Brevet Bab 8-10
Brevet Bab 8-10
PASAL 23
PPh Pasal 23 merupakan pemotongan PPh yang dilakukan oleh WPDN yang
melakukan pembayaran kepada WPDN lainnya, atas penghasilan berupa:
1. Dividen;
2. Bunga;
3. Royalti;
6. Imbalan Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Lain dan
beberapa Jenis Jasa Tertentu lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan
DJP.
Bagi pemberi penghasilan berupa WPOP (Wajib Pajak Orang Pribadi), tidak
seluruhnya merupakan pemotong PPh Pasal 23, tetapi hanya WPOP tertentu
yang ditunjuk oleh DJP sebagai pemotong PPh Pasal 23 (lihat pembahasan atas
WPOP yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak).
b. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi;
c. Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen
yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2c);
f. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
• Badan Usaha non bank dan lembaga keuangan non bank termasuk
lembaga pembiayaan dan telah memperoleh ijin usaha dari Menkeu;
Selain itu, apabila penerima penghasilan tidak mempunyai NPWP, maka tarif
yang dikenakan lebih tinggi 100% dari tarif semula. Dengan demikian, dasar
pengenaan pajak PPh Pasal 23 hanya atas Imbalan bruto saja dan tarif yang
dikenakan ada dua macam tergantung jenis objeknya yaitu:
RINGKASAN
Perbandingan Tarif PPh Pasal 23 UU PPh No.17 Tahun 2000 (Per- 70/PJ./2007)
dengan UU PPh No.36 Tahun 2008 (PMK No.244/PMK.03/2008).
No. Jenis Penghasilan (Jasa) Tarif Pajak Tarif Pajak
UU PPh UU PPh Baru
Lama
1 Dividen 15%
a. Kepada WP Badan dalam negeri 15%
dan BUT
b. Kepada WP Orang Pribadi dalam 10%
negeri (Final)
2 Bunga 15% 15%
3 Royalti 15% 15%
4 Hadiah, penghargaan, bonus dan 15% 15%
sejenisnya
5 Sewa harta selain tanah dan atau
bangunan
a. Sewa kendaraan 1,5% 2%
b. Sewa sehubungan dengan 4,5%
6 Jasa Tehnik, Jasa Mfinajemen,
7 Jasa Penilai (Appraisal)
8 Jasa Aktuaris
9 Jasa Akuntansi, pembukuandan
10 Jasa Perancang (Design)
11 Jasa pengeboran (jasa drilling di
12 Jasa penunjang di bidang
13 Jasa penambangan dan jasa
14 Jasa penunjang di bidang
15 Jasa penebangan hutan
16 Jasa pengolahan limbah
17 Jasa penyedia tenaga kerja
(Outsourcing services )
18 Jasa perantara dan/atau keagenan
19 Jasa dibidang perdagangan surat-
surat berharga, kecuali yang
dilakukan di Bursa Efek , KSEI,
dan KPEI
20 Jasa kustodian/ penyimpanan/
penitipan, kecuali yang dilakukan
oleh KSEI
21 Jasa pengisian suara ( dubbing )
22 Jasa mixing film
23 Jasa sehubungan dengan software
24 Jasa perawatan/ perbaikan/ 2%
pemeliharaan mesin, peralatan
listrik, telepon, air, gas, AC, TV
kabel, alat transportasi/
kendaraan dan/atau bangunan,
selain yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi
25 Jasa instalasi/pemasangan mesin, 3%
peralatan, / listrik/ telepon/ air/
gas/ AC dan/atau TV kabel, selain
yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi;
26 Jasa maklon
27 Jasa penyelidikan dan keamanan
28 Jasa penyelenggara kegiatan atau
29 Jasa pengepakan
30 Jasa penyedia tempat dan/atau 1,5%
31 Jasa pembasmian hama 2%
32 Jasa kebersihan atau cleaning
33 Jasa katering atau tata boga 1,5%
2. Jasa teknik adalah pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yang
berkenaan dengan pengalaman dalam bidang industri, perdagangan dan
ilmu pengetahuan yang dapat meliputi:
3. Jasa manajemen adalah pemberian jasa dengan ikut serta secara langsung
dalam pelaksanaan manajemen dengan mendapat balas jasa berupa
imbalan manajemen (management fee).
