Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK RIPORT

MICRO TEACHING

Disusun oleh KELOMPOK 4


1. AZAHAR FADILAH ( 5213122032 )
2. ARDIANSYAH PUTRA ( 521112002 )
3. LAMBOK SIRINGO RINGO ( 5212122003)

Dosen Pengampu : Prof.Dr.Siman .M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN OTOMOTIF


FAK. TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN TA. 2023– 2024

1|CriticalBookReportMicroTeaching
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas critical book report yang berjudul
“Micro Teaching (Melatih Keterampilan Dasar Mengajar)” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dr. Nurmayani, M.Ag. pada
mata kuliah Micro Teaching. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari, laporan yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Medan, OKTOBER

Penulis

2|CriticalBookReportMicroTeaching
i

DAFTAR ISI
KATAPENGANTA………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………..4

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CRITCAL BOOK REORT ....................................... 4

1.2 Tujuan Penulisan CBR ........................................................................................4

1.3 Manfaat CBR ......................................................................................................4

1.4 Identitas Buku .................................................................................................. 4

BAB II RINGKASAN BUKU


2.1 Ringkasan Buku Utama 1 ................................................................................ 4-6

2.2 Ringkasan Buku Utama 2 .............................................................................. 6-10

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama 1 ........................................................ 11

3.2 Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama 2 ....................................................... 12

3.3 Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding 1 ............................................... 13

3.4 Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding 2 ............................................... 14

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 15

4.2 Saran ................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 16

LAMPIRAN ........................................................................................................... iii

ii

3|CriticalBookReportMicroTeaching
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Report (CBR)

Melakukan Critical Book Review pada suatu buku dengan membandingkannya dengan buku
lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan suatu buku. Dari mengkritik inilah kita jadi mendapatkan informasi yang kompeten
dengan cara menggabungkan informasi dari buku lain.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah pembaca
dalam memilih buku referensi.Selain itu, salah satu faktor yang melatarbelakangi penulis
mereview buku ini adalah agar kita bisa berpikir kritis dan mengetahui kelebihan dan kekurangan
dari sebuah buku.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mengetahui informasi sebuah buku.
3. Membandingkan isi buku utama dengan buku pembanding.
4. Melatih individu atau kelompok agar berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada
setiap buku.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat dalam
suatu buku.
2. Menemukan kelebihan dan kekurangan dengan melakukan analisis secara seksama.
3. Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu buku di penerbitan berikutnya.
1.4 Identitas Buku
• Buku Utama 1
1. Judul : Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar
2. Penulis : Dr. H.j. Helmiati, M.Ag
3. Penerbit : Aswaja Pressindo
4. Kota Terbit : Yogyakarta
5. Tahun Terbit : 2013
6. ISBN : 602-186552-4-3
7. Jumlah Halaman : viii + 112 halaman
8. Ukuran Buku : 14,5 x 21 cm
9. Edisi : Pertama
10. Bahasa Teks : Bahasa Indonesia

• Buku Utama 2

4|CriticalBookReportMicroTeaching
1. Judul : Micro Teaching Model Tadaluring
2. Penulis : Dr. Arifmiboy, S. Ag., M.Pd
3. Penerbit : Wade Group
4. Kota Terbit : Ponorogo
5. Tahun Terbit : 2019
6. ISBN : 978-623-7007-61-6
7. Jumlah Halaman : 168 halaman
8. Ukuran Buku : 15,5 x 23 cm
9. Edisi : Pertama
10. Bahasa Teks : Bahasa Indonesia

• Buku Pembanding 1
1. Judul : Desain & Pedoman Pembelajaran Mikro
2. Penyusun : Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum.
3. Penerbit : Muhammadiyah University Press
4. Kota Terbit : Surakarta

5|CriticalBookReportMicroTeaching
5. Tahun Terbit : 2019
6. ISBN : 978-602-361-199-7
7. Jumlah Halaman : vi, 51 halaman
8. Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm
9. Edisi : Pertama
10. Bahasa Teks : Bahasa Indonesia

• Buku Pembanding 2

1. Judul : Buku Pedoman Praktik MicroTeaching


2. Penulis : -Dr. Hotmaulina Sihotang, M.Pd

-Dr. Sahat T. Simorangkir, M.Pd.


