Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ardysar Syapa Ramadhan

Kelas : B1

NPM : 217023353

Prodi : Teknik Mesin

QUIZ 1 PENDIDIKAN PANCASILA

Topik: Indonesia: asal suatu bangsa dan negara

SOAL !

1. Temukan beberapa bukti/bukti yang menjelaskan interaksi antara masyarakat kepulauan timur dan
masyarakat kepulauan di sebelah baratnya!

2. Temukan beberapa bukti/bukti yang menjelaskan pertukaran gagasan dan filosofi agama, dan
atribut budaya yang serumpun!

3. Buat timeline perkembangan VOC di Indonesia, mulai dari pertama kali didirikan hingga saat
runtuh (Anda dapat memeriksa beberapa template di sini
https://www.visme.co/templates/infographics/timeline/ atau Anda juga dapat mencari template dari
situs web lain mana pun)

4. Menurut Anda, jika VOC tidak pernah tumbang dan terus berjaya, apa yang terjadi dengan
negara kita?

5. Temukan beberapa bukti yang menjelaskan konversi ke Islam menawarkan keuntungan


perdagangan dan politik!

Kumpulkan jawaban dalam format PDF di e-learning sesuai deadline yang telah diberitahukan di group

JAWABAN !

1. Pada abad ke-5 M, laut menjadi sarana perdagangan yang penting, dan kecenderungan ini sudah
terlihat sejak abad ke-3, terutama bagi pasar-pasar Cina Selatan. Pemilihan jalur dan mekanisme
perdagangan laut pada abad ke-5 M telah mempengaruhi Nusantara bagian barat (Wolters, 2011).
Setidaknya sejak abad ke-7 M, Pulau Bintan dan Pulau Natuna sudah dilalui oleh masyarakat
maritim internasional.

Berkembangnya Kerajaan yang berbasis kemaritiman, yaitu Sriwijaya pada abad ke-7 M hingga abad ke-
11 M, cukup mengangkat kemakmuran di pesisir Pulau Sumatra dan pulau-pulau kecil di sekitarnya,
termasuk Pulau Bintan. Perdagangan dari Laut Cina Selatan hingga Selat Malaka pada masa lalu tidak
kalah ramainya dengan perdagangan yang terjadi di Perairan Mediteranian, dan telah
membuat jaringan-jaringan pertukaran yang sistematis (Guillot et al., 1998).

Kerajaan-kerajaan Melayu berkembang pesat dan bertambah makmur seiring makin ramainya
aktivitas perdagangan di laut Cina Selatan dan Selat Malaka dengan berbagai komoditas seperti
keramik, tekstil, batu mulia, hingga rempah-rempah yang berhasil memikat perhatian dunia. Tetapi,
kemakmuran kerajaan-kerajaan Melayu mulai terusik sejak Bangsa Eropa mulai masuk ke wilayah ini.

Kepulauan Riau, yang merupakan bagian dari Perairan Selat Malaka, memainkan peran penting dalam
perkembangan Budaya Melayu. Sejarah Melayu berakar dari sini, dan daerah ini mengalami banyak
kontak budaya dengan bangsa-bangsa lain (Koestoro, 2014). Sebagai akibatnya, di perairan ini banyak
beredar komoditas yang diperdagangkan pada masa itu, serta terjalin interaksi budaya yang kaya. Potret
kecil perniagaan masyarakat global setidaknya telah tergambar di kawasan ini melalui tinggalan
arkeologinya, yang menunjukkan peran penting dalam sejarah bangsa dan kemaritiman.

Kepulauan Riau, yang terletak di antara Laut Cina Selatan dan Selat Malaka, telah lama menjadi pusat
aktivitas manusia dalam konteks perdagangan antarpulau, perdagangan antarnegara, aktivitas maritim,
politik, dan kebudayaan. Perdagangan maritim yang terjadi di wilayah tenggara Selat Malaka, terutama
dalam rute perdagangan maritim dari Laut Mediterania ke Kepulauan Nusantara, serta dari Laut Cina
Selatan menuju bandar-bandar dagang di pesisir utara Pulau Jawa dan Nusantara, menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah di Asia hingga abad ke-15 M, ketika bangsa Eropa mulai menguasai
Nusantara pada abad ke-19 M (Purnawibowo, 2009).

Kepulauan Riau, khususnya wilayah Kepulauan Riau, menjadi tempat yang ideal dan strategis bagi
aktivitas pelayaran dan perdagangan antara saudagar dari Timur, Barat, dan masyarakat Nusantara.
Wilayah ini menyaksikan perdagangan internasional yang berlangsung selama periode yang panjang.
Aktivitas perdagangan ini membentuk akulturasi budaya yang dalam melalui interaksi yang berlangsung
seiring dengan aktivitas ekonomi. Hasil dari percampuran budaya ini masih tercermin dalam budaya
Melayu yang bertahan hingga saat ini.

Aktivitas maritim dan perdagangan di Perairan Laut Cina Selatan, Selat Malaka, dan Perairan Kepulauan
Riau mendorong pembentukan aturan dan hukum laut yang mengatur aspek perdagangan. Ini sudah
ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya, di mana salah satu hukumnya mengharuskan kapal-kapal yang
berdagang di wilayah perairan Sriwijaya untuk menggunakan kapal Sriwijaya. Ini memberikan
keuntungan kepada Sriwijaya dan pedagang lokal, yang dapat mengambil keuntungan dari distribusi
komoditas dari kapal- kapal asing yang datang.

Bukti konkret perdagangan dan interaksi budaya di Perairan Kepulauan Riau dapat ditemukan dalam
situs arkeologi bawah air di Pulau Natuna dan Pulau Bintan. Pulau Natuna, yang terletak di Laut Cina
Selatan, merupakan salah satu pulau terluar Indonesia di bagian utara. Selain menjadi pulau transit,
Natuna juga menjadi destinasi perdagangan karena komoditas lokalnya diminati oleh para pedagang.

Semua ini membuktikan bahwa Kepulauan Riau memainkan peran penting dalam sejarah
perdagangan, budaya, dan kemaritiman di kawasan ini, serta meninggalkan jejak yang berharga dalam
arkeologi bawah air dan sejarah budaya Melayu

( Sumber ; http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/segara )
2. Pertukaran gagasan dan filosofi agama antara budaya-budaya yang serumpun dapat ditemukan
melalui beberapa bukti. Salah satu bukti adalah adanya pengaruh agama-agama tertentu pada budaya-
budaya tersebut. Misalnya, agama Hindu memiliki pengaruh yang kuat di beberapa budaya serumpun,
seperti di India, Nepal, dan Indonesia. Prinsip-prinsip filsafat agama Hindu seperti karma, reinkarnasi,
dan pencarian pencerahan spiritual telah mempengaruhi cara berpikir dan praktik keagamaan di
wilayah-wilayah ini.

Selain itu, pertukaran gagasan dan filosofi agama juga terjadi melalui perpindahan pendeta, guru
spiritual, atau pemuka agama antar wilayah. Mereka membawa ajaran-ajaran agama dan filosofi mereka
ke budaya-budaya serumpun, dan mempengaruhi cara beribadah, keyakinan, dan praktik keagamaan di
wilayah tersebut.

Atribut Budaya yang Serumpun

Budaya-budaya yang serumpun juga memiliki atribut budaya yang serupa atau memiliki kesamaan.
Contohnya, dalam hal bahasa, budaya serumpun sering memiliki bahasa yang berasal dari keluarga
bahasa yang sama atau memiliki akar kata yang serupa. Misalnya, bahasa-bahasa dalam keluarga bahasa
Austronesia, seperti bahasa Indonesia, Malaysia, dan Filipina, memiliki kesamaan dalam sejumlah
kosakata dan struktur bahasa.

Selain itu, atribut budaya yang serumpun juga dapat ditemukan dalam seni, musik, tarian, pakaian
tradisional, dan arsitektur. Budaya serumpun sering memiliki ciri khas yang mirip atau memiliki
pengaruh yang sama dalam hal ini. Misalnya, tarian tradisional atau motif- motif pada pakaian
tradisional dapat memiliki kesamaan atau pengaruh yang saling memengaruhi antar budaya serumpun.

Secara keseluruhan, pertukaran gagasan dan filosofi agama, serta atribut budaya yang serumpun dapat
ditemukan melalui pengaruh agama, perpindahan pemuka agama, kesamaan bahasa, seni, musik, tarian,
pakaian tradisional, dan arsitektur antara budaya- budaya yang serumpun. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang erat dan pertukaran budaya antara budaya-budaya serumpun dalam sejarah mereka.

( sumber ; https.koran.co.id )

3.

- 1596 : Pendaratan pertama terjadi di Pelabuhan Banten. Rombongan bangsa Belanda tersebut dipimpin oleh
Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer. Mereka membawa empat buah kapal.

