Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH INDIVIDU

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA


MATERI TENTANG STRES KERJA
Dosen Pengampu: Iin Hendrayani S.E, M.Si

NAMA : SITI ANISA


NIM : 2022050033
KELAS : MANAJEMEN 2.1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


MULIA DARMA PRATAMA
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang


mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial
ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu suit
serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres dalam
bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut
dalam kehidupannya, padahal apabila kita mengetahui lebih awal
mengenai gejala stres tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini
dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan
kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres
melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam
bekerja.
Di dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam
melakukan pekerjaan nya. Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga
dapat mendorong terjadinya Stressor kerja, Stressor kerja merupakan
segala kondisi pekerjaan yang di persepsikan karyawan sebagai suatu
tuntutan yang dapat menimbulkan stress dalam kerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus
stabilagar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan
serta kondisi yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan
secara lebih, baik lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi
(kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti
akan terjadi pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres
karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat
kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah muncul peran dari
perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan yang dialami
oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan penanganan
yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak mengurangi kinerja
karyawan tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stres


Stres umumnya bersifat individual dan pada dasarnya memiliki
sifat merusak apabila keseimbangan antara daya tahan mental individu
dengan beban yang dirasakannya tidak dikelola (Hager, 2010). Namun
apabila individu berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres), tidak
selalu mengakibatkan individu mengalami gangguan secara psikologis
maupun fisiologis, Terganggu atau tidaknya individu bergantung pada
persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Stres merupakan
respons adaptif. Dimoderasi oleh kepribadian individu, yang dapat
menjadi konsekuensi dari setiap tindakan, peristiwa atau situasi yang
memberikan tuntutan khusus terhadap seseorang yang berpengaruh
terhadap kinerja seseorang (Ivancevich, 2014). Dua kategori stres
diantaranya adalah, yaitu stres sebagai suatu stimulus atau stres sebagai
suatu respons. Stres sebagai stimulus menganggap stres sebagai sejumlah
peristiwa yang dapat menghasilkan konsekuensi yang tidak beraturan.
Stres sebagai respons merupakan konsekuensi dari interaksi antara suatu
stimulus lingkungan dan respons individual. Dapat diambil kesimpulan
bahwa stres adalah interaksi unik antara kondisi stimulus di lingkungan
dan bagaimana individu merespons dengan suatu cara tertentu.
Dua kategori stres adalah custress dan distress (Quick dalam
Umam, 2010). Eustress adalah hasil dari respons terhadap stress yang
bersifat positif dan bersifat membangun (konstruktif). Yang termasuk
eustress adalah kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, kemampuan adaptasi, fleksibilitas
dan tingkat performa yang tinggi. Distress adalah hasil dari respons
terhadap stress yang bersifat tidak sehat, negatif, dan bersifat merusak
(destruktif) Yang termasuk distress adalah konsekuensi individu dan juga
organisasi, seperti penyakit kesehatan atau psikologis dan tingkat
absenteisme (ketidak hadiran) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan
keadaan sakit, penurunan dan kematian.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres
merupakan suatu respon yang dikeluarkan oleh tiap individu terhadap
suatu kejadian, situasi, atau tindakan yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Respon yang diberikan oleh
individu tidak selalu bersifat negatif atau destruktif, namun bisa saja
bersifat positif misalnya memberikan motivasi kepada individu agar
mampu menghadapi suatu masalah.

