Seminar Akuntansi Intelectual Capital Rui Lopes
Seminar Akuntansi Intelectual Capital Rui Lopes
“INTELECTUAL CAPITAL”
Disusun oleh:
Rui Lopes
2102A092
PENDAHULUAN
1
2
Istilah Intellectual Capital (IC) memiliki arti lebih dari sekedar kecerdasan
(intellect) yang dimiliki oleh perusahaan saja, tetapi merupakan sebuah proses
ideologis untuk mencapai tujuan perusahaan (Bontis,1998) dalam Hermanus dan
Patricia (2013). Dalam perkembangannya IC dapat didefinisikan sebagai sumber daya
tidak berwujud yang dimiliki sebuah organisasi bisnis, yang dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan nilai tambah dan keunggulan bersaing bagi perusahaan.
Fakta bahwa IC merupakan salah satu sumber daya perusahaan yang dapat
menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan melahirkan gagasan bahwa pemanfaatan
IC dapat meningkatkan kinerja organisasi bisnis. Sejak saat itu, semakin banyak
peneliti maupun manajemen perusahaan yang memperhatikan keberadaan IC.
Melihat dari hasil penelitian terdahulu, maka penelitian ini dilakukan untuk
melihat pengaruh struktur kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage,
profitabilitas, umur perusahaan terhadap intellectual capital disclosure. di dalam
penelitian ini variabel independen ditambah dengan komisaris independen yang
diambil dari penelitian Susilowati dkk (2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan menjadi pokok
pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
dapat dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Adapun tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Seminar Akuntansi, juga untuk memperoleh gambaran atau jawaban atas
masalah di atas adalah:
PEMBAHASAN
2.1 Intellectual Capital
2.1.1 Pengertian Intelectual Capital
Menurut Stewart (1998) intellectual capital adalah jumlah semua hal yang
diketahui dan diberikan oleh semua orang dalam perusahaan yang memberikan
keunggulan bersaing. Intellectual capital adalah materi intelektual-pengetahuan,
informasi, hak pemilikan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk
menciptakan kekayaan.
7
8
(HC), structural capital (SC) dan customer capital (CC). Sedangkan Pulic (2004)
mengelompokkan komponen intellectual capital dalam tiga komponen utama yaitu
capital employed (CE), human capital (HC), dan structural capital (SC).
1. Human Capital (HC)
Human capital merupakan sumber pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital akan
meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki
oleh karyawannya (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Dalam human capital
terdapat suatu kekuatan intellectual capital yang berasal dari sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan yaitu karyawan yang kompeten,
berkomitmen, termotivasi dalam bekerja dan memiliki loyalitas kepada
perusahaan. Mereka adalah inti dari penciptaan kekuatan intektual yang dapat
menghilang ketika mereka sudah tidak bekerja lagi untuk perusahaan (Bontis
dalam Margaretha, 2006).
Human capital berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bertindak
dalam setiap situasi dan kondisi seperti kemampuan, pengalaman,
pendidikan, motivasi (Cheng et al, 2010).
Brennan dan Connel (2000) menjelaskan bahwa sumber daya manusia yang
diukur dengan berfokus pada tenaga kerja mencerminkan human capital
dalam pembaharuan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai indeks
untuk menghitung kompetensi karyawan, kreativitas dan hasil penjualan dari
suatu produk yang dihasilkan.
2. Structural Capital (SC)
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan struktur yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja
bisnis secara keseluruhan. Misalnya, sistem operasional perusahaan, proses
manufakturing, budaya organisasi dan filosofi manajemen (Sawarjuwono dan
Kadir, 2003).
Menurut Wang dan Chang (2005) structural capital memiliki hubungan
dengan sistem dan struktur perusahaan yang dapat membantu karyawan untuk
mencapai kinerja intelektual maksimal, sehingga kinerja perusahaan secara
keseluruhan dapat meningkat.
Structural capital merupakan bentuk kekayaan yang nyata bagi perusahaan.
Selain berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan seluruh hasil aktivitas
penciptaan nilai yang dihasilkan oleh human capital, juga berfungsi sebagai
9
Value added dihitung sebagai selisih antara output dan input. Nilai output
(OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang
dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang
digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka
menghasilkan revenue.
Hal penting dalam model ini adalah beban karyawan tidak termasuk dalam
input (IN) karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai (value
creation) yang tidak dihitung sebagai biaya (cost). Formulasi dan tahapan perhitungan
VAICTM adalah sebagai berikut (Pulic, 2004):
1. Menghitung Value Added (VA). Value added (VA) dihitung sebagai selisih
antara output dan input.
VA = OUTPUT-INPUT
Di mana:
Output: Total penjualan dan pendapatan lain.
Input : Beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan).
2. Menghitung Capital Employed Efficiency (CEE).
CEE merupakan perbandingan antara value added (VA) dengan ekuitas
perusahaan (CE). Rasio ini menujukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap
unit CE terhadap value added organisasi.
𝑽𝑨
CEE =
𝑪𝑬
Di mana:
CEE: Capital Employed Efficiency
VA : Value Added
CE : Capital Employed: Dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih).
𝑽𝑨
HCE =
𝑯𝑪
Di mana:
HCE: Human Capital Efficiency
VA : Value Added
HC : Human Capital: Beban Karyawan.
4. Menghitung Structural Capital Efficiency (SCE).
Rasio ini mengukur jumlah structural capital (SC) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari value added (VA) dan merupakan indikasi
keberhasilan structural capital (SC) dalam penciptaan nilai.
𝑺𝑪
SCE =
𝑽𝑨
Di mana:
SCE: Structural Capital Efficiency
SC : Structural Capital: VA-HC
VA : Value Added
5. Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM).
VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen yaitu: CEE, HCE, dan SCE.
VAIC = CEE + HCE + SCE
2.1.4 Bagaimana Mengelola Intellectual Capital
Edvidson (2002;7) menyatakan bahwa intellectual capital bukan merupakan
teknik manajemen tetapi lebih pada pendekatan fundamental untuk mengatur sumber
daya dan asset dalam organisasi.
Kok (2005:386) terdapat 2 (dua) pendekatan untuk mengelola intellectual
capital atau knowledge dari organisasi. Pendekatan pertama didasari pada pemikiran
meningkatkan pengetahuan dari anggota organisasi, maka akan meningkatkan
kemampuan dalam menghasilkan laba dalam jangka panjang. Pendekatan ini
memfokuskan pada karyawan organisasi untuk melakukan penciptaan nilai,
pembelajaran, komunikasi dan menyebarkan pengetahuan. Pendekatan kedua
memandang IC sebagai asset perusahaan yang dapat dinilai dan dapat dikelola
sehingga dapat menghasilkanlaba. Dalam pandangan ini ada dua pendekatan dasar
yaitu :
1) Inovasi sebagai strategi bisnis. Hal ini dilakukan dengan mengelola
intellectual capital termasuk komersialisasi inovasi, penggunaan teknologi
untuk menghasilkan keunggulan kompetitive dan pengidentifikasian,
perlindungan dan komersialisasi intellectual property. Hal ini dilakukan
12
biaya perolehan asset dapat diukur dengan andal. Jika tidak memenuhi criteria diatas
maka pengeluaran biaya untuk menciptakan Intellectual capital tidak bisa diakui
sebagai asset dalam laporan keuangan.
Pengeluaran biaya yang terkait untuk menciptakan intelellectual capital yang
dicatat sebagai beban menurut PSAK 19 (Revisi 2009) adalah:
a) Pengeluaran biaya yang digunakan untuk menciptakan goodwill (goodwill
yang dihasilkan secara internal
b) Biaya pra operasi perusahaan
c) Biaya training
d) Biaya iklan
e) Biaya relokasi
f) Biaya riset.
Biaya tersebut diakui pada saat terjadinya sebagai beban sebagai pengurang
pendapatan dalam laporan laba-rugi. Biaya pelatihan/trainings karyawan misalnya,
biaya tersebut tidak bisa diakui sebagai asset direnakan perusahaan tidak bisa
melakukan pengendalian atas SDM perusahaan. Contoh lain adalah biaya riset, Riset
didefinisikan sebagai penyelidikan asli dan terencana yang dilaksanakan dengan
harapan memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu baru. Dalam riset,
perusahaan belum bisa memastikan apakah riset tersebut dapat berhasil atau tidak,
sehingga manfaat ekonomis masa depan yang diperoleh entitas atas riset tersebut
belum bisa dipastikan sehingga biaya yang dikeluarkan pada riset tidak diakui sebagai
asset. Namun demikian PSAK 19 (revisi 2009) menyatakan biaya yang dikeluarkan
dalam tahap pengembangan boleh diakui sebagai asset. Pengembangan merupakan
penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lain pada saat suatu rencana atau
rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, system atau jasa yang baru atau
yang mengalami perbaikan subtansial, sebelum dimulainya produksi komersial. Biaya
yang dikeluarkan dalam tahap pengembangan bisa diakui sebagai asset jika syarat
berikut ini terpenuhi, yaitu entitas dapat menunjukkan :
KESIMPULAN
15
16
Tax heaven country atau negara surga pajak merupakan salah satu penyebab
hilangnya penerimaan negara dari sektor perpajakan. Karena itu, sangat diperlukan
adanya tindakanyang tegas dari Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan
(OECD) untuk mencabut status suatu negara sebagai tax heaven yang merugikan bagi
negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Chariri, Anis. & Ghozali, Imam. Ulum, Ihyaul. 2007. Intellectual Capital dan Kinerja
Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least
Squares. Jurnal SNA 11. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang.
D.Ruben, Brent And Lea P Steward. Comunication And Human Behavior. 1998.
Usa:Allyn And Bacon
Hermanus, Ivan Giovanni, Luky Patricia W. & Evelyn. 2013. Pengaruh Intellectual
Capital terhadap Profitabilitas, Produktivitas, dan Penilaian Pasar Perusahaan
Sektor Perbankan. Jurnal GEMA AKTUALITA. 2(2): 29-40.
17
Indonesia pada Tahun 2005-2007. SNA XV 2012. Banjarmasin: Universitas
Tarumanagara.
Susilowati dan Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: Refika
Aditama
18