Anda di halaman 1dari 42

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI

KABUPATEN JOMBANG

PROPOSAL PENELITIAN

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

Di Ajukan Oleh :

Candra Pramesti Lillah Billa

NBI : 1232000084

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2023

1
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Nama Lengkap : Candra Pramesti Lillah Billa

NBI : l232000084

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi :Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram di

Kabupaten Jombang

Surabaya, 17 Oktober 2023

Mengetahui/Menyetujui

Pembimbing

Dr.Arga Christian Sitohang, S.E.,M.M

2
DAFTAR ISI

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dan termasuk salah satu

negara berkembang dari banyaknya negara berkembang yang ada di dunia

karena pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat. Namun, adanya

pertumbuhan penduduk yang pesat juga mengharuskan pemerintah untuk

menyediakan lapangan usaha yang mampu mengimbangi dengan

tingginya jumlah penduduk guna dapat tetap membangun perekonomian

yang ada di Indonesia. Sebuah tolak ukur utama yang menjadi penilaian

terhadap keberhasilan suatu negara dapat dilihat dari sektor ekonomi,

karena dengan kestabilan dan peningkatan nilai pada sektor ekonomi maka

kelayakan hidup masyarakat juga akan ikut berkembang. Pada proses

pembangunan ekonomi di dalam suatu negara dapat menyediakan

kesempatan yang besar untuk seluruh kegiatan ekonomi, termasuk dunia

industri yang tersedia di berbagai macam skala mulai besar hingga yang

kecil. Pada saat ini perekonomian yang sangat potensial untuk selalu

ditingkatkan yaitu sektor industri, khususnya sektor industri mikro yang

biasa dikenal sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Berdirinya UMKM di Indonesia cukup dominan dalam perekonomian

Indonesia sehingga UMKM memiliki peran yang besar dan strategis untuk

kemajuan perekonomian di Indonesia faktanya pada saat terjadinya krisis

ekonomi pada tahun 1997-1998 tidak berdampak pada keberadaan

1
UMKM, eksistensi UMKM masih tetap berlanjut, kokoh dan terus

bertahan (Sofyan, 2017). Keberadaan industri kecil mampu menyerap

tenaga kerja sehingga dapat mengatasi permasalahan pengangguran,

industri kecil pada saat ini banyak berkonsep sebagai industri rumahan

atau Home indutry yang bergerak diberbagai macam bidang. Khususnya di

bidang Makanan.

Pesatnya pertumbuhan usaha makanan di Indonesia menyebabkan

jumlah pecinta kuliner semakin meningkat. Jenis makanan yang

ditawarkan sangat bervariasi, mulai dari makanan ringan sampai makanan

berat sehingga banyak pelaku usaha khususnya para UMKM yang

memanfaatkan peluang tersebut untuk memulai usaha dibidang kuliner.

Produk yang dikembangkan oleh para pelaku UMKM salah satunya adalah

makanan tradisional.

Menurut Lily Arsanti Lestari (2018: 1), makanan tradisional adalah

produk makanan dari suatu daerah yang dibuat secara tradisional, dalam

arti proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan peralatan yang

sederhana. Itulah sebabnya mengapa orang harus mengetahui makanan

tradisional daerahnya masing-masing, supaya tidak menghilangkan ciri

khas daerahnya masing-masing. Dalam pembuatan makanan tradisional

biasanya menggunakan alat-alat yang masih tradisonal dan cara

pengolahan makanannyapun memiliki kekhasan. Kabupaten Sidoarjo

merupakan salah satu daerah dengan potensi UMKM yang tumbuh banyak

di Provinsi Jawa Timur.

2
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1

Sumber : Sensus Ekonomi 2016 dan SUTAS 2018

Berdasarkan data di atas dapat kita ketahui bahwasanya Sidoarjo

termasuk dalam salah satu kabupaten yang cukup pesat pertumbuhan

UMKM di Jawa Timur dengan total 248.306 UMKM. Dimana terdapat

beberapa jenis UMKM yang ada di Sidoarjo salah satunya bergerak dalam

bidang makanan dan minuman. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Menurut Data Koperasi UMKM, (2020) di Kabupaten Sidoarjo tahun 2021

UMKM berjumlah 13.075 dengan berbagai macam jenis usaha

3
Gambar 2.2

Jenis UMKM di Sidoarjo

Sumber Data : Dinas Koprasi dan Usaha Mikro Kabupaten Sidoarjo

(2021)

Berdasarkan Data di atas dapat diketahui bahwasanya jenis

UMKM di Sidoarjo di dominasi oleh 3 jenis UMKM yakni mulai dari

Jenis Usaha Handcraft dengan presentase 15,70%, jenis Usaha Pakian

dengan presentase 13,30% dan Khusunya Jenis Usaha Makanan dan

Minuman dengan Presentase 13,30% .

