Anda di halaman 1dari 9

Menelaah HermeneutikaiHadis Khaled M.

AbouiEl-Fadl Dalam Mahar


Perkawinan Dengan Hafalan Al-Qur’an

Syihab Irfani (210201210043)


UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: syihabirfan88@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalis hadis menegnai mahar
perkawinan. Hadisiini menyebutkan bahwaisalah satuibentuk mahar adalahihafalan
al-Qur’an, inamun ini berada pada segmen pilihan terakhir setelah tidak ada materi
yang menjanjikan serta bisa mengangkat derajat seorang istri. Pada saat ini,
realitasnya hafalan al-Qur’an dipakai untu mahar perkawinan untuk ajang gengsi,
supaya terlihat berbeda dari lainnya. Artikel ini akan menjelaskan eksistensi makna
hadis pada mahar perkawinan dikaji dalam perspektif hermeneutika KhalediM.
AbouiEl-Fadl. Hasil penelmuan penelitianiini menunjukkan ibahwa saat ini umat
Muslim paham hadis mengenai hafalan al- Qur’anisebagai mahariperkawinan
melalui prosesinegosiasi dan penyaringan panjangisampai memengaruhi perilaku.
Dimaksud dengan negosiasi adalah adanya kejadian dialog antaraibudayaisekitar,
denganiteksihadis tersebut.

Kata Kunci: Hermeneutika, Haidis, Mahar, Hafalan al-Qur’an.

PENDAHULUAN
Mula awal Al-Qur’aniditurunkan, terdapat banyakiriwayatisejarah yang
memberikan informasi bahwa ada ratusan sabahat Nabiisaw yangimenghafalka
ayat-ayatiAl-Qur’an.1 Terjadi karena penyebab tradisi Arab, yaitu tempat Al-
Qur’an turun masyarakat mengandalkan hafalan, sampai saat ini masih terakui
kekuatanihafalannya. Semakin berkmbang zaman, iAl-Qur’an telah sampai pada
tanganiumat muslimisekarang, selainimenjadi pedomanihidup juga dihafalkanidan
dipelajari. Dapat dikatakan jumlahipenghafal Al-Qur’an dibilang tidak sedikit, hal
ini dipengaruhi oleh tempat adanya tempat khusus untuk menghafal. Contohnya
pada pondokipesantren, ikomunitas masyarakatibahkan diirumahimasing-masing.

Sesuai hadis sabda Rasullah, penghafal al-Qur’an mempunyai beberapa


keutamaan. Diantaranya adalah bisa menyelamatkan kedua orangtua dari sisksa api
neraka, dimuliakan Allah, danilainisebagainya.2 Keutamaanitersebutimenjadiisalah
1
QuraishiShihab, Membumikan al-Quran, (Bandung: iMizan, 1996), h. 2
2
Lajnah PentashihaniMushaf Al-Quran. KeutamaaniAl-Qur’an dalam iKesaksian Hadis. i (Jakarta: iBadan
satu faktoriparaipenghafal Al-Qur’an yang kini dipandangisangat istimewaidi
kalanganimasyarakat. Sama halnya apabila hafalaniAl-Qur’an dijadikan sebagai
mahariperkawinan disertai alasanihal itu bisa menjadi sebuah kebanggan tersendiri
yangisangat jarangidilakukan oleh masyarakatiumumnya.3
Hal yang terjadi saat ini pada masyarakat, mahariperkawinan merupakan
tradisiilokal yang memberlakukan jumlahimahar denganiharga tingi, sama seperti
tradisi Muslim Banjar, Sasak, Mandar dan Bugis. Semakin tinggi mahar yang
digunakanimaka semakinitinggi statusisosialnya. Mahar perkawinan menjadi titik
nilai untuk menentuka status sosial akan tetapi kurangnya pandangan nilai-nilai
moral yang ada dalam definisi mahar tersebut. 4 Pada salah satu hadis Rasullah juga
disebutkan bahwa:
“….Seorang teman melaporkan bahwa Nabi pernah menikah dengan
seorang pria dan seorang wanita yang tidak memiliki harta untuk digunakan
sebagai mahar. Pria itu telah hafal Al-Qur'an, dan Rasul Allah menikahinya
dengan hafalan sebagai mahar:.5
Hadis tersebut terdapat pesaniapabila dipahami menyebutkan bahwaihafalan
al-Qur’an dapat menjadi pilihaniterakhir agar bisa digunakan sebagaiimahar
perkawinan karenaifaktor ekonomi priaiyangiangat misin sehinggaitidakiada harta
benda lagi yangibisa menjadi sebuahimahar.
Pada pemaparanidi atas ditarik realitasnya dewasaiini yangiterjadi diitengah
masyarakat dinilai kurangisesuai denganipesan dari hadisiyang disabdakanioleh
Rasulullah saw. Kenyataan iniiada sebab didasarkan pembacaanidanipemahaman
mereka akan hadisitersebut. Proses pemahamanidapat dianalisis dengan metode
hermeneutika yang diberikan oleh Abou El-Fadl yaitu hermenutika negosiatif,
dalam maknaimerupakan hasil interaksiiyang menyeluruh antara pengarang, teks,
dan pembaca yang selalu diperdebatkan, dinegosiasi, serta mengelami perubahan.
AbouiEl-Fadl memaparkanibahwa semuaiorang berhal iberusaha
menemukanimaksud Tuhannya atauimaksud Rasullah dalam hadisidengan
menggarisbawahi caraiyang jujur, ibermoral, demokrtasi, adilidan pembekalaniilmu

