Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

PERKEMBANGAN BIOLOGIS, FISIK, DAN KESEHATAN

Dosen Pengampu:
Eka Sufartianingsih Jafar, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh:
Kelas C

Rahma Putri (210701502169)


Annisa Putri Syamsuddin (230701501004)
Audy Dwi Lestari Putri Hendra (230701500050)
Aulia Fakhriyah (230701501053)
Aqilah Nurul Kaltsum (230701502028)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
Latar Belakang...................................................................................................................4
Rumusan Masalah.............................................................................................................4
Tujuan...............................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
Perkembangan Biologis......................................................................................................5
Dasar Genetika..................................................................................................................5
Interaksi Hereditas dan Lingkungan...................................................................................7
Pertumbuhan dan Perubahan Tubuh................................................................................11

BAB III......................................................................................................................16
PENUTUP.................................................................................................................16
Kesimpulan......................................................................................................................16
Saran...............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan segala rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Sufartianingsih Jafar, S.Psi., M.Psi.,
Psikolog selaku dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan untuk
menjalankan tugas ini.

Penulis sangat berharap, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan bagi pembaca. Penulis juga berharap lebih jauh lagi agar
pembaca dapat mengaplikasikan materi-materi ini ke dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena adanya keterbatasan pengetahuan ataupun pengalaman. Untuk itu, sangat
diharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga apa yang disajikan dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
penulis sendiri.

Makassar, 15 September
2023

2
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan
jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Sedangkan,
perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih
dewasa. Setiap mahluk hidup akan selalu mengalami perubahan. Perubahan pada
manusia meliputi perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Maka Perkembangan
adalah serangkaian perubahan progresif baik fisik maupun psikologis untuk mencapai
kedewasaan sebagai akibat dari kematangan dan pengalaman. Perkembangan fisik
sering disebut pertumbuhan, akan terus berlangsung sampai usia tertentu dan kemudian
berhenti. Seperti : tinggi badan, berat badan dan kemempuan motorik tertentu. Begitu
lahir manusia memerlukan penyesuaian diri dalam waktu yang lama,m perlu belajar
dalam waktu yang panjang serta memerlukan bimbingan dan perlindungan.

Perkembangan biologis merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya,


dengan meningkatkan pertumbuhan tubuh baik berat badan maupun tinggi badan serta
kekuatannya, memungkinkan anak untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan
fisiknya, dan juga berkembangnya eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang
tuanya. Biologis mencakup perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh seperti
pertumbuhan otak, otot, sistem saraf, struktur tulang, bertambahnya tinggi dan berat
badan. Perubahan fisik tidaklah terbatas pada perubahan ukuran, tetapi juga pada
perubahan proporsi. Kognitif adalah kemampuan berpikir, kemampuan menggunakan
otak. Perkembangan kognitif berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan
berpikirnya. Perkembangan kognitif terjadi melalui proses yang disebut dengan
adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses dimana anak berupaya untuk
menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada interprestasinya, sedangkan
akomodasi penyesuaian struktur berpikir dengan sejumlah pengalaman baru.

3
Selain masalah fisik, kesehatan juga berperan penting dalam perkembangan
psikologis anak. Ketika seorang anak sehat, mereka memiliki energi yang cukup,
kemampuan konsentrasi yang baik, dan peningkatan suasana hati. Ini dapat
menghasilkan peningkatan dalam perkembangan kognitif dan emosional mereka. Oleh
karena itu, dalam ilmu psikologi, penting untuk memahami dan memperhatikan
perkembangan biologis fisik dan kesehatan bayi dan anak. Dengan memahami
keterkaitan antara perkembangan fisik, kesehatan, dan perkembangan psikologis, orang
tua, pengasuh, dan pemerhati anak dapat memberikan perawatan dan lingkungan yang
optimal bagi perkembangan dan kesehatan anak.

Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi aktivitas kognitif
2. Jelaskan aspek-aspek dari aktivitas kognitif (perhatian, memori, beerpikir, da
n problem solving)

Tujuan
1. Menjelaskan definisi aktivitas kognitif
2. Menjelaskan aspek-aspek dari aktivitas kognitif yang meliputi: perhatian, me
mori, berpikir, dan problem solving

4
BAB II

PEMBAHASAN
Perkembangan Biologis
Aktivitas kognitif adalah semua proses mental yang terlibat dalam penyimpanan,
pengambilan, pengolahan, dan penggunaan informasi. Aktivitas ini merujuk pada
aktivitas mental yang yang melibatkan pemrosesan informasi, pemecahan masalah, dan
fungsi otak lainnya. Aktivitas kognitif meliputi perhatian, memori, berpikir, dan
problem solving.

