Buku Saku Gabung Baru
Buku Saku Gabung Baru
1. VISI RSCH
“ Rumah sakit Swasta Pilihan dengan Pelayanan yang Berkualitas dan Terjangkau”
2. MISI RSCH
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan Profesional
b. Mewujudkan Kepuasan Pelanggan Melalui Optimalisasi Kinerja
3. NILAI DASAR (CORE VALUE) RSCH
a. Profesional
b. Respect (Menghargai)
c. Kerjasama
d. Kedisiplinan
4. MOTO:
“Kesehatan Anda adalah Harapan Kami”
Page | 1
14. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas prilaku Rumah Sakit
terhadap dirinya.
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
17. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata maupun pidana.
18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Page | 2
4. Untuk Agama Budha dapat dilakukan dengan pemuka agama dari pasien.
5. Pasien yang hendak melakukan pelayanan bimbingan rohani harus mengisi formulir
permintaan bimbingan Rohani.
J. INFORMED CONSENT
Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien
Persetujuan tindakan kedokteran secara tertulis diperoleh :
a. Sebelum operasi
b. Prosedur invasif
Page | 4
c. Tindakan anestesi
d. Penggunaan darah atau produk darah
e. Pelaksanaan tindakan dan pengobatan yang beresiko tinggi
Page | 5
1) Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih..
2) Tuangkan 3 – 5 cc sabun cair untuk menyabun seluruh permukaan tangan.
3) Ratakan dengan kedua telapak tangan.
4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
5) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.
6) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
7) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
8) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya.
9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
10) Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar
kering.
11) Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran.
Langkah- langkah tersebut dilakukan selama 40-60 detik.
Page | 6
4. BAGAIMANA CARA MENCUCI TANGAN DENGAN HAND RUB ?
Page | 7
5. LIMA MOMEN CUCI TANGAN
Page | 9
9. Bagaimana bila terjadi kecelakaan kerja mis: tertusuk jarum ?
a. Jangan panik jika terjadi tertusuk jarum
b. Bilas bagian luka tusuk dengan air mengalir selama 1 menit dan biarkan darah
mengalir keluar, jangan ditekan.
c. Berikan cairan antiseptik pada luka tusukan.
d. Laporkan kejadian tertusuk jarum kepada kepala ruang unit terkait.
10. Pelaporan kejadian pajanan :
a. Petugas terpajan wajb melaporkan kejadian pajanan kepada atasan langsung.
b. Petugas dan koordinator mengisi formulir A dan formulir B kejadian pajanan.
c. Koordinator unit melaporkan kejadian pajanan kepada Tim PPI
d. Tim PPI melaporkan kejadian pajanan secara lengkap kepada Tim K3RS untuk
dilakukan evaluasi lebih lanjut dan penanganan tindakan medis dari Dokter Rumah
Sakit.
Page | 10
11.
Buat laporan
Perawatan dokter
Pemeriksaan
laboratorium
Page | 11
7. Petugas melakukan desinfeksi dengan menggunakan chlorine 0,5% pada bagian
permukaan yang terkena tumpahan infeksius dengan menggunakan alat pel.
8. Petugas melepas alat pelindung diri sarung tangan dan masker dan membuangnya ke dalam
kantong plastik warna kuning.
9. Petugas menempatkan celemek, air dan detergen, larutan chlorine 0,5%, dan papan
peringatan ke dalam kotak spill kit untuk pembersihan dan desinfeksi ulang.
10. Petugas melakukan cuci tangan.
Page | 12
SESUAI DENGAN
PERMENKES LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.56/Menlhk-Setjen/2015
TENTANG
TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Page | 14
5. CARA PENGGUNAAN APAR
a. Cara pengaktivasian semua kode emergency Rumah Sakit Citra Husada Jember sama,
yaitu menghubungi Customer Service (109) untuk memberitahu kondisi/ kejadian
yang terjadi.
b. Khusus code blue menggunakan speaker. Jika aliran listrik / telepon terganggu,
alternatif pengaktivasian kode emergency adalah dengan speaker.