LitbangiKementrian Agama RI, i2011), h.4.


3
MiftahuliJannah, ‘MahariPerkawinan DenganiHafalan AyatiAl-Qur’an Di Tinjau Dari Fiqh
Munakahat, iSkripsi, (UiniRaden FatahiPalembang, 2016), h 57.
4
Aini Noryamin, ‘Tradisi MahariDi Ranah Lokalitas iUmat Islam: Mahar iDan StrukturiSosial Di
MasyarakatiMuslim Indonesia’, Ahkam : Jurnaliilmu Syariah, Vol. 17, No. 1, 2014
5
AbiiAbdillahiMuhammad Ibn Ismailial-Bukhari, Al-Jami’u Shahih li Al-Bukhari iJuzz 3, (Kairo :
MaktabahiSalafiyah, 1400),h 375.
yang memumpuni. Berjalannya waktu, untuk membuktikan kandungan hadis perlu
adanya pemaknaan ulang untuk tatanan kehidupan bangsa dan budaya. Pemahaman
yang sekarang bersifat dinamis.6
Pemilihan teori hermenutika negosiatif untuk menganalisisimakna hadisidi
atas karenaidianggap sesuaiiuntuk proses pemahamanimasyarakat muslim kini
apabila membacaihadis terkaitimahar perkawinan. Kacamata analisisiyang
dipaparkan AbouiEl-Fdl dianggap bisa menjelaskanilokasi negosiasiiyang terjadi
anatara teks hadisidan umat muslimisebagai pembaca. Hal ini dapay memunculkan
perilaku termasuk menggunakanihafalan Al-Qur’an sebagaiimahar pekawinan
atas dasar factoritertentu. Adapun pembahasan hadisnya memiliki batasan
penelitian sanad dan matannya dengan perbandingan pendapat ulama. terdapat
banyak literarur hermeneutika negosiatif Abou El-Fadl tapi belum adaiyang
mencoba mengaplikasikan untukimemahami hadis mengenai mahariperkawinan.7
Sejarah Dan Definisi Hermeneutika

Sebelumimendefinisikan filsafatihermeneutika, terlebihidahulu kitaiakan


mengetahuiiasal usul hermeneutika. iSemua orang tahu bahwaidalam masyarakat
Yunaniitidak ada agamaitertentu, tetapi merekaipercaya padaiTuhan dalamibentuk
mitos. Bahkan, dalam mitologiiYunani ada dewaiyang diperintah olehidewa Zeus
daniMaia memiliki seorang putra bernamaiHermes. Hermesidikatakan sebagai
utusanipara dewaiuntuk menafsirkan pesanipara dewaidi langit. Dari namaiHermes
itulah konsepihermeneutika kemudianidigunakan. Hermeneutika berasal dariiperan
Hermesisebagai ilmu dan seni menafsirkaniteks.
Hermesidianggapisebagai nabi Manichaeist. Dalam mitologi Yunani,
Hermes, yang dianggap sebagai putra dewa Zeus dan Maia, bertanggung jawab
untuk mengomunikasikan dan menafsirkan pesanidewa gunung Olympusidalam
bahasaiyang dapat dimengerti manusia. iHermes memiliki kakiibersayap danidikenal
dalamibahasaiLatin sebagai Merkurius. Menurutibukunya Takwīnal`Aqlal`rabi's
Abdal-Jabiri, Hermes / Thoth adalah sekretaris ilahi atau dewa asli dalam mitologi
Mesir kuno, menulis di bidang kedokteran, sihir, astrologi dan geometri. Hermes,

