Anda di halaman 1dari 27

KONSEP DASAR EVALUASI PENDIDIKAN

Makalah disusun sebagai tugas pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika

Oleh:
M. Ariel Fazli
20700121047

Dosen Pengampu:
Nursalam, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..

I. PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
II. PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran.................................................................................6
B. Pengertian Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran................................................................6
C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan...........................................................................10
D. Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan.................................................................................16
E. Model-Model Evaluasi Pendidikan....................................................................................18
III. PENUTUP..........................................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................................................22
B. Implikasi..............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................25

ii
iii
KONSEP DASAR EVALUASI PENDIDIKAN

Oleh: M. Ariel Fazli

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan No.20 tahun 2003,

mengatakan bahwa Pendidikan merupakan “usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat”. Definisi dari Kamus Bahasa Indonesia (KBBI)

kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ serta mendapatkan imbuhan ‘pe’ dan

akhiran ‘an’, sehingga kata ini memiliki pengertian sebuah metode, cara maupum

tindakan membimbing. Dapat didefinisi pengajaran ialah sebuah cara perubahan

etika serta prilaku oleh individu atau sosial dalam upaya mewujudkan
kemandirian dalam rangka mematangkan atau mendewasakan manusia melalui

upaya pendidikan, pembelajaran, bimbingan serta pembinaan (Pristiwanti et al.,

2022).

Secara umum belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses perubahan

tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Reber (1988) dalam buku psikologi pendidikan

(2007: 72) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian. Pertama, belajar sebagai

proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan

kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Sedangkan Kimble (1961: 31) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang

4
5

relative permanen didalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang

terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat). Dari

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses

memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya

interaksi individu dengan lingkungannya (Festiawan, n.d.).

Seorang pendidik atau calon pendidik pada dasarnya tidak hanya

diharuskan mampu mengajar, tetapi juga harus mempunyai kemampuan untuk

melakukan kegiatan evaluasi dengan baik. Sebelum melakukan evaluasi

pembelajaran, seorang pendidik atau calon pendidik harus memahami apa itu

pengertian evaluasi pembelajaran, tujuan, fungsi, ruang lingkup, prinsip penilaian

pembelajaran dan model-model dari evaluasi pembelajaran serta mampu

menyusun prosedur, jenis-jenis, dan bentuk penilaian pembelajaran. Maka dari itu,

penulis dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai konsep dasar evaluasi

pembelajaran, karena hal ini sangatlah penting terutama bagi pendidik maupun

yang diorientasikan menjadi seorang pendidik (Sulastri & Ahmad Tarmizi, 2017).

Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang


penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran.

Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyi makna bagi proses belajar siswa.

Tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan

(Luthfiah, 2012).

Landasan awal dari evaluasi yakni sebuah tujuan yang ingin dicapai yang

mana tujuan itu telah di tetapkan pada awal perencanaan sebelumnya yang telah

di susuan sedemikian rupa oleh pendidik untuk para peserta didik. Dari

permasalahan itulah penulis akan membahas lebih lanjut terkait konsep dasar dari

evaluasi Pendidikan (Rusdiana et al., 2016).


6

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran!

2. Jelaskan Pengertian Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran!

3. Apa Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan?

4. Bagaimana Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan?

5. Apa Saja Model-Model Evaluasi Pendidikan?


7

II. PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga professional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan

tinggi. Dengan demikian, salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang

pendidik adalah kemampuan mengadakan evaluasi, baik dalam proses

pembelajaran maupun penilaian hasil belajar. Kemampuan melaksanakan evaluasi

pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mesti dikuasai oleh seorang

pendidik maupun calon pendidik sebagai salah satu kompetensi professionalnya.

Evaluasi pembelajaran merupakan satu kompetensi professional seorang pendidik.

Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang


salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran (Helwig et al.,

n.d.-b).