Salah satu jenis Usaha Makanan dan Minuman yang ada di Sidoarjo

adalah Makanan Kupang Lontong. Kuliner ini dapat kita temui di Desa

Tebel Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan Gedangan

adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Meski

4
hanya memiliki 15 Desa, Kecamatan Gedangan adalah salah satu

Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, dengan

kepadatan penduduk ke-3 setelah Kecamatan Waru dan Kecamatan Taman

se-Kabupaten Sidoarjo.

Kuliner Kupang Lontong adalah makanan khas Sidoarjo yang terdiri

dari kupang, lontong dan beberapa bahan pelengkap. Bahan pelengkap

pada hidangan lontong kupang biasa disebut dengan lentho yang

merupakan sejenis gorengan yang terbuat dari singkong yang diparut,

kacang tolo, dan kelapa parut yang dibumbui. Lontong kupang memiliki

cita rasa yang unik dan nikmat yang berasal dari perpaduan petis, bawang

putih dan bumbu kupang dengan kuah asam manis yang segar.

Para pelaku usaha kupang lontong ini mayoritas adalah ibu – ibu

rumah tangga yang berharap usahanya ramai pengunjung. Akan tetapi,

yang terjadi justru sebaliknya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis

kelayakan usaha agar pelaku usaha tersebut dapat memperkirakan apakah

usaha yang dilakukan layak atau tidak untuk dijalankan. Berdasarkan latar

belakang diatas, menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian

tentang “ANALISIS KELAYAKAN USAHA (Studi kasus UMKM

Kupang Lontong Di Desa Tebel Kecamatan Gedangan Kabupaten

Sidoarjo)

5
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah bagaimana kelayakan usaha Kupang Lontong Di Desa Tebel

Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo?

1.2 Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha Kupang Lontong

Di Desa Tebel Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

1.3 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru

serta sebagai sarana pembelajaran juga penerapan ilmu

pengetahuan.

b. Sebagai bahan rujukan, sumber informasi dan bahan referensi

penelitian selanjutnya terutama dalam pembahasan terkait

usaha makanan untuk meningkatkan kualitas dan

mengembangkan penelitian selanjutnya untuk melakukan

penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

c. Hasil dari penelitian, diharapkan mampu memberikan manfaat

baik secara langsung maupun tidak langsung kepada semua

pihak.

6
2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam merealisasikan usaha yang telah

direncanakan ataupun yang usaha sedang dilaksanakan. Serta

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

bagi pelaku usaha mengenai pentingnya melakukan analisis

kelayakan usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu

usaha tersebut diusahakan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansadan Teori

2.1.1 UMKM ( Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

a. UMKM

Menurut Warkum Sumitro, (2017) usaha mikro kecil dan

menengah adalah usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan

dengan tenaga kerja yang digunakan tidak melebihi dari 50 orang.

Usaha skala mikro merupakan sebagian besar dari bentuk usaha

mikro dan usaha kecil misalnya pedagang kaki lima, kerajinan

tangan, usaha souvenir, dan sejenisnya.

Definisi tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2008 adalah “Sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai

UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh

seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan

jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu”. (Krisna & Nuratama,

2021)

Menurut Peraturan Presiden RI, 2021 Pasal 1 Ayat (5)

“Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang selanjutnya disingkat

UMKM adalah usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 20

8
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja”.

b. Kriteria UMKM

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun, 2008 Bab IV Tentang Kriteria Pasal 6, terdapat

beberapa kriteria UMKM, antara lain:

1. “Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga satus juta rupiah)

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah).

9
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

c. Klasifikasi UMKM

Berikut ini adalah klasifikasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(Reza Nurul Ichsan, S.E, M.M et al., 2019) :

1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) yang digunakan sebagai kesempatan

kerja untuk mencari nafkah, yang labih umum biasa disebut

sektor informal. Contohnya pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) yang memiliki sifat pengrajin tetapi

belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak

dan ekspor.

10
4. Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) yang telah memilikijiwa

kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi

usaha besar (UB). 11.4. Rangkuman.

2.1.2 Makanan Tradisional

Makanan tradisional merupakan hasil budi daya

masyarakat setempat yang dilakukan turun-temurun dalam

mengembangkan makanan berimbang dengan bahan-bahan

tumbuhan dan hewan baik melalui budi daya ataupun yang

berasal dari alam sekitarnya. Sehubungan dengan hal

tersebut, beragamnya jenis makanan tradisional telah

membuktikan bahwa makanan telah menimbulkan ciri khas

pada masing-masing daerah dan suku bangsa (Rasyid,

2004:12).

Menurut Lily Arsanti Lestari (2018: 1), makanan

tradisional adalah produk makanan dari suatu daerah yang

dibuat secara tradisional, dalam arti proses pembuatannya

dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana.

Itulah sebabnya mengapa orang harus mengetahui makanan

tradisional daerahnya masing-masing, supaya tidak

menghilangkan ciri khas daerahnya masing-masing. Dalam

pembuatan makanan tradisional biasanya menggunakan

11
alat-alat yang masih tradisonal dan cara pengolahan

makanannyapun memiliki kekhasan.