3. Penerbit : UKI Press
4. Kota Terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit : 2020
6. ISBN : 978-623-7256-57-1
7. Jumlah Halaman : 120 halaman
8. Edisi : Pertama

6|CriticalBookReportMicroTeaching
9. Bahasa Teks : Bahasa Indonesia

BAB II RINGKASAN ISI BUKU


2.1 Ringkasan Buku Utama 1

BAB 2 : PENGENALAN MICRO TEACHING


A. Micro Teaching & Pengembangan Profesi Keguruan

Mengajar adalah salah satu tugas pokok guru. Oleh karena itu kompetensi profesional
yang mendukung kemampuan guru dalam mengajar haruslah mendapat perhatian sungguh-
sungguh dan menjadi penekanan (stressing point) dalam program penyiapan calon guru.
Latihan mengajar lengkap dan terintegrasi seperti pada Prak- tek Pengalaman Lapangan
(PPL), harus didahului dengan latihan keterampilan bagian-bagian komponen dari proses
mengajar secara terpisah melalui micro teaching sehingga guru atau calon guru dapat menguasai
satu per satu keterampilan dasar mengajar tersebut. Melalui pembelajaran mikro, pembentukan
keterampilan dapat dilakukan secara sistematik mulai dari pemahaman, perencanaan,
pelaksanaan dan observasi untuk kemudian hasil observasi dan rekaman video dijadikan sebagai
feed back untuk perbaikan.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa micro teaching adalah suatu konsep latihan
yang dapat dipakai dalam berbagai tahap pengembangan kompetensi dan profesi tenaga
kependidikan dan keguruan, baik untuk pendidikan pra-jabatan (pre-service training) bagi calon
guru maupun untuk pendidikan dan latihan bagi guru dalam jabatan (in-service training). Dengan
demikian, dasar pemikiran pelaksanaan micro teaching adalah :
1. Guru sebagai profesional seharusnya memiliki tiga modal dasar yaitu pemahaman yang
mendalam terhadap hal-hal yang bersifat filosofis, konseptual, dan skill (keterampilan)
2. Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek. Karena itu, untuk
menciptakan pembelajaran yang krea- tif diperlukan keterampilan.
3. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai
integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
4. Sekumpulan teori yang diperoleh di perkuliahan tidak akan mampu secara otomatis
membuat calon guru menghadapi ber- bagai problema yang ada dalam kelas. Persoalan
terkait pengua- saan materi, relevansi metode dan strategi, manajemen kelas, tempat
praktik dan mekanisme pengaturan waktu akan muncul secara bersamaan melahirkan
situasi baru yang belum pernah ditemui oleh mahasiswa/calon guru sebelumnya.