- 1598 : Belanda datang ke Banten untuk kedua kalinya pada tahun 1598, dengan membawa 8 buah kapal.
Rombongan kedua ini dipimpin oleh Jacob Van Neck dan Warwijk

Tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah. Setelah berhasil menemukan daerah
penghasil rempah-rempah dan telah memperoleh keuntungan yang besar, Belanda berusaha untuk mengadakan
monopoli perdagangan rempah-rempah dan menjajah

- 1602 : Pada tanggal 20 Maret 1602 berdirilah Vereenigde Oost Indische Compagnie atau Serikat Perusahaan
Dagang Hindia Timur, yang biasa dikenal dengan sebutan VOC. Dengan modal pertama 6,5 milyar gulden, VOC
dipimpin oleh tujuh belas direktur yang dikenal dengan sebutan Heeren Zeventien

- 1619 : VOC memperoleh hak penuh atas Jayakarta. Dan sejak saat itu pula nama Jayakarta berubah menjadi Batavia
- 1641 : VOC berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis

- 1652-1674 : Perang Inggris-Belanda Pertama: VOC terlibat dalam perang dengan Inggris, yang
dikenal sebagai Perang Inggris-Belanda Pertama. Konflik ini berlangsung di berbagai wilayah kolonial
VOC, termasuk Hindia Timur

- 1674-1678 : Perang Inggris-Belanda Kedua: Konflik berlanjut dengan Perang Inggris-Belanda Kedua,
yang juga memengaruhi wilayah-wilayah VOC

- 1799 : Pada tahun 1799, VOC dinyatakan pailit oleh pemerintah Belanda. Kekuasaan atas
wilayah- wilayah kolonial VOC diserahkan kepada pemerintah Belanda

- 1800 : Setelah pailitnya VOC, pemerintah Belanda mengambil alih kendali langsung atas wilayah-
wilayah kolonialnya di Hindia Timur. Ini adalah awal dari era penjajahan kolonial Belanda di
Indonesia.

( Sumber : https://sejarah-nusantara.anri.go.id/ )

4. Jika VOC masih terus berjaya mungkin yg terjadi adalah :

- Dampak Kolonial yg lebih besar , VOC adalah salah satu perusahaan dagang kolonial terbesar dalam
sejarah, dan jika masih eksis, ia mungkin akan terus memperluas wilayah-wilayah jajahannya. Ini bisa
menghasilkan perubahan signifikan dalam peta politik dan batas-batas negara di beberapa wilayah
di seluruh dunia

- Dominasi Perdagangan Dunia, jika masih eksis, VOC mungkin akan mempertahankan kendali atas
perdagangan rempah-rempah dan barang-barang berharga lainnya, yang dapat mengubah
dinamika ekonomi global

- Pengaruh Budaya dan Sosial, Jika VOC masih eksis, pengaruh budaya Belanda dan campur tangan
kolonial mungkin akan lebih besar, dengan potensi dampak pada bahasa, agama, dan budaya
setempat

5. Salah satu inovasi Islam adalah praktik perdagangan langsung, di mana para pedagang Muslim secara
pribadi mengangkut barang-barang dalam jarak jauh di sepanjang jalur perdagangan daripada
bergantung pada perantara. Misalnya, penerimaan Islam di sebagian besar Asia Dalam, Asia Tenggara,
dan Afrika Sub-Sahara diketahui terjadi terutama melalui kontak dengan pedagang Muslim. Selain itu,
praktik pertukaran yang sangat pribadi menciptakan preferensi bagi umat Islam untuk melakukan
perdagangan dengan orang yang seagama. Oleh karena itu, para pedagang yang masuk Islam
menikmati eksternalitas besar seperti akses ke jaringan perdagangan Muslim, arus perdagangan yang
stabil, dan pengurangan biaya transaksi.

Proses Islamisasi yang jauh dari tempat lahirnya Islam erat kaitannya dengan perdagangan. Dunia Islam
mendominasi jaringan jalur perdagangan internasional paling menguntungkan yang menghubungkan
Asia ke Eropa (dan melalui laut ke Afrika Utara). Dengan kendali penuh umat Islam di bagian barat Jalur
Sutra pada pertengahan abad ke-8, setiap pertukaran jarak jauh harus melintasi wilayah Muslim,
sehingga perdagangan mempunyai peran sentral dalam penyebaran agama lebih lanjut. Para saudagar
muslim membawa dakwah Islam kemanapun mereka bepergian. Hal ini dimungkinkan karena praktik
perdagangan “langsung” oleh umat Muslim, yang merupakan salah satu inovasi Islam yang paling luar
biasa. Sebelum penaklukan Muslim, perdagangan dilakukan oleh jaringan pedagang lokal yang
berdagang secara eksklusif di tanah air mereka. Dengan kata lain, mereka memainkan peran sebagai
agen perantara dengan barang-barang (seringkali rempah-rempah) yang diangkut dari satu pengangkut
ke pengangkut lainnya melalui perjalanan singkat, sehingga menciptakan jalur perdagangan. Sebaliknya,
umat Islam tidak bergantung pada perantara dan secara pribadi melakukan perjalanan sepanjang
perjalanan, hal ini penting bagi penyebaran agama di sepanjang jalur perdagangan dan di tempat tujuan.
Oleh karena itu, penyebaran Islam sangat ditingkatkan melalui kontak sosial sebagai akibat dari
perdagangan.

( Sumber : National Library of Medicine )

Anda mungkin juga menyukai