Berikut adalah definisi aktivitas kognitif menurut beberapa ahli:

1. Jean Piaget. Aktivitas kognitif adalah kegiatan di dalam individu yang melib
atkan pengetahuan, pemikiran, dan proses mental untuk memahami, mengin
gat, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah.
2. Vygotsky. Aktivitas kognitif adalah proses mental yang kompleks yang meli
batkan pemahaman, pembelajaran, dan kontruksi pengetahuan melalui intera
ksi sosial.
3. Anderson. Aktivitas kognitif adalah proses mental yang melibatkan perhatia
n, ingatan, pemecahan masalah, dan pembentukan pengetahuan.
Dasar Genetika
1. Proses genetika
Proses genetika dalam psikologi perkembangan anak melibatkan transfer
informasi genetik dari orang tua ke anak melalui materi genetik yang berada
dalam sel telur dan sperma. Proses ini terjadi selama pembuahan dimana kro
mosom dari sel telur yang dibuahi oleh sel sperma berpadu dan membentuk
genom anak. Gen-gen yang diturunkan dari orang tua memainkan peran pent
ing dalam perkembangan fisik, mental, dan psikologis anak. Gen-gen ini me
ngandung instruksi-instruksi untuk pengembangan tubuh dan juga faktor-fak
tor yang mempengaruhi perkembangan mental dan psikologis anak.

Namun, peran genetika dalam perkembangan anak juga dipengaruhi oleh


lingkungan. Lingkungan tempat anak tumbuh besar dapat mempengaruhi ba
gaimana gen tersebut diekspresikan atau dinyalakan. Interaksi antara gen dan
lingkungan mempengaruhi cara anak menanggapi lingkungan dan mengemb
angkan keterampilan sosial dan kognitif mereka.Penelitian genetika dalam ps
ikologi perkembangan anak sering menggunakan desain kembar untuk meme
riksa faktor genetik dan lingkungan. Desain ini membandingkan kemiripan a
ntara kembar identik yang memiliki 100% genetika yang sama dan kembar fr
aternal yang hanya berbagi 50% genetika yang sama. Dengan membandingk
an kemiripan dan perbedaan dalam perkembangan antara kedua jenis kembar
ini, peneliti dapat mengukur kontribusi genetik dan lingkungan terhadap per
kembangan anak.

5
2. Prinsip Genetika
a. Prinsip Gen Dominan-Resesif, dalam kasus-kasus tertentu, salah satu
gen dari suatu pasangan gen selalu menerapkan pengaruhnya; gen ini d
ominan, mengalahkan pengaruh potensial dari gen resesif. Inilah prinsip
gen dominan resesif (Dominant-Recessive Gene Principle). Gen resesif
hanya menerapkan pengaruhnya apabila kedua gen dari suatu pasangan
sama-sama resesif. Apabila seseorang mewarisi suatu gen resesif dari m
asing-masing orang tuanya untuk sifat tertentu, ia akan memiliki sifat it
u. Apabila seseorang mewarisi suatu gen resesif dari hanya satu orang t
ua, seseorang mungkin tidak pernah mengetahui keberadaan gen terseb
ut.
b. Gen Terkait Jenis Kelamin, Sebagian besar gen yang mengalami mut
ase adalah gen resesif. Apabila sebuah gen yang mengalami mutase me
mbawa kromosom X, hasilnya disebut X-linked inheritance atau pewari
san terkait kromosom X. Fakta inl memiliki implikasi yang sangat berb
eda untuk laki-laki ketimbang untuk perempuan (Agrelo & Wutz, 2010)
Ingatlah bahwa laki-laki hanya memiliki sebuah kromosom X. Maka, k
etika pada kromosom X itu terdapat gen termodifikasi dan pencetus pen
yakit, laki-laki tidak memiliki kromosom X "cadangan untuk mengatasi
gen berbahaya tersebut sehingga akan terus mewariskan penyakit terkait
kromosom X (X-linked disease) tersebut. Sementara, perempuan memil
iki kromosom X kedua, yang cenderung tidak berubah. Maka, perempu
an tidak cenderung mengidap penyakit terkait kromosom X ini. Kesimp
ulannya, kebanyakan individu pengidap penyakit terkait kromosom X a
dalah laki-laki. Perempuan yang memiliki satu salinan yang termodifika
si dari gen X disebut sebagai pembawa (carrier), dan mereka biasanya ti
dak menunjukkan tanda apa pun mengenai penyakit terkait kromosom
X tersebut. Hemofilia dan fragile X syndrome (sindrom kelemahan kro
mosom X), yang akan kita bahas nanti dalam bab ini, merupakan conto
h-contoh pewarisan terkait kromosom X (Rogaev, dkk, 2009).
c. Imprinting Genetis, Imprinting genetis terjadi apabila gen-gen memili
ki ekspresi yang berbeda, bergantung pada apakah gen-gen itu diwarisk
an dari ibu atau ayah (Zaitoun & kawan-kawan, 2010). Sebuah proses k
imiawi akan "menonaktifkan salah satu anggota dari pasangan gen. Seb
agai contoh, sebagai hasil dari imprinting maka hanya salinan gen terek
spresi yang diwariskan dari ibu yang mungkin menjadi aktif. sementara
salinan yang diwariskan dari ayah mungkin akan ternonaktifkan-atau se
baliknya. Hanya terdapat persentase kecil dari gen-gen manusia yang m
engalami imprinting, namun ini merupakan aspek normal dan penting d
ari perkembangan (Koerner & Barlow, 2010). Ketika imprinting menja
di bermasalah maka proses perkembangan juga terganggu, seperti dala
m kasus sindrom Beckwith-Wiedermann, yaitu sebuah gangguan pertu
mbuhan, serta tumor Wilms, yaitu sejenis kanker (Hartwig & kawan-ka
wan, 2010).