2.2 Pengertian Stres Kerja


Stres kerja adalah kondisi yang dialami individu di mana terdapat
satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang berinteraksi dengan
individu sehingga mengganggu kondisi fisiologis dan perilaku
(Soesmalijah Socwondo dalam Suwatno dan Priansa, 2016). Stres kerja
muncul bila terdapat kesenjangan antara tuntutan-tuntutan dari
pekerjaannya dengan kemampuan individu. Stres kerja dapat muncul
apabila tuntutan pekerjaan tidak seimbang dengan kemampuan untuk
memenuhi tuntutannya tersebut sehingga menimbulkan berbagai taraf
stres, antara lain: (1) Taraf sedang. Stres berperan sebagai motivator yang
dapat memberikan dampak positif pada tingkah laku termasuk tingkah
laku kerja. (2) Taraf tinggi. Stres yang terjadi berlangsung lama dan
berulang-ulang sehingga individu mengalami gangguan fisik & psikis,
merasakan ancaman, dan perilaku kerja.
Stres merupakan kondisi ketegangan yang mampu memberikan
pengaruh terhadap proses, berpikir emosi dan kondisi seseorang
(Wahjono, 2010). Ancaman hambatan terhadap kemampuan seseorang
saat menghadapi masalah adalah dampak dari stres yang terlalu berat.
Gejala-gejala stres yang biasa muncul diantaranya sering marah tidak
kooperatif tidak dapat rileks, dan pelariannya adalah merokok secara
berlebihan, minum alkohol, bahkan narkoba.
Stres kerja digambarkan sebagai tekanan, kekuatan,
kecenderungan atau upaya seseorang dalam kekuatan mental individu
dalam mengerjakan pekerjaan. Lalu stres kerja adalah sebuah perasaan
tertekan yang di alami karyawan dalam menghadapi pekerjaan
(Mangkunegara, 2013). Stres kerja tampak dari sikap, antara lain emosi
tidak stabil, perasaan tidak tenang, menyendiri, sulit tidur, merokok yang
berlebihan, tidak bias rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah
meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.
Stres mempunyai arti berbeda-beda bagi masing-masing individu
(Sunyoto, 2015). Kemampuan setiap orang beraneka ragam dalam
mengatasi jumlah, intensitas, jenis dan lamanya stres. Orang lebih mudah
membicarakan ketegangan daripada stres. Stres merupakan sesuatu yang
menyangkut interaksi antara individu dan lingkungan yaitu interaksi
antara stimulasi dan respons, dengan demikian stres kerja (job stress)
adalah konsekuensi setiap tindakan dan situasi lingkungan yang
menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik secara berlebihan pada
seseorang. Stres bukanlah sesuatu yang aneh atau yang tidak berkaitan
dengan keadaan normal yang terjadi pada orang yang normal atau tidak
semua stres bersifat negatif. Stres kerja yang dialami oleh karyawan
akibat lingkungan yang dihadapinya akan mempengaruhi kinerja dan
kepuasan kerjanya. Pendapat lain diungkapkan oleh Davis dalam
Suharsono (2012), stres kerja adalah kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik seseorang saat
bekerja.
Definisi stres kerja lainnya adalah sebuah kekuatan yang
mendorong faktor fisik maupun psikologis diluar jangkauan stabilitas,
membuat ketegangan dalam diri individu (Cooper, 2014).
Stres kerja juga merupakan kondisi dinamis dimana individu
berkonfrontasi dengan peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait
dengan apa yang individu Inginkan dan hasil yang dipandang menjadi
tidak pasti dan penting (Robbins, 2017).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan stres kerja
merupakan keadaan dimana karyawan mengalami gangguan psikologis
maupun fisik dalam menghadapi suatu permasalahan atau pekerjaan yang
dapat berpengaruh terhadap kinerjanya di dalam perusahaan dan
membuat ketidak seimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya.

