Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………... 2
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………. 4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Lelang…………………………………………………………………… 4
2.2. Kelebihan dan Kelemahan Lelang Melalui Internet………………………………… 4
2.3. Keabsahan Risalah Lelang………………………………………………………….. 8

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi pada era sekarang telah berkembang
sangat pesat di lingkungan masyarakat. Adanya teknologi yang semakin maju
memberikan dampak yang positif terutama dalam hal bisnis. Salah satunya dibidang
social media dan e-commerce yang membuat proses transaksi jual beli menjadi
lebih efisien. Jual beli merupakan suatu bentuk kegiatan antar sesama manusia
dengan memanfaatkan social media para pelaku usaha dapat mengembangkan
bisnis yang mereka punya untuk di tawarkan ke calon konsumen. Transaksi jual
beli dengan hal ini dapat di lakukan oleh siapa saja dan kapan saja tidak terbatas
oleh ruang dan waktu.
Jual beli merupakan suatu kesepakatan dalam hal tukar menukar harta dengan
barang yang memiliki nilai jual. Dilakukan secara kerelaan antara penjual dan
pembeli. Jual beli juga merupakan bentuk muamalah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya untuk mendapatkan keperluan yang dibutuhkan.
Lelang dalam pasal 1 angka 1 peraturan Menteri keuangan nomor
93/PMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang sebagaimana diubah dengan
peraturan Menteri keuangan nomor 106/PMK.06/2013 didefinisikan sebagai
bentuk penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara
tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga
tertinggi, yang di dahului dengan pengumuman lelang. 1
Media sosial pada zaman sekarang berkembang sangat pesat. Banyaknya masyarakat memakai
media sosial untuk kebutuhan mereka seperti untuk mencari informasi berita, komunikasi, maupun
belanja. Terkait dengan pelaksanaan lelang di media sosial Indonesia, paying hukum pelaksanaan lelang
adalah Peraturan Menteri Keuangan nomor 27/PMK.06/2016 tentang petunjuk pelaksanaan lelang
dengan penawaran secara tertulis tanpa kehadiran peserta lelang melalui internet berdasarkan pasal 1
angka (1) nomor 27/PMK.06/2016 tentang petunjuk pelaksanaan lelang. Lelang adalah penjualan
barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/ atau lisan yang semakin
meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Apa sajakah kelebihan dan kelemahan dari Lelang Online?
2. Bagaimanakah keabsahan Risalah Lelangnya?

1
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015) Hal.21

2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Lelang melalui Internet.
2. Mengetahui keabsahan Risalah Lelang melaui Internet.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lelang
Istilah lelang pertama kali semarak di negara Belanda yang dalam Bahasa belanda bisa disebut
vendu, sedangkan dalam Bahasa inggris istilah lelang disebut dengan Auction yang berarti lelang atau
penjualan dimuka umum yang mana dalam pelaksaannya terjadi fluktuasi harga secara meningkat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian lelang adalah penjualan di hadapan orang
banyak dengan tawaran yang terus semakin naik dan dengan dipimpin oleh pejabat lelang.
Lelang termasuk salah satu bentuk jual beli, akan tetapi ada perbedaan secara umum. Jual beli ada
hak memilih, boleh tukar menukar di muka umum dan sebaliknya, sedangkan lelang tidak ada hak
memilih, tidak boleh tukar menukar di depan umum, dan pelaksanaannya dilakukan khusus di muka
umum.
Pengertian lelang sesuai dengan peraturan menteri keuangan No.27/PMK.06/2016 tentang
pedoman pelaksanaan lelang dalam pasal 1 “Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum
dengan penawaran harga secara tertulis dan/ atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.
Demikian pengertian lelang di atas, maka terdapat unsur-unsur yang melekat pada pengertian
lelang yaitu :
1. Penjualan barang
2. Dilakukan di hadapan umum dengan cara mengumumkannya melalui media massa
3. Pembeli belum diketahui sebelumnya
4. Penawar dengan harga tertinggi akan ditunjuk sebagai pembeli
5. Dilakukan dengan cara penawaran yang khusus
6. Dilakukan pada suatu saat dan tempat tertentu

2.2 Kelebihan dan Kelemahan Lelang Melalui Internet


Misi lelang yang tercantum dalam dokumen Renstra DJKN Tahun 2015-2019 yaitu mewujudkan
lelang yang efisien, transparan, akuntabel, adil, dan kompetitif sebagai instrumen jual beli yang mampu
mengakomodasi kepentingan masyarakat. Untuk mewujudkan misi tersebut saat ini terdapat dua
strategi penawaran lelang yaitu penawaran lelang dengan kehadiran peserta lelang (lelang
konvensional) dan penawaran lelang tanpa kehadiran peserta lelang (salah satunya dilakukan melalui
lelang internet).

4
Pengukuran perbandingan kinerja antara lelang konvensional dengan lelang internet dilakukan
dengan menggunakan data hasil pelaksanaan lelang pada salah satu KPKNL di luar Pulau Jawa tahun
2015-2016 dengan hasil sebagai berikut:2

1. Ekonomi

Pengukuran ekonomi dilakukan dengan mengukur biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan
lelang. Pengukuran dilakukan dengan melakukan identifikasi biaya dan penghitungan biaya.
Identifikasi biaya dilakukan untuk mengetahui komponen biaya beserta faktor-faktor yang
memicu terjadinya biaya. Dari hasil identifikasi diketahui terdapat tiga komponen biaya lelang
yaitu biaya pencetakan dokumen, biaya pencetakan laporan lelang; dan biaya perjalanan dinas.
Penghitungan biaya dilakukan dengan mengalikan antara pemicu biaya dengan harga per satuan.
Dari hasil pengukuran ekonomi diperoleh perbandingan biaya sebagaimana Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan biaya lelang konvensional dan lelang internet

Harga Lelang Konvensional Lelang Internet


No Uraian Satuan
(Rp) Volume Jumlah (Rp) Volume Jumlah (Rp)
Biaya pencetakan
58.141,60 55.277,20
dokumen lelang:
23
a. Pra lelang 477,40 23 lembar 10.980,20 10.980,20
lembar
1. b. Pelaksanaan 9
477,40 15 lembar 7.161,00 4.296,60
lelang lembar
35
c. Pasca lelang 484,00 35 lembar 16.900,40 16.900,40
lembar
d. Sampul RL 5.775,00 4 buah 23.100,00 4 buah 23.100,00
Biaya pencetakan 75
2. 477,40 75 lembar 35.805,00 35.805,00
laporan lelang lembar
Biaya perjalanan
3. dinas lelang 110.000,00 2 OH 220.00,00 2 OH 220.000,00
dalam kota
Biaya perjalanan
dinas lelang luar
kota
4. Uang harian 300.000,00 4 OH 1.200.000,00 4 OH 1.200.000,00
Penginapan 460.000,00 2 OH 920.000,00 2 OH 920.000,00
Transportasi 150.000,00 2 OH 300.000,00 2 OH 300.000,00
Jumlah 2.420.000,00 2.420.000,00

2
Rincian Kertas Kerja Anggaran KPKNL Tahun 2015 dan Tahun 2016

5
Dilihat dari aspek ekonomi dengan membandingkan komponen biaya lelang yang dikeluarkan
oleh KPKNL dapat disimpulkan bahwa biaya untuk pelaksanaan lelang konvensional dan lelang
internet hampir sama namun lelang internet sedikit lebih ekonomis dari lelang konvensional. Dari
Tabel 1 terlihat bahwa perbedaan biaya hanya terdapat pada biaya pencetakan dokumen lelang
sedangkan komponen biaya yang lainnya sama. Faktor yang menyebabkan lelang internet lebih
ekonomis dari lelang konvensional karena jumlah lembar dokumen yang digunakan pada lelang
internet lebih sedikit dari lelang konvensional. Perbedaan jumlah lembar dokumen terjadi karena
tidak perlu mencetak kepala risalah lelang karena kepala risalah lelang sudah ditampilkan di
dalam aplikasi pada lelang internet, tidak diperlukan lagi formulir surat penawaran lelang karena
penawaran dilakukan melalui online dan tidak diperlukan lagi formulir daftar penyetoran dan
pengembalian uang jaminan lelang karena penyetoran dan pengembalian uang jaminan
menggunakan virtual account yang bekerjasama dengan pihak bank.

Apabila dilihat dari biaya yang dikeluarkan oleh peserta lelang, biaya untuk mengikuti lelang
internet lebih murah dibandingkan dengan biaya untuk mengikuti lelang konvensional. Lebih
murahnya biaya lelang internet karena peserta lelang internet tidak perlu hadir ke tempat
pelaksanaan lelang sedangkan untuk lelang konvensional peserta lelang harus hadir ke tempat
lelang. Dengan mengikuti lelang internet peserta lelang akan lebih menghemat biaya perjalanan
dan waktu karena peserta lelang dapat mengikuti lelang dimanapun dan kapanpun berada.

2. Efisiensi

Dilihat dari aspek efisiensi dengan membandingkan antara penerimaan lelang dengan biaya yang
dikeluarkan untuk pelaksanaan lelang diperoleh hasil pengukuran tingkat efisiensi pelaksanaan
lelang konvensional dan lelang internet sebagaimana Tabel 2 sampai dengan Tabel 3.

