besar timbul jika sumber-sumber air itu
tercemar oleh jasad manusia dan mayat binatang yang tewas saat banjir datang dan belum
sempat disingkirkan dari sana akibat belum cukup amannya daerah banjir itu. Arus air
mungkin juga akan menyebabkan saluran tersumbat oleh mayat-mayat. Bila ini terjadi,
sumber air akan menjadi areal pembiakan penyakit atau menjadi bersifat patogenis dan
Seluruh lahan bisa puso atau panen sepenuhnya gagal, sementara ternak banyak
yang mati sehingga pasokan pangan pasca-banjir akan terganggu. Saat banjir datang,
lumbung bisa ambruk, terbenam, tergenang atau hanyut terbawa air, semua isinya
busuk meski baru tergenang air sebentar saja. Maka terjadi krisis pangan. Dalam kasus-
kasus banjir selama ini, kebanyakan kerugian pangan terjadi akibat stok pangan rusak,
termasuk yang masih di lahan. Kerusakan tanaman pangan di sawah atau ladang
tergantung pada jenis tanamannya dan berapa lama penggenangan airnya. Ada tanaman
yang cepat mati hanya setelah digenangi air sebentar, ada yang mampu menahan
terjangan air tapi akhirnya mati jika air itu tak terserap oleh tanah dan terus menggenang.
Selain mengungsikan isi lumbung, ternak harus juga segera dibawa ke tempat yang aman.
Kalau tidak, mereka bisa tenggelam, terseret arus atau tersangkut di tempat lain tempat.
Sapi, kerbau, kambing dan lain-lain merupakan sumber pangan, karenanya perlu dijaga
keselamatannya saat banjir. Hilang atau rusaknya benih dan ternak akan menggagalkan
pemulihan kegiatan pertanian / peternakan sesudah banjir surut jika ada bantuan dari luar.
Untuk tanah pertanian, banjir memberi manfaat sekaligus masalah. Bila terjadi pengikisan
lapisan bunga tanah (humus), atau lahan dilanda air garam, selama bertahun-tahun petani
tidak bisa lagi mengolah tanah itu untuk budidaya pertanian. Namun pengendapan lumpur
banjir juga bisa sangat meningkat kesuburan tanah. Di pesisir di antara para nelayan,
kerugian besar mungkin terjadi akibat peralatan dan piranti hilang atau rusak. Maka
Program untuk mengatasi banjir menurut BPBD DKI Jakarta ( 2014) dapat dibedakan
1. Jangka Pendek
2. Jangka Menengah
1) Normalisasi Kali
resapan
3. Jangka Panjang
1. Sebelum Banjir
2. Saat Banjir
3. Setelah Banjir
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ananto Aji pada tahun 2015 dengan
baik pada saat pra bencana, ketika bencana dan setelah bencana terjadi. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif
menggambarkan data yang dikumpulkan secara sederhana, salah satunya yaitu dengan
yang telah disediakan, peneliti mengelompokkan data sesuasi dengan idikator. Hasil
pra bencana tergolong rendah, bahkan menurut narasumber (kepala desa) tergolong
sangat rendah. Pada tahap bencana (tanggap darurat) dan pasca bencana (rekontruksi
pada kisaan rendah-sedang tersebut perlu ditingkatkan agar pada masa datang
Kabupaten Jember. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang bekerja di wilayah
kerja puskesmas Gumukmas berjumlah 16 orang. Data penelitian ini diambil dengan
meliputi prinsip manfaat, prisip menghargai hak asasi manusia dan prinsip keadilan.
Hasil dari analisis bivariat multivariat, terdapat (bivariat)hubungan antara umur, lama
peraturan diri, suasana pelayanan kesehatan. Dari analisis multivariat, kita tahu baha
Dalam penelitian yang dilakukan Yul Afni pada tahun 2018 dengan judul
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif
mixed methods ini data yag diperoleh melalui instrumen pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini data primer berbentuk isian angket/kuesioner ang berhubungan dengan
ditindaklanjuti dengan metode kualitatif, yaitu melihat kecenderungan hasil data serta
wawancara mendalam. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa
hampir semua ressponden peneltian tergolong umur produktif dan lebih aktif dalam
Dalam penelitian yang dilakukan Cut Husna pada tahun 2012 dengan judul
Zainoel Abidin Banda Aceh. Metode penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu
untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan bencana, dengan
desain cross sectional study, yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua perawat pelaksana yang berada di IGD Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh yang berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan total sampling. Sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ii
(63,3%), sikap terhadap resiko bencana (83,3%), kebijakan dan panduan (37,3%)
rencana untuk keadaan darurat (73,3%), sistem peringatan bencana (70%), dan
mobilisasi panduan (86,7%) denga semua subvariabelnya berada pada kategori baik.