2.3 Faktor Penyebab Stres Kerja


Menurut Robbins dan Judge (2017) terdapat tiga sumber utama
yang dapat menyebabkan timbulnya stres yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti ketidakpastian lingkungan
mempengaruhidesain dari struktur suatu organisasi, ketidakpastian
lingkungan juga memengaruhi level stres di antara para karyawan dalam
suatu organisasi. Alasan terbesar karyawan yang memiliki masalah dalam
perubahan organisasional ialah ketidakpastian. Terdapat tiga indikator
ketidakpastian lingkungan yang utama diantaranya adalah ketidakpastian
ekonomi, ketidakpastian politik dan ketidakpastian teknologi.
a. Ketidakpastian Ekonomi
Ketidakpastian ekonomi menciptakan perubahan dalam siklus hidup
bisnis. Apabila ekonomi dalam suatu negara terkena hantaman, maka
karyawan akan menjadi semakin cemas dengan keamanan pekerjaan
mereka.
b. Ketidakpastian Politik
Batasan birokrasi yang terjadi dalam suatu negara menjadi salah satu
sumber stres yang berpengaruh dengan pekerjaan. Ancaman terorisme
di negara maju dan berkembang akan mengarahkan pada
ketidakpastian politik yang akan menyebabkan ketegangan bagi
masyarakat di negara in sendin. Khususnya untuk para karyawan akan
merasa tertekan atau stres apabila karyawan merasa ada ancaman
terhadap perubahan politik terhadap pekerjaan mereka.
c. Ketidakpastian Teknologi
Inovasi-inovasi baru dapat membuat ketrampilan dan pengalaman
seorang karyawan usang dalam waktu yang sangat pendek oleh karena
itu ketidakpastian teknologi merupakan tipe ketiga yang dapat
menyebabkan stres. Komputer, robotika, otomatisasi dan ragam-ragam
lain darinovasi teknologi merupakan ancaman bagi banyak organisasi
yang menyebabkan stres.

2. Faktor Organisasi
Stres yang ditimbulkan oleh faktor organisasi cukup banyak.
Misalnya beban kerja yang berlebihan, tekanan untuk menghindari
kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang
terbatas, rekan kerja yang tidak menyenangkan, seorang atasan yang
menuntut dan tidak peka.
a. Tuntutan Tugas
Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan
seorang. Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu, kondisi
kerja, dan tata letak kerja fisik.
b. Tuntutan Peran
Tuntutan peran berpengaruh dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan
dalam organisasi itu. Konflik peran menciptakan harapan yang
hampir tidak bisa dipuaskan atau dirujukkan.
c. Tuntutan Antar Pribadi
Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain seperti kurangnya dukungan sosial Rekan-rekan dan
pengaruh pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup
besar. Khususnya diantara para karyawan dengan kebutuhan sosial
yang tinggi.
3. Faktor Pribadi
Faktor pribadi mencakup faktor-faktor dalam kehidupan pribadi
karyawan, terutama faktor-faktor masalah keluarga, masalah ekonomi
pribadi dan karakteristik kepribadian.
a. Masalah Keluarga
Individu menganggap keluarga sebagai hubungan pribadi dan keluarga
sebagai sesuatu yang berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya suatu
hubungan dan kesulitan disiplin pada anak-anak merupakan contoh
dari masalah hubungan yang menyebabkan stres bagi para karyawan
dan terbawa ke tempat kerja.
b. Masalah Ekonomi
Permasalahan ekonomi atas sumber finansial yang dianggap tidak
memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan stres dan
menyedot perhatian dan konsentrasi terhadap pekerjaan menjadi
terganggu.
c. Kepribadian
Suatu faktor individual penting yang mempengaruhi stres adalah
kodrat kecenderungan dasar dari seseorang. Gejala stres yang
diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya mungkin berasal dalam
kepribadian orang itu
Gibson (2011) pun menjelaskan bahwa terdapat empat faktor
penyebab terjadinya stres. Stres tersebut muncul dari adanya tekanan atau
stressor di tempat kerja, stressor tersebut diantanya adalah :
1. Stressor Lingkungan Fisik
Penyebab stres ini diakibatkan oleh lingkungan fisik tempat kerja yang
berupa sinar, kebisingan, temperatur, dan udara yang kotor
2. Stressor Individu
Penyebab stres ini diakibatkan oleh konflik peranan, beban kerja,
tanggung jawab terhadap orang lain, ketiadaan kemajuan dan
pengembangan karir.
3. Stressor Kelompok
Penyebab stres ini diakibatkan karena ketiadaan partisipasi, struktur
oganisasi, tingkat jabatan, dan ketiadaan kebijaksanaan yang jelas.