2.1.2 Kupang Lontong

Menurut (Safida & Suwardiah, 2017) Kupang lontong

adalah makanan khas Sidoarjo yang terdiri dari kupang, lontong

dan beberapa bahan pelengkap. Bahan pelengkap pada hidangan

lontong kupang biasa disebut dengan lentho yang merupakan

sejenis gorengan yang terbuat dari singkong yang diparut, kacang

tolo, dan kelapa parut yang dibumbui. Lontong kupang memiliki

cita rasa yang unik dan nikmat yang berasal dari perpaduan petis,

bawang putih dan bumbu kupang dengan kuah asam manis yang

segar menjadikan Kupang Lontong cocok dinikmati pada siang

hari di cuaca yang panas. Lontong kupang juga biasanya

dinikmati dengan tambahan sate kerang dan minuman es kelapa

muda

Kupang Lontong terbuat dari kupang yang sudah dicuci

bersih dan direbus, kemudian kupang yang sudah dibersihkan

direbus dengan kaldu kupang dan ditambah garam, gula, daun

bawang yang dicincang dan bawang putih yang dicincang halus

yang telah ditumis. Lontong kupang menggunakan bahan

pelengkap yaitu petis yang telah diracik untuk mendapatkan rasa

lontong kupang yang khas. Cara penyajian lontong kupang yaitu,

bawang putih mentah dan cabai rawit dilumatkan langsung ke

12
dalam piring saji dan ditambahkan gula. Setelah halus kemudian

ditambahkan petis dan sedikit air perasan jeruk nipis lalu

ditambahkan lontong hingga terlihat agak tinggi, ditaburi bawang

goreng dan lentho. Yang terakhir adalah dengan menuangkan

kuah Lontong Kupang di atasnya. Rasa khas dari Lontong

Kupang sendiri adalah manis, sedikit pedas dan asam serta

memiliki aroma kupang yang kental.

Kupang merupakan salah satu hasil kekayaan laut yang

masuk dalam kelompok kerang-kerangan. Kupang memiliki

bentuk hampir sama satu dengan lainnya, yaitu berbentuk oval

dan agak lonjong, mempunyai kulit atau cangkang. Tubuh

kupang berwarna putih kekuning-kuningan dan cokelat

kehitaman. Kupang memiliki kandungan gizi tinggi, khususnya

kandungan protein. Kadar protein yang tinggi merupakan sumber

gizi yang penting bagi masyarakat (Prayitno, 2001).

Menurut Prayitno (2001;14) kupang mengandung air

75,70%, kadar abu 3,09 %, protein 10,85%, lemak 2,68% dan

karbohidrat 1,02%. Dengan kadar gizi yang tergolong tinggi,

pemanfaatan kupang sebagai bahan bergizi tinggi perlu

disosialisasikan dan dikenalkan kepada masyarakat.

2.1.3 Biaya

(Winarso, 2014) menyatakan bahwa biaya merupakan komponen

paling penting dari operasi bisnis. Untuk mendapatkan

13
keuntungan atau laba, suatu perusahaan harus dapat

menghasilkan lebih banyak pendapatan daripada biaya yang

dikorbankannya. Oleh karena itu, perusahaan harus memahami

konsep dasar tentang biaya dan unit-unit bisnis agar dapat

bersaing dan menekan biaya seminimal mungkin sambil

memprediksi tingkat laba yang tinggi.

Macam Biaya

1. Biaya Tetap Total. (TFC), Adalah keseluruhan biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak

dapat berubah jumlahnya. Sebagai contoh : biaya pembelian

mesin, membangun bangunan pabrik, membangun prasarana

jalan menuju pabrik, dan sebagainya.

Biaya Tetap = Total Biaya Produksi – (Biaya Variabel per

Unit × Jumlah Unit yang Diproduksi)

2. Biaya Variabel Cost (TVC) Adalah biaya yang berubah secara

proporsional dalam aktivitas usaha. Biaya variabel adalah

jumlah biaya marginal terhadap semua unit yang diproduksi,

biaya variabel yaitu biaya yang berubah mengikuti aktivitas

bisnisnya dengan kata lain naik turunnya biaya tergantung pada

volume operasional suatu usaha.

Biaya Variable = Biaya per Unit × Jumlah Total Unit

14
2.1.4 Pendapatan

Menurut Winardi dalam Usman, 2016;32) Pendapatan Salah

satu konsep utama yang paling sering digunakan untuk

mengukur status ekonomi seseorang atau keluarga adalah tingkat

pendapatan. Pendapatan menunjukkan seluruh uang atau hasil

material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau

jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama

jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Dengan kata

lain, pendapatan juga dapat diartikan sebagai total pendapatan

yang diperoleh pekerja buruh atau rumah tangga selama ia

bekerja di perusahaan atau berbisnis. Dalam memenuhi

kebutuhan hidup, setiap orang yang bekerja akan berusaha secara

maksimal agar tujuannya tercapai.

Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup

perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka

semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala

pengeluaran (Hartoyo dan Noorma, 2010).