- penutupan sumur;
f. jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa
yang dikerjakan untuk menghilangkan cairan buatan yang berada
dalam sumur baru yang telah selesai, sehingga aliran yang terjadi
sesuai dengan tekanan asli formasi dan kemudian menjadi besar
sebagai akibat dari gas nitrogen yang telah dipompakan ke dalam
cairan buatan dalam sumur;
p. jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan drilling;
a. Jasa Ppengeboran
b. Jasa penebasan
d. Jasa penambangan
A. DASAR HUKUM
3. Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta
Beberapa alasan pengenaan PPh Final sesuai dengan penjelasan Pasal 4 ayat
(2) antara lain:
• Keadilan,
a. Dasar Hukum
b. Pemotong
Bank
Bank Indonesia
Dana Pensiun
c. Objek Pajak
1. Tarif PPh final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah
bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap;
2. dikenakan PPh final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah
bruto atau dengan tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri.
e. Mekanisme Pemotongan
g. Pengecualian
1. tabungan.
a. Dasar Hukum
PP No. 132 Tahun 2000 pajak penghasilan atas hadiah atau undian.
b. Pemotong
c. Objek
d. Tarif Pajak
Tarif 25% dari jumlah bruto hadiah undian dan bersifat final.
a. Dasar Hukum
b. Pemotong
f. Mekanisme Pemotongan
h. Pelaporan
i. Keterangan lainnya
Dalam pembukuan Wajib Pajak yang menyewakan, wajib
dipisahkan antara penghasilan dan biaya yang berhubungan
dengan persewaan tanah dan atau bangunan dengan penghasilan
dan biaya lainnya.
Bagi Wajib Pajak yang semata-mata bergerak di bidang usaha
persewaan tanah dan atau bangunan tidak di wajibkan membayar
pajak penghasilan pasal 25 Final tersebut terutang dan wajib
dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran (cash basis).
j. Penyetoran
k. Pelaporan
SPT Masa PPh Final tersebut wajib disampaikan paling lambat pada
tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir. Jadi untuk PPh final yang telah dipotong dalam bulan
Januari 2009 misalnya, wajib disetorkan paling lambat tanggal 10
Februari 2009 dan wajib dilaporkan melalui SPT Masa PPh Final
paling lambat pada tanggal 20 Februari 2009. Apabila tanggal 20
tersebut jatuh tepat pada hari libur—termasuk hari Sabtu—atau hari
libur nasional, maka
pelaporan SPT Masa PPh dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya. Termasuk sebagai hari libur nasional adalah hari yang
diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilu dan cuti bersama secara
nasional yang ditetapkan oleh pemerintah.
4. Bunga Obligasi
a. Dasar Hukum
b. Pemotong
b. Pemotong
pemotongan oleh penyelenggaraan bursa efek melalui perantara
pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham.
c. Objek
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
d. Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan:
1. adalah 0,1% (satu per seribu) dari jumlah bruto nilai transaksi
penjualan.
2. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan
sebesar 0,5% (setengah persen) dari nilai saham perusahaan
pada saat penutupan bursa di akhir tahun 1996.
3. Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek
setelah 1 Januari 1997, maka nilai saham ditetapkan sebesar
harga saham pada saat penawaran umum perdana.
e. Saat Terutang
Pada saat pelunasan transaksi penjualan saham.
a. Dasar Hukum
b. Pemotong
c. Objek
d. Tarif
e. Saat terutang
a. Dasar Hukum
b. Pemungut
c. Objek
d. Tarif
e. Saat terutang
9. Bunga Koperasi
a. Dasar Hukum
c. Objek
d. Tarif
e. Saat terutang
26
A. PENDAHULUAN
B. KETENTUAN TARIF
Wajib Pajak Orang Pribadi Luar Negeri adalah orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 1
83 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh
gaji, honorarium dan/atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan.
Dalam ketentuan tarif diatas, dikatakan bahwa penerapan tarif PPh pasal
26 harus memperhatikan ketentuan dalam P3B. Karena dalam P3B
diatur
pengenaan pajak atas berbagai macam penghasilan yang diterima
penduduk negara dalam P3B dan belum tentu semua penghasilan yang
diterima penduduk suatu negara dari negara lainnya dikenakan pajak.
Contoh 4:
Jawab:
Dalam hal ini langsung dikenakan PPh pasal 26 dengan tarif 20%
atau tarif sesuai.
a. Artis / atlit antara lain artis teater, film, radio, atau televisi atau
pemain musik, olahragawan.
b. Negara tempat pertunjukan atau pertandingan berlangsung memiliki
hak pemajakan penuh.
Dalam hal ini langsung dikenakan PPh pasal 26 dengan tarif 20%
atau tarif sesuai P3B.
5. Penghasilan Pensiun
Dalam hal ini langsung dikenakan PPh pasal 26 dengan tarif 20%
atau tarif sesuai P3B.
BAB XV
TARIF BAGI PENERIMA PENGHASILAN YANG TIDAK
MEMILIKI NPWP
A. PENDAHULUAN
B. KETENTUAN
Pasal 20 PER 31/PJ./2009
Sejauh ini PPh pasal 21 yang bersifat final adalah PPh pasal 21 atas
uang pesangon dll (Bab 10) dan PPh pasal 21 atas penghasilan yang
diterima Pejabat Negara (Bab11).
5. Dalam hal Wajib Pajak yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada butir 1 mendaftarkan diri
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, PPh Pasal 21 yang telah
dipotong tersebut dapat dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Catatan :
A. PENDAHULUAN
Ketentuan saat terutang menjadi penting karena hal ini
akan menentukan saat pemotongan dan saat pembuatan bukti potong.