6
MuhammadiAlfatihiSuryadilaga, “Kontekstualisasi Hadits Dalam Kehidupan Berbangsa dan Berbudaya”,
Kalam , Vol. i11, No. 1, 2017, ih. 215–34
7
Ali Hasan Siswanto, i ‘Hermeneutika Negosiatif iKhaled Abou iEl-Fadl; iMenjunjung
Otoritas TeksiSekaligus MembatasiiOtoritarianisme’, The StateiInstitute foriIslamic StudiesiJember,
Research Gate, iaccessed 29 March 2018
yang dikenal orang Arab sebagai Idris (as), disebut Henokh oleh orang Yahudi.
Idris, Hermes, Thoth dan Henokh adalah orang yang sama.
Kemunculan Hermes karya Sayyed Hossein Nasr sering dikaitkan dengan
Nabi Idriss. Legenda mengatakan bahwa profesi Nabi Idris adalah Weber. Ketika
profesi menenun dikaitkan dengan mitologi Yunani tentang peran dewa Hermes,
hubungan positif menjadi jelas. Kata kerja Latin "spinnen" adalah tegree, tetapi
produknya disebut textus atau teks, yang merupakan tema sentral hermeneutika.
Bagi Nabi Idris atau Dewa Hermes, masalah pertama adalah menafsirkan pesan
Tuhan dalam "bahasa surga" sehingga mereka yang menggunakan bahasa "bumi"
dapat memahaminya. Ini mungkin termasuk makna metaforis pemintal. Artinya,
memutar kata-kata dan makna yang berasal dari Tuhan, atau menggabungkannya
agar manusia dapat dengan mudah memahami (menggunakannya) nantinya.
LatariBelakangiMunculnya FilsafatiHermeneutika
WerneriG.jeanrond mencantumkan tiga lingkungan pentingiyang
mempengaruhi munculnya hermeneutika sebagaiiilmu atau hermeneutika yaitu :
a. milieuimasyarakat yang terpengaruhioleh pemikiraniYunani
b. Lingkungan komunitas Yahudiidan Kristen menghadapiimasalah teks-teks
"suci" agamaimereka dan mencari modeliyang cocok untukiinterpretasi mereka.
c. Lingkungan Masyarakat Pencerahan Eropa berusaha melepaskan diri dari
hermeneutika dari konteks keagamaan, melepaskan diri dari tradisi dan otoritas
keagamaan
Dariiteologi protestanikepada filsafat
Abad ke-18 dianggap sebagai awal era di mana proyek modernitas, atau
pemikiran rasional diterapkan, menjanjikan kebebasan dari irasionalitas mitos,
agama, dan takhayul. Sains berbeda dengan agama, yang diyakini sebagai penyebab
kemunduran, ketika gerakan non-enkripsi dan dalam kata-kata Weber "kekecewaan"
terjadi di Barat.
Padaiabad ke-17idan ke-18, pendekatanikritis terhadap Alkitab (Perjanjian
Baruidan PerjanjianiBaru) berkembang sebagai bagian dariihermeneutikaiteologis.
Kajian kritisiPerjanjian Lamaimenekankan pada strukturiatau bahasa teksisebagai
sarana untukimemahami isinya. Kajian ini juga bertumpu padaibukti internal teks
sebagaiidasar untuk membahas keutuhan dan kepengarangan teks, ikemudian
konteks sosiologisidan historisisebagai konteksiuntuk memahamiiasal usul
danipenggunaan materi. Tinjauan kritis terhadapiPerjanjianiBaru telah menyebabkan
banyak kontra-argumen terhadapiTextus Receptus versi Erasmus. iStudi ini
menemukan bahwa Firman Tuhan dan Alkitab tidak sama, dan bahwa bagian-bagian
dari Alkitab tidak diilhami dan tidak dapat diterima sebagai otoritatif. Dalam
lingkungan pemikiran ini, makna hermeneutika menjadi metodologi filosofis.8
Dariiteologi dogmatisikepadaispirit rasionalisme
Hermeneutika tetap menjadi wacana yang menarik di kalangan teolog Kristen
era ini, meskipun para teolog Kristen menentang perkembangan ilmu pengetahuan
yang dipengaruhi oleh pandangan dunia ilmiah Barat. Pertanyaan hermeneutik yang
diangkat telah bergeser ke bagaimana kita dapat memahami realitas yang terkandung
dalam teks-teks kuno seperti Alkitab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa yang
dapat dipahami oleh manusia modern. Ini menimbulkan pertanyaan tentang
kesenjangan antara bahasa modern dan bahasa teks-teks Alkitab, dan bagaimana para
penulis Alkitab berpikir tentang diri mereka sendiri dan bagaimana masyarakat
Kristen modern berpikir.
Dunia 4.444 teks pada akhirnya dipandang sebagai representasi dunia
mitologi dan dunia masyarakat modern sebagai representasi dunia sains.
Hermeneutika membahas bagaimana peristiwa masa lalu dan kata-kata menjadi
bermakna dan relevan dengan keberadaan manusia tanpa kehilangan esensi pesan.
Lonceng pertama untuk menggunakan hermeneutika sebagai hermeneutika
ada dalam karya JCDannheucer tahun 1654 "Hermeneutika Sacra Sive Methodus
exponendarum Sacrarum litterarum". Ini mulai dibedakan dari eksegesis sebagai
metodologi interpretasi. Maknanya tetap sama, tetapi materi pelajaran telah diperluas
untuk mencakup literatur non-Alkitab.9

