Anda di halaman 1dari 12

SEC_ (SD2023020000095)

STATISTICS ESSAY COMPETITION


SATRIA DATA 2023
Universitas Brawijaya

Framework Community Organizing (FCO) pada Ruang digital


berbasis Kecerdasan Buatan dalam Mengentaskan Kesenjangan
Ekonomi melalui Pengembangan Desa Cerdas Jawa Timur

Sosial-Ekonomi

SEC_ (SD2023020000095)

Pendahuluan

Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah wilayah yang cukup luas dengan
berbagai sumber daya yang ada menunjang provinsi ini semakin pesat
perkembangannya. Jawa Timur berkembang pesat mulai dari segi ekonomi,
infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. Berdasarkan data badan pusat statistik pada
kuartal I pada 2023 meningkat signifikan dibandingkan tahun 2022 pada kuartal
pertama sekitar 4,95%. Hal ini menjadi pencapaian yang besar untuk ditingkatkan
kedepannya mengingat jumlah wilayah yang terdiri dari 29 kabupaten, 9 kota dan 596
desa (BPS,2023).

Pesatnya pertumbuhan tersebut berkontribusi pada munculnya permasalahan sosial


lokal, antara lain ketimpangan ekonomi dan pembangunan yang tidak merata di wilayah
provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Jawa
Timur, ketimpangan ekonomi provinsi tersebut sebesar 0,371% pada tahun 2018. Jika
dibandingkan secara nasional, Jawa timur menempati urutan ke-15 dari 34 provinsi.
Kesenjangan ekonomi antar daerah merupakan aspek umum dari kegiatan pembangunan
ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi yang tidak merata disetiap daerah dapat
menimbulkan kecemburuan sosial yang memicu konflik antar daerah. Jika memburuk,
dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi (Syafrizal, 2008). Perbedaan ini harus benar-
SEC_ (SD2023020000095)

benar ditanggapi serius oleh pemerintah dan maju bersama rakyat untuk menghapus
kesenjangan ekonomi.

Keseriusan pemerintah dalam membangun wilayah Jawa Timur harus dimulai dengan
langkah nyata seperti mulai memperhatikan desa dan wilayah yang kesulitan mengikuti
perkembangan kota maju di Jawa Timur. Pembangunan infrastruktur dan dana yang
melimpah tidak akan cukup menggerakan wilayah tersebut. Sumber daya manusia
menjadi hal yang pendting dalam pengembangan suatu wilayah karena sumber daya ini
yang mengelola fasilitas dan dana yang diberikan. Pemberian dana yang tidak tepat
sasaran mengakibatkan munculnya korupsi dan pemborosan angggaran. Hal ini
memperkuat argumen yang menyatakan sistem Framework Comminity Organizer
(FCO) sangat diperlukan dalam meningkatkan hal tersebut. FCO tidak akan bergerak
sendirian mereka akan dibarengi dengan kecerdasan buatan yang mampu menghandle
segala aspek yang berkaitan dengan Desa Cerdas. Desa Cerdas menjadi bagian dari
SGDs dengan tujuan di tahun 2045 kita mencapai Indonesia emas.

Desa Cerdas (smart village) merupakan wilayah yang terkontrol secara kontinen baik
aspek ekonomi,politik,social-budaya dan lingkungan. Ekonomi adalah kunci pergerakan
dan kemajuan suatu wilayah yang akan merambat ke Pendidikan, kesehatan,
pemerintahan dan lingkungan. Hal ini memiliki banyak penyokong yang harus disadari
mulai dari SDM,Infrastruktur, investor dan pemerintah dalam artian dibutuhkan analisis
yang cerdas dan tepat sasaran dimana simulasi dapat dijalankan secara virtual
meminimalisir resiko. Quality control terhadap lingkungan, lalu lintas, ekspor impor
barang dari region, pemenuhan kebutuhan dalam satu region, dan industry rumah tangga
maupun pabrik dapat diwujudkan dengan bantuan sensor kecerdasan buatan yang
berbasis pada IoT.
SEC_ (SD2023020000095)

Pembahasan

1.1. Permasalahan ekonomi di jawa timur

1.1.1. Kesenjangan ekonomi

Kesenjangan ekonomi merupakan bagian terbesar dari sebuah permasalahan dalam


bernegara dimana keselarasan dan kesesuain pembangunan di setiap tempat akan
berbeda beda sesuai dengan kemampuan wilayah berkembang. Keteraturan dalam
mengendalikan roda perputaran ekonomi sangat diperlukan dalam mencapai
perkembangan ekonomi diberbagai daerah. Pembangunan ekonomi tentunya tidak
selalu merata, ketimpangan pendapatan antar daerah merupakan masalah yang sangat
serius, beberapa daerah memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat, namun beberapa
daerah lainnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat. Mereka tidak mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sama, yang disebabkan oleh kurangnya sumber daya
yang tersedia. Jawa timur sendiri memiliki cakupan daerah yang luas dengan tingkat
kebutuhan yang berbeda beda yang tentunya berpengaruh kepada sumber dan jumlah
pemasukan. Ketimpangan di Provinsi Jawa Timur dikatakan sebagian besar wilayah di
provinsi tersebut masuk dalam kategori tersebut relatif terbelakang, sebanyak 23
kabupaten/kota non kabupaten. Hal ini ironis karena Jawa Timur merupakan pusat poros
timur pulau Jawa yang merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi nasional.

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kesenjangan sosial dalam suatu wilayah
yaitu:

1. Pengangungguran

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Jawa Timur (Persen)

Kabupaten/Kota Se Jawa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Jawa


Timur Timur (Persen)
2018 2019 2020 2021 2022
Kabupaten Pacitan 1.39 0.91 2.28 2.04 3.65
Kabupaten Ponorogo 3.77 3.50 4.45 4.38 5.51
Kabupaten Trenggalek 4.12 3.36 4.11 3.53 5.37
Kabupaten Tulungagung 2.53 3.29 4.61 4.91 6.65
Kabupaten Blitar 3.38 3.05 3.82 3.66 5.45
Kabupaten Kediri 4.15 3.58 5.24 5.15 6.83
Kabupaten Malang 3.15 3.70 5.49 5.40 6.57
SEC_ (SD2023020000095)

Kabupaten Lumajang 2.46 2.73 3.36 3.51 4.97


Kabupaten Jember 4.01 3.69 5.12 5.44 4.06
Kabupaten Banyuwangi 3.59 3.95 5.34 5.42 5.26
Kabupaten Bondowoso 3.84 2.86 4.13 4.46 4.32
Kabupaten Situbondo 1.85 2.77 3.85 3.68 3.38
Kabupaten Probolinggo 4.00 3.77 4.86 4.55 3.25
Kabupaten Pasuruan 5.94 5.22 6.24 6.03 5.91
Kabupaten Sidoarjo 4.62 4.62 10.97 10.87 8.80
Kabupaten Mojokerto 4.21 3.61 5.75 5.54 4.83
Kabupaten Jombang 4.56 4.28 7.48 7.09 5.47
Kabupaten Nganjuk 2.60 3.16 4.80 4.98 4.74
Kabupaten Madiun 3.71 3.52 4.80 4.99 5.84
Kabupaten Magetan 3.82 2.98 3.74 3.86 4.33
Kabupaten Ngawi 3.75 3.60 5.44 4.25 2.48
Kabupaten Bojonegoro 4.11 3.56 4.92 4.82 4.69
Kabupaten Tuban 2.76 2.70 4.81 4.68 4.54
Kabupaten Lamongan 3.10 3.89 5.13 4.90 6.05
Kabupaten Gresik 5.71 5.40 8.21 8.00 7.84
Kabupaten Bangkalan 5.09 5.62 8.77 8.07 8.05
Kabupaten Sampang 2.38 2.71 3.35 3.45 3.11
Kabupaten Pamekasan 2.88 2.26 3.49 3.10 1.40
Kabupaten Sumenep 1.75 2.08 2.84 2.31 1.36
Kota Kediri 3.56 4.15 6.21 6.37 4.38
Kota Blitar 3.98 4.54 6.68 6.61 5.39
Kota Malang 6.65 5.88 9.61 9.65 7.66
Kota Probolinggo 3.56 4.25 6.70 6.55 4.57
Kota Pasuruan 4.50 4.89 6.33 6.23 6.18
Kota Mojokerto 2.44 2.63 6.74 6.87 5.05
Kota Madiun 3.80 3.96 8.32 8.15 6.39
Kota Surabaya 6.01 5.76 9.79 9.68 7.62
Kota Batu 3.07 2.42 5.93 6.57 8.43
Jawa Timur 3.91 3.82 5.84 5.74 5.49

TPT mengacu pada persentase jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang
mencari pekerjaan terhadap total angkatan kerja di suatu wilayah atau negara pada
periode waktu tertentu. TPT yang tinggi dapat menjadi indikator adanya masalah
pengangguran yang perlu diatasi. FCO memberikan ruang digital dapat yang digunakan
untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi tentang angka pengangguran,
tantangan ekonomi, dan potensi pengembangan desa di Jawa Timur. Hal ini dapat
SEC_ (SD2023020000095)

membantu para pemangku kepentingan dalam mengembangkan strategi dan program


yang lebih efektif dalam mengentaskan kesenjangan ekonomi.

2. Pendapatan Perkapita

Tabel 2. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota (Ribu Rupiah)

Kabupaten/Kota Se-Jawa PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota
Timur (Ribu Rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pacitan 21035.6 23115.4 24893.0 27000.0 28734.0 26972.0 27807.0
Ponorogo 17196.3 18899.6 20336.0 22021.0 23423.0 21654.0 22336.0
Trenggalek 19783.4 21576.7 23202.0 24974.0 26634.0 25087.0 26124.0
Tulungagung 27825.4 30335.5 32635.0 35252.0 37725.0 35143.0 36629.0
Blitar 23377.2 25516.2 27365.0 29475.0 31388.0 29490.0 30722.0
Kediri 19715.2 21362.6 22922.0 24608.0 26152.0 24885.0 25961.0
Malang 29022.5 31940.1 34534.0 37359.0 39780.0 38495.0 40114.0
Lumajang 23701.3 25769.6 27616.0 29516.0 31293.0 28707.0 29881.0
Jember 23421.3 25824.7 27730.0 29505.0 31498.0 30023.0 31787.0
Banyuwangi 37751.3 41468.2 44944.0 48359.0 51788.0 47567.0 49996.0
Bondowoso 19030.0 20727.4 22274.0 23948.0 25584.0 25706.0 27041.0
Situbondo 22093.0 24177.3 25824.0 27733.0 29578.0 29244.0 30800.0
Probolinggo 22523.9 24430.2 25936.0 27547.0 29094.0 29280.0 30803.0
Pasuruan 66240.0 72085.0 77792.0 84045.0 89581.0 90747.0 97500.0
100694.
Sidoarjo 68993.9 74410.9 79764.0 85373.0 90618.0 94818.0
0
Mojokerto 54446.2 59287.4 64359.0 69159.0 73651.0 73335.0 77530.0
Jombang 23487.5 25642.2 27787.0 30097.0 32005.0 30303.0 31486.0
Nganjuk 18356.8 20186.5 21738.0 23560.0 25269.0 24134.0 25280.0
Madiun 20561.2 22458.7 24085.0 25882.0 27724.0 25475.0 26342.0
Magetan 22123.3 24192.6 25920.0 28022.0 29746.0 28024.0 29056.0
Ngawi 18091.8 19928.1 21340.0 23058.0 24408.0 23323.0 23833.0
Bojonegoro 39306.5 44810.0 52147.0 58727.0 62446.0 54048.0 63811.0
Tuban 41753.6 45158.3 48471.0 51990.0 55401.0 52085.0 54775.0
Lamongan 24201.2 26686.3 28836.0 31309.0 33109.0 29221.0 30267.0
100252. 105676. 102623. 109373.
Gresik 80174.9 84899.6 92232.0
0 0 0 0
Bangkalan 20118.3 20758.0 22304.0 24361.0 24978.0 22038.0 23014.0
Sampang 15688.8 17140.4 18390.0 19726.0 20191.0 20503.0 21097.0
Pamekasan 14550.2 15833.6 16941.0 18259.0 19331.0 19779.0 20690.0
Sumenep 25329.6 26902.9 28252.0 30135.0 30569.0 29166.0 31145.0
348015. 379190. 407215. 447216. 483982. 462199. 491270.
Kota Kediri
2 7 0 0 0 0 0
Kota Blitar 34946.5 38334.2 41304.0 44702.0 47841.0 45090.0 47307.0
Kota Malang 60876.8 66758.1 72078.0 78161.0 83528.0 85540.0 90679.0
SEC_ (SD2023020000095)

Kota Probolinggo 35249.4 38460.0 41438.0 44732.0 47804.0 46302.0 48507.0


Kota Pasuruan 30541.2 33435.3 35940.0 38714.0 41325.0 38774.0 40525.0
Kota Mojokerto 38835.2 42492.3 45791.0 49370.0 52536.0 49840.0 52041.0
Kota Madiun 58240.4 63696.5 68779.0 74302.0 79654.0 70745.0 74650.0
142604. 157730. 171505. 186739. 200359. 193010. 204920.
Kota Surabaya
6 2 0 0 0 0 0
Kota Batu 57408.4 63776.5 69812.0 76005.0 81461.0 74884.0 78458.0
Jawa Timur 43578.1 47473.5 - - - - -

PDRB per kapita dapat menjadi indikator penting untuk menilai potensi ekonomi suatu
daerah. Data ini dapat digunakan untuk memahami tingkat kesejahteraan ekonomi
masyarakat di kabupaten/kota di Jawa Timur. FCO dapat menggunakan informasi ini
untuk mengidentifikasi daerah-daerah dengan potensi ekonomi yang lebih rendah dan
memfokuskan upaya pada pengembangan desa cerdas di daerah tersebut. Hal ini dapat
membantu dalam pengalokasian sumber daya yang lebih efektif .

1.2. Framework Community Organizing (FCO) pada Ruang Digital Berbasis


Kecerdasan Buatan dalam konsep Desa Cerdas Jawa Timur

Framework Community Organizing (FCO) adalah sebuah gerakan perubahan yang


berasal dari masyarakat untuk menuju suatu tujuan secara cepat,tanggap dan terlatih.
FCO akan terlibat dalam pembangunan besar-besaran ditengah masyarakat yang
mewadahi setiap permasalahan masyarakat kemudian dilakukan musyawarah dalam
mencapai tujuan.FCO menjadi program yang kelompok kami unggulkan karena dapat
memecah segala permasalahan yang meliputi kesenjangan dan pembangunan wilayah
dibagian ekonomi. Hal ini dikuat dengan munculnya kelompok tadi dan karang taruna
disebuah semakin mempercepat proses pelaksanaan kegiatan karena kendali program
dipegang oleh suatu gerakan yang terorganisir (Luthans, 2013). Pengembangan
framework community organizing berbasis kecerdasan buatan yang di himpun melalui
ruang digital yang memungkinkan perubahan sistem dalam suatu organisasi karena
banyaknya informasi yang mudah diakses dari ruang digital. Kecerdasan buatan
menjadi kekuatan besar yang harus dimanfaatkan untuk membuat pengembangan desa
melalui Internet of Things, BIG data dan sensor yang dapat mengontrol secara massive.
Hal ini menguatkan pada penguatan sumber daya suatu wilayah yang memang harus
merata sehingga pemerataan sumber daya akan sangat mudah dijalankan melalui Frame
Community Organizing. Sumber daya akan dibina dalam suatu kerangka yang memang
sangat sistematis dengan pola pengembangan interaktif, inovatif dan modern. Aplikasi
SEC_ (SD2023020000095)

remote control jarak jauh menjadi salah satu trobosan FCO dalam penyelesaian masalah
kesenjangan sosial dalam upaya Desa cerdas (smart village). Permasalahan umum yang
kita temui dalam suatu pengembangan sistem ini adalah ketertutupan dalam penyerapan
sumber daya manusia. Pemikir dan pengusaha yang sudah sudah sukses diluar kota
maupun diluar negeri banyak yang tidak ingin kembali kerumah tempat kelahirannya
karena sulit meninggalkan keluarga dan lahan bisnis yang sudah sukses diluar negeri.
Hal ini menyebabkan perekrutan anggota dalam suatu organisasi sangat sulit (Hidayat
Rusdi dan Fauzi, Akhmad, 2020). FCO tidak akan terbatas oleh ruang dengan
kolaborasi Internet of thing dan Big data melalui sensor kendali, analisis canggih
berbasis AI dan pabrik pengolahan dengan kecerdasan buatan.

Ruang digital akan diciptakan bukan hanya melalui zoom namun melalui aplikasi yang
dapat diakses melalui Handphone dengan sistem yang terkoordinasi. Transpranasi
menjadi tujuan utama dengan harapan dapat menarik investor. FCO akan menjadi
lingkaran baru yang akan dapat terbhubung satu sama lain antar desa. Hubungan ini
akan mempermudah kita dalam mencapai pemerataan ekonomi di provinsi Jawa Timur
dan tidak terpusat hanya di daerah Kota Surabaya dan Malang.

1.2.1. Urgensi Framework Community Organizing dalam ruang Digital berbasis


Kecerdasan Buatan dengan konsep Desa cerdas
Menurut Timotius Duha (2018) organisasi atau perkumpulan sangat memperngaruhi
pola berpikir dan berperilaku masyarakat karena adanya pandangan terbuka antar
individeu dalam sebuah kelompok. Hal ini mengacu pada persaingan intelektual yang
memunculkan ide dan gagasan.
Sejalan dengan hal tersebut, pembentukan FCO merupakan salah satu jalan dan titik
terang menuju kematangan berpikir sekaligus menjalin persatuan kesatuan sesuai
dengan amanah pembukaan UUD 1945. FCO merupakan sebuah komunitas yang
menggerakkan perkembangan suatu wilayah dibagian ekonomi, pendidikan, sosial dan
kesehatan. Merujuk pada penjelasan tadi bahwasanya persaingan intelektual
memunculkan ide dan gagasan menjadi jembatan untuk bermusyawarah sedangkan
tujuan dari FCO sejalan dengan hal tersebut.
Kebebasan berorganisasi menjadi sebuah alasan yang kuat untuk menjadikan FCO
sebagai komunitas yang menaungi aspirasi masyarakat untuk direalisasikan. Hal ini
merujuk pada UUD 1945 pasal 28 E ayat 3 tentang kebebasan berorganisasi.
SEC_ (SD2023020000095)

Tujuan Framework Community Organizing mengacu pada Sustainable Development


Goals dimana kesejaterahan dan mengentaskan kemiskinan adalah misi utamanya
( Biermann,Man-san and Pattberg, 2007).
Tingginya angka pengangguran dan pembangunan tidak merata menjadi pemicu
ternjadinya kesenjangan ekonomi dimasyarakat sehingga dibutuhkan kolaborasi antar
masyarakat. Hal ini bertujuan untuk melakukan pemberdayaan.
Desa cerdas (Smart Village) merupakan turunan dari smart cities dimana kita
mengetahui pembangunan kota yang cerdas tanpa melihat kepelosok adalah indikasi
bahwa kegagalan dalam mensejaterahkan masyarakat. Hal ini akan memaksa individu
lahir semakin kreative dan cerdas dalam pengembangan teknologi untuk mengatasi
ketertinggalan pembangunan. Suatu desa dengan akses jaringan yang memenuhi
memungkinkan informasi lebih cepat tersampaikan dengan membangun sarana jajaring
komunikasi. Dibandingkan dengan pembangunan jalan yang biayanya cukup besar
pembangunan jaringan komunikasi cukup penting untuk dilakukan lebih intens lagi
dalam rangka mempersiapkan diri Era 5.0 .
Tingginya angka korupsi di jawa timur menjadi motivasi dalam mendorong sistem FCO
berbasis kecerdasan buatan dengan kontol penuh dari jarak jauh dan jarak dekat
sehingga terjadi transparansi antara pemerintah dan masyarakat.

1.2.2. Pembentukan Framework Community Organizing


Pembentukan FCO akan merunut pada sistematis dan birokrasi yang lebih jelas dengan
tingkat kestabilan 90%. Hal ini bertujuan agar menyerap sumber daya yang ada baik
didalam maupun luar negeri.
SEC_ (SD2023020000095)

Tahapan yang pertama perekrutan anggota dengan menampung minat dan bakat setiap
sumber daya yang mencakup lapisan masyrakat dalam setiap masyrakat di desa tersebut.
Tujuannya agar informasi dan ajakan persuasif dapat dilakukan secara cepat dan lebih
mudah untuk menyalurkan program kerja.
Tahapan yang kedua adalah pembentukan struktur community dengan harapan
pelaksanaan program kerja community dapat dikontrol secara jelas dan terukur. Struktur
community akan membawa arah dari community itu sendiri menuju arah yang lebih
positif. Pembagian tugas dan fungsi secara jelas menjadi bagian terpenting dari struktur
ini yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan.
Tahapan yang ketiga adalah pemenuhan sarana dan prasarana community dengan tjuan
agar setiap program dapat terlaksana dengan baik.
Tahapan selanjutnya adalah pembuatan rumah space digital dan aplikasi kecerdasan
buatan agar segala sesuatu dapat dilakukan secara online sehingga quality kontrol jarah
jauh maupun dekat bisa dilaksanakan.
Peralihan keseimbangan ekonomi dapat menjadi sebuah alasan program ini berjalan
yang dibarengi oleh sumber daya manusia, pemanfaatan kecerdasan buatan dan
pengelolaan desa cerdas.

1.2.3. Tolak Ukur keberhasilan

Pemanfaatan program ini akan merujuk pada tergeraknya komunitas dalam


mewujudkan desa cerdas dengan pemanfaatan kecerdasan buatan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah mekanisme penyampaian ide sudah semakin terbuka antara
masyarakat yang mampu ditampung oleh komunitas. Masyarakat tidak lagi berpangku
tangan menunggu bantuan pemerintah melainkan menjemput program pemerintah yang
terhalang oleh oknum tertentu. Penyelewengan dana yang minim mengindikasikan
bahwa Framework Community Organizing berjalan dengan baik karena ada quality
kontrol sehingga pembanguna dapat berjalan dengan baik yang akan menunjang
perkembangan ekonomi. Akses dan sarana untuk mengeskspor dan mengimpor barang
dari dalam desa menuju wilayah satu kabupaten maupun provinsi dapat dengan mudah
dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dari program ini. Sehingga , terbentuknya
lingkaran dan mata rantai baru antar desa yang dapat menyalurkan program yang
berdampak posistif untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. Ketersediaan lapangan
SEC_ (SD2023020000095)

kerja baru bagi penganguran yang kian meningkat tiap tahunnya dengan memanfaatkan
sumber daya dalam desa tersebut.

Penutup

Provinsi Jawa Timur menghadapi permasalahan ketimpangan ekonomi antar wilayah,


yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan memicu konflik sosial antar daerah.
Kesenjangan ekonomi ini perlu ditangani dengan serius oleh pemerintah dan
masyarakat. FCO (Framework Community Organizing) dapat membantu mengentaskan
kesenjangan ekonomi dan membangun desa cerdas di Jawa Timur. FCO dengan
kecerdasan buatan seperti Internet of Thing (IoT), Big data, sensor kendali, analisis
canggih berbasis AI dan pabrik pengolahan dengan kecerdasan buatan dapat
mendukung pengembangan desa cerdas ini. Desa cerdas (smart village) merupakan
konsep pengembangan wilayah yang terkontrol secara komprehensif dalam aspek
ekonomi, politik, sosial-budaya, dan lingkungan.

FCO memerlukan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dengan bantuan


kecerdasan buatan dan teknologi digital agar tercapainya tujuan. Keberhasilan FCO
dapat diukur dari tergeraknya komunitas serta masyarakat yang ikut berpartisipasi
dalam mewujudkan Desa Cerdas dan mengurangi kesenjangan ekonomi. FCO harus
memiliki mekanisme yang terbuka dan transparan, melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan, serta memiliki kontrol yang kuat terhadap penggunaan dana
dan sumber daya.
SEC_ (SD2023020000095)

Daftar Pustaka

Hidayat N, Rusdi dan Fauzi, Akhmad. 2020. Manajemen Kinerja. Surabaya. Airlangga
Universitas press

Luthans, F. 2013. Organizational Behavior: An Evidence-Based Approach. Twelfth


Edition. McGraw-Hill/Irwin: New York

Hidayat N, Rusdi dan Fauzi, Akhmad. 2020. Manajemen Kinerja. Surabaya. Airlangga
Universitas press

Biermann, F., Man-san Chan, A. M. and Pattberg, P. (2007). Multi-stakeholder


partnerships for sustainable development: does the promise hold? Department of
Environmental Policy Analysis, Institute for Environmental Studies. Vrije
Universiteit, Amsterdam.

Sjafrizal, 1997. “Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia


Bagian Barat”, Prisma, No.3, 27-38.

Richardson, Harry W, 1991. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional (terjemahan oleh :


Paul Sihotang), LPFE-UI, Jakarta.

Aziz, I. J. (1994). Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia


(Regional Economics and Its Some Applications in Indonesia). Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Arifin, Zainal (2003), Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar kabupaten di


Jawa Timur, Laporan Penelitian

Soedjito, B.B. 1997, Perencanaan Pembangunan di Indonesia, mengenang Prof. Dr.


Sugijanto Soegijoko, (Penyunting Budhy Tjahjati S.Soegiioko dan BS.
Kusbiantoro, Bunga Rampai, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

APJII (2018) Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia Survey 2017.
Teknopreneur. [Online]. Available from: https://apjii.or.id/survei2017.

Efriza, Ulfie. Analisis Kesenjangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi


Jawa Timur di Era Desentralisasi Fiskal. Malang: Universitas Brawijaya. 2014

Nurlaili, Ani. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Distribusi


Pendapatan di Pulau Jawa tahun 2007-2013.: Universitas Negeri Yogyakarta.
2016.
Iswanto Denny. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota dan Pertumbuhan
Ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Jurnal Signifikan; 2015;4.
Dumairy. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1996.
SEC_ (SD2023020000095)

Todaro, M.P, 2000, Economic Development, Seventh Editions, New York, Addition
Wesley Longman, Inc.

Timotius Duha. 2018 . Perilaku Organisasi . yogyakarta: deeepublish

International Labor Organization (2017) Laporan ketenagakerjaan Indonesia 2017:


Memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan dan penciptaan
lapangan kerja. [Online]. Available from:
https://www.ilo.org/jakarta/whatwedo/publi cations/WCMS_613626/lang--
en/index.htm.

Anda mungkin juga menyukai