Pendapatan dalam suatu perusahaan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus:

TR = P x Q

Keterangan:

TR = Total pendapatan usaha kupang lontong

15
P = Harga produk usaha kupang lontong (Rp)

Q = Total penjualan dari usaha kupang lontong

2.1.5 Harga

Harga dapat digambarkan sebagai nilai suatu barang atau

jasa dalam satuan uang, nilai yang diberikan pada apa yang

dipertukarkan, atau kekuatan membeli untuk mencapai kepuasan

dan manfaat. Harga juga dapat diartikan sebagai nilai suatu

barang atau jasa yang diukur dengan jumlah uang yang

dikeluarkan oleh pembeli untuk membeli barang atau jasa


(Kotler & Armstrong, 2010)
tersebut .

2.1.6 Produksi

Menurut Damayanti (2013) produksi adalah suatu kegiatan

yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu produk atau

menciptakan produk baru sehingga lebih bermanfaat dan dapat

memenuhi kebutuhan. Proses produksi merupakan proses yang

sangat penting bagi suatu usaha tertentu, karna proses produksi

adalah suatu kegiatan yang menggabungkan berbagai jenis faktor

untuk menciptakan suatu produk baik barang ataupun jasa.

a) Faktor – Factor Produksi

Menurut Damayanti (2013) faktor produksi adalah

sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi

untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Pada umumnya

faktor-faktor produksi dikelompokkan menjadi empat jenis

16
yaitu: modal, sumber daya alam, tenaga kerja, dan

pengusaha.

a. Modal

Modal adalah uang atau barang yang dapat

digunakan untuk berdagang. Menurut Purwanti

(2012) modal usaha merupakan sebagai pokok

(induk) untuk usaha, melepas uang, dan sebagainya

yang dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu

yang dapat menambah kekayaan. Modal usaha

dapat diartikan sebagai dana yang digunakan untuk

menjalankan usaha agar dapat tetap berjalan. Secara

makro modal merupakan pendorong besar untuk

meningkatkan investasi baik secara langsung pada

proses produksi ataupun dalam prasarana produksi,

sehingga dapat mendorong kenaikan produktivitas

dan output.

b. Tenaga Kerja

Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan yang

menghasilkan barang ataupun jasa. Tenaga kerja

merupakan faktor yang paling dasar dari

keberhasilan suatu usaha, tenaga kerja adalah

penggerak utama jalannya suatu usaha. Proses

17
produksi tidak akan bisa dihasilkan jika tidak ada

tenaga kerja manusia.

c. Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam adalah segala sesuatu yang ada

di dalam alam dan dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan serta kesejahteraan manusia.

Kemampuan produsen dalam menghasilkan barang

atau jasa ditentukan

d. Pengusaha

Pengusaha merupakan faktor produksi yang

penting, profil pengusaha sering kali disebut

wirausaha dan entrepreneur yang dianggap

memiliki kemampuan manajerial, organisasi, dan

mengatur semua faktor produksi. Pengusaha

merupakan seseorang yang dapat menjadikan

peluang produksi yang inovatif dan akan

menjadikan sebuah nilai keuntungan bagi pelaku

usaha.

2.1.7 Analisis Kelayakan Usaha

Menurut Johan (2011) bahwa usaha atau bisnis

didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau aktivitas yang

mengalokasikan sumber daya yang dimiliki ke dalam suatu

kegiatan produksi yang menghasilkan jasa atau barang,

18
dengan tujuan barang dan jasa tersebut dapat dipasarkan

kepada konsumen supaya dapat memperoleh keuntungan

atau pengembalian hasil.

kelayakan didefinisikan sebagai suatu penelitian

untuk menentukan apakah manfaat yang dihasilkan dari

suatu usaha lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

analisis kelayakan bisnis merupakan penelitian untuk

mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap

kelayakan sebuah usaha. Layak atau tidak layak

dijalankannya sebuah usaha dilihat pada hasil perbandingan

semua faktor ekonomi yang dialokasikan ke dalam sebuah

usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang

akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu

a. Tujuan Analisis Kelayakan Usaha

Tujuan dari analisis kelayakan bisnis adalah untuk

menghindari resiko kegagalan bisnis. Menurut Kasmir dan

Jakfar (2007) terdapat lima tujuan yang diharapkan dapat

tercapai dalam melakukan analisis kelayakan bisnis, yaitu :

1) Menghindari Risiko Kerugian

Situasi dan kondisi dimasa yang akan datang tidak dapat

diprediksi, sehingga analisis kelayakan bisnis sangat

19
dibutuhkan untuk meminimalkan resiko yang dapat

dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2) Mempermudah Perencanaan

Analisis kelayakan bisnis akan memberikan prediksi

kondisi dimasa yang akan datang, sehingga akan

mempermudah perencanaan bisnis pada usaha yang akan

dijalankan.

3) Mempermudah Pelaksanaan Pekerjaan

Adanya perencanaan yang telah disusun dapat

mempermudah pelaksanaannya secara runtut dan teratur

sesuai dengan pedoman,sehingga rencana bisnis dapat

dicapai sesuai dengan rencana dan tujuan.

4) Memudahkan Pengawasan

Pengawasan bisnis yang akan dilakukan menjadi lebih

mudah, karena perencanaan yang telah dilaksanakan

sesuai dengan rencana bisnis yang diharapkan.

Pengawasan ini digunakan untuk mengawasi jalanya

bisnis atau usaha supaya sesuai dengan perencanaan

bisnis

5) Memudahkan Pengendalian

Pengendalian berfungsi untuk mengecek apakah ada

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap

rencana bisnis yang telah direncanakan. Jika terjadi

20
penyimpangan akan dapat dikendalikan dan mudah

diperbaiki

b. Tahapan Analisis Kelayakan Usaha

Menurut (Kasmir dan Jakfar, 2018) tahapan dalam analisi

kelayakan usaha perlu dilakukan dengan benar agar tujuan

yang telah ditetapkan dapat tercapai. Berikut adalah tahapan-

tahapan yang perlu dilakukan dalam analisis kelayakan

usaha:

1) Menentukan ide

Tahap pertama yang harus dilakukan oleh

pengusaha adalah menemukan ide. Tahap penemuan ide

tidak hanya dilakukan pada saat akan menjalankan usaha

saja, namun juga dibutuhkan saat usaha sudah berjalan

dengan tujuan agar usaha yang dilakukan tetap

berkembang seperti tujuan awal yang harus dicapai.

2) Mempertimbangkan Alternatif Usaha

Dapat dilakukan dengan mengumpulkan data. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan diantaranya melakukan

pemilihan usaha yang sesuai dengan pasar dan

mempertimbangkan masalah atau kendala yang akan

dihadapi.

3) Tahap Analisa Data

21
Menganalisa data yang sudah diperoleh untuk

mendapatkan suatu keputusan.

c. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

Pada dasarnya aspek-aspek bersifat fleksibel sehingga bisa

ditambah ataupun bisa dikurangi sesuai kebutuhan usahanya.

Adapun aspek yang mempengaruhi studi kelayakan bisnis

yaitu aspek finansial. Menurut (Sulastri, 2016) aspek

finansial penentuan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus

alokasinya serta mencari sumber dana yang berkaitan secara

efisien sehingga memberikan keuntungan maksimal.

Menurut (Umar, 2003) aspek finansial adalah aspek yang

berkaitan dengan kondisi keuangan suatu usaha baik dari

investasi awal usaha dan keuntungan yang diperoleh dari

hasil penjualan.

2.1.8 Kelayakan Usaha

Studi kelayakan proyek atau bisnis merupakan suatu

kegiatan mengevaluasi, menganalisis, dan menilai layak

atau tidak suatu proyek bisnis dijalankan (Afiyah, Saifi, &

Dwiatmono, 2015).

1) Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) Merupakan suatu

alat analisis data yang digunakan untuk mengetahui

usaha tersebut layak dilanjutkan atau tidak. Revenue

Cost Ratio (R/C Ratio) dipero1111leh dari hasil

22
pembagian antara TC (Total Cost) dan TR (Total

Revenue). Jika hasil R/C Ratio lebih dari 1 maka usaha

tersebut layak dilanjutkan. (Liantono & Suparta, 2021)

Dengan Rumus Sebagai Berikut :

R/C Ratio = TR/TC

Keterangan :

R/C Ratio = Reve nue Cost Ratio

TC = Total Cost (Total Biaya)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

2) Return Of Investmen (ROI)

Untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba

suatu perusah aan atau suatu pusat laba perusahaan

biasanya digunakan alat pengukur: kembalian investasi

(Return On Investment atau disingkat ROI) atau

Residual Income (disingkat RI). Kembalian investasi

dihitung dengan cara membandingkan laba bersih

dengan aktiva yang digunakan oleh pusat laba tersebut

untuk mendapatkan laba tersebut. Dalam hal ini

diperlukan informasi pendapatan penuh dan informasi

biaya penuh untuk menghitung laba bersih dan

informasi aktiva penuh pusat laba tersebut.

(Rakhmawati, 2009)

23
Return Of Investmen (ROI) Diperoleh dari hasil

pembagian antara Keuntungan dan Modal Usaha.

Hasil pembagian antara Keuntungan dan Modal

Usaha nantinya akan dikali 100% sehingga akan

menghasilkan ROI. Return Of Investment (ROI)

berguna untuk mengukur efisiensi suatu usaha.

(Liantono & Suparta, 2021) Dengan Rumus Sebagai

Berikut :

keuntungan
ROI= ×1 00 %
modal usaha

Menurut Ichsan et al., (2019) Return Of

Investmen (ROI) Digunakan pengembalian yang

investasi digunakan untuk mengukur prosentase

manfaat yang dihasilkan oleh proyek dibandingkan

dengan biaya yang dikeluarkan.

TM −TB ×1 00 %
ROI=
TB

Keterangan :

TM : Total Manfaat

TB : Total Biaya

2.1.9 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dan sumber pengetahuan

tambahan, penulis mengumpulkan beberapa penelitian tedahulu

24
yang telah dilakukan oleh beberapa orang seperti pada kolom

dibawah ini :

1. Ibnu Sajari (2017) dalam penelitian yang berjudul “Analisis

Kelayakan Usaha Keripik Pada UD. Mawar di Gampong

Batee IE Kecamatan Semalanga Kabupaten Banten”

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kelayakan usaha

keripik UD. Mawar di Gampong Batee Ie Liek Kecamatan

Samalanga Kabupaten Bireuen. Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

Rumus analisis biaya dan keuntungan. Sementara untuk

menghitung Kelayakann Usaha, rumus yang digunakan

adalah, Revenue Cost (R/C), Benefit Cost Ratio (B/C), dan

Return On Investment (ROI).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rata-rata

penerimaan pada agroindustri keripik UD. Mawar adalah

Rp. 60.750.000,00/bulan dengan biaya produksi yang

dikeluarkan sebesar Rp. 38.508.054,00/bulan. Biaya

produksi tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar Rp.

628.054,00 dan biaya variabel sebesar Rp.

37.880.000,00/bulan. Dari hasil analisa data, didapatkan

bahwa keuntungan yang diperoleh pada agroindustri keripik

UD. Mawar sebesar Rp. 22.241.946,00/ bulan. Berdasarkan

perhitungan kelayakan usaha (R/C) Ratio yaitu

25
perbandingan antara penerimaan dengan total biaya

diperoleh nilai (R/C) Ratio 1,57 atau 1,57 > 1. (B/C) Ratio

yaitu perbandingan keuntungan dengan total biaya produksi

yang lebih besar dari nol yaitu memiliki angka

perbandingan 0,57 atau 0,57 > 0. Berdasarkan

perbandingan laba dan modal produksi diperoleh nilai ROI

sebesar 57%. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha

agroindustri UD. Mawar dapat dikatakan menguntungkan

dan layak dijalankan.

2. Daninda Putri, (2021) Penelitian ini berjudul “ Efisiensi

Usaha Kupang Lontong di Sentra Kuliner Khas Sidoarjo”

Analisis yang digunakan adalah analisis deksriptif, analisis

biaya dan analisis R/C Ratio.Proses pengolahan

menggunakan tabel presentase karakteristik reponden

motivasi dan permasalahan berwirausaha dan menggunakan

excel untuk mengolah analisis efisiensi usaha. Faktor yang

melatar belakangi berwirausaha lontong kupang bukan dari

faktor keluarga karena hanya sedikit yang bewirausaha

sama, bukan dari faktor pendidikan maupun lingkungan,

naun faktor yang paling melatar belakangi karena ingin

mendapatkan keuntungan. Permasalahan yang dihadapi

dalam berwirausaha adalah sepinya pengunjung yang

berakibat dengan kecilnya pendapatan. Dalam satu bulan

26
usaha lontong kupang rata – rata biaya total sebesar Rp.

1.926.202,- memperoleh penerimaan rata - rata sebesar Rp.

2.287.500,- dan memperoleh keuntungan rata – rata sebesar

Rp. 361.298,-. Tingkat efisiensi sebesar 1.191 dan diartikan

usaha lontong kupang tersebut layak dijalankan meskipun

pendapatan yang diterima kecil.

3. Zaini Musthofa, (2018) Penelitian ini berjudul “ Analisi

Usaha Terasi Udang di Desa Tambak Klekok Kabupaten

Pasuruan” penelitian ini adalah menganalisis potensi

kelayakan usaha pembuatan terasi udang di Desa

Tambaklekok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kasus, dengan melakukan pendekatan melalui

observasi, wawancara, dan kuesioner. Analisis kelayakan

usaha dilakukan dengan pendekatan harga produksi, Break

Even Point (BEP), R/C Ratio (Return Cost of Ratio), B/C

Ratio (Benefit Cost of Ratio).

Hasil analisis finansial diketahui bahwa dari

perhitungan rata-rata nilai R/C ratio dan B/C ratio, yang

dapat menentukan kelayakan usaha terasi di Desa

Tambaklekok. Diketahui bahwa usaha terasi mendapat nilai

B/C ratio < 1 yaitu 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa usaha

terasi di Desa Tambaklekok tidak layak dijalankan. Namun,

jika menurut kriteria R/C ratio, nilai R/C ratio > 1 yaitu

27
sebesar 1,82. Hal ini menunjukkan usaha terasi di Desa

Tambaklekok dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan dan

dikembangkan. Hasil tersebut menunjukan perhitungan rata-

rata nilai R/C ratio, usaha terasi di Desa Tambak klekok

termasuk menguntungkan dan layak dilanjutkan.

4. Sholekah dkk (2022). Penelitian ini berjudul Kelayakan

Usaha Home Industri Rengginang Eka Di Desa Sumberejo

Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen. Penelitian ini dilakukan

di Desa Sumberejo Kecamatan Mondokan Kabupaten Sragen.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Home Industri

Rengginang Eka dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Hasil

dari kelayakan usaha menunjukan jika R/C ratio sebesar 2,30 dan

untuk B/C ratio sebesar 1,30 tergolong menguntungkan dan layak

diusahakan. Dan hasil dari ROI sebesar 101% menunjukan bahwa

ROI bernilai positif maka home industri rengginang Eka ini layak

untuk di kembangkan.

5. Asnidar & Asrida. (2017), Penelitian ini dilaksanakan di

Desa Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu

Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh pada bulan Agustus

2016. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Usaha

Home Industri Kerupuk Opak dapat dikatakan layak untuk

dijalankan. Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan rumus analisis biaya,

pendapatan dan keuntungan. Sementara untuk menghitung

28
kelayakan usaha, rumus yang digunakan adalah Revenue

Cost Ratio (R/C) dan Return On Investment (ROI). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan yang

diterima oleh pengrajin usaha home industry kerupuk opak

adalah sebesar Rp. 13.099.252/tahun. Berdasarkan

perhitungan kelayakan usaha diperoleh R/C 1,42 dan nilai

ROI 42,3 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha

home industry kerupuk opak di Desa Paloh Meunasah

Dayah Kecamatan Muara Satu.

6. Intan dkk. (2019). Dengan penelitian berjudul Analisis

Kelayakan Usaha Pengolahan Arum Manis UKM Dio di

Desa Tegalreja, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten

Brebes Hasil penelitian menunjukkan penerimaan Rp.

96.000.000,00 per bulan, dan perhitungan kelayakan usaha

diperoleh nilai (R/C) Ratio 1,675 atau 1,675 > 1.

Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi

diperoleh nilai ROI sebesar 57,5 %, bahwa UKM Arum

Manis “Dio” dapat dikatakan layak dijalankan dan

menguntungkan.

29
2.1.9 Kerangka Berpikr

Usaha Kupang
Lontong

Harga
P
Biaya Pendapatan
Produksi TR
TC Produksi
Q

Biaya Biaya Tetap


Variabel TFC
TVC

Kelayakan Usaha:
Return Of Investmen (ROI)
Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Layak Tidak Layak

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus yang

dilaksanakan untuk mengetahui kelayakan usaha terhadap usaha Kupang

Lontong Di Desa Tebel Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo

Informan dalam penelitian ini meliputi 6 orang pengusaha Kupang

Lontong aktif.

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui

proses wawancara, observasi dan dokumentasi sebagai alat pengumpulan

data primer. Analisis data bersifat induktif, yaitu analisis data

menggunakan fakta lapangan. perhitungan R/C ratio dan ROI untuk

menganalisis kelayakan usaha Kupang Lontong layak atau tidak untuk

dilanjutkan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan Di Desa Tebel Kecamatan

Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Waktu penelitian dilaksanakan mulai pada

Bulan Oktober 2023 sampai pada Bulan Desember 2023.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.1.3 Jenis Data

Data Kualitatif adalah data yang mencakup hampir semua data

non-numerik. Data kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

seperti gambaran desa, nama pemilik usaha, jenis alat dan bahan yang

31
digunakan serta tahapan proses pembuatan makanan kupang lontong

di Usaha Kupang Lontong Di Desa Tebel Kecamatan Gedangan

Kabupaten Sidoarjo.

3.2.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

1) Data Primer pada penilitian ini merupakan data yang

dikumpulkan dan diperoleh langsung dari responden yang

merupakan pengusaha Kupang Lontong di Sentra Kuliner

Kupang Lontong Khas Sidoarjo. Dimana dilakukan dengan

wawancara dan observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2) Data sekunder pada penelitian ini adalah data yang mengacu

pada informasi yang dikumpulkan pada sumber yang telah ada.

Data sekunder pada penelitian ini merupakan data yang diperoleh

dari beberapa instansi terkait seperti, badan pusat statistik (BPS)

dan referensi studi kepustakaan seperti jurnal, skripsi, dan bahan

lain dari sumber-sumber yang ada di internet.

3.4 Informan

Informan merupakan subjek penelitian yang dapat dijadikan sebagai

sumber informasi untuk membantu menyelesaikan sebuah penelitian

informan pada penelitian ini yaitu 6 orang pemilik usaha Kupang

Lontong Di Desa Tebel Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo

32
3.5 Teknik Pegumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

cara sebagai berikut ;

1. Wawancara ; Merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan

informan. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang

digunakan yaitu dengan menyiapkan daftar pertanyaan terlebih

dahulu yang kemudian langsung ditanyakan kepada informan.

2. Observasi ; Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

untuk mengetahui kondisi nyata dari subjek maupun objek

penelitian. Dalam penelitian ini teknik observasi dilakukan

dengan cara mengamati secara langsung untuk mengetahui

kondisi nyata dari objek penelitian.

3. Dokumentasi ; Merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara visual yang menggambarkan kondisi objektif.

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk

memperkuat dan mendukung informasi-informasi yang

didapatkan dari hasil observasi dan interview dari data yang

diperoleh di lapangan.

33
3.6 Definisi Operasional dan Definisi Variabel.

3.6.1 Definisi Variabel

1. Pendapatan

Pendapatan adalah total pendapatan yang diterima oleh pelaku

usaha berupa uang yang diperoleh dari hasil penjualan produk

yang diproduksi. Pada penelitian ini pendapatan tersebut didapat

dari pelaku Usaha Kupang Lontong.

2. Biaya

Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur

dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam penelitian ini biaya dibedakan

menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap

merupakan biaya yang tidak mengalami perubahan, contoh biaya

tetap dari Usaha Kupang Lontong adalah panci besar, kompor,

tabung gas. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dapat

berubah sewaktu-waktu sesuai dengan aktivitas bisnis tersebut,

contoh biaya varibel dari usaha Kupang Lontong adalah kupang,

petis dan sebagainya

3.6.2 Definisi Operasional

1. Total keseluruhan pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha

Kupang Lontong.

2. Total biaya yang dikeluarkan pelaku usaha Kupang Lontong.

untuk menghasilkan barang dan jasa.

34
3.7 Proses Pengumpulan Data

1. Pencatatan

Melakukan pencatatan data1 yang berhasil dikumpulkan pada

proses wawancara maupun observasi

2. Pemeriksaan

Melakukan pemeriksaan data yang sudah dicatat untuk dirapikan

dengan tujuan menghindari kesalahan

3. Klasifikasi

Melakukan pengelompokan jawaban hasil wawancara yang telah

dilakukan.

4. Sorting

Melakukan pengelompokan berdasarkan periode tertentu untuk

memudahkan pembaca

5. Kalkulasi

Melakukan perhidungan data berdasarkan sumber data dari hasil

wawancara dengan perhitungan normal

6. Tabulasi

Melakukan penyusunan data yang diperoleh kedalam tabel sehingga

mudah untuk dipahami

3.8 Metode Analisis Data dan Analisis data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

35
Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi

data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data

kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik

analisis data yang digunakan sebelum ada polanya yang jelas. (Hardani,

2020)

Dalam Penelitian ini, Peneliti akan menggunakan beberapa alat

analisis sebagai berikut untuk mengolah data :

1. Analisis Biaya

Analisis biaya dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

total pendapatan yang diperoleh dari Usaha Kupang Lontong di

Desa Tebel Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.. Tahapan

yang diperlukan dalam menganalisis biaya yaitu:

a) Mencari pendapatan dari industri batik

TR = P × Q

Keterangan:

TR = Total pendapatan industri batik

P = Harga jual produk industri batik (Rp)

Q = Total penjualan dari industri batik (Rp)

2. Analisis Kelayakan Usaha

Untuk mengetahui kelayakan usaha Kupang Lontong,

peneliti menggunakan Revenue Cost Ratio (R/C Ratio), Benefit

Cost Ratio (B/C Ratio), Dan Return Of Invesment (ROI) sebagai

alat analisis dalam penelitian ini.

36
1) Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) Merupakan suatu alat

analisis data yang digunakan untuk mengetahui usaha tersebut

layak dilanjutkan atau tidak. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

diperoleh dari hasil pembagian antara TC (Total Cost) dan TR

(Total Revenue). Jika hasil R/C Ratio lebih dari 1 maka usaha

tersebut layak dilanjutkan. (Liantono & Suparta, 2021)

Dalam penelitian ini Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) dihitung

dengan Rumus Sebagai Berikut :

R/C Ratio = TR/TC Dimana :

R/C Ratio = Revenue Cost Ratio

TC = Total Cost (Total Biaya)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

Dengan kriteria uji sebagai berikut :

 Apabila R/C >1, Maka usaha Kupang Lontong layak

dikembangkan.

 Apabila R/C < 1, Maka usaha Kupang Lontong tidak

layak dikembangkan.

 Apabila R/C = 1 Maka dapat dikatakan usaha Kupang

Lontong balik modal.

Kelayakan usaha Kupang Lontong dianalisis dengan

menggunakan metode analisis R/C. Nilai R (Revenue) didapatkan

37
dari penerimaan beras dan dedak. Seberapa besar penerimaan

yang didapatkan bergantung kepada efisiensi kinerja mesinnya,

karena semakin efisien mesin bekerja, maka hasil penggilingan

beras dan dedaknya pun semakin banyak sehingga

penerimaannya akan besar pula. (Hidayah, 2015)

2) Return Of Invesment (ROI)

Return Of Investmen (ROI) Diperoleh dari hasil pembagian

antara Keuntungan dan Modal Usaha. Hasil pembagian antara

Keuntungan dan Modal Usaha nantinya akan dikali 100%

sehingga akan menghasilkan ROI. Return Of Investment

(ROI) berguna untuk mengukur efisiensi suatu usaha.

(Liantono & Suparta, 2021)

Dalam penelitian ini Return Of Investmen (ROI) dihitung dengan

Rumus Sebagai Berikut :

Keuntungan
ROI ×1 00 %
Modal Usaha

38
DAFTAR PUSTAKA

39

Anda mungkin juga menyukai