MODUL 2 Dan 3 Resume Evaluasi
MODUL 2 Dan 3 Resume Evaluasi
Oleh:
NAMA: M. ARIANTO. K
NIM: 856606611
UPBJJ (18/PALEMBANG)
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022.2
MODUL 2
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR
B. Tes Uraian
KEUNGGULAN
1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
2. Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat diukur
dengan tes objektif
3. Waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes uraian lebih cepat dari pada waktu
yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif
4. Menulis tes uraian yang baik relative lebih mudah dari pada menulis tes objektif.
B. Tes Uraian
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu :
1) Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
2) Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
3) Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
4) Gunakan tes uraian terbatas.
5) Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta.
6) Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
7) Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
8) Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
9) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia mengerjakan soal
dengan benar.
Pedoman penskoran:
1) Apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka
jawaban tersebut harus ditulis.
2) Tandai butir, kata kunci/konsep penting yang harus muncul pada jawaban
tersebut.
3) Adakah butir, kata kunci/konsep yang lebih penting dari yang lain.
4) Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul pada jawaban
tersebut.
5) Butir, kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari yang
lain.
B. Landasan Psikologis
Asesmen alternative dilaksanakan berdasarkan beberapa teori belajar yang digunakan
sebagai landasan.
i. Teori fleksibilitas kognitif dari R. Spiro (1990)
ii. Teori belajar Bruner (1966)
iii. Generative learning model dari Osborne dan Wittrock (1983)
iv. Experiential learning theory dari C. Rogers (1969)
v. Multiple intelligent theory dari Howard Gardner (1983)
B. Perencanaan Portofolio
Delapan pedoman yang harus diperhatikan pada saat merencanakan portofolio Shaklee et.al
(1977):
Menentukan criteria atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio
Menerjemahkan criteria atau standar tersebut kedalam rumusan-rumusan hasil belajar
yang dapat diamati
Menggunakan criteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum
untuk menentukan perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti yang
diperlukan
Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio
siswa
Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan
Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti
yang dikumpulkan
Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan
informasi dan keputusan asesmen portofolio
Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur, kelas, atau isi agar kita dapat
membandingkan
C. Pelaksanaan Portofolio
Dalam pelaksanaan asesmen portofolio, tugas guru adalah :
Mendorong dan memotivasi siswa
Memonitor pelaksanaan tugas
Memberikan umpan balik
Memamerkan hasil portofolio siswa
E. Tahap Penilaian
Penilaian dimulai dengan menentapkan criteria penilaian yang disepakati bersama
antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten
Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran
berikutnya
Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus
atau berkesinambungan.
A. Konsep Dasar
Menurut Krathwohl (dalam Gronlund and Linn, 1990), ranah afektif terdiri atas lima level
yaitu:
1. Receiving, merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau
stimulus, misalkan aktivitas dalam kelas, buku atau musik.
2. Responding, merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.
3. Valuing, merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai,keyakinan atau sikap
dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization, merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu
dengan nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu diselesaikan dan siswa mulai
membangun sistem internal yang konsisten.
5. Characterization, merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa
sudah memiliki system nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai pada
waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.
Sedangkan karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep
diri dan nilai.