6
d. Pewarisan Poligenis, Transmisi genetik biasanya lebih kompleks diban
dingkan contoh-contoh sederhana yang telah kita telaah sampai sejauh i
ni (Brooker, 2011). Hanya sedikit karakteristik yang mencerminkan pen
garuh dari sebuah gen atau satu pasangan gen saja. Sebagian besar diten
tukan melalui interaksi dari berbagai gen; karakteristik seperti ini diseb
ut sebagai ditentukan secara poligenis atau polygenically determined
(Meaney, 2010). Bahkan karakteristik yang sederhana, misalnya tinggi t
ubuh. mencerminkan interaksi dari berbagai gen ataupun pengaruh ling
kungan. Kebanyakan penyakit, seperti kanker dan diabetes, berkembang
sebagai konsekuensi dari interaksi kompleks antargen dan faktor-faktor
lingkungan (Eklebad, 2010; Vimaleswaran & Loos, 2010). Istilah intera
ksi gen-gen semakin banyak dipakai untuk mendeskripsikan studi yang
berfokus pada interdependensi antara dua atau lebih gen dalam memeng
aruhi karakteristik, perilaku, penyakit, dan perkembangan (Costanzo &
kawan-kawan, 2010). Contohnya, studi-studi terkini telah mendokumen
tasikan interaksi gen-gen dalam penyakit kanker (Chen & kawan-kawan
2009) dan kardiovaskuler (Jylhava & kawan-kawan, 2009).

Interaksi Hereditas dan Lingkungan


Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peneliti ketika menginterpretasikan hasi
l studi anak kembar dan anak adopsi mencerminkan kompleksitas dari interaksi heredite
r-lingkungan. Beberapa interaksi ini berkaitan dengan korelast hereditas- lingkungan, ar
tinya gen individu dapat memengaruhi jenis lingkungan yang dihadapi oleh individu ter
sebut. Dapat diartikan bahwa individu "mewariskan lingkungan lingk yang mungkin ter
kait dengan kecenderungan" genetik. Sandra Scarr (1993), seorang ahli genetik perilaku,
mendeskripsikan tiga kemungkinan korelasi antara hereditas dan lingkungan

1. Korelasi genotip-lingkungan pasif (passive genotype-environment correlation) t


erjadi ketika orang tua kandung, yang memiliki hubungan genetik dengan anak,
memberikan lingkungan pengasuhan tertentu untuk anaknya. Misalnya, orang tu
a mungkin memiliki suatu kecenderungan genetik menjadi cerdas dan terampil
membaca. Karena mereka membaca dengan baik dan menikmati bacaan, mereka
memberi anak-anak mereka buku untuk dibaca dengan kemungkinan hasilnya ba
hwa anak-anak mereka akan menjadi pembaca yang terampil dan senang memba
ca.
2. Korelasi genotip-lingkungan evokatif (evocative genotype-environment correlati
on) terjadi ketika karakteristik anak membangkitkan jenis lingkungan tertentu. S
ebagai contoh, anak-anak yang aktif dan banyak tersenyum cenderung menerima
lebih banyak stimulasi sosial dibandingkan dengan anak yang pasif dan diam. A
nak-anak yang mau bekerja sama dan memberikan lingkur perhatian akan memb
angkitkan kesenangan dan respons instruksional lebih besar dari orang dewasa di
bandingkan anak-anak yang tidak senang bekerja sama dan perhatiannya mudah
teralihkan.

7
3. Korelasi genotip-lingkungan aktif (memasuki relung) (active (nichepicking) gen
otype-environment correlation) terjadi ketika anak-anak mencari/ memilih lingk
ungan yang mereka rasakan sesuai dan menggugah minat. "Memasuki relung" b
erarti menemukan tempat atau lingkungan yang sesuai, khususnya sesuai kemam
puan anak. Anak-anak menyeleksi lingkungan sekitar mereka melalui aspek-asp
ek yang mereka tanggapi, pelajari, atau abaikan. Seleksi aktif atas aspek-aspek te
rtentu dari lingkungan mereka akan berkaitan dengan genotip khusus mereka. Se
bagai contoh, anak yang ramah cenderung untuk mencari konteks sosial yang me
mungkinkan mereka berinteraksi dengan orang lain, sementara anak-anak pemal
u cenderung sebaliknya. Anak-anak yang musikal cenderung untuk meluangkan
waktu dalam lingkungan musik tempat mereka dapat secara sukses memperlihat
kan keterampilan mereka. Bagaimana munculnya "kecenderungan-kecenderunga
n" ini akan didiskusikan secara singkat dalam pembahasan mengenai pandangan
epigenetik.
Scarr yakin bahwa kepentingan secara relatif dari ketiga jenis interaksi genotip-
lingkungan akan berubah ketika anak-anak berkembang dari masa bayi hingga masa
remaja. Pada masa bayi, lingkungan yang dialami oleh anak-anak banyak disediakan
oleh orang dewasa. Dengan demikian, korelasi genotip-lingkungan pasif lebih banyak
dijumpai dalam kehidupan bayi dan anak-anak kecil dibandingkan dalam kehidupan
anak-anak yang lebih besar dan remaja. Anak-anak yang lebih besar dan remaja dapat
memperluas pengalaman mereka di luar pengaruh keluarga dan membentuk lingkungan
mereka ke tingkat yang lebih tinggi.

