Anda di halaman 1dari 4

Modul 1.2 a.

8
KONEKSI ANTAR MATERI
Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal
yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4P):

1. Peristiwa
Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya adalah ketika
mempelajari modul 1.1 dan 1.2 melalui eksplorasi diri dan ruang kolaborasi virtual.
Kedua momen tersebut yang membuka wawasan saya mengenai Refleksi Filosofis
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara dan Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak.
Kedua modul tersebut pun memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
Momen pertama yang mencerahkan adalah ketika saya belajar modul 1.1 Refleksi
Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara melalui ekplorasi diri. Pada momen
tersebut saya mulai mempelajari setiap bagian modul yang terdapat pada LMS. Banyak
hal baru yang saya temukan di sana berkaitan dengan pemikiran Bapak Ki Hadjar
Dewantara, mulai dari dasardasar pendidikan yang menuntun, asas pendidikan (kodrat
alam dan zaman), pentingnya kultur sosial dan budi pekerti, konsep convergentietheorie,
konsep taman siswa, trilogi pendidikan, hingga pendidikan yang menghamba kepada
siswa. Hal tersebut benar-benar baru bagi saya.
Saya pun tertantang untuk mempelajarinya dan tanpa terasa membaca seluruh isi modul
hingga larut malam. Selanjutnya, saya merasa tercerahkan ketika berada di Ruang
Kolaborasi bersama fasilitator Ibu Eri Iswanti dan rekan-rekan Calon Guru Penggerak
(CGP) Angkatan 9 kelompok A. Di sana, kami saling berbagi wawasan mengenai
pemikiran Bapak Ki Hadjar Dewantara. Kami pun saling berbagi dengan dipandu Ibu Eri
Iswanti yang sangat asik dalam memposisikan diri sebagai fasilitator kami.
Momen kedua yang mencerahkan adalah ketika saya belajar modul 1.2 Nilai-nilai dan
Peran Guru Penggerak melalui eksplorasi diri. Sama halnya ketika belajar modul 1.1,
ketika belajar modul 1.2 ini, saya menemukan banyak wawasan baru yang sangat
menarik.
Wawasan baru tersebut, antara lain sistem berpikir cepat dan lambat, tahap
perkembangan manusia, nilai-nilai Guru Penggerak, dan peran Guru Penggerak. Namun,
pada saat belajar mandiri modul 1.2 ini, wawasan saya masih belum mantap ketika
memahami nilai-nilai dan peran guru penggerak. Barulah ketika di Ruang Kolaborasi
bersama Ibu Fasilitator dan rekan-rekan CGP yang lain, saya mulai memahami nilai dan
peran guru penggerak. Melalui ruang kolaborasi tersebut, saya mendapatkan simpulan
bahwa nilai CGP terdiri atas 5 nilai, antara lain berpihak kepada murid, mandiri, Reflektif,
kolaboratif, dan inovatif. Sementara itu, peran guru penggerak terdiri atas 5 peran,
antara lain pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, pendorong kolaboratif,
mewujudkan kepemimpinan murid, dan penggerak komunitas praktisi.
Kaitan antara modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah modul 1.1 Refleksi Pemikiran
Kihajar Dewantara merupakan pondasi atas Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak.
Nilai-nilai dan peran guru penggerak digali dari pemikiran ki Hajar Dewantara dengan
titik fokusnya pembelajaran berpihak pada murid. Pendidikan itu menuntun kodrat siswa
untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya baik sebagai manusia
maupun anggota masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang CGP harus
memiliki nilai-nilai Guru Penggerak dalam diri, meliputi berpihak kepada murid, mandiri,
reflektif, kolaborasi, dan inovatif. Jika nilai-nilai tersebut ada dalam diri, CGP harus segera
menjalankan perannya sebagai guru penggerak, yakni pemimpin pembelajaran, coach
bagi guru lain, pendorong kolaboratif, mewujudkan kepemimpinan murid, dan
penggerak komunitas praktisi. Jika nilai tersebut telah dimiliki CGP dan peran tersebut
telah dijalankan CGP, tujuan Pendidikan yang ada pada modu 1.1, Insya Allah dapat
tercapai.