Farista Aristin pada tahun 2017 dengan judul “Analisis Kesiapsiagaan Masyarakat
Kabupaten Banjar. Metode yang digunakan dalam peelitian ini yaitu kuantitatif yang
bersifat deskriptif. Populasi masyarakat dalam penelitian ini adalah seluruh kepala
keluarga yang desanya pernah mengalami bencana banjir yaitu berjumlah 3127 kepala
keluarga. Sampel masyarakat dalam dalam penelitian ini adalah 317 kepala keluarga
dan sampel pemerintah yaitu seluruh kepala desa yang desanya pernah mengalami
menghadapi bencana banjir berada pada tingkat sedang dan tingkat kesiapsiagaan
Makhfludi pada tahun 2018 dengan judul “Kesiapsiagaan Sekolah Terhadap Potensi
explanatory. Sampel pada penelitian ii adalah guru dan orangtua yang berjumlah
pegetahuan guru dan orangtua terhadap kesiapsiagaan bencana banjir baik. Sikap guru
kesiapsiagaan bencana yang tidak siap sedagkan sikap orangtua trhadap keiapsiagaan
bencana banjir banyak yang bersikap poitif dengan kesiapsiagaan bencana yang siap.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Mas’Ula, I Putu Siartha, I Putu
diteliti dalam penelitian ini sudah ada tanpa dibuat oleh peneliti. Data dikumpulkan
menggunakan metode pencatatan dokumen dilengkapi dengan metode wawancara dan
sedang, dengan skor rata-rata 92,86%. Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan
pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 509 Kepala Keluarga.
menghadapi bencana banjir adalah kurang baik (65,9%) dan baik (34,1%), sikap
mayoritas kurang siap (39%). Hasil statistik diperolah ada pengaruh yang bermakna
antara pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p=0,003), maka dapat disimpulkan bahwa
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aprilia Findayai pada tahun 2015
masyarakat dengan pengetahuan mereka, kesiapan dan tingkat tindakan. Penelitian ini
merupakan studi kasus eksplorasi berdasarkan data primer dan sekunder. Data
didapatkan melalui studi observasi, kuesioner, wawancara semi terstruktur, dan FGD.
Penelitian ini berjumlah 128 orang dipilih berdasarkan etode purposive sampling.
Hasil penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa oranag-orang didaerah memilki tingkat
pengetahuan (64%). Pengetahuan ini relatif tingi pada jumlah pengalaman lalu
mereka namun mereka kurang dalam kesiapan (43%) karena sebagian besar warga
pengetahuan (18%) karena banjir relatf baru di mereka tetapi mereka memiliki
Alam :
Faktor yang mempengaruhi
1. Curah hujan tinggi kesiapsiagaan :
2. Permukaan tanah lebih rendah
1. Pengetahuan dan sikap
dibandingkan muka air laut
terhadap bencana
3. Terletak pada suatu cekungan
2. Kebijakan dan panduan
yang dikelilingi perbukitan
3. Rencana untuk keadaan
dengan pengaliran air keluar
darurat bencana
sempit.
4. Sistem peringatan
Ulah Manusia : bencana
5. Kemampuan untuk
1. Penebangan hutan secara liar mobilisasi sumber daya
2. Pembuangan sampah yang
sembarangan
3. Pembuatan saluran air yang
tidak memenuhi syarat Kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi bencana banjir
Fisik :
1. Korban jiwa
2. Hilangnya harta benda
3. Kerusakan faisilitas
4. Kerusakan ekosistem
1. Pengetahuan dan
Tingkat kesiapsiagaan masyarakat sikap terhadap
menghadapi bencana banjir bencana
2. Kebijakan dan
panduan
3. Rencana untuk
keadaan darurat
Sangat Siap Cukup Kurang Tidak bencana
Siap Siap Siap Siap 4. Ssistem peringatan
bencana
5. Kemampuan untuk
mobilisasi sumber
daya
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti