Anda di halaman 1dari 13

RESUME

“ PEMBINAAN RUMAH TANGGA DAN MASALAH MASALAH


DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA, DAN MASALAH
MASALAH KONTEMPORER DAN LAINNYA “
Resume ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hukum Islam
Dosen Pembimbing : Dra. Nur Alam Syaf, SH.,M.H

Disusun Oleh Kelompok :


Yusnita
Askiyah Magfiroh A
Mirdayanti Azis
Restu
Helmi Handayani
Muh. Erwin

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH) BONE
2021
1. PENGERTIAN KELUARGA DALAM ISLAM
Keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari suami, isteri dan anak –
anak.Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh
perhatian besar terhadap kehidupan keluarga degan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna
memelihara kehidupan keluarga dari ketidak harmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian
besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama
untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan
dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka
bumi.

Bila pondasi ini kuat lurus agama dan akhlak anggota maka akan kuat pula masyarakat
dan akan terwujud keamanan yang didambakan. Sebalik bila tercerai berai ikatan keluarga dan
kerusakan meracuni anggota-anggota maka dampak terlihat pada masyarakat bagaimana
kegoncangan melanda dan rapuh kekuatan sehingga tidak diperoleh rasa aman.

Kemudian setiap adanya keluarga ataupun sekumpulan atau sekelompok manusia yang
terdiri atas dua individu atau lebih, tidak bisa tidak, pasti dibutuhkan keberadaan seorang
pemimpin atau seseorang yang mempunyai wewenang mengatur dan sekaligus membawahi
individu lainnya (tetapi bukan berarti seperti keberadaan atasan dan bawahan).

KELUARGA SAKINAH

● Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkadung arti tenang, terhormat, aman,
merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan.

● Menurut kaidah Bahasa Indonesia, sakinah mempunya arti kedamaian, ketentraman,


ketenangan, dan kebahagiaan.
● Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram,
keberkahan, terhormat, dan dirahmati oleh Allah SWT yang terbentuk berlandaskan Al-
Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

KELUARGA MAWADDAH

● Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mawaddah bermakna kasih sayang.

● Kata mawaddah juga berasal dari bahasa Arab. Mawaddah adalah jenis cinta membara,
perasaan cinta dan kasih sayang yang menggebu kepada pasangan jenisnya.

● Mawaddah adalah perasaan cinta yang muncul dengan dorongan nafsu kepada pasangan
jenisnya, atau muncul karena adanya sebab-sebab yang bercorak fisik. Seperti cinta
yang muncul karena kecantikan, ketampanan, kemolekan dan kemulusan fisik atau
muncul karena harta benda, kedudukan, pangkat, dan lain sebagainya.

KELUARGA WARRAHMAH

● Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rahmah atau rahmat bermakna belas kasih;
kerahiman; karunia (Allah); dan berkah (Allah).

● Rahmah berasal dari bahasa Arab. yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat,
belas kasih, juga rejeki. Rahmah merupakan jenis cinta dan kasih sayang yang lembut,
terpancar dari kedalaman hati yang tulus, siap berkorban, siap melindungi yang dicintai,
tanpa pamrih “sebab”.

● Rahmah adalah perasaan cinta dan kasih sayang yang sudah berada di luar batas-batas
sebab yang bercorak fisik.

2. DASAR DAN TUJUAN MEMBENTUK KELUARGA

● ndang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 1 bahwa “Tujuan


perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Membentuk keluarga bahagia itu, dalam
penjelasannya berkaitan erat dengan keturunan, pemeliharaan dan pendidikan (keturunan)
yang menjadi hak dan kewaiban (kedua) orang tua.

● Al-Qur’ān juga menyebutkan tujuan dari menikah yaitu antara lain adalah supaya
memperoleh ketenangan dan membina keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang,
disamping untuk memenuhi kebutuhan seksual dan memperoleh keturunan.

Menurut ajaran Islam membentuk keluarga Islami merupakan kebahagiaan dunia akherat
juga merupakan salah satu tujuan dari pembinaan keluarga dalam islam. Kepuasan dan
ketenangan jiwa akan tercermin dalam kondisi keluarga yang damai, tenteram, tidak penuh
gejolak. Bentuk keluarga seperti enilah yang dinamakan keluarga sakinah. Keluarga demikian ini
akan dapat tercipta apabila dalam kehidupan sehari-harinya seluruh kegiatan dan perilaku yang
terjadi di dalamnya diwarnai dan didasarkan dengan ajaran agama.

