Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MENJELASKAN KRITERIA CABANG


IMAN

NAMA : DISKA APRIZA


NPM : -
SEMESTER : I (SATU)
MATA KULIAH: AL-ISLAM

STIH MUHAMMADIYAH KOTABUMI


2016
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….

A. LATAR BELAKANG……………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………….
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN…………………

BAB II KRITERIA CABANG IMAN............................................

A. PENGERTIAN IMAN……………………………………….
B. CABANG-CABANG IMAN…………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………

A. KESIMPULAN……………………………………………….
B. SARAN………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini
mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di manakah
sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?

Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg disertai dgn amal shaleh yg dapat
menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu.
“Barangsiapa yg mengerjakan amal shaleh baik laki-laki-laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yg baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dgn pahala yg lbh baik dari apa yg
telah mereka kerjakan.”

Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan
duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi
masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar
ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan.
Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yg mengikat antar mereka selain tali persaudaraan
iman.

Namun setelah redup cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai kebaikan diantara kita.
Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yg penuh dgn kebohongan kesombongan kekerasan
individualisme keserakahan kerusakan moral dan kemungkaran.

“Yang demikian itu adl krn sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah sesuatu ni’mat yg
telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum sehingga kaum itu merubah apa yg ada pada
diri mereka sendiri?..”

Dengan memohon ma’unah Allah makalah singkat ini mencoba menjelaskan beberapa hal yg
berkaitan dgn topik tersebut di atas.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni:
1. Apa pengertian iman?
2. Kriteria Cabang-cabang dari iman.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan pembuatan makalah ini yakni untuk memenuhi kewajiban sebagai pelajar,
yakni membuat tugas yang diberikan oleh dosen, akan pemenuhan dari kewajiban itupula
tidak lepas ari banyaknya manfaat yang bisa didapatkan. Yaitu kita dapat mengetahui apa
pengertian dari iman, karakteristik iman, dan segala sesuatu tentang iman.

BAB II
KRITERIA CABANG IMAN

A. PENGERTIAN IMAN
Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”. Hati
merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat
dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau
salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang
bernama manusia.
Iman menurut bahasa adalah membenarkan dengan hati atau percaya, sedangkan menurut
syara’ iman itu bukanlah suatu angan-angan akan tetapi apa yang telah mantap dalam hati dan
dibuktikan lewat amal perbuatan. Hal ini tercermin dalam salah satu hadis Nabi yang berikut
ini:
Terjemahnya:
“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah mentap di dalam hatimu dan
dibuktikan kebenarannya dengan amal”.

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia dikatakan bahwa:

“Iman secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti menganugrahkan rasa aman dan
ketentraman, dan yang kedua masuk ke dalam suasana aman dan tentram, pengertian pertama
ditunjukkan kepada Tuhan, karena itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-Makmun, yaitu Maha
Memberi keamanan dan ketentraman kepada manusia melalui agama yang diturunkan lewat
Nabi. pengertian kedua dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin (orang yang beriman)
adalah mereka memasuki dalam suasana aman dan tentram menerima prinsip yang telah
ditetapkan Tuhan”.

Dari beberapa keterangan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai bahan referensi
bahwa pengertian bahwa iman adalah keyakinan yang kuat dan kepercayaan penuh terhadap
suatu subjek, gagasan dan doktrin. Dengan kata lain, tidaklah sempurna iman seseorang kalau
hanya menyakini dengan hati tanpa dibarengi dengan amal perbuatan.

Sedangkan menurut Istilah, Ali Mustafa al-Ghuraby menyatakan:


“Sesungguhnya Iman itu adalah ma’rifah dan pengakuan kepada Allah swt Dan Rasul-Rasul-
Nya (atas mereka keselematan)”.

Dan menurut Jumhur Ulama yang dikemukakan oleh al-Kalabadzy:


”Iman itu adalah perkataan, perbuatan dan niat, dan arti niat adalah pembenaran”.
Dari definisi bahasa dan istilah diatas. Maka dipahami bahwa para pakar sepakat bahwa iman
adalah pembenaran dengan hati. Adapaun mengenai ucapan dan pengamalan anggota badan,
maka sebagian ulama memasukkannya sebagian dari pada iman sedang lainnya menempatkan
sebagai kelengkapan saja.

B. CABANG-CABANG IMAN

Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah
ucapan ‘Laailaahaillallah’

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:

‫ « اِإل يَم اُن ِبْض ٌع َو َس ْبُعوَن َأْو ِبْض ٌع َو ِس ُّتوَن ُش ْع َبًة َفَأْفَض ُلَها َقْو ُل َال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو َأْد َناَها ِإَم اَطُة اَألَذ ى َع ِن الَّطِريِق َو اْلَحَياُء ُش ْع َبٌة ِم َن اِإل يَم اِن‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama
adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan
sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan” (HR.
Bukhari dan Muslim)

Cabang-cabang Iman ada bermacam-macam, jumlahnya banyak, lebih dari 72 cabang.


Dalam hadist lain disebutkan bahwa cabang-cabangnya lebih dari 70 buah.
Cabang Iman terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu yang berhubungan dengan :
1) Niat, Aqidah, dan Amalan Hati
2) Lidah
3) Seluruh anggota tubuh

1) Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Amalan Hati

1. Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini bahwa
Allah adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta perumpamaannya
2. Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya, Dialah yang Esa
3. Beriman kepada para Malaikat
4. Beriman kepada Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya
5. Beriman kepada para Rasul
6. Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu datang dari Allah
7. Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam kubur,
kehidupan setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan menyeberangi shirat
8. Meyakini akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan memasukinya
9. Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya
10. Mencintai ALLAH
11. Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah termasuk mencintai para sahabat,
khususnya Muhajirin dan Anshar, juga keluarga Nabi Muhammad saw dan
keturunannya
12. Mencintai Rasulullah saw, termasuk siapa saja yang memuliakan beliau, bershalawat
atasnya, dan mengikuti sunnahnya
13. Ikhlash, tidak riya dalam beramal dan menjauhi nifaq
14. Bertaubat, menyesali dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan mengulanginya
lagi
15. Takut kepada Allah
16. Selalu mengharap Rahmat Allah
17. Tidak berputus asa dari Rahmat Allah
18. Syukur
19. Menunaikan amanah
20. Sabar
21. Tawadhu dan menghormati yang lebih tua
22. Kasih sayang, termasuk mencintai anak-anak kecil
23. Menerima dan ridha dengan apa yang telah ditakdirkan
24. Tawakkal
25. Meninggalkan sifat takabbur dan membanggakan diri, termasuk menundukkan hawa
nafsu
26. Tidak dengki dan iri hati
27. Rasa malu
28. Tidak menjadi pemarah
29. Tidak menipu, termasuk tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan keburukan
atau maker kepada siapapun
30. Mengeluarkan segala cinta dunia dari hati, termasuk cinta harta dan pangkat.

2) Yang Berhubungan dengan Lidah


31. Membaca kalimat Thayyibah
32. Membaca Al Quran yang suci
33. Menuntut ilmu
34. Mengajarkan ilmu
35. Berdoa
36. Dzikrullah, termasuk istighfar
37. Menghindari bicara sia-sia.

