Anda di halaman 1dari 3

Peran pendidikan kesenian dalam konstelasi kurikulum pendidikan adalah:

1. Seni Sebagai Bahasa Visual

Anak pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat dengan berkarya seni. Hampir bisa dikatakan
bahwa perilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian; tiada hari tanpa berseni. Berseni merupakan,
kebutuhan anak dalam:

a) mengutarakan pendapat,

b) berkhayal-berimajinasi,

c) bermain,

d) belajare. memahami bentuk yang ada di sekitar anak,

e) merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan.

Dalam Konteks seni berperan mengemukakan pendapat, tampak ketika anak menyanyi atau menari
ataupun menggambar bertema maupun tanpa tema. Karya seni mereka berikan tema Sesuai dengan
keinginan pada saat itu; ketika anak membayangkan nikmatnya berada dalam ban-ban ibu, dan ibu
menimangnya sambil menyanyikan lagu akan kembali muncul dalam bentuk gambar seorang
perempuan dan kain. Ungkapan itu juga dapat berupa celotehan suaran menyanyi dan menirukan orang
sedang menimang boneka. Namun, dapat pula berupa gambar tanpa bentuk, yang dimulai dari
menggambar pesawat terbang yang indah dengan bentuknya yang khas anak, kemudia sealng beberapa
menit gam,bar tersebut dicoret sampai menutup permukaan. Gambar pesawat yang semula sudah tidak
nampak lagi. Disinilah ungkapan kesal pesawat musuh menembak pesawat idealnya.

2. Seni Membantu Pertumbuhan Mental

Ternyata contoh di atas merupakan perkembangan symbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin
menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir
bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak pertumbuhan badan
(biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran
perkembangan anak tersebut menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang
normal, oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri
anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih
cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam gambar.
Beberapa figur akan diungkapkan berbeda dengan anak yang lain artinya, anak di suatu tempat tidak
akan sama dengan yang lain. Namun, pada dasarnya pada usia SD yang lain, perkembangan emosinya
ditandai oleh perkembangan keseniannya. Kondisi ini akan berubah, jika perkembangan penalaran anak
juga berubah. Sekitra usia 7 sd 8 tahun (antara kelas 1 – dan 2) merupakan usia perkembangan
penalaran anak, maka pikiran dan perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Hasilnya, terdapat
anak yang kuat penalarannya atau kuat perasaannya. Biasanya tipe anak yang kuat penalarannya
cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan, maka figur atau obyek lukisan ditampilkan
lebih relaistik. Sedangkan, anak bertipe perasaan (emosional), ditunjukkan dalam gambar berupa blok –
blok warna yang kuat; dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok dari pada yang lain.

Dalam pandangan psikologi humanistik perkembangan anak tidak saja dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (teori behavioral) seperti teman-teman disekelilingnya, guru kelas, atau pun orang tua saja,
melainkan juga berasal dari faktor instink sebagai internal factor (teori psikoanalisis). Biasanya, kedua
faktor tersebut berjalan saling mempengaruhi secara berimbang. Misalnya: fisik, intelektual, emosional,
dan interpersonal, serta interaksi antara semua faktor, yang mempengaruhi belajar dan motivasi belajar.
Psikoanalisis sendiri menyatakan bahwa dalam jiwa manusia berkembang kognisi, afeksi dan
psikomotorik. Barangkali perkembangan ketiga ranah kejiwaan pun juga mempengaruhi perkembangan
mental dan selanjutnya berpengaruh terhadap cara cipta seni rupa. Psikologi humanistik sendiri
merupakan cabang Psikologi yang memfokuskan pandangannya tentang teori persepsi, respon terhadap
kebutuhan internal individu, dan dorongan aktualisasi diri, atau menjadi apapun yang is inginkan
(Maslow, dalam Eggen & Kauchak, 1997).