Tabel 2. Efisiensi pelaksanaan lelang konvensional tahun 2015-2016


No Uraian 2015 2016
1 Penerimaan 21.822.722.037,00 24.560.034.966,00
2 Biaya 200.176.213,60 260.657.276,00
3 Jumlah Risalah Lelang (RL) 696 760
4 Penerimaan per RL (1 : 3) 31.354.485,69 32.315.835,48
5 Pengeluaran per RL (2 : 3) 287.609,50 342.970,10
6 Efisiensi (4 : 5) 109,02 94,22

6
Tabel 3. Efisiensi pelaksanaan lelang internet tahun 2015-2016
No Uraian 2015 2016
1 Penerimaan 1.575.857.706,00 2.248.893.795,00
2 Biaya 17.834.053,60 54.198.201,20
3 Jumlah Risalah Lelang (RL) 88 121
4 Penerimaan per RL (1 : 3) 17.907.473,93 18.585.899,13
5 Pengeluaran per RL (2 : 3) 202.659,70 447.919,02
6 Efisiensi (4 : 5) 88,36 41,49

Berdasarkan hasil penghitungan diketahui nilai efisiensi pelaksanaan lelang konvensional tahun
2015 sebesar Rp109,02 dan tahun 2016 sebesar Rp94,22, hal ini berarti bahwa setiap Rp1 biaya
yang dikeluarkan dalam pelaksanaan lelang konvensional akan menghasilkan penerimaan sebesar
Rp109,02 pada tahun 2015 dan sebesar Rp94,22 pada tahun 2016. Nilai efisiensi pelaksanaan
lelang internet tahun 2015 sebesar Rp88,36 dan tahun 2016 sebesar Rp41,49, hal ini berarti bahwa
setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan lelang internet akan menghasilkan
penerimaan sebesar Rp88,36 pada tahun 2015 dan sebesar Rp41,49 pada tahun 2016.

Dilihat dari aspek efisiensi dengan membandingkan antara penerimaan dengan biaya lelang dapat
disimpulkan bahwa lelang konvensional lebih efisien dari lelang internet karena setiap 1 rupiah
biaya yang digunakan pada pelaksanaan lelang konvensional akan menghasilkan penerimaan
yang lebih besar. Faktor yang menyebabkan lelang konvensional lebih efisien yaitu rata-rata
penerimaan per 1 (satu) risalah lelang dari pelaksanaan lelang konvensional lebih besar
dibandingkan dengan penerimaan dari lelang internet sedangkan dari faktor rata-rata pengeluaran
per 1 (satu) risalah lelang antara lelang konvensional dengan lelang internet tidak jauh berbeda.
Pelaksanaan lelang konvensional pada tahun 2015 menghasilkan rata-rata penerimaan per 1 (satu)
risalah lelang sebesar Rp31.354.485,69 dan pada tahun 2016 sebesar Rp32.315.835,48.
Penerimaan lelang konvensional tersebut jauh melebihi penerimaan lelang internet yang hanya
menghasilkan rata-rata penerimaan per 1 (satu) risalah lelang sebesar Rp17.907.473,93 pada
tahun 2015 dan sebesar Rp18.585.899,13 pada tahun 2016. Dari faktor biaya pengeluaran, rata-
rata pengeluaran per 1 (satu) risalah lelang pada lelang konvensional sebesar Rp287.609,50 pada
tahun 2015 dan sebesar Rp342.970,10 pada tahun 2016, sedangkan rata-rata pengeluaran per 1
(satu) risalah lelang pada lelang internet sebesar Rp202.659,70 pada tahun 2015 dan sebesar
447.919,02 pada tahun 2016.

Kondisi tersebut disebabkan karena metode penawaran lelang secara konvensional masih menjadi
pilihan utama dalam pelaksanaan lelang. Pada tahun 2015 dari 784 frekuensi lelang sebanyak 696
frekuensi lelang atau 88,76% menggunakan metode penawaran lelang konvensional. Selanjutnya

7
pada tahun 2016 dari 881 frekuensi lelang sebanyak 760 frekuensi lelang atau 86,27%
menggunakan metode penawaran lelang konvensional. Dengan dominannya penggunaan metode
pelaksanaan lelang konvensional menyebabkan peluang untuk memperoleh penerimaan dari
lelang konvensional akan lebih besar dari lelang internet yang akan menyebabkan nilai efisiensi
lelang konvensional lebih tinggi dari lelang internet.