3. PROSES PEMBENTUKAN KELUARGA ISLAM

Rasulullah S.A.W bersabda yang bermaksud: "Wanita itu dikawini karena empat perkara, kerana
hartanya, kecantikkannya, keturunanannya dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama kerana
nanti engkau akan beruntung." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas menjelaskan kepada kita bahawa biasanya orang mengahwini wanita kerana empat
perkara:

❖ Harta

❖ Kecantikkan

❖ Keturunan

❖ Agama
Dari keempat-empat perkara di atas, nabi S.A.W menegaskan agar memilih kerana agamanya.

❖ Jika seseorang itu berkawin semata-mata karena hartanya, ia akan ditinggalkan setelah
mati.

❖ Jika karena cantiknya, ia akan pudar setelah tua.

❖ Jika karena keturunannya, ia tidak menjamin kemuliaan di sisi Allah.

❖ Tetapi jika karena agamanya, ia akan memperoleh keuntungan melebihi keuntungan


harta, mendapat istri yang punya kecantikan hakiki (batin) dan membuka peluang
istimewa untuk berada di sisi Allah sebagai insan yang mulia.

MEMILIH LELAKI

● Lelaki yang paling diutamakan ialah lelaki yang soleh yang mempunyai pendidikan
agama yang sempurna serta berpegang teguh dengan ajaran Islam.

● Seorang yang tajam fikirannya, bijak menyelesaikan masalah, mempunyai sifat-sifat yang
mulia, seorang yang penyayang, suka memberi dan menerima, bertolak ansur dan
mengambil berat terhadap keluarganya.

MEMILIH PEREMPUAN

● Zuriat yang banyak (benih atau keturunan).

● Anak gadis.

● Sedikit mas kawin.

● Bukan hubungan keluarga.

● Baligh

● Akal yang sempurna.

● Sesuai: 1. Amalan agama

2. Tahap pelajaran
3. Pendapatan (pangkat)

4.Pemikiran (fikrah)

4. PEMBINAAN KELUARGA ISLAM

1. Memilih pasangan dengan kriteria yang tepat

Tanpa pemilihan pasangan yang cermat, akan sulit mencapai kondisi rumah
tangga yang sakinah, mawaddah dan warohmah. Oleh karena itu tentukan dulu pasangan
seperti apa yang dibutuhkan untuk membina keluarga yang sakinah, dan carilah kriteria
tersebut pada calon pasangan yang ada.
2. Memenuhi syarat utama dalam berumah tangga

Syarat utama lainnya dalam berumah tangga adalah Mawaddah yaitu artinya
‘Cinta yang menggebu’ dan Rahmah yang artinya siap berkorban kepada yang dikasihi
dan memiliki kasih sayang yang lembut. Ketika kedua syarat ini terpenuhi maka untuk
menuju rumah tangga yang sakinah tidak akan menjadi begitu sulit, karena keduanya
sudah menjadi landasan terbentuknya satu rumah tangga.
3. Memelihara saling pengertian

Sebuah perkawinan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada saling
pengertian antar suami istri. Tumbuhkanlah rasa itu baik – baik. Kedua pihak harus
dapat mencari cara menghilangkan sifat egois dan cara menghilangkan sifat
sombong agar dapat saling memahami dan mengerti satu sama lain. Saling mengerti
dapat menghindarkan suami istri dari pertengkaran hebat yang akan merusak rumah
tangga.
4. Landasi rumah tangga dengan ajaran agama

Tentu saja cara membina rumah tangga sakinah dan cara membina rumah tangga
yang baik adalah dengan melandasinya dengan ajaran agama Islam. Suami harus
bertindak sebagai pembimbing istri serta anak – anaknya, dan membawa keluarganya
dalam ajaran agama yang benar. Ikutilah ajaran Al Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai
panduan dalam menjalani rumah tangga.
5. Mengisi rumah tangga dengan kasih sayang

Sebuah rumah tangga tanpa cinta dan kasih sayang akan membuat sengsara orang
– orang yang ada di dalamnya. Anak – anak butuh dipeluk orang tuanya dan pasangan
hidup butuh untuk didampingi dan menjadi batu sandaran dalam keadaan sulit.