B. Pengertian Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran

a. Evaluasi

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation. Menurut Mehrens

dan Lehmann yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, evaluasi dalam arti luas

adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan

informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif

keputusan. Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, evaluasi

mengandung beberapa pengertian, diantaranya adalah:


8

1. Menurut Norman Gronlund, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam

buku Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, evaluasi adalah

suatu proses yang sistematis untuk menentukan keputusan sampai

sejauh mana tujuan dicapai oleh siswa.

2. Wrightstone dan kawan-kawan, evaluasi pendidikan adalah penaksiran

terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau

nilainilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum (Vinet & Zhedanov,

2011).

Jika evaluasi dikaitkan dengan pendidikan maka evaluasi pendidikan

memiliki dua konsep pengertian. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudijono

(1996: 2) bahwa evaluasi pendidikan adalah:

1) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan

dengan tujuan yang telah ditentukan;

2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi

penyempurnaan pendidikan.

Menurut Kurniawan konsep evaluasi dalam pendidikan memiliki makna

ganda yaitu (Kurniawan, 2016):


1. Evaluasi ditempatkan sebagai salah satu aktivitas epistimologi

pendidikan Islam yang berguna untuk “mengetahui” seberapa banyak

hasil yang diperoleh dalam proses pendidikan.

2. Evaluasi ditempatkan sebagai aksiologi pendidikan Islam yang berguna

untuk “memberi muatan nilai” dalam setiap komponen dan proses

pendidikan (Sardiyanah, 2020).

Kesimpulan yang dapat diambil melalui beberapa konsep pengertian di

atas, evaluasi pendidikan adalah suatu proses sistematis yang mengukur,

menelaah, menafsirkan, dan mempertimbangkan sekaligus memberikan umpan

balik (feed back) untuk mengetahui tingkat pencapaian terhadap tujuan


9

pembelajaran yang telah ditetapkan serta digunakan sebagai informasi untuk

membuat keputusan (Rashid, 2019).

b. Penilaian

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan

penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang

sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi

(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan

tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil

penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)

dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan

proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,

bagaimana pendidik (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang

telah dilakukan. Pendidik harus mengetahui sejauh mana peserta didik

(learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana

tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.

Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan


pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai

(Rahman & Nasryah, 2019).

Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan

penilaian (assessment purpose) adalah untuk (1). keeping track, (2).

checking- up, (3). finding-out, and (4). summing-up. Keempat tujuan

tersebut oleh Arifin (2013:15) diuraikan sebagai bertikut:

1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses

belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu, guru harus

mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu


10

melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh

gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.

2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan

peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-

kekurangan peserta didik selama mengikuti proses

pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penilaian

untuk mengetahui bagian mana dari materi yang sudah dikuasai

peserta didik dan bagian mana dari materi yang belum dikuasai.

3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi

kekurangan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam

proses pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari

alternatif solusinya.

4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan

peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil

penyimpulan ini dapat digunakan guru untuk menyusun laporan

kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan (Asrul

et al., 2022).
c. Pengukuran

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,

biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran

tidak hanya terbatas pada kuantitas tetapi juga dapat diperluas untuk

mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat

ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Yang dimaksud dengan

pengukuran (measurement) adalah suatu proses pengumpulan data

melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang

relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini pendidik

menaksir prestasi peserta didik dengan membaca atau mengamati apa


11

saja yang dilakukan peserta didik, mengamati kinerja mereka,

mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka

seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan

(Tarmidzi, 2019).

Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu:

1) penggunaan angka atau skala tertentu;

2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance peserta

didik dengan menggunakan suatu skala kuantitatif sedemikian rupa sehingga sifat

kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa

pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter

tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu

pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus

disepakati secara umum oleh para ahli. Dengan demikian, pengukuran dalam

bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik

tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi
karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut. Secara lebih

ringkas, pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan

suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif

(Rahman & Nasryah, 2019).

C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan

1. Tujuan

a. Tujuan Umum Evaluasi Pendidikan


12

Secara umum evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan

dalam meningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas suatu

suatu lembaga dalam melaksanakan programnya.

1) Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses

yang terjadi dalam proses pembelajaran.

2) Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah

dicapai dan mana yang belum

3) Evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan pendidik untuk

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

4) Evaluasi sebagai komponen pengajaran adalah proses untuk

mengetahui keberhasilan program pengajaran dan merupakan

proses penilaian yang bertujuan untuk mengetahui

kesukarankesukaran yang melekat pada proses belajar .

5) Evaluasi dalam pendidikan dilaksanakan untuk memperoleh

informasi tentang aspek yang berkaitan dengan pendidikan

(Salirawati, 2021).

b. Tujuan Khusus Evaluasi Pendidikan


Secara khususus tujuan evaluasi pendidikan, menurut Gronlund

(1976: 8), antara lain:

1) Untuk memberikan klarifikasi tentang sifat hasil

pembelajaran yang telah dilaksanakan,

2) Memberikan informasi tentang ketercapaian tujuan

jangka pendek yang telah dilaksanakan,

3) Memberikan masukan untuk kemajuan

pembelajaran,
13

4) Memberikan informasi tentang kesulitan dalam

pembelajaran dan untuk memilih pengalaman

pembelajaran di masa yang akan datang.

Pada prinsipnya tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk melihat dan

mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Dalam kapasitasnya

proses pembelajaran memiliki tiga hal penting yaitu, input, transformasi dan

output, untuk dievaluasi.

a. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya

dan siap menjalani proses pembelajaran.

b. Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses

pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode

pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.

c. Output adalah capaian yang dihasilkan dari proses

pembelajaran.

Zainal Arifin, (2009), memandang, jika kita ingin melakukan kegiatan

evaluasi, terlepas dari jenis evaluasi apa yang digunakan, terdapat tuga hal yang

perlu diperhatikan, antara lain:


a. Guru harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu

tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan

mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan

evaluasi. Hampir setiap orang yang membahas evaluasi pula

tentang tujuan dan fungsi evaluasi.

b. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui

keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang

menyangkut tentang tujuan materi, metode, media sumber

belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.


14

c. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan

jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi

perencanaan dan pengembangan, evaluasi monitoring,

evaluasi dampak, evaluasi efisinensi-ekonomi, dan evaluasi

program komprehensif (Helwig et al., n.d.-a).

2. Fungsi

a. Fungsi Khusus

Secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat

dilihat dari tiga segi:

1) Segi Psikologis

Apabila di lihat dari segi psikologis, kegiatan evaluasi

dalam dunia pendidikan disekolah dapat disoroti dari dua

sisi, yaitu sisi peserta didik dan dari sisi pendidik. Bagi

peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan

memberikan pedoman atau pegangan batin kepada

mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya

masingmasing ditengah-tengah kelompok atau kelasnya.


Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan

kapasitas atau ketepatan hati kepada diri pendidik

tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah

dilakukannya selama ini yang telah membawa hasil,

sehingga secara psikologis ia memiliki pedoman guna

menentukan langkah-langkah apa saja perlu dilakukan

selanjutnya.

2) Segi Didaktik

Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara

didaktik(khususnya evaluasi hasil belajar) akan dapat


15

memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk

dapat memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan

prestasinya. Bagi pendidik, evaluasi pendidikan secara

didaktik itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi,

yaitu: (a) Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha

(prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya. (b)

Memberikan informasi yang sangat berguna, guna

mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-

tengah kelompoknya. (c) Memberikan bahan yang penting

untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta

didik. (d) Memberikan pedoman untuk mencari dan

menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang

memerlukannya. (e) Memberikan petunjuk tentang sejauh

manakah program pengajaran yang telah ditetukan dapat

dicapai.

3) Segi Administratif

Dilihat dari segi administratif, evaluasi pendidikan


setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi: 1)

Memberikan laporan 2) Memberikan bahan-bahan

keterangan (data) 3) Memberikan gambaran.