Adapun pendapat lain dari Hasibuan (2017) menyebutkan faktor-faktor yang


menjadi penyebab stres kerja adalah:
1. Beban kerja yang berlebihan dan sulit
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang wajar dan kurang adil
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai
4. Konflik antara pribadi dengan kelompok kerja atau pimpinan
5. Balas jasa yang terlalu rendah
6. Masalah keluarga seperti anak, istri, mertua dan lain lain.

2.4 Dampak Stres Kerja


Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Karyawan akan
merasa tidak mampu lagi melanjutkan pekerjaannya apabila dalam
kondisi stres. Emosi karyawan yang mengalami stres kerja umumnya
menjadi tidak stabil dan campur aduk sehingga menyebabkan perilaku
yang agresif, permusuhan, dan penarikan (misalnya, sering absen).
Perubahan kimia dalam tubuh individu dikarenakan stres kerja
menyebabkan efek jangka panjang pada kesehatan individu (Rae, 2012).
Stres berbahaya karena mampu merusak sistem daya tahan tubuh,
sehingga kondisi tubuh mudah terserang penyakit, dan proses
penyembuhannya lebih lama ketika individu terserang penyakit.
Perusahaan harus mampu menganalisa biaya stres kerja yang dialami
karyawan, mengatur tujuan untuk menjadi organisasi yang sehat.
Menciptakan program-program
manajemen stres kerja karyawan, dan melatih para manajer untuk
mempu mengetahui gejala-gejala stres kerja yang kemungkinan bisa
dialami karyawan sedini mungkin.
Sedangkan menurut Luthans (2014) dampak stres kerja pada karyawan
adalah sebagai berikut:
1) Masalah kesehatan fisik.
Masalah kesehatan fisik yang mungkin dialami oleh karyawan adalah
masalah sistem kekebalan tubuh, masalah sistem kardiovaskular
(tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), masalah sistem
muskoskeletal (sakit kepala dan sakit punggung), dan masalah
gastrointestinal (diare dan sembelit).
2) Masalah psikologis
Masalah psikologis yang mungkin muncul jika tingkat stres tinggi
adalah kecemasan, kemarahan, depresi, gelisah, tegang dan bosan.
Dampak stres yang paling besar adalah tindakan agresif seperi
permusuhan, agresi pribadi, dan keluhan. Masalah psikologis
berhubungan dengann kinerja yang buruk, penghargaan diri yang
rendah, kebencian terhadap pengawasan, dan ketidakpuasan kerja.
3) Masalah perilaku
Perilaku langsung yang menyertai tingkat stres yang tinggi mencakup
pola makan yang tidak teratur, kesulitan tidur, merokok, mengonsumsi
minuman keras, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang.
Cox dalam (Fauji, 2013) membagi menjadi 5 efek dari stres kerja yaitu :
1) Subyektif, berupa kekawatiran atau ketakutan, agresi, apatis,
keletihan, frustasi, kehilangan kendali dan emosi, rasa bosan, depresi,
penghargaan diri yang rendah dan gugup dan kesepian.
2) Perilaku, berupa mudah mendapat kecelakaan, luapan emosional,
makan atau merokok berlebihan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan
obat, perilaku impulsif tertawa gugup
3) Kognitif, berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang
masuk akal, sangat sensitif terhadap kritik, daya konsentrasi rendah,
kurang perhatian, hambatan mental
4) Fisiologis, berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat, bola mata melebar, mulut
kering, berkeringat, panas dan dingin
5) Organisasi, berupa angka absensi, terasing dari mitra kerja, omset,
produktivitas rendah, serta komitmen organisasi dan loyalitas
berkurang.
Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat diambil kesimpulan
bahwa stress kerja dapat memberikan beberapa efek pada gejala fisik,
perilaku, maupun psikologi. Sehingga perusahaan perlu mengadakan
beberapa upaya yang harus untuk menghindari atau mengurangi tingkat
stress pada karyawan, agar proses kerja perusahaan tidak terhambat.