3) Yang berhubungan dengan Anggota Tubuh

38. Bersuci, termasuk kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal.


39. Menjaga shalat, termasuk shalat fardhu, sunnah, dan qadha’.
40. Bersedekah, termasuk zakat fitrah, zakat harta, member makan, memuliakan tamu,
serta membebaskan hamba sahaya.
41. Berpuasa, wajib maupun sunnah.
42. Haji, fardhu maupun sunnah.
43. Beriktikaf, termasuk mencari lailatul qadar di dalamnya.
44. Menjaga agama dan meninggalkan rumah untuk berhijrah sementara waktu.
45. Menyempurnakan nazar.
46. Menyempurnakan sumpah.
47. Menyempurnakan kifarah.
48. Menutup aurat ketika shalat dan di luar shalat.
49. Berkorban hewan, termasuk memperhatikan hewan korban yang akan disembelih dan
menjaganya dengan baik.
50. Mengurus jenazah.
51. Menunaikan utang.
52. Meluruskan mu’amalah dan meninggalkan riba.
53. Bersaksi benar dan jujur, tidak menutupi kebenaran.
54. Menikah untuk menghindari perbuatan keji dan haram.
55. Menunaikan hak keluarga dan sanak kerabat, serta menunaikan hak hamba sahaya
56. Berbakti dan menunaikan hak orang tua.
57. Mendidikan anak-anak dengan tarbiyah yang baik.
58. Menjaga silaturrahmi.
59. Taat kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama..
60. Menegakkan pemerintahan yang adil.
61. Mendukung jemaah yang bergerak di dalam kebenaran.
62. Mentaati hakim (pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
63. Memperbaiki mu’amalah dengan sesama.
64. Membantu orang lain dalam kebaikan.
65. Amar makruh Nahi Mungkar.
66. Menegakkan hukum Islam.
67. Berjihad, termasuk menjaga perbatasan.
68. Menunaikan amanah, termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang.
69. Memberi dan membayar utang.
70. Memberikan hak tetangga dan memuliakannya.
71. Mencari harta dengan cara yang halal.
72. Menyumbangkan harta pada tempatnya, termasuk menghindari sifat boros dan kikir.
73. Memberi dan menjawab salam.
74. Mendoakan orang yang bersin.
75. Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain.
76. Menghindari permainan dan senda gurau.
77. Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah Tauhid, yang
wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun cabang Iman itu menjadi sah kecuali
sesudah sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang Iman yang paling rendah adalah
menghilangkan sesuatu yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan
menyingkirkan duri atau batu dari jalan mereka. Lalu, di antara ke dua cabang tersebut
terdapat cabang-cabang lain seperti cinta kepada Rasulullah SAW, cinta kepada saudara
muslim seperti mencintai diri sendiri, jihad dan sebagainya. Beliau tidak menjelaskan
cabang-cabang Iman secara keseluruhan, maka para ulama berijtihad menetapkannya. Al-
Hulaimi, pengarang “Al-Minhaj” menghitungnya ada 77 cabang, sedangkan Al-Hafizh Abu
Hatim Ibnu Hibban menghitungnya ada 79 cabang Iman.
Sebagian dari cabang-cabang Iman itu ada yang berupa rukun dan ushul, yang dapat
menghilangkan Iman manakalah ia ditinggalkan, seperti mengingkari adanya hari akhir, dan
sebagiannya lagi ada yang bersifat furu’, yang apabila meninggalkannya tidak membuat
hilangnya Iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti tidak
memuliakan tetangga.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan
sama dalam satu keyakinan, maka orang – orang beriman adalah mereka yang di dalam
hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga
disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan
sikap hidup.

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan
oleh Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar
dengan hati dan perbuatan dengan anggota.” Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu
mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan
pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”

Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan. Maka secara mutlak orientasi
pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau lazimnya di sebut “qalbu”. Hati
merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat
dua unsur pokok kejadian, terbentuknya jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau
salah satu di antaranya kurang, maka secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang
bernama manusia.

B.SARAN
Setiap muslim tentu menginginkan untuk masuk ke dalam surga dan selamat dari api neraka,
untuk itu marilah kita memperhatikan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berikut ini,

‫َم ْن َك اَن آِخ ُر َكَالِمِه َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َد َخ َل اْلَج َّنَة‬

“Barangsiapa yang akhir ucapannya (sebelum mati) adalah kalimat Laa ilaaha illallah maka
dia akan masuk surga.” [HR. Abu Daud dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu,
Shahihul Jami’: 11425]

Jelaslah bagi kita bahwa kunci surga adalah kalimat Laa ilaaha illallah. Ibarat sebuah rumah,
surga memiliki pintu yang harus dibuka dengan sebuah kunci, itulah kalimat Laa ilaaha
illallah. Akan tetapi, kenyataannya tidak semua orang yang memiliki kunci tersebut mampu
membuka pintu surga, dikarenakan kunci mereka tidak bergerigi.

Dan sebagai umat muslim yang taat, penulis hanya bisa menyarankan agar pembaca
senantiasa meningkatkan semangat keagamaan dan lebih meningkatkan keimanan dan lain
sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: https://muslimah.or.id/6020-cabang-cabang-iman.html

Baihaqi, Imam, Ter. Mukhtashar Syu’abul Iman (Bingkisan seberkas 77 Cabang Iman),
Massatul Kutub Ats-Tsaqafiyah, Beirut-Libanon, 1989.

Anda mungkin juga menyukai