Sejalan dengan fungsi-fungsi evaluasi di atas, Daryanto, (2010: 16),

menyatakan bahwa, jika ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka

fungsi evaluasi terdapat beberapa hal diantaranya:

a. Evaluasi berfungsi Selektif

Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk

mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai

berbagai tujuan, antara lain; 1) Untuk memilih siswa yang dapat


16

diterima di sekolah tertentu. 2) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke

kelas atau tingkat berikutnya 3) Untuk memilih siswa yang seharusnya

mendapat beasiswa. 4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak

meninggalkan sekolah dan sebagainya

b. Evaluasi berfungsi Diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi

persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui

kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula sebab-musabab

kelemahan itu.

c. Evaluasi berfungsi sebagai Penempatan

Sistem baru yang kini banyak dipipulerkan di negeri barat, adalah

system belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara

mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun

paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya system ini adalah

adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Akan

tetapi disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang

bersifat individual kadang-kadang sukar sekali di laksanakan.


Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah

pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pastidi

kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu

evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama,

akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar (Magdalena et

al., 2020).

d. Evaluasi Berfungsi Sebagai Pengukuran

Keberhasilan Fungsi dari evaluasi ini menurut Suharsimi Arikunto

(1995: 11), dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program

berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa


17

faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan system kurikulum

(Helwig et al., n.d.-a).

D. Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan

Ruang lingkup (scope) evaluasi pendidikan, dapat dilihat dari ruang

lingkup proses pendidikan sebagai suatu sistem dalam kehiatan proses

belajar mengajar. Terkait dengan hal tersebut, Abas Sudjono menyatakan

bahwa ruang lingkup evaluasi pendidikan, dapat dilihat dari ruang lingkup

program pembelajaran, kegiatan/proses pembelajaran dan hasil

pembelajaran.

1. Evaluasi Program Pembelajaran

Program pembelajaran meliputi; program tahunan yang merupakan

program umum setiap mata pelajaran; prgoram semester mencakup

gambaran umum mengenai hal-hal yang hendak dilakasanakan dan


dicapai dalam semester tersebut; program modul yang biasa disebut

dengan program pokok bahasan; program mingguan dan harian yang

merupakan penjabaran dari program semester dan program modul.

Dalam mengevaluasi program pembelajaran, ada tiga hal yang sangat

esensi untuk dijadikan obyek evaluasi, yakni evaluasi terhadap tujuan

pengajaran; evaluasi terhadap isi program pengajaran; dan evaluasi

terhadap strategi belajar mengajar(Hidayat & Asyafah, 2019).

2. Evaluasi Kegiatan/Proses Pembelajaran Evaluasi proses pelaksanaan

pengajaran mencakup beberapa hal diantarnya:


18

a. kesesuaian antara proses belajar mengajar yang ber-langsung

dengan GBPP;

b. kesiapan guru dalam melaksanakan progam pengajaran;

c. kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran;

d. minat atau perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran;

keaktifan siswa atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran

berlangsung

e. peranan peranan bimbingan penyuluhan terhadap siswa yang

memer-lukannya;

f. komunikasi dua arah antara guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung;

g. pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa;

h. pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-

teori yang diperoleh di dalam kelas; dan

i. upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul akibat dari

kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah (Ano Suharna, 2016).

3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Evaluasi terhadap hasil belajar peserta


didik ini mencakup :

a. evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap

tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program

pengajaran yang bersifat terbatas;

b. evaluasi mengenai tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan-tujuan

umum pengajaran itu sendiri.

Dari ketiga ruang lingkup (scope) evaluasi pendidikan yang telah diuraikan,

maka dipahami bahwa evaluasi pendidikan bukan hanya sekedar kumpulan

teknik-teknik yang diperlukan oleh guru dalam mengukur hasil belajar siswa,
19

melainkan merupakan suatu proses kontinyu yang mendasari seluruh proses

pendidikan terutama dalam bentuk pengajarannya yang baik (Tanwir, 2015).