2. Perasaan
Saat momen itu terjadi saya merasa seperti hujan pertama setelah kemarau. Ketika Saya
mempelajari modul 1.1 dan Modul 1.2 dengan metode M-E-R-D-E-K-A, saya merasa
tersirami dan menghidupkan kembali rasa dan cara pandang saya terhadap murid.
Selama ini saya memandang murid seperti kertas kosong, dimana saya bebas untuk
memberikan coretan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita. Ternyata, ini
pandangan yang kurang tepat. Ki Hajar Dewantara dengan Filosofinya tentang
Pendidikan yang menuntun dan menganalogi seperti seorang petani, telah mengubah
cara pandang saya terhadap murid. Berawal dari sini, saya pun semakin kagum dengan
Bapak Ki Hadjar Dewantara . Pemikiran Beliau begitu luas dan mendalam. Beliau tidak
hanya menguasai wawasan pendidikan barat, melainkan juga meletakkan nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam pemikiran Beliau, misalnya pada kodrat zaman dan keselamatan
anak sebagai manusia. Sebelumnya, pemikiran Beliau yang saya pahami hanya ing ngarsa
sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ternyata, pemikiran
tersebut hanya sebagian kecil dari pemikiran Bapak Ki Hadjar Dewantara. Oleh karena
itu, tadi di awal tulisan saya menyebutkan bahwa saya merasa seperti hujan pertama di
kemarau.
Pada saat belajar di Ruang Kolaborasi bersama Eri Iswanti dan teman-teman, saya
merasa sangat nyaman. Di situ seolah-olah saya tidak "sedang belajar" dalam arti formal.
Di sana, kami hanya berdiskusi atau bahkan seolah hanya ngobrol santai bersama teman.
Momen di Ruang Kolaborasi begitu penuh keakraban seolah-olah kita telah lama saling
mengenal. Meskipun demikian, banyak hal yang dapat ditemukan, mulai dari pemikiran
Bapak Ki Hadjar Dewantara hingga nilai dan peran Guru Penggerak yang tidak dapat saya
pahami ketika hanya belajar mandiri.
3. Pembelajaran

Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa Pertama, memandang anak-anak
sebagai gelas dan kertas kosong. Kedua, memandang semua anak itu sama . Ketiga,
saya adalah pengajar dan penguasa kelas sekarang saya berpikir bahwa itu semua
kurang tepat. saya tersadar bahwa setiap murid memiliki kodratnya masing-masing.
Setiap murid memiliki potensinya masing-masing. Tugas guru hanya sebagai fasilitator
atau pembimbing. Guru hanya berusaha menebalkan tulisan baik yang ada dalam diri
murid dan menyamarkan tulisan yang kurang baik dalam diri murid. Oleh karena itu,
pembelajaran seharusnya berpusat atau berorientasi kepada murid. Sebagai guru, saya
harus dapat membantu murid menemukan minat atau potensi yang dimiliki agar
dikembangkan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setingi-tingginya, baik
sebagai manusia maupun anggota Masyarakat.

Untuk menjadi guru yang teladan bagi murid maka guru menerapkan nilai-nilai dan
peran guru penggerak yang berpegang teguh pada filosofi ki Hajar Dewantara. Nilai-nilai
(berpihak pada murid, inovatif, mandiri, kolaborasi, refleksi) tersebut harus
terejawantah dalam keseharian.

4. Penerapan
Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri
dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru
Penggerak diantara :
- Melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid
- Melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran yang
bervariatif, menyenangkan.
- Memperbanyak literasi dan mengikuti untuk mengingkatkan kualitas diri
- Berdiskusis dan kolaborasi dengan reakan sejawat
- Meminta umpan balik dari pihak lain seperti murid, rekan sejawat maupun pimpinan
sekolah

Anda mungkin juga menyukai