7|CriticalBookReportMicroTeaching
B. Mengenal Micro Teaching
Pembelajaran mikro bertujuan membekali calon tenaga pendi- dik beberapa
keterampilan dasar mengajar. Bagi calon tenaga pendidik metode ini akan memberi
pengalaman mengajar yang nyata dan kesempatan berlatih sejumlah keterampilan dasar
menga- jar secara terpisah dan bertahap. Selain itu, pembelajaran mikro dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada calon pendi- dik tentang kapan dan bagaimana menerapkan
berbagai keteram- pilan dasar menagajar tersebut dalam proses pembelajaran. Keterampilan
dasar mengajar yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran
2. Keterampilan menjelaskan
3. Keterampilan bertanya (dasar, lanjut)
4. Keterampilan mengadakan variasi
5. Keterampilan memberikan penguatan
6. Keterampilan mengelola kelas
7. Keterampilan membelajarkan kelompok kecil dan perorangan
8. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
C. Sejarah Micro Teaching
Dalam program pendidikan guru tradisional, setelah calon guru lulus teori dari sekolah
atau perguruan tinggi keguruan, ia langsung melakukan praktek mengajar di sekolah latihan (lab
school) tanpa menjalani latih tanpa menjalani latihan terlebih dahulu. Sejak tahun 50-an pende-
katan semac tanpa menjalani latihan terlebih dahulu. Sejak tahun 50-an pende- katan semacam
itu mendapat kritik sebagai berikut:
1. Pendekatan yang dilakukan oleh calon guru tersebut terlalu teoritis, filosofis dan abstrak.
2. Bimbingan dalam latihan kurang efektif dan efisien, pem- bimbingnyapun juga kurang terlatih.
3. Feedback tidak segera diberikan kepada calon guru dan cen- derung kurang objektif
4. Guru tidak memiliki kompetensi dan keterampilan (skill) Mengajar secara baik itu mendapat
kritik sebagai berikut:
1. Pendekatan yang dilakukan oleh calon guru tersebut terlalu teoritis, filosofis dan abstrak.
2. Bimbingan dalam latihan kurang efektif dan efisien, pem- bimbingnyapun juga kurang terlatih.
3. Feedback tidak segera diberikan kepada calon guru dan cen- derung kurang objektif
4. Guru tidak memiliki kompetensi dan keterampilan (skill)
Mengajar secara baik terlebih dahulu. Sejak tahun 50-an pendekatan semacam itu mendapat kritik
sebagai berikut:
1. Pendekatan yang dilakukan oleh calon guru tersebut terlalu teoritis, filosofis dan abstrak.
2. Bimbingan dalam latihan kurang efektif dan efisien, pem- bimbingnyapun juga kurang terlatih.
3. Feedback tidak segera diberikan kepada calon guru dan cen- derung kurang objektif
4. Guru tidak memiliki kompetensi dan keterampilan (skill)

8|CriticalBookReportMicroTeaching
2.2 Ringkasan Buku Utama 2
BAB 4 : PEMBELAJARAN MICROTEACHING A. Sejarah Pembelajaran
Microteaching
Istilah microteaching pertama kali dikenalkan pada tahun 1960 oleh Dwight Allen namun
konsep tersebut tidak pernah statis. Istilah microteaching terus tumbuh dan berkembang baik dalam
fokus maupun formatnya. Microteaching adalah teknik laboratorium pelatihan guru di mana
kompleksitas pengajaran disederhanakan.
Skala yang diperkecil telah dilakukan dalam tiga hal: Durasi waktu microteaching hanya 5-15
menit. Ukuran kelas berkisar 4-10 peserta didik. Pembelajaran difokuskan pada bagian-bagian
keterampilan mengajar secara terpisah dalam sesi pembelajaran mikro.
Pengembangan model pembelajaran microteaching yang mutahir dikenalkan oleh
Aburrahman Kilic pada tahun 2010 di Duzce University Turkey yang dikenal dengan model LCMT atau
Learner Center Mircroteaching. Model LCMT adalah model pelaksanaan microteaching yang berpusat
pada pembelajar. Model ini meng-hendaki microteaching melibatkan peran aktif teacher trainee
mulai dari proses berpikir, membuat keputusan, melakukan aktivitas, sampai dengan evaluasi
mengajar.

B. Pengertian Microteaching
Kata microteaching berasal dari dua kata, yaitu micro dan teaching. Micro berarti kecil,
terbatas, dan sempit, sedangkan teaching berarti Mendidik atau mengajar. Microteaching berarti
suatu kegiatan Mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Dengan Kata lain
microteaching adalah suatu tindakkan atau kegiatan latihan Belajar mengajar dalam situasi
laboratories (Sardirman, 2011).