3. Efektivitas

Dilihat dari aspek efektivitas dengan mengukur tingkat kenaikan harga lelang diketahui bahwa
dari 696 frekuensi lelang konvensional sebanyak 171 risalah lelang berkategori “laku/terjual”
dengan rata-rata kenaikan sebesar 20,22%, selanjutnya pada tahun 2016, dari 760 frekuensi lelang
konvensional sebanyak 191 risalah lelang berkategori “laku/terjual” dengan rata-rata kenaikan
sebesar 20,92%. Tingkat kompetitif pelaksanaan lelang internet tahun 2015 diketahui bahwa dari
88 frekuensi lelang terdapat 31 risalah lelang berkategori “laku/terjual” dengan rata-rata kenaikan
sebesar 113,96%, selanjutnya pada tahun 2016, dari 121 frekuensi lelang terdapat 20 risalah
lelang berkategori “laku/terjual” dengan rata-rata kenaikan sebesar 78,11%.3

2.3 Keabsahan Risalah Lelang Melalui Internet


Lelang melalui media internet lelang melalui internet atau e-auction diatur dalam Pasal 1 angka1
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 90/PMK.06/2016, lelang melalui internet
adalah: Penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis tanpa
kehadiran peserta lelang untuk mencapai harga tertinggi yang dilakukan melalui aplikasi lelang berbasis
internet.4
Ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 (Lembaran Negara Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4843) tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik memberikan pengertian mengenai Dokumen
Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,

3
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12649/Lelang-konvensional-dan-lelang-internet-manakah-yang-
terbaik.html (diakses pada tanggal 10 Oktober 2023 Pukul 14.00)
4
Penjelasan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 90/PMK.06/2016 tentang
Pedoman Pelaksanaan Lelang Dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lelang Melalui
Internet.

8
symbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu yaitu
untuk membuat Risalah Lelang sebagaimana tercantum dalam Pasal memahaminya.5
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka definisi dan mekanisme penawaran lelang telah mendapat
perluasan khususnya dari sudut media yang digunakan untuk menyelenggarakan lelang. Lelang bukan
lagi hanya penjualan barang yang terbuka untuk umum secara langsung, melainkan juga secara tidak
langsung melalui media elektronik.6 Berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada Pejabat
Lelang sebagaimana telah tercantum dalam Pasal 85 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
27/PMK.06/2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 270), dimana Pasal 85 ayat
(1) menyatakan bahwa Pejabat Lelang wajib membuat berita acara lelang atau biasa disebut dengan
Risalah Lelang Risalah lelang menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.06/2016
merupakan berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang. Risalah Lelang ini juga
merupakan akta otentik serta mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Risalah Lelang yang
dihasilkan pada pelaksanaan lelang melalui media internet tersebut juga dikategorikan kedalam
dokumen elektronik. Hal tersebut dikarenakan adanya penayangan Kepala Risalah Lelang yang
dilakukan sebelum lelang dimulai pada aplikasi lelang. Risalah lelang yang juga merupakan dokumen
elektronik tersebut juga harus memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata mengenai akta otentik.
Bentuk dan tata cara pembuatan Risalah lelang sama seperti pembuatan Risalah Lelang yang
dilakukan melalui lelang konvensional, akan tetapi perbedaannya terletak dalam hal menghadap dimana
selama pelaksanaan lelang konvensional dilakukan dengan cara hadir secara fisik sedangkan pada
lelang melalui media internet dilakukan dengan menggunakan alat elektronik.
Sedangkan perbedaan yang lain terletak pada pembacaan Risalah Lelang dan penandatanganan
Risalah Lelang. Risalah Lelang dalam lelang konvensional dibacakan oleh Pejabat Lelang kepada
peserta lelang, namun berbeda dengan Risalah Lelang dalam lelang melalui media internet, Kepala
Risalah Lelang melalui media intenet ini hanya ditanyangkan pada aplikasi lelang yang telah disediakan
sebelum pelaksanaan lelang dimulai tanpa adanya pembacaan. Hal tersebut diatur dalam Pasal 13 ayat
(1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.06/2016 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan Lelang
Melalui Internet dimulai dengan penayangan Kepala Risalah Lelang olehPejabat Lelang”.7 Adapun tata
cara penayangan Risalah Lelang berdasarkan Pasal 13 ayat (2) PMK Nomor 90/PMK.06/2016 adalah
sebagai berikut:

5
Penjelasan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang tentang Perubahan Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
6
Begiyama Fahmi Zaki, Kepastian Hukum Dalam Pelelangan Objek Hak Tanggungan Secara Online,
Fiat Justicia Journal of Law, Vol. 2, No. 2 April-June 2016, Hal.5
7
Penjelasan Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 90/PMK.06/2016
tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang Dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta
Lelang Melalui Internet.