Selanjutnya perkembangan intelektual, emosional maupun persepsi dapat dikategorikan sebagai


perkembangan mental. Dalam skema pertumbuhan anak, terurai bahwa bisa terjadi urutan
perkembangan usia yang tidak seimbang. Usia kronologis (yaitu usia berdasarkan urutan yang dihitung
sejak lahir) anak berusia 6 tahun berkembang terus sesuai dengan tahun. Usia kronologis ini kebeltulan
mempunyai perkembangan sejajar dan seiring dengan usia mental. Namun, pada usia pertumbuhan,
badan anak kurang normal dibanding dengan kedua usia di atas, mungkin kerdil, atau bahkan lebih
cepat matang kedewasaannya. Perkembangan usia ini sedikit banyak mempengaruhi pola berkarya seni
rupa. Ketika usia pertumbuhan badan normal belum tentu akan diikuti oleh perkembangan usia mental.
Mungkin hambatan psikologis keluarga dengan berbagai aturan pergaulan dalam keluarga terlampau
ketat maka perkembangan mental akan berbeda dengan anak yang hidup dalam keluarega sesuai
dengan adat dan pergaulan dengan masyarakat lain. Jika selanjutnya dikaitkan dengan kebutuhan
penciptaan karya seni, maka respon seseorang dipegaruhi oleh faktor internal, maupun eksternal.
Secara harfiah, anak ingin memvisualkan atau mengaktualisasikan dirinya dalam konteks tanggapan
terhadap lingkungan atau obyek.

Proses ini bias dianalisa , bahwa dalam proses berkarya, kinerja anak dikoordinasi oleh otak dan otak
sendiri akan bekerja karena Skema 1, Pertumbuhan Anak dorongan dari mata. Mata mencari bentuk
yang mungkin bisa diserahkan kepada otak untuk diubah, dari bentuk menuju memori dan diungkapkan
menjadi gambar. Lihat gambar sebelah, fungsi mata adalah mencari dan mengangkat obyek yang
mungkin dapat menyentuh hati dan pikiran. Hasil pengamatan terhadap obyek diserahkan kepada otak
untuk diramu dan dimasak menjadi pengetahuan baru dan setelah itu meminta tangan menangani
kebutuhan otak dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Pada saat fungsi otak bergerak, dimana
diantaranya otak kiri bertugas mengkoordinasikan kerja teratur dan rasional, untuk mengangkap
permasalahan dan mngurai secara porporsional. Otak kanan bertugas mengkoordinasikan tugas yang
bersifat emosional: artistik, intuitif maupun yang lainh sehingga anak berani mengemukakan
tanggapannya.

Anak yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan tanpa takut
mengembangkan ke dlam bentuk tugas seharihari yang rutin. Dengan demikian proses menggambar
merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun kiri. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran
seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa
adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami lingkungan yang
berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan komunikasi secara metaforis-simbolis.
Sebab, di dalam otak terdapat beberapa pikiran yang dikelilingi asosiasi.

Menurut Dilts (1983; dalam DePorter et al., 1999:68), gerakan mata selama belajar dan berpikir tenkat
pada modatitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak
mengakses uiformasi. Pada umumnya, ketika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau
mengingat citra. Misalnya jika seseorang ditanya mobilnya diparkir di mana, matanva akan naik saat dia
berpikir : seolah-olah mobilnya diparkir di awing-awang. Tetapi, apakah mobilnya diparkir dekat awan
tebal? Tentu saja tidak. Pada halaman selanjutnya dikatakan, bahwa otak menyimpan dan menciptakan
citra visual dan kinerja mata bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.

3. Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain.

Sebelum menguraikan lebih detail, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu (1) dalam mendidik dan
membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang berupa: lingusitik (bahasa), matematika,
visual / spasial, kinestetik / perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini
akan dimunculkan oleh setiap mata pelajaran, namun demikian mempunyai karakteristik tugas; misalnya
lingusitik mengembangkan kenberanian tampil mengemukakan pendapat. Jika seorang anak tidak berani
tampil maka pengetahuannya pun relatif tidak berkembang, maka kesemuanya harus dilatihkan aga
berjalan beriringan.

Anda mungkin juga menyukai