Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS

Pelanggaran kode etik keperawatan di lingkup maternitas


Dosen pengampu : Atiek murhayati S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
1. Ferrarista rizka putri (S22004)
2. Ahmad furqon tahiza qohar (S22016)
3. Bagas kristri aji (S22017)
4. M. Nafi balya ulinnuha (S22036)
5. Nabila wahyu nita ramadani (S22040)
6. Nadia putri triangga dewi (S22042)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
Perawat yang Membantu Aborsi Terancam Hukuman 5,5 Tahun Penjara

Rabu, 19 September 2007

SAWAHAN

Mudjuti, pegawai Puskesmas Peneleh Surabaya yang menjadi terdakwa kasus aborsi
ilegal terancam hukuman penjara 5,5 tahun Mudjati yang dalam kasus ini didakwa membantu
dr Suliantoro Halim (terdakwa lain) melakukan aborsi janin dijerat Pasal 348 (1) KUHP Jo
Pasa156 ke 1 KUHP jo Pasal 65 (1) KUHP. Dalim dakwaan yang dibacakan Jaksa Pemurat
Umum (JPL) Mulyono SH. terungkap bahwa tindakan yang dilakukan Mudjiati telah
menyalahi praktek kesehatan Pasal 15 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Kesehatan

Menurut Mulyono, praktek aborsi itu dilakukan terhadap tiga pasien, yakni Ade Tin
Suertini, Indriwati Winoto dan Yuni Kristami. Aborsi terhadap Tin terjadi pada 16 Juni 2007
pukul 17.00 WIB sampai dengan 19.30 WIB di lokasi praktek dr Halim, J1 Kapasari Nomor
4 Surabaya. Dalam praktek ani, dr Halim meminta pasien membayar Rp 2 juta, namun oleh
Tin baru dibayar Rp 100 ribu

Peranan Mudjiati dalam kasus ini adalah membantu memersiapkan peralatan untuk
operasi aborsi dengan cara suction (dihisap) menggunakan alat spet 50 cc. & quo: Adanya
aborsi ini diperkuat dengan visum et repertum Nomor 171/V1/2007 atas nama Ade dari RS
Bhayangkara Samoeri Mertojoso," kata Mulyono. st19.

(sumber: http://www.surva.co.id/web)

Analisis kasus

1. Beneficence

Menurut Ascension Health (2011) prinsip beneficence adalah prinsip yg pertama dalam
prinsip moral yaitu melakukan kebaikan dan mencegah atau menghilangkan kejalatan atau
bahaya. Dalam kasus ini perawat yang ikut serta dalam pelaksanaan aborsi sudah jelas bahwa
perawat tersebut telah melanggar prinsip beneficence yaitu tidak mencegih dokter maupun
pasien untuk melakukan aborsi Aborsi ilegal merupakan tindakan pidana, dan secara
langsung perawat tersebut membantu dalam kejahatan dan dapat membahayakan pasien
karera Willke (2011) menyatakan bahwa aborsi dapat menyebabkan kematian karena infeksi,
pendarahan dan perforasi uterus karena alat alat yang digmakan untuk tindakan aborsi.

2. Non-Maleficence

Non-Maleficence :berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi


orang lain. Menurut Johnson (1989) dalam dalam Suhaemi (2004) menyatakan bahwa prinsip
untuk tidak melukai orang lain berbeda dan keras daripada prinsip untuk melakukan yang
baik.

Aborsi merupakan tindakan penghentian kehamilan, dimana jika dilakukan dengan


prosedur yang salah dan oleh orang yang tidak kompeten maka dapat menyebabkan cedera.
Pada kasus tindakan aborsi di atas. Perawat Mudjati ikut berperan dalam tindakan
pengguguran dengan mempersiapkan peralatan untuk operasi aborsi. Tindakan ini berpotensi
membahayakan klien dan janin yang dikandungnya.

Tindakan aborsi tersebut melanggar hukum pasal 346 KUHP Seorang wanita yang
sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya Atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun Tindakan yang Perawat Mudjiati
lakukan melanggar Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 Pasal 16 melakukan
praktik keperawatan tidak sesuai dengan kewajiban perawat yaitu tidak memberikan
informasi kepada ken Pasal 17 praktik keperawatan tidak sesuai dengan kewenangan,
pendidikan, dan pengalaman.

Pasal 37:

a. Perawat yang melanggar ketentuan praktik keperawatan dikenakan sanksi administratif


sebagai berikut:
 Untuk pelayaran ringan, pencabutan in selama-lamanya 3 (tiga) bulan
 Untuk pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 (enam) bukin.
 Untuk pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya I (satu) tahun.
b. Penetapan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas motif
pelanggaran serta situasi setempat.
3. Veracity
Artinya perawat harus menyampaikan kebenaran pada pasiennya. Informasi yang
dipaparkan kepada pasien harus akurat dan obyektif sehingga pasien dapat dengan mudah
memahami keadaannya. Aborsi merupakan tindakan yang sangat merugikan dan
berbahaya bagi ibu maupun janin, namun dalam kasus ini Perawat Mudjiati tidak
menerapkan prinsip veracity karena tidak jujur dalam memberikan informasi mengenai
aborsi yang merugikan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.abortionfacts.com/online books/love them both/why cant we love them
both21.asp
http://www.ascensionhealth.org/index.php?option=com_content&view=article&id=78
principle-of beneficensshem-171
semi, m (2004) etika keperawatan aplikasi pada praktik Jakarta egc

Anda mungkin juga menyukai