9
a) Untuk lelang melalui media internet dengan penawaran tertutup (close bidding), dilakukan
sesuai dengan jadwal pembukaan daftar penawaran lelang sebagaimana dicantumkan dalam
pengumuman lelang.
b) Untuk lelang melalui media internet dengan penawaranterbuka (close bidding), dilakukan
sesuai dengan jadwal pelaksanaan lelang sebagaimana dicantumkan dalam pengumuman
lelang.”
Namun dalam ketentuan tersebut diatas, bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 37 Vendu
Reglement yang merupakan dasar dari peraturan lelang, yaitu Pada permulaan penjualan juga dalam
melanjutkan penjualan yang berhenti dipertengahan pelelangan, bagian pokok berita acara harus
dibacakan dengan suara keras oleh atau atas nama juru lelang kepada hadirin. Hal pembacaan ini harus
disebut dalam berita acara.8 Sehingga pembacaan Risalah Lelang merupakan bagian dari verlidjen atau
peresmian dari pembacaan akta dan penandatanganan terhadap Risalah Lelang tersebut. Apabila
Risalah Lelang tersebut dibuat oleh Pejabat Lelang maka Risalah Lelang tersebut juga harus dibacakan
oleh Pejabat Lelang. Verlidjen merupakan kata kerja yang diambil dari kata verleden yang diartikan
sebagai telah dibuat. Kata terakhir ini berasal dari bahasa Belanda kuno dan tidak dipakai lagi dalam
bahasa sehari-hari dan hanya digunakan dalam bidang hukum. 9
Pembacaan akta tersebut bertujuan agar peserta lelang mempunyai jaminan apabila mereka telah
menandatangani apa yang mereka dengar sebelumnya (pembacaan oleh Pejabat Lelang) agar
memperoleh keyakinan bahwa Risalah Lelang tersebut benar-benar berisikan apa yang dikehendaki
oleh peserta lelang. Apabila pembacaan Risalah Lelang dihubungkan dengan fungsi akta otentik dalam
pembuktian, maka dapat dilihat bahwa dalam pembuatan Risalah Lelang pembacaan akta merupakan
kewajiban bagi Pejabat Lelang dalam pelaksanaan jabatannya. Sama halnya dalam lelang melalui media
imternet pambacaan Kepala Risalah Lelang tersebut seharusnya tetap dibacakan tidak hanya
ditanyangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Tan Thong Kie bahwa pembacaan akta memiliki manfaat,
antara lain:10
a) Pada saat peresmian (verlidjen) akta akan berakhir, masih ada kesempatan bagi pejabat untuk
memperbaiki kesalahan dalampenulisan kata/kalimat yang sebelumnya tidak tampak karena
bisa saja terjadi adanya kesalahan fatal atau yang memalukan.
b) Para penghadap diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang kurang jelas atau
kurang dimengerti dari isi akta yang ditulis/dibacakan.

8
Penjelasan Pasal 37 Vendu Reglement tentang Peraturan Lelang.
9
Tan Thong Kie, Serba Serbi Ilmu Kenotariatan, (Bandung: Alumni, 1987), Hal.11

10
c) Pejabat umum dan para penghadap mempunyai kesempatan pada detik-detik terakhir sebelum
akta tersebut selesai ditandatangani oleh para penghadap, para saksi, Pejabat Umum untuk
mengadakan pemiiran ulang mengenai isi akta, bertanya, maupun mengubah isi akta.
Adapun pelanggaran yang dilakukan jika pembacaan Risalah Lelang tersebut tidak dilakukan oleh
Pejabat Lelang, maka Risalah Lelang tersebut akan mempunyai kekuatan pembuktian sebagaimana
akta dibawah tangan atau dengan kata lain Risalah Lelang tersebut kehilangan keontentisitasnya.
Namun jika dihubungkan dengan ketentuan dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata menyatakan bahwa: Suаtu аktа yаng dіdаlаm bеntuk yаng dіtеntukаn оlеh undаng-undаng,
dіbuаt оlеh аtаu dіhаdаpаn pеgаwаі-pеgаwаі umum yаng bеrkuаsа untuk іtu dі tеmpаtkаn dі mаnа
аktа іtu dіbuаtnyа.11
Adapun unsur-unsur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah:
1. Bеntuk aktanya dibuat sesuai dengan yang dіtеntukаn оlеh Undаng Undаng (wettelijkje vorm)
Pembuatan Risalah Lelang melalui media internet dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 90/PMK.06/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang dengan Penawaran Secara
Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lelang Melalui Media Internet tidak diatur secara khusus dan
hanya mengatur sebatas penayangan Risalah Lelang dan penandatanganan Risalah Lelang.
Pembuatan Risalah Lelang melalui media internet tersebut sama seperti pembuatan Risalah
Lelang secara konvensional yang membedakan hanya pada pelaksanaannya saja. Sehingga
dalam pembuatan Risalah Lelang melalui media internet tersebut harus menganut pada
peraturan pembuatan Risalah Lelang Konvensional seperti Vendu Reglement yang diatur dalam
Pasal 37 sampai dengan Pasal 39 dan Peraturan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
27/PMK.06/2016(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 270) tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
Dalam PMK Nomor 27/PMK.06/2016 (Berita Negara Republik IndonesiaTahun 2016
Nomor 270), pada BAB VI mengenai Risalah lelang mengatur susunan dari Risalah Lelang.
Pasal 85 ayat (2) Risalah Lelang terdiri atas (a)Bagian Kepala; (b) Bagian Badan; dan (c)
Bagian Kaki.”12
Risalah Lelang dibuat dalam bahasa Indonesia, setiap Risalah lelang diberi nomor urut.
Pasal 86 PMK Nomor 27/PMK.06/2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
270), menerangkan bagian Kepala Risalah Lelang paling sedikit memuat:
a) Hari, tanggal, dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka
b) Nama lengkap dan tempat kedudukan Pejabat Lelang

11
Penjelasan Pasal 1868 Staatsblaad Nomor 23 Tahun 1847 tentang KUH Perdata
12
Penjelasan Pasal 85 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

11
c) Nomor dan tanggal surat keputusan tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
pengangkatan Pejabat Lelang
d) Nomor dan tanggal surat tugas khusus untuk Pejabat Lelang Kelas
e) Nama lengkap, pekerjaan dan tempat kedudukan atau domisili Penjual
f) Nomor atau tanggal surat permohonan lelang
g) Tempat pelaksanaan lelang
h) Sifat barang yang dilelang dan alasan barang tersebut dilelang
i) Dalam hal objek lelang berupa barang tidak bergerak berupa tanah atau tanah dan
bangunan harus disebutkan: 1. status hak atau surat-surat lain yang menjelaskan bukti
Kepemilikan, 2. Nomor dan tanggal SKT/SKPT dari Kantor Pertanahan, dan 3.
keterangan lain yang membebani.
j) Dalam hal objek lelang berupa barang bergerak harus disebutkan jumlah, jenis dan
spesifikasi barang
k) Cara Pengumuman Lelang yang telah dilaksanakan oleh Penjual
l) Cara penawaran lelang
m) Syarat dan ketentuan lelang.13
Kemudian pada bagian Badan Risalah Lelang diatur dalam Pasal 87 PMK Nomor
27/PMK.06/2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 270) sekurangnya
harus memuat: (a) banyaknya penawaran lelang yang masuk dan sah. (b) nama/merek/
jenis/tipe dan jumlah barang yang dilelang. (c) nama, pekerjaan dan alamat Pembeli atas nama
sendiri atau sebagai kuasa atas nama badan hukum/badan usaha/ orang lain. (d). bank kreditor
sebagai Pembeli untuk orang atau badan hukum atau badan usaha yang akan ditunjuk namanya,
dalam hal bank kreditor sebagai Pembeli Lelang. (e) harga lelang dengan angka dan huruf, dan
(f ) daftar barang yang laku terjual maupun yang ditahan disertai dengan harga, nama, dan
alamat Peserta Lelang yang menawar tertinggi”. 14
Sedangkan pada bagian Kaki Risalah Lelang tercantum dalam Pasal 88 PMK Nomor
27/PMK.06/2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 270):15 (a) banyaknya
barang yang ditawarkan ·atau dilelang dengan angka dan huruf, (b) banyaknya barang yang
laku atau terjual dengan angka dan huruf, (c) jumlah harga barang yang telah terjual dengan
angka dan huruf, (d) jumlah harga barang yang ditahan dengan angka dan huruf, (e) banyaknya
dokumen atau surat-surat yang dilampirkan pada Risalah Lelang dengan angka dan huruf, (f )

13
Penjelasan Pasal 86 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
14
Penjelasan Pasal 87 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang
15
Penjelasan Pasal 88 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang

12
jumlah perubahan yang dilakukan (catatan, tambahan, coretandengan penggantinya) maupun
tidak adanya perubahan ditulis dengan angka dan huruf, (g) tanda tangan Pejabat Lelang dan
Penjual atau kuasa Penjual, dalam hal lelang barang bergerak atau tanda tangan Pejabat Lelang,
Penjual atau kuasa Penjual dan Pembeli atau kuasa Pembeli, dalam hal lelang barang tidak
bergerak, dan (h) tanda tangan saksi-saksi untuk lelang dengan penawaran tanpa kehadiran
Peserta Lelang melalui surat elektronik (email), tromol pos atau internet (closed bidding).