C. Karakteristik Pembelajaran Microteaching


Karakteristik utama microteaching adalah minimalisasi atau Penederhanaan. Kata
minimalisasi atau penyederhanaan tersebut Mengacu kepada jumlah waktu, jumlah materi, jumlah
keterampilan, Dan jumlah mahaiswa. Mengacu kepada pandangan para ahli di atas maka penulis
Menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran microteaching yaitu Suatu pembelajaran yang
memiliki ciri khusus seperti pembeljaran Bersifat nyata, ukuran yang diperkecil, bersifat individual,
dan Mengutamakan adanya feedback.

D. Tujuan Pembelajaran Microteaching


Tujuan utama pembelajaran microteaching ialah untuk Mempersiapkan colon guru yang
professional terutama dalam hal Penguasaan keterampilan dasar dalam mengajar. Sukirman
(2012:35) Mengemukakan tujuan pembelajaran microteaching.

1) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para Guru dalam hal keterampilan
dasar mengajar (teaching skills).
2) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para Guru agar memiliki
kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan Undang-undang maupun peraturan pemerintah.
3) Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang Dilakukan secara bagian demi
bagian secara spesifik agar Diperoleh kemampuan maksimal sesuai dengan tuntunan
professional sebagai tenaga seorang guru.

9|CriticalBookReportMicroTeaching
4) Untuk memberi kesempatan pada colon maupun para guru berlatih dengan mengoreksi serta
menilai kelebihan dan Kekurangan yang dimilik (self evaluation) dalam hal keterampilan
mengajarnya.
5) Untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon Guru dan para guru)
meningkatkan keterampilan dalam Memberikan layanan kepada siswa

Memperhatikan beberapa pandangan tentang tujuan pembeLajaran microteaching di atas


dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Microteaching berjutuan agara mahasiswa calon guru
ataupun guru Memiliki keterampilan dasar dalam mengajar, mendapatkan pengaLaman sehingga
teacher trainee memiliki basic skill di dalam mengajar, Sehingga pada saat terjun kedunia nyata ia
mampu menjalankan Profesinya sebagai guru professional.

E. Microteaching dalam Perspektif Teori Belajar


Teori belajar behavioristik dipelopori oleh Thorndike dengan Teorinya connectionisme yang
disebut juga dengan trial and error.
Edward Lee Thorndike adalah seorang psikolog Amerika yang Tergolong kedalam aliran
Behavioristik telah menggagas beberapa ide Penting berkaitan dengan hukum-kukum belajar, yaitu
law of Readiness, law of excercise, dan law of effect (Rahyubi, 2012).
Hasil eksperimen Thorndike memaparkan tiga hukum dalam Belajar, yaitu: (1) Law of
readiness (hukum kesiapan). Belajar akan Berhasil apabila subyek memiliki kesiapan untuk belajar. (2)
Law of Exercise (hukum latihan), merupakan generalisasi dari law of use dan Law of disuse, yaitu jika
perilaku itu sering dilatih atau digunakan, Maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat (Law
of use). Sebaliknya, jika perilaku tadi tidak dilatih, maka perilaku tersebut Akan menjadi bertambah
lemah atau tidak digunakan sama sekali (law of disuse). Dengan kata lain, belajar akan berhasil
apabila banyak Latihan atau ulangan. (3) Law of effect, yaitu jika respon menghasilkan Efek yang
memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon Akan semakin kuat. Sebaliknya, jika respon
menghasilkan efek yang Tidak memuaskan, maka semakin lemah hubungan antara stimulus Dan
respon tersebut. Dengan kata lain, subyek akan bersemangat dalam belajar apabila ia mengetahui
atau mendapatkan hasil yang Baik (Suryabrata, 1990).

F. Prosedur Pembelajaran Microteaching


Dwight W.Allen (1969) menggambarkan pelaksanaan micro Teaching dilakukan melalui tujuh
tahapan. Enam tahapan micro Teaching tersebut merupakan sebuah siklus. Siklus ini dapat diulang
sesuai dengan kebutuhan perbaikan. Berikut ini dijelaskan langkah-Langkah pembelajaran
microteaching.
1) Planning a micro-lesson, yaitu pada tahap ini ditentukan materi Pelajaran yang tepat yang
dapat memaksimalkan latihan Keterampilan mengajar, dalam durasi waktu 5 sampai 7 menit.
2) The teaching session, yaitu rencana pelajaran pada tahap ini Dilaksanakan di hadapan
pembimbing atau teman sebaya. Penampilan guru yang mempraktikkan keterampilan
mengajar Diamati dan dicatat. Lembar evaluasi, tape recorder, dan/atau Video tapes dapat
digunakan untuk keperluan tesebut.

10 | C r i t i c a l B o o k R e p o r t M i c r o T e a c h i n g
3) The critique session, yaitu dosen pembimbing dan peserta Membahas penampilan peserta
yang berlatih. Umpan balik dan Poin-poin penting disampaikan kepada peserta yang berlatih
Untuk diperbaiki. Alat evaluasi memberikan kesempatan langka Kepada guru mikro untuk
melihat penampilannya secara Objektif. Peserta mikro tidak diberi kesempatan untuk
Mengajukan pembelaan diri. Ini adalah kekuatan dan kekhasan Dari microteaching.
4) The re-planning session, yaitu peserta mikro menyusun rencana Pengajaran berdasarkan
umpan balik yang ditawarkan dalam Critique session. Waktu yang disediakan untuk tahap ini
adalah 5 Sampai 7 menit.
5) The re-teaching session, yaitu langkah ini memberikan kesempatan Kepada peserta mikro
untuk mengajarkan unit yang sama, dan Keterampilan yang sama. Namun tentu saja
penampilan guru Mikro pada sesi ini harus sudah memperhatikan umpan balik Dari
pembimbing dan/atau teman sebaya. Pada sesi ini, dosen Pembimbing dan teman sejawat
mengevaluasi kinerja peserta Yang tampil menggunakan lembar observasi.
6) The re-critique session, yaitu prosedur yang sama diadopsi Sebagaiman disebutkan dalam
critique session. Peserta mikro Kembali mendapat umpan balik dan mengetahui sejauh mana
Perbaikannya. Langkah ini memiliki potensi memotivasi peserta Mikro untuk meningkatkan
penampilannya di masa yang akan datang.

G. Kompetensi Pembelajaran Microteaching


a. Standar Kompetensi Pembelajaran Microteaching
b. Kompetensi Dasar dan Indikator
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

H. Keterampilan Dasar Mengajar dalam Pembelajaran


Microteaching Teaching skills merupakan sejumlah keterampilan dasar atau Prilaku yang
dapat dikembangkan melalui proses latihan dan dapat Digunakan pada saat situasi pembelajaran
dilaksanakan oleh teacher Trainee. Allen dan Riyan (1969) mengemukakan keterampilan mengajar
secara umum diklasifikasikan kedalam 14 keterampilan yaitu: 1) Stimulus variation, 2) set induction,
3) closure, 4) silence and nonverbal Cues, 5) Reinforcement of student participation, 6) fluency in
asking Question, 7) probing question, 8) higer-order question, 9) divergen guestion, 10) recognizing
attending behaviour, 11) illustrating and use of example, 12) Lecturing, 13) planned repetition, and
14) completeness of communication.
Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapat disederhanaKan menjadi 8 keterampilan
yaitu keterampilan membuka dan Menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan
Bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengAdakan variasi, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, Dan keterampilan

11 | C r i t i c a l B o o k R e p o r t M i c r o T e a c h i n g
mengelola kelas. Masing-masing keterampilan Dasar mengajar yang telah dipaparkan di atas memiliki
sejumlah Komponen. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis akan paparkan Masingmasing
keterampilan dasar mengajar tersebut secara lebih Rinci.