E. Model-Model Evaluasi Pendidikan

Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang

dapat dipakai dalam mengevaluasi program pembelajaran. Berikut akan

diuraikan beberapa model evaluasi program yang populer dan banyak

dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi

program. yaitu:

1. Goal Oriented Evaluation Model Goal Oriented Evaluation

Model ini merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi

objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang yang

sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan

secara berkesinambungan, terus menerus, mencek seberapa jauh tujuan

tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Model


ini dikembangkan oleh Tyler.

Jika dibandingkan dengan beberapa macam model pendekatan lain,

pendekatan Tyler ini memiliki model yang berbeda. Pendekatan Tyler

ini pada prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalam proses

belajar mengajar. Pendekatan ini merupakan pendekatan sistematis,

elegan, akurat, dan secara internal memiliki rasional yang logis.

Dibandingkan dengan model evaluasi lainnya kesederhanaan model

Tyler juga merupakan kelebihan tersendiri dan merupakan kekuatan

konstruk yang elegan serta mencakup evaluasi kontingensi.


20

Dalam implementasinya, model Tyler ini juga menggunakan unsur

pengukuran dengan usaha secara konstan, paralel, dengan inquiry

ilmiah dan melengkapi legitimasi untuk mengangkat pemahaman

tentang evaluasi. Pada model Tyler ini sangat membedakan antara

konsep pengukuran dan evaluasi. Menurut Tyler, pengetahuan

pengukuran dan pengetahuan evaluasi terpisah dan merupakan proses

di mana pengukuran hanya salah satu dari beberapa cara dalam

mendukung tercapainya evaluasi. Fokus model Tyler pada prinsipnya

adalah lebih menekankan perhatian pada sebelum dan sesudah

perencanaan kurikulum. Di samping itu, model Tyler juga menekan

bahwa perilaku yang diperlukan diukur minimal dua kali, yaitu sebelum

dan sesudah perlakuan (treatment) dicapai oleh pengembang

kurikulum.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa Goal

Oriented Evaluation Model adalah Model evaluasi yang dikembangkan

oleh Tyler yang berorintasi pada tujuan suatu program yang akan

dilakukan, dengan dilakukan model evaluasi ini, diharapkan bisa


mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tersebut sudah

terlaksana atau tercapai (Mardiah & Syarifudin, 2019).

2. Goal Free Evaluation Model

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini dapat

dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan

Tyler, evaluator terus-menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal

proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah tercapai, dalam

model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh

dari tujuan. Menurut mechael scriven, dalam melaksanakan evaluasi

program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan


21

program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah

bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi

penampilan-penampilan yang terjadi baik hal positif (hal yang

diharapkan) maupun hal negatif (memang tidak diharapkan).

Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karna ada

kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus.

Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam

penampilan, tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-

masing penampilan tersebut mendukung penampilan terakhir yang

diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan

khusus ini tidak banyak bermanfaat.

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa Goal Free

Evaluation Model (model evaluasi lepas dari tujuan). Model evaluasi ini

dikembang oleh Michael Scriven. Model ini berlawanan dengan pertama

di atas yang orientasinya pada Tujuan, Sementara Model yang kedua ini

adalah model evaluasi yang lepas dari tujuan. Namun, penekanannya di

sini bahwa lepas dari tujuan maksudnya adalah lepas dari tujuan
khusus, bukan dari tujuan umum. model ini masih tetap

mempertimbangkan tujuan umum dari sebuah program (Wardani et al.,

2022).

3. Formatif Sumatif Evaluation

Model Selain model “evaluasi lepas dari tujuan”. Michael Scriven juga

mengembangkan model lain, yaitu model formatif-sumatif. Model ini

menunjukan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu

evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (disebut

evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir

(disebut evaluasi sumatif).