2. Akta tersebut dіbuаt оlеh (door) аtаu dіhаdаpаn (ten overstain) pеjаbаt umum (openbaar
ambtenaar)
Dalam ketentuan pada Pasal 1 angka 35 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
27/PMK.06/2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 270)
menyatakan bahwa: Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang
dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan
pembuktian sempurna.16
Menurut Pasal 1a Vendu reglement menyatakan bahwa: Tanpa mengurangi ketentuan alinea
berikut dalam pasal ini, penjualan dimuka umum tidak boleh dilakukan selain di hadapan juru
lelang.17 Sedangkan menurut Pasal 35 Vendu Reglement menyatakan bahwa Dari tiap-tiap
penjualan umum yang dilakukan oleh juru lelang atau kuasanya, selama penjualan, untuk tiap-
tiap hari pelelangan atau pejualan harus dibuat berita acara tersendiri. Yang artinya bahwa
dalam pembuatan Risalah lelang baik dalam lelang secara konvensional maupun dengan
pelaksanaan lelang melalui media internet atau e-auction tetap dibuat oleh Pejabat Lelang.

3. Pejabat umum yang membuat akta tersebut harus pejabat yang mempunyai wewenang untuk
membuat akta itu sesuai dengan wilayah kerjanya.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
27/PMK.06/2016 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 270) menyatakan
bahwa Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi
wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang”.18 Artinya “Pejabat
Lelang” atau “Juru Lelang” adalah orang yang diberi “wewenng khusus” oleh Menteri

16
Penjelasan Pasal 1 angka 35 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang.
17
Penjelasan Pasal 1a Vendu Reglement tentang Peraturan Lelang
18
Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang

13
Keuangan untuk melaksanakan “penjualan barang secara lelang” berdasarkan “peraturan
perundang-undangan”. 19
Pejabat Lelang terbagi menjadi 2 (dua) golongan sebagai berikut (a) Pejabat Lelang atau
Juru Lelang Kelas I yang berwenang untuk melaksanakan Lelang Eksekusi, Lelang Non
eksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela. (b) Pejabat Lelang atau Juru
Lelang Kelas II yang berwenang melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela.
Dengan demikian, menurut penulis Risalah Lelang melalui media internet
tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 1868, maka Risalah
Lelang dalam pelaksanaan lelang melalui media internet ini dapat dikategorikan
sebagai akta otentik dan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sempurna. Akan
tetapi permasalahan dalam hal pembacaan Risalah Lelang yang tidak dibacakan
dan hanya ditayangkan pada aplikasi lelang sebagaimana tercatum dalam Pasal
13 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.06/2016 yang tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 37 Vendu Reglement yang menyatakan bahwa
Risalah Lelang harus dibacakan, maka dalam menyelesaikan permasalahan tersebut
harus menggunakan asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis yang menyatakan
bahwa Peraturan perundang-undangan yang khusus mengesampingkan peraturan
perundang-undangan yang umum. Bahwa dengan menggunakan asas tersebut
maka pembacaan Risalah Lelang boleh tidak dilakukan karena adanya peraturan
Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.06/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan
Lelang Dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lelang Melalui
Internet yang mengaturnya demikian.
Dengan adanya hal tersebut diatas, maka Risalah Lelang tetap merupakan akta otentik
sepanjang tidak ada yang melakukan gugatan dikemudian hari. Apabila para pihak melakukan
gugatan terhadap Risalah Lelang tersebut dan dapat dibuktikan tentang ketidakbenarannya
maka Risalah Lelang dapat dibatalkan. Apabila terdapat kasus mengenai penyangkalan
terhadap Risalah Lelang maka seharusnya apa yang disangkalkan harus dibuktikan, apakah
terdapat hal-hal yang tidak sesuai denga prosedur yang ditentukan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan, termasuk juga harus dapat membuktikan terdapat pelanggaran terhadap
aspek lahiriah, aspek formil, maupun aspek materiil dari Risalah Lelang tersebut. Beban
pembuktian mengenai apa yang disangkalkan tersebut, dibebankan kepada pihak yang
menyangkal.20

20
Made Oka Cahyadi Wiguna, Keautentikan Risalah Lelang Eksekusi Hak Tnggungan Sebagai Bukti
Pemindahan Hak Atas Tanah, Jurnal Hukum Undiknas, Vol. 2, No. 2 Tahun 2015, hal. 167

14
Apabila tidak mampu membuktikan ketidakbenaran tersebut, maka akta tersebut harus
diterima oleh siapapun. Peringkaran atau penyangkalan harus dilakukan dengan suatu gugatan
ke pengadilan. Penggugat harus dapat membuktikan bahwa ada aspek formal yang dilanggar
atau tidak sesuai dalam akta yang bersangkutan. 21