Karena itulah usahakan untuk selalu memenuhi rumah tangga dengan suasana
yang penuh kasih sayang dan cinta. Selalu utamakan untuk mengatasi setiap persoalan
dengan kasih sayang dan pikiran yang rasional, jangan menggunakan kekerasan atau
emosi. Cintailah setiap anggota keluarga dengan sepenuh hati, maka rumah tangga akan
selalu penuh dengan kasih sayang.
6. Tidak lupa bersyukur

Untuk mendapatkan keluarga sakinah mawaddah warahmah itu akan terjadi jika
suami dan istri tidak lupa bersyukur untuk beberapa hal kecil lainnya setiap mereka
berdoa kepada Allah. Yakinlah bahwa semua ujian dalam rumah tangga akan membuat
kita lebih kuat dan beriman. Selaluu bersyukur terhadap berbagai hal akan menjadi cara
menjaga kesehatan hatidan cara menghindari perilaku tercela yang bisa muncul dalam
diri suami dan istri.
7. Menjalankan kewajiban masing – masing dengan baik

Cara menjaga rumah tangga dengan baik adalah menggunakan tips menjaga
keharmonisan rumah tangga yaitu suami atau istri seharusnya sudah
mengetahui bagaimana kewajiban masing – masing. Dengan adanya kesadaran untuk
menjalankan perannya dalam keluarga dan kegiatan lainnya maka kondisi rumah tangga
perlahan akan menguat ikatannya. Rumah tangga akan berjalan dengan baik dan
berfungsi penuh ketika suami dan istri saling menyadari kewajiban dan perannya masing
– masing. Juga tidak lupa untuk saling mendukung masing – masing agar mendapatkan
haknya selain kewajiban saja.
8. Saling menghargai

Adanya rasa untuk mengetahui cara menghargai orang lain benar – benar akan
menjadi landasan yang kokoh pada cara membina rumah tangga. Dengan adanya rasa
saling menghargai maka suami dan istri akan tahu bagaimana perasaan masing – masing
terhadap sesuatu hal tanpa perlu dipaksa untuk mengungkapkannya. Mereka juga akan
lebih mudah mengembangkan rasa empati dan toleransi terhadap satu sama lain.
9. Menerima kekurangan dan kelebihan masing – masing

Kelebihan seseorang biasanya menjadi pelengkap kekurangannya. Ketika


memutuskan untuk menikah seharusnya kita sudah siap untuk menerima kekurangan
pasangan masing – masing. Perlunya kebiasaan saling mengintrospeksi diri dan terus
mencari cara merubah sifat serta cara menjadi pribadi yang baik sangat penting agar
kekurangan suami dan istri dapat diterima oleh satu sama lain dan tidak menjadi masalah
besar dalam sebuah pernikahan.
10. Memelihara kepercayaan terhadap pasangan

Cara menghilangkan rasa curiga terhadap pasangan sangat diperlukan dalam


membina rumah tangga yang sakinah. Suami dan istri tidak bisa rukun bila salah satu
selalu curiga terhadap yang lainnya. Untuk itu diperlukan sikap yang menunjukkan
bahwa masing – masing dapaat dipercaya oleh pasangannya. Misalnya selalu memberi
kabar ketika sedang berkegiatan, mengirim sms, memberi tahu kegiatan masing – masing
untuk sehari – hari, dan banyak lagi.
11. Setia

Sangat penting untuk menjadi pasangan yang setia tentunya. Rumah tangga yang
sakinah tidak akan terwujud jika salah satu pihak atau keduanya tidak dapat bersikap
setia kepada yang lain. Bersikap setia bisa dimulai dengan cara menjaga pandangan
mata terhadap lawan jenis yang ditemui sehari = hari, misalnya di tempat kerja. Dengan
begitu godaan untuk melirik lawan jenis selain pasangan dapat diminimalkan.
Pada intinya, cara membina keluarga sakinah akan terletak pada bagaimana suami
dan istri menerapkan nilai – nilai agama dalam rumah tangganya. Jika keduanya sepakat
untuk menerapkan nilai Islami sebagai pedoman dan tuntunan dalam berumah tangga,
maka tujuan untuk mendapatkan rumah tangga yang sakinah akan tercapai. Jika sebuah
rumah tangga berhasil berjalan dengan sakinah, mawaddah dan warohmah, hal itu akan
memberikan kebaikan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya.