Page | 15
ALUR AKTIVASI CODE RED (KEBAKARAN)
Orang yg pertama kali - Teriak Code Red dan, - Petugas CS segera mengumumkan
melihat kebakaran - Hubungi Cust. Service di melalui speaker “Code Red di
109 untuk aktivasi Code Ruang X” ke seluruh unit kerja
Red dengan menyebutkan :
- Petugas CS menghubungi
Nama terang
Komandan Bencana
Lokasi kebakaran
Kondisi kebakaran
API TERATASI
b. Asesmen Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter, perawat,
dan ahli gizi mengkaji ulang data pasien setiap terjadi perubahan yang signifikan
atas kondisi klinisnya.
Page | 17
5. SEBUTKAN ISI MINIMAL ASESMEN PASIEN IGD ?
a. Identitas pasien
b. Kondisi saat pasien tiba di rumah sakit
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu
e. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-sekurangnya keluhan dan riwayat penyakit
f. Hasil penilaian status sosial, ekonomi dan psikologi
g. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
h. Hasil diagnosa kerja dan atau diagnosa banding
i. Rencana tatalaksana pengobatan dan atau tindakan medis
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter spesialis dan atau tenaga medis lainnya.
Page | 18
PELAYANAN PASIEN
ICU
k. IGD
Page | 19
3. MAPING AREA KODE BLUE
a. Jika ada pasien upnea di IGD, RM, CS, Poli, parkir depan, pengeras suara ada di
depan RM menggunakan trolly emergency IGD dan petugas primer adalah
petugas IGD
b. Jika ada pasien upnea di Laborat, Radiologi, gazebo penunggu, pengeras suara ada
di depan laborat menggunakan resusitasi kit bersalin dan petugas primer adalah
petugas kamar bersalin
c. Jika ada pasien upnea di OK, ICU, Recovery Room, lotus 1 sampai 5, ruang 2A1
sampai 2A4, Parkir pengunjung pengeras suara ada di depan ICU menggunakan
trolly emergency ICU dan petugas primer adalah petugas ICU
d. Jika ada pasien upnea di NS 1, Lavender 7-10, VIP,VIP II, ROSALINA 2-9,
alamanda 1-10 pengeras suara ada di depan NS 1 menggunakan resusitasi kit NS
1 dan petugas primer adalah petugas NS1
e. Jika ada pasien upnea di NS II, bagian umum dan kepegawaian, unit gizi,loundry,
gazebo penunggu pasien, kantin pengeras suara ada di depan NS II menggunakan
resusitasi kit NS II dan petugas primer adalah petugas NSII
f. Jika ada pasien upnea di NS 1, Lavender 7-10, VIP,VIP II, ROSALINA 2-9,
alamanda 1-10 pengeras suara ada di depan NS 1 menggunakan resusitasi kit NS
1 dan petugas primer adalah petugas NS1.
Page | 20
7) Evaluasi setiap dua menit (5 siklus)
- Cek nadi carotis selama 10 detik
- Nadi (-) lakukan CPR (Pijat Jantung)
8) Pemeriksaan kembali
- Nadi (+) check jalan nafas (away) adakah sumbatan/tidak bila ada sumbatan
dilakukan finger swap/sapuan jari
9) Cek pernafasan
- Jalan nafas (+)check pernafasan (breathing) dengan cara LDR (Lihat,
Dengar,Rasakan)
- Bila nafas (-) berikan bantuan nafas 10x/menit selama 2 menit dengan
hitungan 1000,2000,3000,4000,5000
- Cek nadi (+) nafas (+)
10) Recovery position/posisi mantap
Page | 21
- identifikasi pasien meliputi (nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medis,
jenis kelamin, golongan darah)
Page | 22
3) R (Region/penyebaran nyeri)
- Nyeri menyebar/menjalar
4) S (Severity)
- Menghitung skala nyeri sesuai usia atau kondisi
5) T (Time/ waktu timbul dan lamanya)
- Frekuensi nyeri
Page | 23
b. Stiker KUNING : pasien Risiko Jatuh
c. Stiker UNGU : do not rescusitate ( DNR ) / jangan diresusitasi
4. Gelang identitas dipasang oleh petugas IGD ( bila masuk melalui IGD )
5. Gelang identitas dipasang oleh petugas Ruang Poli/ Rawat jalan ( bila masuk
melalui poli/ rawat jalan )
Page | 24
b. TbaK ( Tulis – Baca – Konfirmasi )
Petugas penerima instruksi mencatat dengan menggunakan metode
TbaK
1. TULIS instruksi yang diberikan
2. Baca kembali instruksi yang telah ditulis
3. Konfirmasi instruksi dengan cara membaca secara keseluruhan instruksi
yang telah diberikan
Eja setiap informasi yang tidak jelas atau obat LASA dengan ejaan yang
telah dibakukan di Rumah Sakit
I India R Romeo
Page | 25
Penyimpanan di tas emergency : NS 1, NS2, Kaber
3. Penandaan yang jelas untuk obat – obat high alert medications :
a. Obat LASA diberi stiker LASA berwarna kuning.