21
Lorika Cahaya Intan, Akibat Pelanggaran Oleh Notaris Terhadap Pembuatan Akta Notaris, Jurnal
Cakrawala Hukum, Vol. 7, No. 2 Desember Tahun 2016, hal.209

15
BAB III
KESIMPULAN

Dari pengukuran aspek efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan lelang internet
lebih kompetitif dari lelang konvensional. Hal ini terlihat dari rata-rata persentase kenaikan harga pada
lelang internet lebih tinggi dari lelang konvensional. Faktor-faktor yang menyebabkan lelang internet
lebih kompetitif dari lelang konvensional adalah:

1. Masing-masing peserta lelang tidak mengetahui berapa jumlah peserta lelang, antar peserta
lelang tidak saling kenal, dan masing-masing peserta lelang memiliki kesempatan yang sama
untuk melakukan penawaran harga lelang. Kondisi ini mengakibatkan pelaksanaan lelang
internet bebas dari intimidasi lelang antar peserta lelang sehingga terbentuk suasana kompetitif
dalam penawaran harga lelang.
2. Jumlah peserta lelang internet tidak dibatasi oleh jarak dan waktu karena peserta lelang tidak
perlu hadir pada saat lelang. Penawaran lelang cukup dilakukan melalui aplikasi lelang.
Semakin banyaknya peserta lelang akan semakin meningkatkan suasana kompetitif.

Berdasarkan perbandingan kinerja dari masing-masing aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa
lelang konvensional unggul pada aspek efisiensi sedangkan lelang internet unggul pada aspek
ekonomi dan aspek efektivitas. Untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan lelang pada periode
selanjutnya disarankan:

1. Lelang agar dilaksanakan di ruang lelang KPKNL sebagai upaya pemanfaatan ruang lelang
yang telah tersedia agar tidak berstatus idle. Pelaksanaan lelang di ruang lelang KPKNL juga
untuk menghemat biaya perjalanan dinas sehingga nilai ekonomi dan nilai efisiensi hasil
pelaksanaan lelang dapat meningkat.

2. Lelang internet yang tingkat kompetitifnya lebih tinggi dengan biaya yang dikeluarkan oleh
pihak KPKNL dan pihak peserta lelang lebih murah agar diperbanyak frekuensinya

3. Perlunya disusun Standar Biaya Keluaran (SBK) untuk mengetahui biaya yang diperlukan
untuk menghasilkan 1 risalah lelang.

Risalah Lelang melalui media internet tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam
Pasal 1868, maka Risalah Lelang dalam pelaksanaan lelang melalui media internet ini dapat
dikategorikan sebagai akta otentik dan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sempurna. Akan tetapi
permasalahan dalam hal pembacaan Risalah Lelang yang tidak dibacakan dan hanya ditayangkan pada
aplikasi lelang sebagaimana tercatum dalam Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
90/PMK.06/2016 yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 37 Vendu Reglement yang

16
menyatakan bahwa Risalah Lelang harus dibacakan, maka dalam menyelesaikan permasalahan tersebut
harus menggunakan asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis. Bahwa dengan menggunakan asas
tersebut maka pembacaan Risalah Lelang boleh tidak dilakukan karena adanya peraturan Menteri
Keuangan Nomor 90/PMK.06/2016 dan Risalah Lelang tetap merupakan akta otentik sepanjang tidak
ada yang melakukan gugatan dikemudian hari,

17
Daftar Pustaka

Buku
Kie, Tan Thong. Serba Serbi Ilmu Kenotariatan. Bandung: 1987.
Usman, Rachmadi. Hukum Lelang. Jakarta: Sinar Grafika, 2015.

Artikel
Cahyadi Wiguna, Made Oka. “Keautentikan Risalah Lelang Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Bukti
Pemindahan Hak Atas Tanah”, Jurnal Hukum Undiknas. Vol. 2 No. 2 2015: 167

Intan, Lorika Cahaya, Akibat Pelanggaran Oleh Notaris Terhadap Pembuatan Akta Notaris, Jurnal
Cakrawala Hukum, Vol. 7 No. 2 (Desember 2016): 167

Zaki, Begiyama Fahmi, Kepastian Hukum Dalam Pelelangan Objek Hak Tanggungan Secara Online,
Fiat Justicia Journal of Law, Vol. 2 No. 2 (April-June 2016):209

Perundang-Undangan
Staatsblaad Nomor 23 Tahun 1847 tentang Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie (KUH Perdata) Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Vendu Reglement tentang Peraturan Lelang
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 90/PMK.06/2016 tentang Pedoman Pelaksan
aan Lelang Dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lelang Melalui
Internet

18

Anda mungkin juga menyukai