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama 1
a.Kelebihan
• Aspek tampilan buku (face value): Tampilan cover bagian depan buku ini cukup menarik
dengan adanya gambar yang mengilustrasikan kegiatan belajar di dalam kelas dan sebuah
forum pengajian, dan buku ini juga memuat identitas pada bagian covernya dengan
menampilkan nama penulis, judul buku, dan nama penerbit. Serta pada cover bagian belakang
buku ini juga memuat judul buku, foto penulis, scan barcode,dan identitas penerbit.
• Aspek tata letak/layout: Pada bagian identitas tata letaknya sangat baik yaitu menggunakan
paragraf rata tengah, pada bagian isi, penggunaan margin juga baik yaitu menggunakan rasio
normal sehingga penulisan tidak terlalu kekiri dan tidak terlalu kekakan

• Aspek isi: Buku ini mempunyai 4 bab yang mana setiap babnya membahas secara detail materi
yang sedang dikaji yakni mengenai micro teaching mulai dari pendahuluan, pengenalan micro
teaching, perencanaan micro teaching, dan keterampilan dasar mengajar. Dan penyajian
materi dikemas secara padat sebanyak +/- 88 halaman. Serta isinya juga melampirkan lembar
observasi untuk pengamatan keterampilan dasar mengajar seorang guru.
• Aspek tata bahasa: Penggunaan bahasa telah sesuai kaidah KBBI dengan ejaan yang telah
disempurnakan, dan adanya beberapa penggunaan bahasa asing yakni bahasa Inggris sebagai
variasi bahasa yang ditandai dengan huruf miring.

b.Kekurangan
• Aspek tampilan buku (face value): Sedikit kekurangannya yaitu pada warna cover yang
berwarna coklat dengan hint merah yang membuat kesan pada buku ini cukup gelap sehingga
kurang menarik perhatian pembaca.

• Aspek tata letak/layout: Pada bagian kata pengantar, daftar isi, dan judul bab terlalu berlebihan
penggunaan spasinya sehingga banyak membuat ruang kosong yang semestinya bisa
bermanfaat dan akan lebih efisien penggunaan kertasnya.

12 | C r i t i c a l B o o k R e p o r t M i c r o T e a c h i n g
• Aspek isi: Adanya beberapa halaman yang menampilkan catatan kaki sehingga menyebabkan
pemanfaatan lembar kertas kurang efisien dalam menyajikan materi yang dibahas.

• Aspek tata bahasa: Adanya penggunaan bahasa asing/Inggris yang tidak disertai
arti/terjemahan kedalam bahasa Indonesia akan menjadi sedikit kendala bagi pembaca yang
tidak paham bahasa Inggris, contohnya kata “reinforcement” pada halaman 21 beberapa kata
lainnya.
3.2. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama 2
a.Kelebihan
• Aspek tampilan buku (face value): Cover buku ini sangat menarik perhatian dengan desain yang
menampilkan gambar teknologi (laptop dan satelit) sebagai ilustrasinya yang mana hal
tersebut memiliki arti pembelajaran yang berbasis teknologi. Dan warnanya yang cerah yaitu
perpaduan warna kuning, jingga dan putih sehingga terlihat nyaman dimata. Serta cover juga
menampilkan nama penulis dan judul buku.

• Aspek tata letak/layout: Margin buku ini juga rapi dengan penggunan rasio normal sehingga
penggunaan halaman menjadi lebih efisien.
• Aspek isi: buku ini menyajikan 4 bab yaitu pendahuluan, landasan teoritis model
pembelajaran, model pembelajaran microteaching tadaluring, dan pembelajaran
microteaching. Dan penyajian materi juga dibarengin dengan tabel, diagram, dan peta konsep
sehingga penyajian materi sedikit lebih faktual.