5. PENYELESAIAN PERSELISIHAN KELUARGA ISLAM

Dalam berumah tangga, semua orang berharap agar tetap bisa bahagia dan tidak memiliki
masalah. Keluarga harmonis adalah salah satu tujuan pernikahan dalam islam. Namun terkadang
sebagai seorang manusia, kita tidak luput dari kesalahan. Kesalahan yang dilakukan dalam
keluarga bisa memicu terjadinya konflik dalam keluarga dan ini bisa berakibat fatal terutama jika
dibiarkan berlarut-larut bahkan bisa mengakibatkan hancurnya rumah tangga dan keluarga.
Beberapa masalah bisa mempengaruhi kehidupan rumah tangga dan sebaiknya baik suami
maupun istri harus bisa menyikapi dengan kepala dingin.

Penyebab Konflik Keluarga

Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa memicu konflik dalam rumah tangga :

1. Cemburu
Cemburu memang tanda cinta namun cemburu berlebihan bisa menimbulkan konflik
dalam keluarga. Istri maupun suami bisa saling mencemburui dan terkadang hal ini sulit
untuk dihindari. Sebaiknya pahami dulu situasi dan siapa yang anda cemburui karena bisa
jadi kecemburuan tersebut tidak beralasan. Rasa percaya pada pasangan adalah dasar dari
rumah tangga yang harmonis. Selain itu, cemburu juga bisa dihindari dengan saling menjaga
perasaan baik suami maupun istri. Tidak hanya berlaku pada pasangan suami istri, anak pun
bisa merasa cemburu satu sama lain terutama jika sang anak merasa ia diperlakukan secara
tidak adil oleh orangtuanya.

2. Perbedaan pendapat
Setiap kepala mesti memiliki perbedaan pendapat, terlebih pasangan suami istri.
Perbedaan pendapat bisa muncul kapan saja dan bahkan menyangkut hal-hal kecil. Perbedaan
pendapat ini sebaiknya disikapi dengan kepala dingin dan bicarakan baik-baik untuk
mendapatkan solusi yang tepat.
3. Masalah ekonomi
Dewasa ini dimana materialisme sedang merajalela, masalah ekonomi sering menjadi
momok bagi kehidupan rumah tangga seseorang. Tidak heran jika kita sering menyaksikan
pemberitaan di televisi atau di koran dimana seorang suami tega membunuh istrinya karena
sang istri terlalu banyak menuntut dan begitu juga sebaliknya, Naudzubillah hal ini sebaiknya
dihindari karena bagaimanapun rezeki yang kita dapatkan datangnya dari Allah SWT dan
cobalah untuk mengerti keadaan masing-masing dengan tetap berusaha mencari jalan
keluarmya. Perlu diketahui bahwa sudahh merupakan kewajiban suami terhadap istri untuk
memenuhi segala kebutuhannya dan suami harus berusaha sekuat tenaga untuk
melakukannya, namun apabila sang suami sudah berusaha dan tidak mendapatkan hasil yang
maksimal, istri harus menerima dan bersabar.

4. Privasi
Masalah privasi juga bisa memicu konflik dalam keluarga. Seorang anak biasanya ingin
agar privasinya dihargai dan tidak ingin terlalu dikekang oleh orangtua. Orangtua yang
terlalu mengekang anak akan membuat sang anak tidak merasa nyaman dan biasanya ia akan
memberontak dikemudian hari. Memang sebagai orangtua sebaiknya mengawasi dan
menjaga anaknya namun berikan juga ruang privasi untuknya dimana ia bisa melakukan
segala sesuatu namun dalam konteks yang positif.

5. Perbedaan agama
Tidak jarang dalam satu keluarga kita menemui anggota keluarga yang berbeda
keyakinan atau agama. Konflik bisa saja terjadi namun bisa dihindari jika setiap anggota
keluarga menghormati perbedaan keyakinan tersebut.

6. Kurangnya kasih sayang


Siapapun baik suami, istri maupun anak dalam sebuah keluarga akan merasa tidak
dihargai jika kurang mendapatkan rasa kasih sayang. Anak yang kurang mendapat perhatian
orangtuanya karena sibuk bekerja bisa merasa kesepian dan akhirnya ia akan menuntut hal
lain. Hal ini bisa menjadi konflik dalam keluarga. Tengok saja kasus yang banyak menimpa
anak-anak saat ini dimungkinkan karena kurangnya pengawasan dan perhatian dari
orangtuanya.