22

Berbeda dengan model yang pertama dikembangkan, model yang kedua

ini ketika melaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat dapat

melepaskan diri dari tujuan. Tujuan evaluasi formatif memang berbeda

dengan tujuan evaluasi sumatif. Dengan demikian, model yang

dikemukakan oleh Michael Scriven ini menunjuk tentang “apa, kapan,

dan tujuan” evaluasi tersebut dilaksanakan.

Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari

evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program. Fungsi

evaluasi sumatif dalam evaluasi program pembelajaran dimaksudkan

sebagai sarana untuk mengetahui posisi atau kedudukan individu

didalam kelompoknya. Mengingat bahwa objek sasaran dan waktu

pelaksanaan berbeda antara evaluasi formatif dan sumatif, maka

lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat penulis simpulkan

bahwa Formatif Sumatif Evaluation Model adalah model evaluasi yang

dilaksanakan dalam waktu yang berbeda, jika melaksanakan evaluasi

ketika kegiatan atau program sedang berlangsung ini disebut evaluasi


formatif. Sedangkan melaksanakan evaluasi di akhir kegiatan atau

program ini disebut evaluasi sumatif (Qomari, 2003).


23

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Evaluasi pembelajaran merupakan satu kompetensi professional seorang

pendidik. Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan

guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran.

2. Evaluasi pendidikan adalah suatu proses sistematis yang mengukur, menelaah,

menafsirkan, dan mempertimbangkan sekaligus memberikan umpan balik (feed

back) untuk mengetahui tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan serta digunakan sebagai informasi untuk membuat keputusan.

3. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
24

belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)

peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau

prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai

kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa

angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan

nilai kuantitatif tersebut.

4. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya

terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya

terbatas pada kuantitas tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir

semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau

kepercayaan konsumen. Yang dimaksud dengan pengukuran (measurement)

adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk

mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.

B. Implikasi

1. Mengidentifikasi Kelemahan dan Potensi Siswa

Evaluasi pendidikan memungkinkan pengajar untuk memahami kebutuhan


individu siswa. Dengan mengidentifikasi kelemahan dan potensi masing-

masing siswa, guru dapat memberikan bimbingan yang lebih terarah dan

merancang strategi pengajaran yang lebih efektif (Brookhart, S. M. ,2013).

2. Meningkatkan Kualitas Pengajaran

Melalui evaluasi, guru dapat memperoleh umpan balik tentang

keberhasilan metode pengajaran mereka. Dengan mengetahui apa yang

berhasil dan apa yang tidak, mereka dapat mengadaptasi pendekatan

mereka untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih

produktif (Hattie, J., & Timperley, H, 2007).

3. Memfasilitasi Pengambilan Keputusan Kurikulum


25

Evaluasi pendidikan juga berdampak pada pengembangan kurikulum.

Hasil evaluasi membantu para pengambil keputusan dalam memutuskan

apakah suatu metode atau kurikulum perlu disesuaikan atau ditingkatkan

(Wiggins, G., & McTighe, J, 2005).

4. Mendorong Inovasi Pendidikan

Evaluasi pendidikan dapat memotivasi guru dan lembaga pendidikan

untuk mencari cara baru dan inovatif untuk meningkatkan pembelajaran.

Dengan menilai hasil dari eksperimen pendidikan baru, kita dapat

mengidentifikasi praktik terbaik yang dapat diterapkan secara lebih luas

(Fullan, M. ,2007).

5. Mengukur Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Evaluasi pendidikan juga terkait dengan aspek efisiensi. Ini mencakup

pengukuran sejauh mana sumber daya seperti tenaga pengajar, waktu,

dan fasilitas digunakan dengan sebaik-baiknya (Levin, H. M., & McEwan, P.