Pertumbuhan dan Perkembangan

Perkembangan fisik bayi selama 2 tahun pertama kehidupannya berlangsung secara


luas. Ketika lahir, bayi memiliki kepala berukuran lebih besar dibandingkan
keseluruhan tubuhnya. Bayi belum memiliki cukup kekuatan di leher dan tidak mampu
menegakkan kepala, tapi sudah memiliki beberapa refleks dasar. Dalam rentang waktu
12 bulan, bayi telah dapat duduk dimanapun mereka mau, berdiri, membungkuk,
memanjat,dan biasanya berjalan, selama tahun kedua, kecepatan pertumbuhan
berkurang, namun aktivitas tertentu seperti berlari dan meloncat banyak bertambah.
Dibawah ini merupakan penjelasan yang lebih terperinci mengenai rangkaian
perkembangan fisik dimasa bayi yaitu:

1. Pola Pertumbuhan Bayi


Di masa pra kelahiran dan awal masa bayi, ukuran kepala bayi tergolong sangat
besar dibandingkan dengan keseluruhan tubuhnya. Pola Sefalokaudal adalah ur
utan pertumbuhan yang selalu dimulai dari bagian paling atas-yaitu kepala kemu
dian pertumbuhan fisik dan diferensiasi karakteristik-karakteristiknya berlangsu
ng secara bertahap dari atas ke bawah (sebagai contoh, ke pundak, batang tubuh,
dan seterusnya) (Pedroso, 2008). Pola yang sama terjadi di kepala itu sendiri. kar
ena bagian atas kepala mata dan otak tumbuh lebih cepat dibandingkan bagian b
awah kepala, contohnya rahang.

8
2. Tinggi dan Berat
Rata-rata bayi baru lahir di Amerika Utara panjangnya 20 inci dan beratnya 7 po
n. Sembilan puluh lima persen dari semua bayi lahir purna waktu memiliki panja
ng antara 18 hingga 22 inci dan beratnya antara 5% hingga 10 pon. Dalam beber
apa hari pertama kehidupan, sebagian besar bayi baru lahir akan kehilangan 5 hi
ngga 7 persen berat tubuhnya sebelum mereka belajar menyesuaikan diri dengan
kegiatan makan dengan cara mengisap, menelan, dan mencerna Kemudian, mere
ka bertumbuh cepat dan mencapai pertambahan berat kira-kira 5 hingga 6 ons pe
r minggu selama bulan pertama. Berat badan mereka naik dua kali lipat dari bera
t saat kelahirannya, dan pada ulang tahun pertama mereka telah mencapai berat
hampir tiga kali lipatnya. Bayi bertumbuh kira-kira 1 inci per bulan selama tahu
n pertama, sehingga di ulang tahun pertamanya telah mencapai panjang hampir d
ua kali lipat.
Pertumbuhan bayi mengalami perlambatan selama tahun kedua kehidupannya. P
ada usia 2 tahun, berat bayi mencapai antara 26 hingga 32 pon, naik seperempat
hingga setengah pon per bulan selama tahun kedua ini: kini mereka telah menca
pai sekitar seperlima dari berat dewasa. Pada usia dua tahun, tinggi rata-rata bayi
adalah antara 32 hingga 35 inci, yang hampir mencapai setengah tinggi dewasa.
3. Otak
Ketika lahir, berat otak bayi kurang lebih 25 persen dari berat otak ketika dewas
a. Pada ulang tahun kedua, berat otaknya telah mencapai 75 persen dari berat ota
k dewasa. Meskipun demikian, kematangan area-area otak tidak terjadi secara be
rsamaan.
Memetakan Otak Para ilmuwan menganalisis dan mengategorikan area-area otak
dalam banyak cara (Levene, & Chervenak. 2009; Nelson, 2011). Kita memberi p
erhatian paling besar pada bagian yang letaknya paling jauh dari saraf tulang bel
akang. yang dikenal sebagai otak depan (forebrain) dan mencakup korteks serebr
al dan sejumlah struktur di bawahnya. Korteks serebral (cerebral cortex) menyeli
muti otak depan seperti topi berkeriput. Konteks serebral memiliki dua belahan a
tau hemisfer (lihat Gambar 4.3). Berdasarkan bukit dan lembah yang terdapat pa
da korteks, para ilmuwan membedakan empat area utama yang disebut lobus di s
etiap hemisfer. Meski pun lobus-lobus ini biasanya saling berfungsi bersama, ma
sing-masing memiliki fungsi utama tersendiri.
a. Lobus frontal (frontal lobe) terlibat dengan gerakan disengaja, berpikir, pers
onalitas, dan niat atau tujuan.
b. Lobus oksipital (occipital lobe) terlibat dengan fungsi penglihatan.
c. Lobus temporal (temporal lobe) berperan aktif dengan pendengaran. pemros
esan bahasa, dan memori.
d. Lobus parietal (parietal lobe) berperan penting dengan menentukan lokasi s
pasial, atensi, dan kendali motorik.
Sampai batas tertentu jenis informasi yang ditangani oleh neuron dibedakan
menurut lokasinya di hemisfer kiri atau kanan korteks (McKone. Crookes, &
Kanwisher, 2010). Pembicaraan dan tata bahasa misalnya, bergantung pada aktivitas di
hemisfer kiri kebanyakan orang humor dan pemakaian metafora bergantung pada

9
aktivitas bemister kanan (Hornickel. Skoe, & Kraus, 2008). Spesialisasi fungsi di salah
satu hemisfer dari korteks serebral disebut lateralisasi Namun, kebanyakan ilmuwan
setuju bahwa fungsi kompleks seperti membaca atau memainkan musik melibatkan
kedua hemisfer (Stroobant. Buljus. & Vingerhoets.. 2009). Pemberian label kepada
orang sebagal berotak kiri karena merupakan seorang pemikir logis dan berotak kanan"
karena merupakan seorang pemikir kreatif tidak berkorespondensi dengan cara kerja
hemisfer otak. Pemikiran kompleks oleh orang-orang normal merupakan hasil
komunikasi antara kedua hemisfer otak (Liegeois dkk, 2008).

4. Gizi
Perbedaan individual di antara para bayi dalam hal penyimpanan nutrisi, kompos
isi tubuh, tingkat pertumbuhan, dan pola aktivitas menyulitkan penentuan kebutu
han nutrisi aktual (Schiff, 2011; Wardlaw & Smith, 2011). Meskipun demikian,
karena orang tua membutuhkan pedoman, ahli nutrisi merekomendasi para bayi
untuk mengonsumsi sekitar 50 kalori per hari untuk setiap pon berat tubuhnya d
ua kali lebih banyak dari yang - dibutuhkan orang dewasa per ponnya. Sejumlah
perubahan perkembangan yang mencakup aktivitas.
Pola makan yang begitu buruk seperti itu dan di periode yang begitu awal dalam
perkembangan dapat mengakibatkan lebih banyak bayi yang kelebihan berat bad
an (Black & kawan-kawan, 2009; Hesketh & Campbell, 2010). 'Sebuah analisis
mengungkapkan bahwa di tahun 1980 terdapat 3,4 persen dari keseluruhan bayi
di A.S. berusia di bawah 6 bulan yang mengalami kelebihan berat badan, persent
ase ini meningkat menjadi 5,9 persen di tahun 2001 (Kim & kawan-kawan, 200
6). Peningkatan persentase para bayi yang mengalami kelebihan berat badan tern
yata berjalan seiring pertambahan usia mereka. Studi ini juga menemukan bahw
a, selain 5,9 persen bayi berusia kurang dari 6 bulan yang memang mengalami k
elebihan berat badan di tahun 2001, terdapat juga 11 persen yang berisiko untuk
mengalami kelebihan berat badan.
Salah satu faktor lainnya adalah pemberian ASI atau susu botol kepada para bayi
tersebut. Ketika mereka mencapau usia sekolah, para bayi yang diberi ASI menu
njukkan laju peningkatan berat badan yang lebih kecil dibanding mereka yang di
beri susu botol, dan terdapat estimasi bahwa pemberian ASI akan mengurangi ri
siko obesitas sebesar kurang-lebih 20 persen (Li dkk., 2007).
5. Asi Susu Fromula
Selama 4 hingga 6 bulan pertama kehidupan, ASI atau susu formula alternatif lai
nnya merupakan sumber gizi dan energi untuk bayi. Selama bertahun-tahun, par
a ahli memperdebatkan antara pemberian ASI kepada bayi lebih menguntungkan
daripada susu formula. Konsensus yang terus bertumbuh adalah bahwa pemberia
n ASI lebih baik untuk kesehatan bayi (Walker, 2010; Wilson, 2010)! Sejak tahu
n 1970-an, jumlah ibu-ibu A.S. yang memberikan ASI semakin bertambah bany
ak (lihat Gambar 4.11). Di tahun 2004, lebih dari dua pertiga ibu-ibu A.S. memb
erikan ASI kepada bayi mereka, dan lebih dari sepertiga yang masih menyusui h
ingga bayinya berusia enam bulan. American Academy of Pediatrics (AAP) dan
American Dietetic Association sangat mendukung pemberian ASI selama satu ta

10
hun pertama kehidupan bayi (AAP Working Group on Breastfeeding. 1997; Jam
es & Dobson, 2005).
Pertumbuhan dan Perubahan Tubuh
Perubahan fisik yang secara nyata menandai masa kanak-kanak awal adalah
pertumbuhan di dalam hal tinggi dan berat tubuh. Secara tidak kentara pada masa ini
juga terjadi perubahan di dalam otak dan system saraf yang penting bagi perkembangan
kognisi bahasa anak-anak.

1. Tinggi dan Berat Badan


Di masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 22 inci dan bertamb
ah berat 5 hingga 7 pon setiap tahunnya. Ketika usia mereka bertambah, persenta
se peningkatan tinggi dan berat tubuh menurun setiap tahunnya (Darrah, Senthils
elvan, & Magill-Evans, 2009). Selama tahun-tahun ini, tubuh anak-anak Peremp
uan hanya sedikit lebih kecil dan sedikit lebih ringan dibandingkan tubuh anak la
ki-laki; perbedaan yang terus berlanjut hingga masa pubertas. Selama usia prase
kolah, baik anak laki-laki maupun perempuan terlihat lebih kurus karena tungkai
mereka bertambah tinggi. Meskipun ukuran kepala mereka masih tergolong besa
r dibandingkan ukuran tubuhnya, di akhir usia prasekolah kebanyakan paras waj
ah anak-anak yang terlihat besar di kepala itu mulai hilang. Selama usia prasekol
ah ini pertambahan lemak tubuh juga menurun secara tetap. Bayi yang gemuk se
ring kali terlihat lebih kurus di akhir masa kanak-kanak awal. Anak perempuan
memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dibandingkan anak laki-laki; sement
ara dibandingkan anak perempuan, anak laki-laki lebih banyak memiliki jaringa
n otot.
2. Otak
Salah satu perkembangan fisik terpenting di masa kanak-kanak awal adalah perk
embangan otak dan berbagai bagian lain dari sistem saraf secara terus-menerus
(Nelson, 2011). Meskipun perkembangan otak yang berlangsung di masa kanak-
kanak awal tidak secepat seperti yang berlangsung di masa bayi, perkembangan i
ni menghasilkan perubahan anatomi yang berarti. Ketika anak-anak berusia 3 tah
un, ukuran otak tiga per empat ukuran otak dewasa. Ketika berusia 6 tahun, otak
telah mencapai sekitar 95 persen ukuran otak dewasa (Lenroot & Giedd, 2006).
Beberapa perubahan interior otak melibatkan peningkatan dalam koneksi dendrit
sebagaimana myelinasi, di mana sel saraf tertutup dan terhubung dengan lapisan
sel lemak. Myelinasi penting dalam perkembangan sejumlah kemampuan anak-a
nak (Diamond, Casey, & Munakata, 2011). Sebagai contoh, myelinasi di area ot
ak yang terkait dengan koordinasi tangan-mata belum selesai hingga sekitar 4 ta
hun.

3. Tidur

11
Biasanya, bayi baru lahir akan membutuhkan waktu tidur sebanyak kira-kira 18 j
am, namun demikian masing-masing bayi akan sangat bervariasi waktu tidurnya
(Sadeh, 2008). Rentang waktunya berkisar antara 10 hingga 12 jam. Bayi juga m
emiliki pilihan jam tidur dan pola tidur yang bervariasi. Meskipun, jumlah waktu
yang diluangkan untuk tidur tetap konsisten, seorang bayi dapat mengubah wakt
u tidurnya mulai dari tidur sesekali selama 7 atau 8 jam per hari menjadi sebanya
k tiga atau empak kali tapi selama hanya beberapa jam per harinya.
Masalah yang paling umum dilaporkan orang tua mengenai waktu tidur bayi ada
lah bangun di waktu malam. Survei menunjukkan 20 hingga 30 persen dari kesel
uruhan bayi mengalami kesulitan tidur di waktu malam dan tidur sepanjang mal
am (Sadeh, 2008). Masalah bayi bangun di waktu malam memiliki hubungan ko
nsisten dengan keterlibatan yang berlebihan dari orang tua terhadap interaksi yan
g berkaitan dengan aktivitas tidur sang bayi (Sadeh, 2008). Juga, sebuah studi ter
hadap bayi-bayi berusia 9 bulan mengungkapkan bahwa waktu bangun di malam
hari berhubungan dengan faktor-faktor intrinsik seperti aktivitas menangis dan g
elisah di waktu siang, serta faktor-faktor ekstrinsik seperti kesedihan ketika berp
isah dengan sang ibu, pemberian ASI, dan tidur bersama orang tua dalam satu te
mpat tidur. (DeLeon & Karraker, 2007).
Para ahli merekomendasikan agar anak-anak tidur selama 11 hingga 13 jam setia
p malam (Nasional Sleep Foundation, AS, 2010). Sebagian besar anak-anak keci
l tidur sepanjang malam dan satu kali tidur siang, tidak hanya jumlah tidur yang
penting bagi anak-anak., tapi juga tidur yang tak tergaggu. Serong kali, sulit me
merintahkan anak-anak untuk tidur ketika mereka mencoba memundurkan rutini
tas waktu tidur. Sebuah penelitian terbaru mememukan fakta bahwa penolakan t
erhadap waktu tidur terkait ketika dengan masalah perilaku atau hiperaktivitas p
ada anak-anak. (Carvalho Bos dkk,2009).
Anak-anak dapat mengalami sejumlah masalah tidur, termasuk narcolepsy (rasa
mengantuk yang ekstrem di siang hari), insomnia (sulit tidur atau selalu terjaga),
dan mimpi buruk (Nevsimalova,2009;Sadeh, 2008). Satu perkiraan mengindikas
ikan bahwa lebih dari 40 persen anak-anak mengalami masalah tidur di satu titik
perkembangannya (Boyle & Crople, 2004). Penelitian menemukan bahwa anak-
anak yang memiliki masalah tidur cenderung menggunakan depresi dan kecemas
an daripada anak-anak yang tidak mengalami masalah tidur (Mehl dkk, 2006). P
enelitian terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak prasekolah yang bermimpi b
uruk cenderung memiliki temperamen yang sulit pada usia 5 bulan dan kecemas
an pada usia 17 tahun (Simard dkk, 2008).
4. Masalah kesehatan pada bayi dan anak