Perkembanganimakna hermeneutika dari sekedar pengenalan hermeneutika


menjadi metodologi pemahaman dilakukan oleh ahli bahasa Friedrich Ast (1778-
1841). Dalam bukunya, "The Basics of Grammar Harmenutics and Criticism," Ast
membagi pemahamannya tentang teks menjadi tiga tingkatan. 1) Pemahaman
sejarah, yaitu pemahaman yang didasarkan pada perbandingan antara teks dengan
teks lain. 2) Pemahaman gramatikal berkaitan dengan pemahaman maknaikata-kata

8
AdniniArmas, Dampak HermeneutikaiSchleiermacher dan Dilthei terhadap Studi Al-Qurán, JurnaliIslamia,
Vol. iIII, No. 3, i2008, h.lm 72
9
HamidiFahmy Zarkasyi, HermeneutikaiSebagai ProdukiPandangan Hidup, idalam KumpulaniMakalah
WorkshopiPemikiraniIslam Kontemporer, iIKPM cabangiKairo,i2006), h. 1.
dalam kalimat, dan 3) Pemahaman mental, yaitu implikasi teologis atau psikologis
yang berkaitan dengan pikiran, wawasan, spiritualitas, dan pandangan hidup
pengarang.
Hermenutika Hadits AbouiEl-Fadl

