Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ Peraturan Perundang-Undangan Tingkat Daerah“


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kemahiran Hukum II
Dosen Pembimbing :
Drs. Muh. Nur A,M.H.

Disusun Oleh Kelompok 4 (Kelas A) :


• Restu ( 0120049 )
• Sindi Syahrani
• A. Zakiah Maulani Putri
• Fadia Aqilah
• Eka Handayani
• Reza Zuhandi
• Sultan Arizky
• A. Nurul Afifah
• A. Muh. Iklash MP
• Amri Madiara
• Nurfaidah. S

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH) PENGAYOMAN
WATAMPONE
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Fungsi dan
Peran Hukum Internasional”. Dengan demikian, Makalah ini disusun guna menyelelesaikan
tugas yang di beri oleh dosen Hukum Internasional.

Penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari dukungan,
bimbingan, dan dorongan berupa moral dan spiritual dari semua pihak. Oleh karena, itu penulis
sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang terlibat dalam
pembuatan Karya tulis ini.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pemerintahan yang tertib merupakan syarat utama terwujudnya tujuan
negara. Pemerintah daerah sebagai penyelenggara pemerintahan daerah tidak terlepas dari
tugas membina ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerahnya. Peraturan daerah harus
sesuai dengan keadaan masyarakat di mana peraturan daerah tersebut diberlakukan. Sebagai
penyelenggara pemerintahan daerah maka pemerintah daerah dituntut untuk memahami
dukungan dan tuntutan yang berkembang dalam masyarakatnya, tetapi kenyataannya sering
terjadi bahwa setelah diberlakukannya suatu peraturan daerah, banyak substansi dari peraturan
daerah dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Peraturan Daerah pada umumnya dapat diartikan sebagai instrument aturan yang
diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah di masing-masing daerah otonom. Peraturan Daerah adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentu koleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur atau bupati/walikota). Peraturan Daerah terdiri
atas: Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Pengertian peraturan
daerah provinsi dapat ditemukan dalam pasal 1 ayat7 Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sebagaiberikut :

Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

Selanjutnya pengertian peraturan daerah kabupaten/kota disebutkan pula dalam pasal 1


ayat 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, sebagaiberikut :

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk


oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama
Bupati/Walikota.

2
Sejak otonomi daerah diterapkan berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian
dicabut dan diganti dengan UU No. 32 tahun2004, Peraturan Daerah yang dibatalkan
berjumlah 761 Peraturan Daerah. Bahkan ada perda yang tidak sah tetapi masih tetap
memberlakukan. Peraturan Daerah yang dianggap bermasalah itu, dinilai menimbulkan
ekonomi biaya tinggi di daerah serta membebani masyarakat dan lingkungan. Hal ini terjadi
karena peraturan daerah yang dibuat oleh pemerintah daerah tidak partisipatif artinya belum
mampu mengcoveraspirasi semua lapisan masyarakat, sehingga ketika akan diberlakukan
bertentangan dengan apa yang diinginkan masyarakat. Hal ini tentu saja sangat mengganggu
jalannya system pemerintahan yang artinya juga mengganggu kestabilan masyarakat di
daerah, terutama dari segi kepastian hukumnya.

Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan menjelaskan bagaimana peraturan daerah
serta segala sesuatu yang berkaitan dengan peraturan daerah tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Peraturan Daerah ?
2. Apa Materi Muatan Peraturan Daerah ?
3. Apa Fungsi Peraturan Daerah ?
4. Apa Jenis- jenis Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di tingkat
Daerah ?
5. Bagaimana Proses Pembentukan Peraturan Daerah ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Peraturan Daerah.
2. Mengetahui Materi Muatan Peraturan Daerah.
3. Mengetahui Fungsi Peraturan Daerah.
4. Mengetahui Jenis-jenis Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di
tingkat Daerah.
5. Mengetahui Proses Pembentukan Peraturan Daerah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERATURAN DAERAH


Berdasarkan pasal 7 ayat (1) Undang-Undang nomor 12 tahun 2011, terdapat dua jenis
Peraturan Daerah, Yakni Peraturan Daerah Provinsi Dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
a. Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. Termasuk dalam
Peraturan Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Provinsi Aceh dan Peraturan Daerah
Khusus (Perdasus) serta Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat.
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Adalah Peraturan -Undangan Yang Dibentuk Oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Dengan Persetujuan Bersama Bupati/Walikota.

B. MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH


• Dalam pasal 14 undang-undang nomor 12 tahun 2011 menetapkan bahwa materi muatan
peraturan daerah, adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih
lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
• Dalam pasal 15 ayat (1) menetapkan bahwa materi muatan mengenai ketentuan pidana dapat
dimuat dalam :
a) Undang-undang
b) Peraturan daerah provinsi; atau
c) Peraturan daerah kabupaten/kota.
Dalam pasal 15 ayat (1) ini menjelaskan bahwa peraturan daerah provinsi dan peraturan
daerah kabupaten dan kota dapat memuat materi mengenai kententuan hukum pidana.
• Dalam pasal 15 ayat (3) menetapkan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah
kabupaten/kota dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
lainnya

4
C. FUNGSI PERATURAN DAERAH
fungsi peraturan daerah merupakan fungsi yang bersifat atribusi yang diatur berdasarkan
undang-undang nomor 32 tahun. 2004 tentang pemerintahan daerah, terutama pasal 136, dan
juga merupakan fungsi delegasian dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Fungsi peraturan daerah ini dirumuskan dalam pasal 136 undang-undang no.32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah sebagai berikut :
1. menyelenggarakan pengaturan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan.
2. menyelenggarakan pengaturan sebagai penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
3. menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
4. menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Yang dimaksud disini adalah tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan di tingkat pusat.

D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI TINGKAT DAERAH


1. peraturan daerah provinsi
Peraturan daerah provinsi adalah peraturan yang dibentuk oleh gubernur/kepala daerah
provinsi bersama-sama dengan dewan perwakilan rakyat daerah (dprd) provinsi, dalam
melaksanakan otonomi daerah yang diberikan kepada pemerintah daerah provinsi.

Menurut undang-undang no.12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-


undangan, yang dimaksud degan peraturan daearah adalah peraturan perundangan-undangan
yang dibentul oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan kepala daerah.
Kewenangan pembentukan peraturan daerah provinsi ini merupakan sautu kewenangan
(atribusian) untuk mengatur daerahnya sesuai pasal 136 undang-undang no.32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah, namun demikian pembentukan suatu peraturan daerah ini dapat
juga merupakan pelimpahan wewenang (delegasi) dari peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi
2. peraturan gubernur/kepala daera provinsi

5
Peraturan gubernur/kepala daerah provinsi ( peraturan gubernur KHD provinsi) adalah
peraturan perundang-undangan di daerah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari
peraturan daerah provinsi, yang dibentuk berdasalkan pasal 146 undang-undang no.32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah
3. peraturan daerah kabupaten/kota
Peraturan daerah kabupaten/kota adalah peraturan yang dibentuk oleh bupati atau
walikota/kepala daerah kabupaten/kota bersama-sama dengan dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten/kota, dalam melaksanakan otonommi daerah yang diberikan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota. Yaitu bupati atau walikkota/kepala daerah kabupaten/kota
dan dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota.
Kewenangan pembentukan daerah kabupaten/kota ini merupakan suatu pemberian
wewenang (atribusian) untuk mengatur daerahnya sesuai pasal 136 undang-undang no.32
tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Pembentukan suatu peraturan daerah
kabupaten/kota dapat juga merupakan pelimpahan wewenang (delegasi) dari suatu peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
4. peraturan bupati atau walikota/kepala daerah kabupaten/kota
Peraturan bupati atau walikota/kepala daerah kabupaten/kota adalah peraturan
perundang-undangan yang meruapakan peraturan pelaksanaan dari peraturan daerah
kabupaten/kota, yang dibentuk berdasarkan pasal 146 undang-undang no.32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah, jadi kewenangannya merupakan pelimpahan (delegasi) dari
peraturan daerah kabupaten kota, ataupun untuk mengatur urusan-urusan dalam rangka tugas
pembantuan (medebewind).
Berdasarkan pasal 146 tersebut, untuk melaksanakan peraturan daerah atau atas kuasa
perautan perundang-undangan ( yang lebih tinggi) kepala daerah dapat juga membentuk
keputusan kepala daerah, namun pada saat ini keputusan kepala daerah tersebut hanya yang
bersifat penetapan.

E. PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH


Peraturan daerah adalah salah satu bentuk peraturan pelaksan undang-undang. Pada
pokoknya, kewenangannya mengatur bersumber dari kewenangan yang di tentukan oleh
pembentuk undang-undang. Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, peraturan daerah juga dapat

6
mengatur sendiri hal-hal yang meskipun tidak didelegasikan secara eksplist kewenangannya
oleh undang-undang, tetapi dianggap perlu diatur oleh daerah untuk melaksanakan otonomi
daerah yang seluas-luasnya sebagaimana dimksud oleh pasal 18 ayat (3) dan (4) UUD 1945.
Bahkan, dalam peraturan daerah juga dapat dimuat mengenai ketentuan pidana seperti halnya
dalam undang-undang. Dalam pasal 15 UU nomor 12 tahun 2011 ditentukan, “materi muatan
mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam undang-undang dan peraturan daerah”.
Di samping itu, pasal 14 UU nomor 12 tahun 2011 menentukan, “materi muatan
Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”. Menurut pasal 7 ayat (1) UU nomor
12 tahun 2011 jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah :
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Dengan perkataan lain, disamping untuk melaksanakan (i) ketentuan undang-undang,
peraturan daerah juga dapat dibentuk untuk melaksanakan, (ii) ketentuan undang-undang
dasar secara langsung, ataupun untuk menjabarkan lebih lanjut materi ketentuan peraturan
perundang-undangan lain yang lebih tinggi. Seperti sudah ditentukan dalam pasal 14 yang
dikutipkan di atas, materi muatan peraturan daerah itu adalah (a) seluruh materi yang
dibutuhkan dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan, (b)
menampung kondisi-kondisi yang bersifat khusus di daerah, dan (c) menjabarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu Peraturan Presiden, Peraturan
Pemerintah, dan Undang-undang atau peraturan pengganti Undang-undang.
Karena kewengan untuk mengatur penyelenggaran otonomi daerah dan tugas
pembantuan itu juga ditentukan dalam pasal 18 ayat (3) dan (4) UUD 1945, maka peraturan
daerah yang memuat materi yang diperlukan untuk menyelenggarakan otonomi dan tugas

7
pembantuan itu juga dapat dianggap secara langsung melaksanakan ketentuan undang-undang
dasar.
Proses pembentukan peraturan daerah itu, terutama berkenaan dengan Peraturan Daerah
Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten, dan Peraturan Daerah Kota agak mirip dengan
pembentukan Undang-undang di tingkat pusat. Dalam pasal 56 sampai pasal 63 UU nomor 12
tahun 2011. Dalam Pasal 56 menentukan bahwa rancangan peraturan daerah dapat berasal
dari dewan perwakilan rakyat daerah atau gubernur, atau bupati/walikota, masing-masing
sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, atau kota. Rancangan peraturan daerah
disertai dengan naskah akademik. Dalam hal rancangan peraturan daerah mengenai (i)
anggaran pendapatan dan belanja daerah, (ii) pencabutan peraturan daerah, atau (iii)
perubahan peraturan daerah yang hanya terbatas mengubah beberapa materi. Disertai dengan
keterangan pokok pikiran dan materi muatan yang diatur. Dalam pasala 57 penyusunan
naskah akademik rancangan peraturan daerah sesuai dengan teknik penyusunan naskah
akademik. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan rancangan peraturan
daerah yang berasal dari gubernur atau bupati/walikota diatur dengan peraturan presiden.
Dalam pasal 60 ditentukan bahwa rancangan peraturan daerah dapat disampaikan oleh,
anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengakapan dewan perwakilan daerah yang
khusus menangani bidang legilasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapakan
rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud diatur dalam peraturan tata tertib dewan
perwakilan rakyat daerah.
Rancangan peraturan daerah yang telah disiapkan oleh gubernur atau bupati/walikota
disampaikan dengan surat pengantar gubernur atau bupati/walikota kepada dewan perwakilan
rakyat daerah oleh gubernur atau bupati/walikota. Rancangan peraturan daerah yang telah
disiapkan oleh dewan perwakilan rakyat daerah disampaikan oleh pimpinan dewan
perwakilan rakyat daerah kepada gubernur atau bupati/walikota. Penyebarluasan rancangan
peraturan daerah yang berasal dari dewan perwakilan rakyat daerah itu dilaksanakan oleh
secretariat dewan perwakilan rakyat daerah. Sementara itu, penyebarluasana rancangan
peraturan daerah yang berasala dari gubernur atau bupati/walikota dilaksanakan oleh
sekretaris daerah. Apabila dalam suatu masa siding, gubernur atau bupati/walikota dan dewan
perwakilan rakyat daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah , mengenai materi yang

8
sama, maka yang dibahs adalah rancangan peraturan daerah yang disampaikan oleh gubernur
atau bupati/walikota digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.
Selanjutnya, mengenai pembahasan dan pengesahan peraturan daerah diatur pula secara
rinci dalam bab VIII UU nomor 12 tahun 2011. Dalam pasal 75 undang-undang ini ditentukan
bahwa pembahasan rancangan peraturan daerah di di dewan perwakilan rakyat daerah
dilakukan oleh dewan perwakilan rakyat aerah nersam gubernur atau bupati/walikota.
Pembahasan bersama sebagaimana dimaksud dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan.
Tingkat-tingkat pembicaraan dimaksud dilakukan dalam rapat komisi/panitia/alat
kelengkapan dewan perwakilan rakyat daerah yang khusus menangani bidang legilasi dan
rapat paripurna. Ketentuan lebih lanjut berkenaan dengan tata cara pembahasan rancangan
peraturan daerah dikmaksud diatur dengan peraturan tata tertib dewan perwakilan rakyat
daerah.
Dalam pasal 76 rancangan peraturan daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas
bersama oleh dewan perwakilan rakyat daerah dan gubernur atau bupati/walikota. Rancangan
peraturan daerah yang sedang dibahas hanya dapat daitarik kembali berdasarkan persetujuan
bersama dewan perwakilann rakyat daerah dan gubernurr atau bupati/walikota. Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara penarikan kembali rancangan peraturan daerah diatur dengan
perautan tata tertib dewan perwakilan drakyat daerah.
Mengenai penetapan peraturan daerah tersebut, ditentukan pula dalam pasal 78 bahwa
rancangan peraturan daerah yang telah disetujui oleh dewan perwakilan rakyat daerah dan
gubernur atau bupati/walikota disampaikan oleh pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah
dan gubernur atau bupati/walikota untuk ditetapkan menjadi peraturan daerah. Penyampaian
rancangan peraturan daerah sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka
waktu paling lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Rancangan peraturan daerah dimaksud pasal 78 dan pasal 80, menurut ketentuan pasal 79
ayat (1) ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota dengan membubuhkan tana tangan
dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari sejak rancangan peraturan daerah terseebut
disetujui bersama oleh dewan perwakilan rakyat daerah dan gubernur atau bupati/walikota.
Ayat (2) Dalam hal rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
ditantangani oleh gubernur atau bupati/walikota dalam waktu paling lambat tiga puluh hari
sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui bersama, maka rancangan peraturan

9
daerah tersebut sah menjadi peraturan daerah dan wajib diundangkan. Ayat (3) Dalam hal
sahnya rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud ayat (2), maka kalimat
pengesahannya berbunyi: peraturan daerah ini dinyatakan sah. Ayat (4) Kalimat pengesahan
yang berbunyi sebagaimana dimaksud ayat (3) harus dibubuhkan pada halam terakhir
peraturan daerah sebelum pengundangan naskah peraturan daerah ke dalam lembaran daerah.
Peraturan daerah, baik peraturan daerah provinsi, kabupaten, maupun peraturan daerah
kota diundangkan dalam lembaran daerah; sedangkan peraturan gubernur, peraturan gubernur,
peraturan bupati/walikota, atau peraturan lain dibawahnya dimuat dalam berita daerah.
Pengundangan peraturan daerah dalam lembaran daerah dan berita daerah dilaksanakan oleh
sekretaris daerah. Selanjutnya, setelah diundangkan sebagaimana mestinya, peraturan daerah
tersebut menurut pasal 86 wajib disebarluaskan. Pemerintah daerah wajib menyebarluaskan
peraturan daerah yang telah diundangkan dalam lembaran daerah dan peraturan di bawahnya
yang telah diundangkan dalam berita daerah. Untuk itu, kepala pemerintah daerah, yaitu
gubernur, bupati, dan walikota harus melaksanakan kewajibannya ide dengan sungguh-
sungguh dengan menyelenggarakan berbagai program penyebarluasan informasi dan
pengetahuan hukum dalam lingkup wilayah tanggung jawabnya masing-masing.
Bahkan, penyebarluasan informasi dan pengetahuan hukum itu sendiri harus pula
dimaknai sebagai tanggung jawab yang menyangkut tuntutan kebutuhan akan pendidikan,
pemasyarakatan, dan pembudayaan hukum dalam artu yang lebih luas dan menyeluruh
disetiap daerah, sehingga upaya mewujudkan cita negara hukum, di mana system hukum dan
konstitusi yang menjadi landasan bekerjanya system bernegara dapat berjalan dengan sebaik-
baiknya di mana hukum dan keadilan benar-benar terwujud sebagaimana mestinya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2014. Perihal Undang-undang. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Trijono, Rachmat. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan. Depok Timur: Papas
Sinar Sinanti.

Farida Indrati S, Maria. 2007. Ilmu Perundang-undangan 2. Yogyakarta: Kanisius ( Anggota Ikapi ).

11

Anda mungkin juga menyukai