• Aspek tata bahasa: bahasa yang digunkan sesuai kaidah KBBI, dan beberapa kata memakai
bahasa Inggris dan akan membuat pengalaman membaca para pembaca akan lebih luas.

b.Kekurangan
• Aspek tampilan buku (face value): Pada bagian cover tidak dibuat nama penerbit sehingga
pembaca harus membuka dan mencari bagian identitas buku baru akan menadapatkan nama
penerbit.

• Aspek tata letak/layout: Penulisan judul bab yang sedikit kebawah menyebabkan bagian
atasnya kosong, dan tidak dimanfaatkan secara maksimal.
• Aspek isi: Materi yang disajikan lebih berfokus pada satu topik pembahasan yakni micro
teaching tadaluring, sehingga penjabaran materi akan sangat detail pada bahasan tersebut.
Dan pembahasan materi micro teaching secara umum menjadi lebih sedikit.

• Aspek tata bahasa: Adanya beberapa kata bahasa Inggris yang tidak diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia menyebabkan pembaca mengalami sedikit kesulitan untuk membaca dan

13 | C r i t i c a l B o o k R e p o r t M i c r o T e a c h i n g
mengbiskan waktu pembaca untuk menerjemahkannya sendiri, contonya kata “pre-service
training”.

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding 1


a. Kelebihan
• Aspek tampilan buku (face value) : pada bagian cover buku menampilkan gambar kegiatan
pembelajaran mikroteaching sehingga pembaca dapat tertarik untuk membacanya.

• Aspek tata letak/ layout : Tata letak/layout buku sangat bagus sehingga pembaca mudah
menerima informasi yang disajikan.

• Aspek tata bahasa : Sistematika penulisan buku sangat bagus, Menggunakan bahasa yang
digunakan sederhana dan tidak bertele-tele.

• Aspek isi : Penjelasan langsung pada intinya, tidak keluar dari konteks pembahasan, Materi
pada sub judul tujuan pembelajaran mikro tidak hanya menampilkan tujuannya secara umum
tetapi juga secara operasional dan juga pasal dalam permenristekdikti, penulis menampilkan
skema langkah-langkah pembelajaran mikro yang membantu memudahkan pembaca
menerima materi, terdapat materi yang berbentuk point-point kemudian dijabarkan dengan
bentuk paragraf.

b. Kelemahan
• Aspek tampilan buku (face value) : pada bagian cover buku kurang menarik untuk dibaca
karena gradasi warna kurang menarik dan jenis huruf yang monoton.

• Aspek tata letak/ layout : tidak terdapatnya indeks buku dan tidak terdapat glosarium pada
buku ini.

• Aspek tata bahasa : terdapat beberapa bahasa asing pada buku yang tidak disertai dengan
terjemahan dari bahasa aing kedalam bahasa indonesia dan ini akan menjadi kendala bagi para
pembaca dikarenakan tidka memahami arti dari kata asing tersebut.
• Aspek isi : pada buku ini materi yang disajikan lebih fokus pada satu topik pembahasan,
sehingga penjabaran materi akan sangat detail pada pembahasan tersebut. dan pembahasan
materi michro teaching menjadi lebih jelas.

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding 2


a. Kelebihan
• Aspek tampilan buku
- Cover buku di desain sangat baik
- Cover buku menggambarkan isi buku

14 | C r i t i c a l B o o k R e p o r t M i c r o T e a c h i n g
• Aspek layout
- susunan dalam buku dibuat dengan rapi sehingga mudah untuk dibaca

• Aspek isi
- Beberapa sub materi dalam buku dijelaskan dalam bentuk peta konsep seperti pada
keterampilan mengajar, komponen mengajar
- Materi isi buku dijelaskan secara berpoint point' sehingga mudah di pahami
- Dalam buku ini beberapa sub materi ditekankan untuk lebih memperjelas maksud dari
point' tersebut ,seperti pada halaman 33,54, dst.