Hermeneutikaimerupakan suatu metodeiatau cara gunaimenafsirkan sebuah


simboliberupa teks mengenai sesuatuiyang dipakai sebagai teksiuntuk mencari arti
danimaknanya. Lahirnya disiplin hermeneutika dari Baratidari rahim agamaiKristen
sampai suit diterimaidalam diskusi Islam. iIntelektual Muslimikontemporer curiga
padaigagasan Barat mengenai relativisme daniantikemapanan, dan dipandangioleh
sarjanaimuslim yaitu metodelogi yangitidak menghormatiinilaiikesakralan.
Diluar persoalanitersebut, bebrapa cendekiawan muslimisudah
menggunakanimetode hermenutika dalam kajianiIslam melingkupi interperetasi
maknaial-Qur;an, pengajuan otentisitasidan pemaknaanihadis, sampai pada istilah
“hermeneutika” bukan lagi istilahiyang diberikan olehipihak luariIslam akan tetapi
bisaidigunakanioleh orangiIslam sendiri.
Hermenutika Abou El-Fadl ada karena persolan penafsiran biasigender
dalamifatwa-fatwa kegamaan Islamiyang dipaparkan oleh ahli hukumiagamaiIslam
padaiCRLO yang titik perharian dan telaah kajian diibelahan duniaiIslam.
Digambarkan oleh AbouiEl-Fadl bahwa hermenutika adalah kajianiyang
menitikberatkan paham kaidahiilmuitafsir dan epistimologi pemahaman yaitu
kajian terkait konstruksiimakna pada masa lalu dan mengenai maknaipadaimasa
kini.
Menurut padangan hadisiAbou El-Fadl adalah korpusiriwayat takiberbentuk
mengenai perilaku, isejarah dan perkataaninabi, meliputi ragam riawayt tentang
sahabat nabi. Menurutnya, wacana Islam kontemporer seperti komptesi
membunyikan hadis dan mengklaim pembenaran dan autensititas yang sumbernya
dariihadis. Hadisiyang memiliki dampakisecara moral ataupun sosialiperlu
dilakukan secaraikritis denganijeda-ketelitian yangidijabarkan dalamiasumsi
berdasar pada imanidan ilmiah.
Diakui oleh AbouiEl-Fadl bahwa kepengarangan konsep dalamihadis lebih
kompleksidibanding denganial-Qur’an. Ditawarkan oleh Abou El-Fadl pada hal
mendasar harus menyentuhirealitas sejarah dengan mengembangkanikajian pada
kritik mataniyang memungkinkan seorang mengkaji konsteks sosio-historis hadis
berdasarkan kontekstual padaimasa kini.

Dalam buku hermeneutika studi islam oleh Khaled Abou El-Fadl


mempunyai kemiripan seperti yang dilakukan oleh Ricour di barat, sebab pemikiran
Ricour sebagai anggapan jembtan perdebatan sengit dalam pola hermeneutika
antara tradisi metedologis dan tradisi filosofis.

Hermenutika negosiatif diterapkan dengan beberapa langkah paraktisnya,


pertama mengenai pemahaman tentang teks. Langkah kedua dapat melalui
pengujian autentisitas (kompetensi) teks. Langkah ketiga menetapkan makna teks
dengan menelusuri maskud awal pengarang teks, memahami konteks di sekitar
teks. Langkah terangkhir memberikan pemisah subjektivitas penafsiran teks.
Kondisi Nyata Mahar Perkawinan di Kalangan Masyarakat Indonesia
Realitisme tren mahar yang terjadi di Aceh yaitu menggunakan hafalan al-
Qur’an. Hal ini karena mempeleai laki-laki adalah seorang taatiberagama dan sudah
khatamimenghafalkan al-Qur’an denganibaik. Hal ini yang mendorongnyaiuntuk
menggunakan hafalanial-Qur’an sebaai mahariperkawinannya. Selain itu juga
memberikan mahariberupa uang, iemas, dan seperangkatialat sholat.
Hal ini terjadi terjadi karena suatu dorongan tertentu dan bukan karena
tanpa sebab. Beberapa faktor yang melingkupinya adalah lingkungan, ekonomi,
sosial, budaya, disiplin ilmu, dan lainnya sehingga terbentuklah tren ini.
Hermenutika NegosiatifiKhaled M. AbouiEl-Fadl
Pada penerapan hermeneutika iniitelah dijelaskanidi atasibahwa terdapat
beberapa langkah metodelogis untuk menerapkan dalam memahami suatu teks.
Masuklah kepada langkah terakhir yaitu penetapan makna, dalam hal ini terjadi
suatu proses negosiasi yang dimaksud oleh Abou El-Fadl. Dalam hadis, Rasulullah
pernah menikahkan seorang laki-laki dengan seorang wanita menggunakan mahar
berupa hafalan yang ada di dalam al-Qur’an. Disebabkan karena laki-laki tidak
mempunyai harta benda apapun selain hafaalan al- Qur’annya, oleh sebab itu
Rasulullah menyetujuinya.

Masa kini, mahar ini sudah dipraktekkan olehimasyarakat denganimaksud


tertentu sebagai contoh mahariperkawinan denganihafalan al-Qur’anisebagai
kompetensi bergengsiidan rasa bangga yang ramai dalam masyarakat. Hal ini tentu
beda dengan bahasan hadis yang sesungguhnya. Padahal, Rasulullah menyetujui hal
tersebut (hafalan al-Qur’an) sebagai mahar adalah pilihan terakhir. Kemudian inilah
letakinegosiasi yangiterjadi dalamiproses pemahamanihadis di atas.

Atas segmen ketelitianiyang ditawarkan AbouiEl-Fadl sebagai sarana agar


tidakiadanya kejadian interpretasiidispotik dalamiproses negosiasi perluiadanya
penerapan dalamirealistis tren mahariini. Penggunaan hafalanial-Qur’an sebagai
mahariperkawinan didasarkan pada pemahamaniyang sewenang-wenangikarena
tidak adanya pemenuhan syaratikejujuran, keseluruhan, kesungguhan, irasionalitas,
danipengendalian diri. Paham yangidipegang pada hadis tersebut lebih condong
kearah subjektivitas pembaca tabpa adanya pengetahuan latar belakang hadisnya.
Penutup
Penjelasan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, terdapat duaihal yaitu:
pertama, mengenai maknaihadis tentang mahar perkawinaniyang ditelisik dari
perspektifihermenutika Khaled M.AbouiEl-Fadl yakniiRasulullah saw memblehkan
penggunakan hafalan al-Qur’anisebagai mahariperkawinan dalam posisiipilihan
terakhir karena masih ada beberapa pilihan utama berupa materi yang bermanfaat,
bisa menaikkan derajat istri, serta sederhana dan tidak menyulitkan. Hadist tersebut
menyiratkan pesan moral bahwa yang memiliki pengaruh kehidupanisosialiumat
Islam, baik dari kalangan kayaiatau miskin boleh menggunakanihafalan al-Qur’an
sebagaiimahar denganisyarat yang berlaku. Hadis ini juga sudah tidak diragukan
lagi atas kualias shahihnya kakrena dikaji oleh sembilan Imam.

Kedua, adanya paham umat muslim masa kin mengenai hadisiyang


menjelaskanimahar perkawinanidengan hafalanial-Qur’an bisa dinilaiisewenang-
wenangidan subjektif, adanya faktoriajang gengsiiyang menggarisbawahi alasan
tidakisesuai dengan hadisitersebut. Penetaoan maknaiyang dilakukan yang
dilakukan dalamimemahamiihadis ini sebagaiisuatu segmen intrepretasi yang
melalui prosesidialogidengan teks hadis tersbeutm Rasulullahisebagaiipencipta dan
sosial-budayaiyang berlaku saariini.

DAFTAR PUSTAKA
Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Al-Jami’u Shahih li Al- Bukhari
Juzz 3, (Kairo: Maktabah Salafiyah, 1400).
Aini Noryamin, ‘Tradisi Mahar Di Ranah Lokalitas Umat Islam: Mahar Dan
Struktur Sosial Di Masyarakat Muslim Indonesia’, Ahkam : Jurnal ilmu Syariah,
Vol. 17, No. 1, 2014.
Ali Hasan Siswanto, ‘Hermeneutika Negosiatif KhalediAbou El-Fadl; Menjunjung
Otoritas Teks Sekaligus Membatasi Otoritarianisme’, The State Institute for
Islamic Studies Jember, Research Gate, accessed 29 March 2018.
Fiqh Munakahat, Skripsi, (Uin Raden Fatah Palembang, 2016).
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran. Keutamaan Al-Qur’an dalam
Kesaksian Hadis. (Jakarta: Badan Litbang Kementrian Agama RI, 2011).
Miftahul Jannah, ‘Mahar Perkawinan Dengan Hafalan Ayat Al-Qur’an Di Tinjau
Dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran. Keutamaan Al-Qur’an
dalam Kesaksian Hadis. (Jakarta: Badan Litbang Kementrian Agama RI,
2011).
Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Kontekstualisasi Hadits Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Berbudaya”, Kalam , Vol. 11, No. 1, 2017, h. 215–34.
Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996).

Anda mungkin juga menyukai