2.5 Strategi Mengatasi Stres


Dua cara untuk menghadapi stres kerja menurut Ivancevich,
Konopaske dan Matteson (2014) adalah sebagai berikut:
1) Problem-Focused Coping
Tindakan yang di ambil oleh seseorang individu untuk menghadapi
orang. Situasi, atau peristiwa yang penuh tekanan kemudian merujuk
pada tindakan yang diambil untuk berhadapan langsung dengan
sumber stress. Sebagai contoh pekerja yang memiliki seorang manajer
yang kasar mungkin menghadapinya dengan cara absen dari tempat
kerja. Absen ini akan memungkinkan pekerja tersebut menyingkir,
selama beberapa waktu dari manajer yang kasar tersebut.
2) Emotion-Focused Coping
Hal ini merujuk pada langkah-langkahi yang diambil seseorang untuk
berhadapan dengan perasaan dan emosi yang menekan. Sebagai
contoh. Karyawan sering berpergian sebagai bagian dari pekerjaannya
mungkin dapat meringankan perasaan dan emosinya yang tertekan
dengan berolah raga secara teratur atau dengan membaca buku fiksi
ringan, jika aktivitas untuk menghadapi stres ini berhasil, perasaan
karyawan tersebut terkendalikan. Strategi lain yang dapat digunakan
untuk mengelola stres menurut Robbins dan Judge (2017) adalah
sebagai berikut :
1. Strategi Individu
Karyawan bisa memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi
tingkat stresnya. Strategi yang telah terbukti efektif diantaranya
adalah pelaksanaan teknik manajemen waktu, meningkatkan
intensitas latihan fisik, pelatihan pengendaran (relaksasi) dan
peluasan jaringan dukungan sosial, misalnya menemukan
seseorang yang dapat mendengar masalah karyawan dan
memberikan perspektif yang lebih objektif terhadap situasi
tersebut.
2. Strategi Organisasi
Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen antara
lain:
a. Memperbaiki mekanisme seleksi karyawan dan penempatan
kerja yang sesuai.
b. Menggunakan penetapan sasaran yang realistis sehingga
karyawan mengetahui jelas sasaran yang mereka tuju, menerima
umpan balik dan memotivasi karyawan mencapai tujuan.
c. Perancangan ulang desain pekerjaan yang dapat memberikan
karyawan kendali yang besar dalam menyelesaikan pekerjaan
yang mereka dapatkan
d. Meningkatkan keterlibatan karyawan dalam pengambilan
keputusan. Memperbaiki komunikasi organisasi yang dapat
mengurangi ambiguitas peran dan konflik peran
e. Penegakan program kesejahteraan korporasi yang memusatkan
perhatian pada keseluruhan kondisi fisik dan mental karyawan.

BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab stres kerja karyawan adalah
salah satu hal penting yang harus diketahui oleh perusahaan. Perusahaan
perlu mengetahui seberapa besar karyawan mengalami stres kerja karena
stres kerja karyawan merupakan masalah yang dirasa perlu diperhatikan
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Robbins dan
Judge (2017) menjelaskan mengenai liga faktor penyebab stres kerja
karyawan yang utama yaitu faktor lingkungan luar. Faktor organisasi, dan
faktor individu.
Sumber utama stres kerja pertama adalah faktor lingkungan luar
yang terdiri dari ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh perubahan
siklus bisnis, sehingga menimbulkan rasa khawatir karyawan pada
pekerjaannya. Ketidakpastian politik yang disebabkan oleh suatu kondisi
politik negara yang tidak stabil, dan ketidakpastian teknologi karena
perkembangan teknologi yang pesat dapat membuat keterampilan
karyawan menjadi kurang terpakai di industri. Sumber utama yang kedua
adalah faktor organisasi yang terdiri dari tuntutan tugas. Tuntutan peran,
dan tuntutan interpersonal. Sumber faktor penyebab stres yang terakhir
adalah faktor individu yang terdiri dari masalah keluarga, masalah
keuangan pribadi dan karakteristik pribadi.

Anda mungkin juga menyukai