b. Obat High Alert diberi stiker “High alert double check” berwarna merah
4. Penataan obat – obat high alert medications :
Penataan LASA : Penataannya tidak boleh bersebelahan dengan obat LASA lain
tetapi harus diberi selisih minimal 1 obat bukan LASA.
Penataan high alert : Penataan Obat high alert diletakkan di tempat tersendiri
terpisah dari obat lain.
5. Pengawasan obat – obat high alert medications :
Obat high alert medications yang akan digunakan oleh petugas perlu dilakukan “
double cek “ dengan cara menanyakan kembali kepada petugas lainnya.
Page | 26
AKSES PELAYANAN & KONTINUITAS PELAYANAN
2. PENDAFTARAN PASIEN
- Bisa menjelaskan alur pendaftaran IGD, Rajal, Ranap
- Bagi staf pendaftaranpaham lebih detail tentang syarat pendaftaran meliputi data pasien,
beda umum/ asuransi/ bpjs pasien baru/lama, pasien ranap/ rajal
- Ada One Day Careperawatan <24jam
- Pasien di IGD menunggu penunjang lengkap, dikonsulkan spesialis, dll rata2 butuh 1-2
jam untuk pindah ruangan
- Boleh menahan pasien utk observasi di IGD s/d 8 jam
- Apabila kamar sesuai kelas tidak ada?
- Umumditawarkan kelas perawatan yg tersedia, bila tidak mau rujuk
- Asuransi/ BPJS informasikan untuk titip di kelas lain max 2x24 jam, bila masih tidak
tersedia rujuk
Page | 27
3. TRIAGE
- Di RSCH pakai Australian Triage Scale harus paham ATS ada berapa derajat dll, ada
di SPO Triase dan Panduan Triase
- Dilakukan oleh dokter jaga IGD dan perawat yg terlatihmengisi lembar Triage
- Tujuan: memprioritaskan pasien sesuai dgn kegawatannya
4. PENUNDAAN PELAYANAN
- Pelayanan tertunda bisa karena faktor 1Rumah sakit dan 2Pasien/ keluarga
- Karena faktor RS cth: gangguan alat, petugas tidak di tempat, dokter tidak di tempat
- Karena faktor pasien/ keluargamenunggu persetujuan keluarga
- Beri informasi tentang penundaan dan alternatif
- Jangan lupa tulis di rekam medis, form pemberian informasi dan edukasi
6. ICU
- Perlu tahu kriteria masuk/ keluar ICU
- Syarat transfer pasien
Page | 28
7. STAF YG BERTANGGUNG JAWAB
- Yang bertanggungjawab scr umum: DPJP
- Kalau pasien dirawat oleh beberapa dokter spesialistentukan DPJP Utama
- Cara tentukan DPJP Utama: 1yang pertama kali merawat 2yang mengelola penyakit
terparah 3kesepakatan antar dokter yg merawat
- Case managerHendrawati
- Kalau ada kasus sulit bisa minta bantuan case manager (daftar kasus yang dimaksud akan
dibagikan ke unit-unit)
9. PEMULANGAN PASIEN
- Discharge planning apa itu? Suatu perencanaan untuk merujuk atau memulangkan pasien
yang diproses sejak awal dan dapat mengikut sertakan keluarga
- Apa semua pasien dibuat discharge planning? TIDAK
- Kriteria discharge planning akan dibagi ke unit terkait
- Siapa yang bertugas membuat discharge planning? KOORDINASI antara DPJP –
PERAWAT RUANGAN – CASE MANAGER
- Kapan discharge planning dibuat? 1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap
- Apa boleh pulang sementara? BOLEH dengan sepengetahuan dan ijin tertulis DPJP
- Pulang sementara itu <24 jam. Kalau >24 jam jadikan pulang APS
- Pulang sementara, pasien didampingi perawat unit bersangkutan utk memastikan
pemberian obat injeksi, dan asuhan lainnya
- Resume pulang dibuat rangkap 3: 1disimpan di RM 2pasien/keluarga 3penjamin/perujuk
- Resume pulang harus dibuat oleh DPJP
- Untuk pasien rawat jalan, tidak ada resume pulang, gantinya summary list
Page | 29
- Tabel kompetensi SDM utk transfer intra RS
Pasien Petugas Keterampilan yang Dibutuhkan Peralatan Utama
Pendamping
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Page | 30
Tabel kompetensi SDM utk transfer antar RS
Pasien Petugas Peralatan Utama dan
Pendamping Keterampilan yang Dibutuhkan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 Petugas ambulan Bantuan hidup dasar (BHD) Kendaraan High
Dependency Service
(HDS)/ Ambulan
Derajat 0,5 Petugas ambulan Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
(orang dan paramedis Ambulan
tua/delirium)
Derajat 1 Petugas ambulan Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
dan perawat Pemberian oksigen Ambulan
Pemberian obat-obatan Oksigen
Kenal akan tanda deteriorasi Suction
Keterampilan perawatan trakeostomi Tiang infus portabel
dan suction Infus pump dengan
baterai
Oksimetri
Derajat 2 Dokter, Semua ketrampilan di atas, ditambah; Ambulan
perawat,dan Penggunaan alat pernapasan Semua peralatan di
petugas ambulan Bantuan hidup lanjut atas, ditambah;
Penggunaan kantong pernapasan Monitor EKG dan
(bag-valve mask) tekanan darah
Penggunaan defibrillator Defibrillatorbila
Penggunaan monitor intensif diperlukan
Derajat 3 Dokter, perawat, Dokter: Ambulanlengkap/
dan petugas Minimal 6 bulan pengalaman AGD 118
ambulan mengenai perawatan pasien intensif Monitor ICU portabel
dan bekerja di ICU yang lengkap
Keterampilan bantuan hidup dasar Ventilator dan
dan lanjut peralatan transfer
Keterampilan menangani yang memenuhi
permasalahan jalan napas dan standar minimal.
pernapasan, minimal level ST 3
atau sederajat.
Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit berat /
kritis
Perawat:
Minimal 2 tahun bekerja di ICU
Keterampilan bantuan hidup dasar
dan lanjut
Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit berat /
kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)
Page | 31
- Derajat pasien sebagai berikut:
- Derajat 0 :
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/ rumah
sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau tenaga
medis lainnya (selama transfer).
- Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya menjalani
perawatan di Intensive Care Unit (ICU); dimana membutuhkan perawatan di ruang
rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis; dapat
didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama transfer).
- Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi/ intervensi lebih ketat, termasuk penanganan
kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca operasi, dan pasien yang
sebelumnya dirawat di ICU; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih,
dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat/ tenaga medis lainnya).
- Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory support )
atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan dukungan/ bantuan
pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang membutuhkan penanganan
kegagalan multi organ; harus didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dn
berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan perawat ruang intensif/ IGD paramedis
lainnya).