J, 2001).
26

DAFTAR PUSTAKA

Ano Suharna. (2016). Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Islam. Qathruna, 3(2),
49–68.
Asrul, Saragih, A. H., & Mukhtar. (2022). Evaluasi Pembelajaran.
Festiawan, R. (n.d.). Belajar dan Pendekatan Pembelajaran Abstrak. 1–17.
Helwig, N. E., Hong, S., & Hsiao-wecksler, E. T. (n.d.-a). BUKU EVALUASI
PEMBELAJARAN.
Helwig, N. E., Hong, S., & Hsiao-wecksler, E. T. (n.d.-b). No 1–20.
Hidayat, T., & Asyafah, A. (2019). Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya Dalam
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 159–181.
https://doi.org/10.24042/atjpi.v10i1.3729
Luthfiah, S. (2012). Evaluasi Program Pendidikan Islam. Academy of Education
Journal, 3(1), 1–43. https://doi.org/10.47200/aoej.v3i1.82
Magdalena, I., Mulyani, F., Fitriyani, N., & Delvia, A. H. (2020). Konsep Dasar
Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar Di Sd Negeri Bencongan 1. Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(1), 87–98.
Mardiah, M., & Syarifudin, S. (2019). Model-Model Evaluasi Pendidikan. MITRA
ASH-SHIBYAN: Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 2(1), 38–50.
https://doi.org/10.46963/mash.v2i1.24
Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 1707–1715.
Qomari, R. (2003). Jenis-Jenis Model Penilaian. Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan, 13(2), 1–12.
https://insaniaku.files.wordpress.com/2009/05/1-model-model-evaluasi-
pendidikan-rohmad-qomari.pdf
Rahman, A. A., & Nasryah, C. E. (2019). Evaluasi Pembelajaran. In Uwais Inspirasi
Indonesia.
Rashid, H. M. E. S. (2019). Try Out. International Journal of Environmental Science &
Sustainable Development, 4(1), 60. https://doi.org/10.21625/essd.v4i1.492
Rusdiana, H., Sumardi, K., & Arifiyanto, E. S. (2016). Evaluasi Hasil Belajar
Menggunakan Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Kelistrikan Sistem
Refrigerasi. Journal of Mechanical Engineering Education, 1(2), 274.
https://doi.org/10.17509/jmee.v1i2.3814
Salirawati, D. (2021). Identifikasi Problematika Evaluasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Jurnal Sains Dan Edukasi Sains, 4(1), 17–27.
https://doi.org/10.24246/juses.v4i1p17-27
Sardiyanah, S. (2020). Konsep Evaluasi Dalam Pendidikan. Jurnal Al-Qalam: Jurnal
Kajian Islam & Pendidikan, 8(1), 1–9. https://doi.org/10.47435/al-
qalam.v8i1.199
Sulastri, S., & Ahmad Tarmizi, A. T. (2017). Peran Orang Tua Dalam Pendidikan
Anak Usia Dini. Raudhatul Athfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
1(1), 61–80. https://doi.org/10.19109/ra.v1i1.1526
Tanwir. (2015). Dasar-Dasar dan Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Islam, 13(1), 56–57.
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/alislah/article/view/490
Tarmidzi, T. (2019). Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Ausubel
Menggunakan Model Pembelajaran Dan Evaluasi Peta Konsep (Concept
Mapping) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar Pada Mata Kuliah Konsep Dasar Ipa.
Caruban: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Dasar, 1(2), 131.
27

https://doi.org/10.33603/cjiipd.v1i2.2504
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44(8), 1689–1699.
Wardani, H. K., Darusuprapti, F., & Hajaroh, M. (2022). Model-Model Evaluasi
Pendidikan Dasar (Scriven Model, Tyler Model, dan Goal Free Evaluation).
Jurnal Pendidikan : Riset Dan Konseptual, 6(1), 36.
https://doi.org/10.28926/riset_konseptual.v6i1.446
Brookhart, S. M. (2013). How to Give Effective Feedback to Your Students. ASCD.

Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The Power of Feedback. Review of Educational
Research, 77(1), 81-112.

Wiggins, G., & McTighe, J. (2005). Understanding by Design. ASCD.

Fullan, M. (2007). The New Meaning of Educational Change. Teachers College


Press.

Levin, H. M., & McEwan, P. J. (2001). Cost-Effectiveness Analysis: Methods and


Applications. Sage Publications.

Anda mungkin juga menyukai