• Aspek tata bahasa


- Buku ini ditulis sesuai dengan Kamus besar bahasa Indonesia ,seperti terdapat bahasa
asing yang ditulis dengan miring sepwrti kata micro teaching. b. Kelemahan

• Aspek tampilan buku (face value) : pada bagian cover buku kurang menarik untuk dilihat dan
dibaca karena warna kurang cerah atau sedikit simpel dan jenis huruf yang monoton.

• Aspek tata letak/ layout : tidak terdapatnya indeks buku dan tidak terdapat glosarium pada
buku ini.

• Aspek tata bahasa : konsep kata dan kalimat yang di sajikannya masih ada yang kurang di
pahami saat di baca. Hampir persamaan yang di ulang-ulang dan katanya sangat baku.
• Aspek isi : pada buku ini materi yang disajikan lebih fokus pada point-point saja, sehingga
penjabaran materi kurang detail atau kurang jelas pada topik pembahasan .

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa:
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Berdasarkan konsep tersebut, dalam kata pembelajaran terkandung dua
kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Mengajar adalah kegiatan yang berkaitan dengan upaya
membelajarkan siswa agar berkembang potensi yang ada pada dirinya serta terjadi proses perubahan
dalam dirinya baik secara kognitif, afektifnmaupun psikomotor. Ini berarti bahwa pembelajaran
menuntut terjadinya komunikasi antara dua arah atau dua pihak yaitu pihak yang mengajar (guru)
sebagai pendidik dengan pihak yang belajar (siswa) sebagai peserta didik.
Mengajar merupakan aktivitas yang kompleks yang mengandung unsur teknologi, ilmu seni,
dan pilihan nilai. Dalam pelaksanaannya di ruang kelas, mengajar menggunakan sejumlah
keterampilan secara terpadu, dilandasi oleh nilai-nilai dan memanfaatkan teknologi. Aktivitas
mengajar, dengan demikian memerlukan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai
integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Meskipun aktivitas mengajar itu sangat kompleks, terutama bagi calon guru yang baru belajar
tentang mengajar, elemen-elemen keterampilan yang tercakup di dalamnya dapat dipelajari dan

15 | C r i t i c a l B o o k R e p o r t M i c r o T e a c h i n g
dilatihkan melalui Micro Teaching, Hal ini antara lain, karena aktivitas mengajar dapat diuraikan
menjadi beberapa keterampilan dasar mengajar (teaching skill) seperti keterampilan membuka dan
menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengelola kelas,
keterampilan membelajarkan kelompok kecil dan perorangan serta keterampilan memimpin diskusi
kelompok kecil.

4.2 Saran
Sebaiknya para calon guru mampu untuk menguasai 8 keterampilan dasar mengajar sebelum
turun langsung kelapangan, dan 8 keterampilan dasar mengajar tersebut sebaiknya terus selalu
diasah dengan melakukan micro teaching, karena hal tersebut sebagai langkah awal untuk melatih
kesiapan diri sebelum mengajar sesunggguhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Helmiati. 2013. MICRO TEACHING Melstih Keterampilan Dasar Mengajar. Sleman, Yogyakarta.
Aswaja Pressindo.
Arifmiboy. 2019. MICROTEACHING : MODEL TADALURING. Ponorogo, Jawa Timur.

Wade Group.

Joko Prayitno, Harun. 2019. Desain & Pedoman Pembelajaran Mikro. Surakarta.

Muhammadiyah University Press.

Sihotang, Hotmaulina. Dkk. 2020. Buku Pedoman Praktik MicroTeaching. Jakarta. UKI Press.

16 | C r i t i c a l B o o k R e p o r t M i c r o T e a c h i n g
LAMPIRAN
Buku Utama 1

Buku Utama 2

iii
Buku Pembanding 1

Buku Pembanding 2

iv

Anda mungkin juga menyukai