- Pada saat mengantar pasien, perawat pengantar disambut oleh perawat penerimaserah
terima pasien, ttv, dan obatcekulang ttv dan obatpasien dipindahkan ke bed bersama-
sama TTD di form transfer
- Saat serah terima pasien, perkenalkan nama perawat penerima kepada pasien
Page | 32
12. STAF PENERJEMAH
- Pasien dan keluarga hanya bisa 1 bahasa khusus sehingga timbul kesulitan komunikasi
dengan staf RS di pelayananstaf RS mengkaji kebutuhan akan staf penerjemah
- Staf di pelayanan (IGD, rajal, ranap, farmasi, radiologi, gizi) yang butuh staf
penerjemahmenghubungi CS/ Tempat Pendaftaran CS menghubungi penerjemah
yang dibutuhkan
- Penerjemah datang memberi bantuan penerjemahan penerjemah mengisi Buku
Penggunaan Tenaga Penerjemah di CS
- Staf penerjemah hanya digunakan apabila seluruh staf yang sedang shif di unit yang
bersangkutan tidakada yang mengerti bahasa pasien
Page | 33
PENDIDIKAN PASIEN & KELUARGA
Page | 34
5. Tanda harus dibuat dengan pena atau sepidol permanen warna hitam, dan tidak
hilang walau saat desinfeksi
6. Penandaan lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan,tusukan
perkutan, atau penyisipan instrument
7. Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekan hasil pencitraan
diagnostic, misalnya sinar-x , scan, pencitraan elektronik atau hasil test lainnya
dan pastikan dengan catatan medis dan gelang identitas pasien.
8. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus. Termasuk sisi (laterality), struktur
multiple (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang)
Page | 35
3. BAGAIMANA BILA ADA PASIEN DENGAN KASUS HIV / AIDS DAN TB DI
RUMAH SAKIT CITRA HUSADA ?
Dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain yang mempunyai MOU dengan Rumah Sakit
Citra Husada ( RSUD dr. Soebandi dan RS Paru )
Page | 36
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah suatu kesalahan karena melaksanakan tindakan
(commission) atau tidak melaksanakan tindakan (ommision) yang seharusnya
dilaksanakan pada pasien , tetapi tidak menimbulkan cedera.
Contoh :
1) salah transfusi darah tetapi tidak ada reaksi alergi.
2) Salah memberi obat ke pasien dan sudah diminum tetapi tidak menimbulkan
reaksi apa-apa / alergi.
d. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission) yang mempunyai potensi bahaya namun akhirnya tidak
terjadi cedera, kerusakan ataupun kerugian pada pasien, karyawan, pengunjung dan
atau asset rumah sakit, karena proses tersebut telah disela atau dibatalkan.
Contoh :
1) Diberi obat yang seharusnya kontra indikasi tetapi tidak timbul cedera ( chance )
2) Dosis lethal akan diberikan, diketahui, dibatalkan ( prevention )
3) Diberi obat yang seharusnya kontra indikasi / dosis lethal, tetapi diketahui, dan
diberikan diberikan antidotenya ( mitigation )
e. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau Adverse Event (AE) adalah suatu kejadian
yang tidak diharapkan karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak
(omission). Bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien yang mempunyai
potensi timbulnya cedera, kerusakan atau kerugian pada pasien, karyawan,
pengunjung dengan / tanpa melibatkan asset rumah sakit (peralatan medis maupun non
medis, bangunan, lingkungan).
Contoh :
1) pasien meninggal mendadak
2) pasien jatuh dengan patah tulang
3) reaksi alergi akibat transfusi atau obat-obatan
4) kesalahan pemberian obat
5) kerusakan alat medis pada saat dilakukan tindakan medis
6) dll.
f. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah.
Kejadian sentinel :
1) Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah atau kondisi
yang mendasari penyakitnya . Contoh bunuh diri
2) Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
Page | 37
3) Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi
4) Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang
tuanya.
g. Pelaporan insiden tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam
Kebutuhan perbekalan farmasi disediakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Citra Husada.
Untuk kejadian darurat yang memerlukan penanganan segera, kebutuhan perbekalan farmasi
disediakan dalam troli emergensi dan emergensi kit. Berikut penyebaran troli
emergensi/emergensi kit di RS Citra Husada:
No Unit Jenis
1. IGD Troli emergensi
2. ICU Troli emergensi
3. OK Troli emergensi
4. NS1 Emergensi kit
5. NS2 Emergensi kit
6. Kaber Emergensi kit
Troli emergensi/emergensi kit dikunci oleh apoteker dengan tali kunci khusus. Jika
memerlukan perbekalan farmasi, kunci dipotong untuk membuka dan mengambil perbekalan
farmasi.
Page | 38