a. Gangguan Perkembangan Fisik


Untuk mengetahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak, perlu pemanta
uan seperti pemantauan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, umur tula
ng dan pertumbuhan gigi, maka dapat diketahui adanya suatu kelainan tumb
uh kembang fisik seorang anak. Bila grafik berat badan lebih dari 120% ke
mungkinan akibat dari obesitas atau kelainan hormonal, sedangkan dibawah

12
garis normal, kemungkinan anak kurang gizi, deprivasi, menderita penyakit
kronis atau kelainan hormonal. Pemantauan berat badan ini dapat digunakan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat).
Lingkar kepala dapat dipantau dengan mengggunakan grafik lingkar kepala
dari Nellhaus. Besarnya lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk
otak. Pada lingkar kepala yang lebih besar dari normal, kemungkinan
hidrosefalus, megaebsaefali, hidranensefali, tumor otak, penyakit canavan,
bayi besar, keturunan, variasi normal. Demikian pula bila lungkar kepala
lebih kecil dari normal, kemungkinan akibat dari kraniosinostisis, retardasu
mental, bayi kecil, keturunan, variasi normal.
b. Gangguan Penglihatan
Maturitas visual yang terlambat, juling, abliopia, buta warna, dan kebutaan a
kibat dari katarak. Deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran sang
at penting.
c. Gangguan Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah
ini, yaitu :
 Faktor Keturunan
Pada perkembangan motorik rata rata lambat
 Faktor lingkungan
Anak yang tidak mendapat kesepatan untuk belajar, misalnya anak y
ang terbiasa digendong atau ditaruh di “baby walker”.
 Faktor kepribadian
Anak yang penakut, takut jatuh.
 Retardasi mental
Sebagian anak dengan retardasi mental mengalami keterbatasan gera
k motorik
 Obesitas
Walaupun obesitas dapat mengakibatkan gangguan perkembangan m
otorik, tetapi tidak semua anak obesitas mengalami keterlambatan m
otorik
 Buta
 Anak yang buta sering terlambat berjalan, kemungkinan akibat dari t
idak diberikan kesempatan untuk belajar.
d. Gangguan Perkembangan Bahasa
Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai fakt
or genetik, gangguan pendengaran, kurangnya interaksi anak dengan lingku
ngan, psikosis.
e. Gangguan Fungsi Vegetatif
 Gangguan Makan
Ruminasi
Anoreksia Nervosa
 Gangguan Fungsi Eliminasi
Enuresis
Encopresis
 Gangguan Tidur

13
Dissomnia
Parasomnia
 Gangguan Kebiasaan
Termasuk fenomena akibat pelampiasan stres, seperti membentur be
nturkan kepala, menggoyang-goyangkan tubuh, menghisap jari, men
ggigit kuku, mencabut rambut, menggerakkan gigi, memukul-mukul
atau mencubit salah satu bagian tubuhnya.
f. Kecemasan
Kecemasan pada umumnya merupakab bagian dari perkembangan. Tetapi bi
la kecemasan ini berlebihan sehingga mempunyai efek terhadap interaksi so
sial dan perkembangan anak. Contoh : fobia sekolah, kecemasan berpisah, f
obi sosial, kecemasan setelah mengalami trauma
g. Gangguan Suasana Hati
Sering pada anak anak dan remaja. Gangguan tersebut antara lain adalah ma
jor depression yang ditandai dengan kehilangan minat, sukar tidur, sukar ko
nsentrasi, dan nafsu makan yang terganggu. Bipolar disorder ditandai denga
n suasana hati yang cepat berubah
h. Bunuh diri dan Percobaan Bunuh diri
Merupakan penyebab kematian nomor dua pada remaja di negara barat. Bun
uh diri sering merupakan penyelesaian masalah psikologi dan lingkungan ba
gi remaja.
i. Gangguan kepribadian yang terpecah
Kelainan ini mungkin akibat dari frustasi dan kemarahan. Contohnya adalah
berbohong, membangkang, termper tantrum, dan agresif.
j. Gangguan Perkembangan Pervasive dan psikosis anak
Gangguan perkembangan Pervasive meliputi autisme (gangguan komunikas
i verbal dan nonverbal), kelainan Asperger (gangguan interaksi sosial, perila
ku yang terbatas dan diulang ulang), Childhood Disintegrative Disorder (de
mensia Heller)
k. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah
Disfungsi susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akademik
yang dibawah normal, kelainan perilaku dan masalah dalam interaksi sosial.
Kelainan ini antara lain adalah ADHD (Attention Defisit Hyperactivity Diso
rder), dan diskleksia.
l. Kelainan Saraf dan Psikiatrik akibat dari trauma otak
Trauma otak meningkatkan resiko gangguan intelektual, terutama trauma be
rat. Kelainan yang didapat pada waktu prenatal akibat ibu yang kecanduan o
bat terlarang, peminum alkohol, dan perokok berat merupakan salah satu pe
nyebab. Selain itu, sebagai akibat dari infeksi, kecelakaan, genetik, dan peny
akit yang menyerang otak
m. Penyakit Psikosomatik
Yang dapat memberikan gejala somatik yang disebut psikosomatik. Contoh
penyakit psikosomatik adalah keliainan konversi, hipokondriasis.
Berbagai masalah perkembangan anak dapat timbul di setiap tahapan
perkembangan anak. Oleh karena iti, sangat diperlukan pemantauan
berkesinambungan. Demikian pula keterlibatan orang tua atau pengasuh
anak dalam membina tubuh kembang anak sangat diperlukan, agar tumbuh
kembang anak optimal

14
15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa
perkembangan selama hidupnya" Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan leadaan
yang dimiliki oleh organisme tersebut,baik yang bersifat kongkret maupun yang bersiat
abstrak". Jadi, arti peristiawa perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak
hanya tertuju pada aspek psikis saja,tetapi juga aspek biologis.

Perkembangan biologis fisik dan kesehatan bayi dan anak memainkan peran penting
dalam perkembangan psikologis mereka. Pertumbuhan fisik yang sehat dan kesehatan yang
baik mempengaruhi kemampuan motorik, kognitif, emosional, dan sosial anak. Oleh karena
itu, penting bagi orang tua, pengasuh, dan pemerhati anak untuk memahami pentingnya
perkembangan fisik dan kesehatan dalam memberikan perawatan dan lingkungan yang
optimal bagi anak-anak. Dengan memberikan dukungan yang baik dalam perkembangan fisik
dan kesehatan anak, kita dapat membantu mereka mencapai potensi dan kesejahteraan yang
optimal dalam kehidupan mereka.

Saran
1. Orang tua dan pengasuh harus memperhatikan perkembangan fisik anak dan memb
erikan suasana yang mendukung untuk mengeksplorasi lingkungan mereka. Misaln
ya, mereka dapat menyediakan mainan dan ruang yang aman bagi anak-anak untuk
melatih keterampilan motorik mereka.
2. Penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memberikan nutrisi yang seimbang untu
k perkembangan fisik dan kesehatan anak. Makanan yang kaya akan nutrisi esensial
seperti protein, vitamin, dan mineral penting untuk pertumbuhan yang optimal.
3. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang ki
ta harapkan, maka dari pada itu penulis butuh kritikan dan saran dari ibu dosen pem
bimbing kita dan bagi teman-teman yang membacanya, yang sifatnya membanggun,
demi kesempurnaannya kedepan.

DAFTAR PUSTAKA

16
Drs. A. Susanto, M. (2019). Filsafat Ilmu. In M. Drs. A. Susanto, Filsafat Ilmu (p. 205). Jakarta: PT
Bumi Aksara. (Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan ... -
A. Susanto - Google Books)

Moersintowati B. Narendra, dkk. (2002). Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagung
Seto

Umajjah, N. T., Angraeni, Asrika, Jannah, R., Rifkah, A., Agustin, W., Yunita, Intan,
Erna, Bunga, Asisah, Indah, Wahyuni, R., Syahwaliyah, P., Amelia, R., Qolbi, N.,
& Annisa, N. A. (2021). Perkembangan Biologis, Motorik, Kognitif, dan
Sosioemosional (Pada Masa Anak-Anak). Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah,
4, 63–75. https://doi.org/10.5281/zenodo.6303456

17

Anda mungkin juga menyukai