7. Kurangnya komunikasi
Keluarga yang terlalu sibuk dengan urusannya dan pekerjaan masing-masing dan tidak
memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan baik dapat menimbulkan kesalahpahaman dan
memicu terjadinya konflik. Sebagaimana kita ketahui bahwa komunikiasi yang baik adalah
kunci terjaganya keharmonisan dalam keluarga maka dari itu setiap anggota keluraga harus
bisa menjaga komunikasi dengan anggota keluarga yang lain.

8. Perselingkuhan
Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah hal yang haram dilakukan oleh pasangan
suami istri manapun dan bisa mengarah pada perbuatan zina. Perselingkuhan bisa
menimbulkan konflik yang besar dalam keluarga bahkan memicu timbulnya perceraian atau
jatuhnya talak (baca juga hukum talak dan perbedaan talak satu, dua dan tiga).
Perselingkuhan bisa terjadi manakala suami memiliki wanita idaman lain ataupun sang istri
yang berhubungan dengan pria lain. Perilaku istri yang menjalin hubungan dengan pria lain
dapat dikategorikan sebagai perilaku nusyuz atau membangkang pada suami (baca ciri-ciri
istri durhaka terhadap suami) dan perbuatan ini sangat dibenci oleh Allah SWT Tidak hanya
istri, suamipun bisa berselingkuh dan itu adalah salah satu ciri-ciri suami durhaka terhadap
istri.

Cara Mengatasi Konflik Keluarga

Penyebab-penyebab konflik tersebut sebisa mungkin dihindari dan apabila terjdi konflik dalam
keluarga anda maka simak penjelasan berikut ini bagaimana cara mengatasi konflik keluarga
terutama dalam pandangan islam :

1. Bicarakan masalah yang muncul diwaktu yang tepat dan usahakan agar saat
membicarakan masalah tersebut tidak dalam keadaan marah. Setiap masalah pasti ada
solusinya dan hanya perlu dibicarakan dengan baik. Sebaiknya hindari membicarakan
masalah yang berat saat larut malam atau saat pasangan maupun anak sedang melakukan
aktifitas yang lain, hal ini bisa memicu timbulnya konflik baru dalam keluarga.

2. Usahakan agar anda membicarakan masalah dengan lemah lembut dan tanpa kata-kata
yang bisa menyakiti hati anggota keluarga yang akan anda ajak bicara dan
berterusteranglah. Jangan berbohong (baca bahaya berbohong) memaki, menyebut nama
dengan nada yang keras maupun melakukan kekerasan fisik. Hal tersebut tidak akan
menyelesaikan masalah justru akan memperparah konflik yang sedang terjadi. Ingatlah
juga bahwa seorang istri harus selalu menuruti perintah suaminya.

3. Pikirkan jalan keluar yang terbaik yang bisa diambil oleh semua pihak dengan saling
menghormati pendapat masing-masing. Bila perlu mintalah nasihat mediator atau orang
lain yang kiranya cukup berpengalaman dan dianggap memiliki kemampuan untuk
meredakan masalah yang terjadi dengan mengambil jalan tengah.

4. Lakukan hal yang telah disepakati bersama dan berusahalah untuk menepatinya karena
jalan keluar yang telah disepakati bersama adalah keputusan terbaik yang bisa diambil
untuk menyelesaikan konflik dalam rumah tangga dan berusahalah untuk
selalu membangun rumah tangga dalam islam dan dilandasi dengan dasar agama yang
kuat.
5. Istri yang nusyuz hendaknya diberi nasihat oleh suami dan jika perlu suami dapat
memberikannya hukuman agar ia bisa kembali kejalan yang benar dan memiliki ciri-ciri
istri shalehah sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisa ayat 34 yang berbunyi

“Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (pria)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka dari itu, wanita yang salihah
ialah yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’alaagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kalian
khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka di tempat tidur,
dan pukullah mereka. Jika mereka menaati kalian, janganlah kalian mencari-cari jalan
untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”

Meskipun demikian suami tetap tidak boleh melakukan kekerasan fisik seperti memukul
dengan keras, menampar wajahnya dan hal lain yang bisa menyakiti istrinya
sebagaimanahadist berikut: “Kamu harus memberi makan kepadanya sesuai yang kamu
makan, kamu harus memberi pakaian kepadanya sesuai kemampuanmu memberi
pakaian, jangan memukul wajah, jangan kamu menjelekannya, dan jangan kamu
melakukan boikot kecuali di rumah.” (HR. Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai