Anda di halaman 1dari 5

A.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan titik awal dan bekal bagi siswa di masa depan agar
siswa memiliki kemampuan berkembang secara baik dan membentuk generasi yang
berkualitas, namun hal tersebut tergantung pada proses pembelajarannya (Handika
& Wangid, 2013; Simbolon & Tapilouw, 2015; Wulandari & Surjono, 2013).
Pembelajaran adalah proses interaksi guru dengan siswa, guru menjadi faktor utama
yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu interaksi tesebut (Wulandari &
Surjono, 2013). Namun permasalahan yang sering ditemui proses pembelajaran
lebih cenderung terpusat pada guru, yang mengakibatkan siswa ketergantungan
kepada guru(Jumaisyaroh & Napitupulu, 2014). Maka dari itu guru dituntut untuk
dapat memilih model pembelajaran tepat agar pembelajaran tercapai secara
maksimal (Jumaisyaroh & Napitupulu, 2014; Wulandari & Surjono, 2013). Dalam
Kurikulum 2013 ada beberapa model pembelajaran, salah satunya yaitu problem
based learning (pembelajaran berbasis masalah).

Problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang di dalamnya


siswa diberi suatu persoalan dan siswa harus menemukan jawaban dari persoalan
tersebut, sehingga keaktifan terpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator
(Nugraha & Mahmudi, 2015; Yuhani et al., 2018). Model-model pembelajaran
berdasar masalah mendorong mengembangkan kemampuan ketrampilan berpikir,
ketrampilan intelektual, mengembangkan kerja sama dan sikap sosial siswa (Susilo,
2012). Dalam PBL mendorong siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan
dengan mencari pengetahuan-pengetahuan baru, sehingga secara mandiri sehingga
mampu menemukan suatu konsep (Yuhani et al., 2018). Penelitian PBL ini sudah
banyak dilakukan, namun masih banyak kendala seperti kurangnya waktu siswa
untuk menelusuri masalah (Handika & Wangid, 2013; Fitrah, 2017; Nugraha &
Mahmudi, 2015). PBL dapat dikatakan suatu pembelajaran yang memberikan
masalah dalam kehidupan sehari-sehari kepada siswa dan siswa membentuk
kelompok guna memecahkan masalah sendiri, untuk dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut siswa mencari pengetahuan baru, sehingga siswa
menemukan sendiri suatu konsep pembelajaran contohnya konsep matematika
(Wulandari & Surjono, 2013) .

1
Berbicara tentang konsep tak luput dari kata pemahaman konsep,
pemahaman adalah suatu kegiatan yang di dalamnya siswa dapat menerangkan dan
memberikan gambaran, contoh, serta penjelasan lebih luas, sedangkan konsep
adalah sesuatu gagasan dan gambaran yang masuk dalam pikiran (Mawaddah &
Maryanti, 2016). Pemahaman konsep terhadap matematika adalah suatu bagian
terpenting, karena dalam matematika terdapat berbagai konsep yang tersusun secara
hierarkis. Siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mampu menyatakan
kembali sebuah konsep, mampu mengintepretasikan objek-objek berdasarkan
konsep matematika, dan mampu menyajikan konsep ke segala bentuk representasi
matematis (Febriyanto et al., 2018; Komariyah et al., 2018; Novitasari, 2016).
Penelitian tentang pemahaman konsep telah banyak dilakukan (Fitrah,
2017; Mawaddah & Maryanti, 2016; Febriyanto et al., 2018; Komariyah et al.,
2018). Akan tetapi masih banyak kendala yaitu dalam menjelaskan suatu konsep
pada matematika yang berhubungan dengan rumus hingga bentuk dari
penyelesaiannya dibutuhkan pemahaman konsep yang kuat, namun banyak siswa
yang beranggapan konsep matematika tidak mudah dicerna, karena pada dasarnya
siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan tidak disegani
siswa, yang mengakibatkan rendahnya nilai siswa (Fitrah, 2017; Mawaddah &
Maryanti, 2016). Untuk memperdalam suatu pemahaman konsep siswa, perlu
adanya pendampingan seorang guru, maka guru Matematika dianjurkan
menciptakan kesempatan untuk siswa mengemukakan topik pemahaman konsep
mereka (Mulyono et al., 2018). Setiap konsep matematika satu dengan lainnya
saling berkaitan dan suatu konsep bisa menjadi prasyarat konsep lainnya atau bisa
dikatakan suatu konsep berkaitan dengan konsep pembelajaran yang sebelumnya
sudah diketahui, saling berkaitan antar konsep menjadi bukti akan pentingnya
pemahaman konsep matematika. (Rifai & Prihatnani, 2020; Indrawati & Hartati,
2017; Novitasari, 2016). Salah satu contoh konsep matematika yaitu konsep
teorema Pythagoras (Rifai & Prihatnani, 2020).
Teorema Pythagoras adalah prasyarat untuk belajar materi lainnya seperti
segitiga, lingkaran, garis singgung lingkaran, dan lain-lain (Rifai & Prihatnani,
2020). Teorema Pythagoras dalam dunia nyata sangat berguna, penerapan teorema
tersebut merupakan hasil dari suatu kebenaran pembuktian teorema Pythagoras dan

2
penalaran murni Pythagoras (Faris et al., 2019). Maka perlu adanya penguasaan
konsep teorema Pythagoras, walaupun masih ditemukan siswa yang mengalami
kesulitan. Hasil penelitian Ela et al. (2017) menunjukkan masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami teorema pythagoras, karena aktifitas siswa
dalam pembelajaran matematika masih tergolong rendah, sehingga siswa mudah
bosan, sulit memahami materi tersebut. Pada pembelajaran matematika masih
ditemukan siswa dalam belajarnya masih kurang memenuhi pencapaian, hal ini
karena kurangnya minat belajar siswa dalam memahami konsep matematika
(Tambunan, 2016).
Minat belajar berpengaruh besar terhadap proses pembelajaran, bila materi
tidak diminati oleh siswa, maka siswa tidak ada dorongan untuk memahami konsep
tersebut, tingginya minat belajar memberikan pengaruh yang tinggi terhadap
pemahaman siswa, siswa dengan minat belajar yang rendah memberikan pengaruh
yang rendah terhadap pemahaman siswa (Tambunan, 2016; Komariyah et al.,
2018). Minat siswa pada matematika menjadi faktor utama untuk menentukan
keberhasilan pembelajaran matematika, siswa yang memiliki minat belajar
matematika berarti memiliki usaha serta kemauan untuk mempelajari matematika
(Wibowo et al., 2017; Prihatini, 2017). Maka untuk mencapai keberhasilan suatu
pembelajaran minat perlu ditingkatkan, karena tanpa adanya minat kegiatan belajar
akan membosankan dan tidak efektif (Gusniwati, 2015).
Penelitian minat belajar sudah banyak dilakukan (Tambunan, 2016;
Komariyah et al., 2018; Gusniwati, 2015; Setyaningsih, 2019). Namun masih
terdapat kendala, yaitu rendahnya minat siswa sehingga siswa cenderung diam,
kurang antusias, dan kurang aktif dalam pembelajaran (Setyaningsih, 2019). Dalam
pembelajaran untuk menarik minat belajar siswa guru dapat menggunakan media
guna menyalurkan suatu konsep pada siswa, media juga berperan untuk mengatasi
kebosanan siswa di dalam kelas (Tafonao, 2018). Media yang menarik akan
membuat siswa antusias dan aktif, sehingga materi yang disampaikan lebih
bermakna dan mudah dipahami oleh siswa (Ulia, 2018; Tafonao, 2018).
Media merupakan suatu alat penyalur pesan suatu pembelajaran yang
disampaikan oleh seseorang yang memberi pesan kepada orang yang menerima
pesan (Tafonao, 2018). Secara umum media merupakan suatu alat sebagai perantara

3
agar dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima
informasi (Muhson, 2010). Media pembelajaran merupakan aspek penting dalam
pembelajaran karena dapat mempermudah dan menambah efisiensi pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai (Kurniawati & Nita, 2018). Sehingga
media sangat cocok guna mendorong minat belajar dan pemahaman konsep siswa
(Kurniawati & Nita, 2018; Novitasari, 2016; Tafonao, 2018) .
Berkenaan dengan media sebenarnya tedapat berbagai macam media, salah
satunya yaitu media untuk membuktikan teorema Pythagoras. Bukti dari teorema
Pythagoras ada berbagai macam media, baik secara aljabar maupun geometris,
bukti tersebut dapat diaplikasikan secara menarik sehingga siswa tidak mudah
bosan, minat belajarnya meningkat, dan mudah memahami konsep tersebut. Salah
satu pengaplikasiannya yaitu melalui media Puzzle (Rifai & Prihatnani, 2020).
Puzzle adalah permainan berupa kepingan-kepingan gambar yang cara bermainnya
dengan menyusun kepingan tersebut sehingga membentuk suatu gambar yang
bertujuan melatih ketelatenan siswa, memudahkan dalam memahami konsep, dapat
menyelesaikan masalah, dan bekerja sama dengan temannya(Husna et al., 2017).
Menurut Rokhmat (2014) puzzle merupakan suatu permainan dengan
memasangkan kotak-kotak atau bentuk-bentuk lainnya sehingga dapat
menghasilkan suatu pola. Media Puzzle merupakan suatu alat sebagai penyalur atau
penunjang pembelajaran dalam bentuk puzzle (Muiz, 2017). Sehingga media
Puzzle Pythagoras sangat bermanfaat untuk menanamkan konsep dan minat siswa
pada teorema Pythagoras (Rifai & Prihatnani, 2020).
Penelitian PBL sudah banyak dilakukan. Diantaranya yaitu PBL terhadap
penguasaan konsep dan keterampilan, dan keefektifan PBL ditinjau dari
kemampuan berpikir logis dan kritis (Handika & Wangid, 2013; Fitrah, 2017;
Nugraha & Mahmudi, 2015). Penelitian tentang pemahaman konsep pun telah
banyak dilakukan. Diantaranya yaitu pemahaman konsep matematis siswa dalam
model Discovery Learning, pemahaman konsep dengan menggunakan media
(Fitrah, 2017; Mawaddah & Maryanti, 2016; Febriyanto et al., 2018; Komariyah et
al., 2018). Penelitian minat belajar juga sudah banyak dilakukan. Diantaranya yaitu
minat belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif, minat belajar terhadap
pemahaman konsep Matematika (Tambunan, 2016; Komariyah et al., 2018;

4
Gusniwati, 2015). Namun penelitian dengan judul Pengaruh Problem based
learning berbantuan media puzzle terhadap minat belajar dan pemahaman konsep
pembelajaran Pythagoras belum ada yang meneliti.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti memilih pembelajaran Problem Based


learning untuk diujicobakan dalam penelitian ini, dengan menggunakan media
guna mengetahui pengaruh problem based learning berbantuan media Puzzle
Pythagoras terhadap minat belajar dan pemahaman konsep siswa.pada
pembelajaran Pythagoras. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: (1)
Adakah pengaruh Problem Based Learning berbantuan media puzzle Pythagoras
terhadap minat belajar pada pembelajaran Phythagoras?, (2) Adakah pengaruh
Problem Based Learning berbantuan media puzzle Pythagoras terhadap
pemahaman konsep pada pembelajaran Phythagoras?, (3) Adakah pengaruh
Problem Based Learning berbantuan media puzzle Pythagoras terhadap minat
belajar dan pemahaman konsep pada pembelajaran Phythagoras?

Anda mungkin juga menyukai