B. KETENTUAN
Pasal 21 PER 31/PJ.2009 mengatur sebagai berikut:
2. PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi Pemotong PPh Pasal
21 dan atau PPh Pasal 26 untuk setiap masa pajak, yaitu akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya
penghasilan yang bersangkutan.
Catatan :
• Hal yang baru di ketentuan ini adalah diaturnya saat terutang PPh pasal
21 bagi Penerima Penghasilan. Penulis mempertanyakan hal ini,
mengingat PPh pasal 21 adalah PPh Pemotongan sehingga Pemotonglah
yang berkewajiban melakukan aktifitas pemotongan PPh.
A. PENDAHULUAN
Kode form F.l.1.33.01 untuk bukti potong PPh pasal 21 yang bersifat
tidak final dan PPh pasal 26.
Catatan:
Tabel 15.1
MAP 411121 untuk jenis pajak PPh Pasal 21
Dalam hal batas waktu pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertepatan dengan hari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dan pelaporan
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya
Bentuk formulir SPT masa PPh pasal 21 yang mulai berlaku sejak masa
Juli 2009 diatur dengan Per- 32/PJ./2009, dengan lampiran sebagai
berikut:
a. 1721 T — Daftar Pegawai tetap Dan Penerima Pensiun Berkala
Lampiran ini wajib disampaikan pada saat pertama kali WP memiliki
kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh pasal 21 / 26. (contoh lihat
lampiran 16.1)
Untuk tahun 2009, lampiran Ini wajib dilampirkan di masa Juli 09.
Untuk SPT Masa selain SPT Masa PPN denda Rp.l 00.000.
3. Sanksi Dalam SKP Kurana Bavor (POSOI 13 UU KUP)
Sanksi :
Sanksi ;
LAIN-LAIN
Di bagian A telah dibahas standar gaji karyawan asing yang bekerja dalam
bidang- bidang di luar bidang pengeboran minyak dan gas bumi, di bagian
ini akan dibahas ketentuan untuk karyawan asing yang bekerja di bidang
pengeboran minyak dan gas bumi.
Di bab 15 telah dibahas hak dan kewajiban pemotong PPh pasal 21,
diantaranya kewajiban membuat bukti potong pada saat melakukan
pemotongan PPh pasal 21. Bukti potong akan sah jika ditandatangani oleh
Pemotong Untuk perusahaan tertentu, bukti potong yang dibuat dalam
sebulan jumlahnya sangat banyak. Misalnya perusahaan MLM yang setiap
bulan harus membayar bonus kepada distributornya yang jumlahnya busa
mencapai ribuan. Tentu merupakan beban kerja yang tidak ringan bagi
Pemotong untuk menandatangani bukti potong tersebut satu per satu.
• Wajib Pajak yang baru berdiri dan masih dalam tahap investasi, atau
Menurut penulis konflik ini seharusnya tidak perlu terjadi, karena jika
merujuk pada ketentuan saat pemusatan diijinkan, kantor di daerah
yang tidak ada administrasi karyawan dan pembayaran gaji
pemotongan PPh pasal 21 nya dapat dipusatkan. Pilihan tentunya ada
ditangan WP, apakah akan tetap memusatkan pemotongan PPh
pasal 21 dengan konsekuensi memelihara konflik dengan fiscus atau
mendesentralisasikan pemotongan PPh pasal 21 dengan konsekuensi
WP akan sedikit direpotkan.
Dalam hubungannya dengan PPh pasal 21/26 berikut ini diuraikan Tax
Planning sederhana untuk menghemat pembayaran pajak.
1. Taati KUP
Ketaatan WP akan prosedur pajak, seperti bayar tepat waktu dan tepat
jumlah, lapor tepat waktu dsb, akan menghindarkan WP dari sanksi-
sanksi admnistrasi yang tidak perlu.
2. Manfaatkan Fasilitas
Pemberian dalam bentuk uang tunai (gaji, THR, Tunjangan dll), dapat
dibebanan sebagai biaya pemberi kerja dan bagi penerima penghasilan
merupakan obyek PPh.
2) Natura/Kenikmatan-Deductible-NonTaxable)
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada
dana pensiun yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
badan penyelenggara THT atau JHT yang dipersamakan dengan
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan — merupakan pengurang penghasilan Pegawai Tetap
PER 31/PJ./2009 mengatur bahwa apabila upah harian tidak melebihi Rp.
150.000 sehari maka tidak dilakukan pemotongan PPh pasal 21.
Penghasilan Bruto yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas meliputi
penghasilan bruto sehubungan dengan pekerjaan yang diterima Wajib
Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa,
termasuk penghasilan yang diterima dari pemberi kerja yang tidak
wajib memotong PPh Pasal 21 serta dari pemberi kerja yang bukan
subjek pajak namun tidak dikecualikan untuk memotong PPh Pasal 21
kecuali :
d. Ketentuan Pencatatan
e. Contoh Pencatatan
Tahun 200………..
31 Desember
Jumlah
31
Desember
Jumlah
L. KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPH OP BAGI
KARYAWAN