Anda di halaman 1dari 26

Asisten: Jumawita, S.

Si

Laporan Individu Genetika


“Keanekaragaman Makhluk Hidup”

Disusun Oleh:

Nama : Windri Ratna Sari


NIM : 2184205027
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota : Resty 2184205039
Nindy 2184205042
Mahdalena 2184205031
Nuriman 2184205027

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Genetika adalah Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan


sifat dari induk kepada keturunanya. Genetika berasal dari bahasa latin yaitu
Genos yang berarti asal-usul.

Mata kuliah ini membahas tentang pengertian genetika, mekanisme


mitosis dan meiosis sel, daur perkembangan sel, dasar-dasar pewarisan
mendel, interaksi gen, tautan gen, pindah silang dan pemetaan kromosom.
Teori kemungkinan, penentuan jenis kelamin dan pewarisan sifat yang
berkaitan dengan jenis kelamin, struktur halus genetik, pewarisan dalam inti
dan pewarisan ekstra kromosom, perubahan pada struktur dan jumlah
kromosom, serta metagenesis juga diberikan dalam mata kuliah ini. Genetika
populasi yang berkaitan dengan keseimbangan Hardi-Weinberg dan pewarisan
sifat kuantitatif juga menjadi bahasan dalam matakuliah ini.

Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada makhluk hidup


sebenarnya sudah lama berkembang hanya belum dipelajari secara sistematis.
Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-
19 oleh Gregor Mendel. Mendel melakukan serangkaian percobaan
persilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Dari percobaan yang di
lakukannya selama bertahun-tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan
prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang kemudian menjadi landasan utama bagi
perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan. Berkat
karyanya inilah, Mendel diakui sebagai bapak genetika.

Keanekaragaman makhluk hidup adalah suatu istilah pembahasan yang


mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan
menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana
bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai
kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma
tertentu. Keanekaragaman hayati sering kali digunakan sebagai ukuran
kesehatan sistem biologis (Tjan Kwiauw, 1990).

Jika kita mengamati sifat-sifat yang ada pada makhluk hidup baik pada
hewan maupun tumbuhan akan kita dapati adanya persamaan dan perbedaan.
Hal ini terjadi akibat adanya sifat-sifat yang menurun ataupun pengaruh
lingkungan. Hewan dan tumbuhan juga memiliki variasi antara lain bentuk,
warna, dan ukuran.

Tidak ada dua manusia yang tepat sama, individu satu dengan lainnya
mempunyai persamaan dan perbedaan, sifat yang menurun baik sifat kualitatif
maupun genetik dan faktor lingkungan. Akibatnya adanya pengaruh
lingkungan ini, maka individu yang bergenotip berbeda kemungkinan akan
mempunyai fenotip yang sama adanya pewaris sifat, dalam populasi dapat kita
lihat adanya sifat yang sangat bervariasi sehingga kecil kemungkinan adanya
persamaannya. Berbagai sifat diwariskan secara poligenik sehingga variasinya
cukup luas seperti warna kulit, tinggi badan, kecerdasan, sidik jari, refraksi
mata dll. (Nuri Andriani, 2018).

Keanekaragaman makhluk hidup adalah perbedaan diantara makhluk


hidup yang berbeda jenis dan sifatnya. Keanekaragaman makhluk terjadi
karena adanya perbedaan sifat, seperti ukuran, bentuk, warna, fungsi organ,
tempat hidup dan lain-lain. Keanekaragaman makhluk hidup sangat penting
bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup. Suatu kelompok makhluk
hidup yang memiliki kelestarian tinggi, terdapat keanekaragaman yang tinggi.
Sebaliknya makhluk hidup yang memiliki tingkat kelestarian rendah, terdapat
keanekaragaman rendah dan terancam punah. (Nuri Andriani, 2018).

Di lingkungan sekitar kita contohnya, kita dapat menemui berbagai


jenis makhluk hidup. Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga,
dan sebagainya, dan berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan,
jambu, pisang, dan masih banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-
masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah
keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati
atau biodiversitas.

Bisa kita cermati dilingkungan kita tersebut, bahwa ada perbedaan pada
masing-masing spesies. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk,
warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies
yang sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki
keanekaragaman hayati masing-masing. Keanekaragaman hayati sangat
penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup.

Keanekaragaman dapat terjadi akibat proses evolusi dan adaptasi.


Evolusi adalah perubahan yang terjadi dalam waktu lama yang akan
membentuk makhluk hidup yang berbeda dengan asalnya sehingga akan
menimbulkan spesies baru. Sedangkan adaptasi adalah proses penyesuaian diri
terhadap linkungan yang berbeda akan menghasilkan makhluk hidup yang
berbeda pula. Misalnya burug galatik yang hidup di kepulauan Galapagos,
pada mulanya burung galatik berasal dari tempat yang sama di amerika
selatan. Oleh karena hidupnya berpindah-pindah dan menghuni tempat yang
berbeda, lama kelamaan paruh burung galatik mengalami perubahan sesuai
dengan kondisi lingkungan baru (Wayan Kadep, 2021).

Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat


keanekaragaman yang tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut.
Hewan menyusui sekitar 300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000
spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies,
lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan
ganggang hijau biru 300 spesies (Wayan Kadep, 2021).

Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat


biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi. Keanekaragaman hayati dapat
terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah
sampai organisme tingkat tinggi. Secara garis besar, keanekaragaman hayati
ini terbagi lagi menjadi tiga bagian utama yaitu keanekaragaman tingkat
ekosistem, keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukan dengan adanya
variasi dari ekosistem di biosfer. Misalnya ekosistem lumut, hutan tropis,
gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya
beranekaragaman jenis makhluk hidup. Keanekaragaman gen, setiap
organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari
induk jantan dan lainnya dari induk betina.

Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan
dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya.
Dengan demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana
pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidan pengetahuan.
Misalnya penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan yang berasal
dari tumbuhan.

Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan


ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia. Masih banyak yang bisa
dipelajari tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati secara lebih
baik, bagaimana menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang terpakai,
dan bagaimana untuk merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi. Daerah
alami menyediakan laboratorium yang baik sekali untuk studi seperti ini,
sebagai perbandingan terhadap daerah lain dengan penggunaan sistem yang
berbeda, dan untuk penelitian yang berharga mengenai ekologi dan
evolusi. Habitat yang tidak dialih fungsikan seringkali penting untuk beberapa
pendekatan tertentu, menyediakan kontrol yang diakibatkan oleh perubahan
mengenai sistem pelelolaan yang berbeda dapat diukur dan dilakukan.

Keanekaragaman makhluk hidup adalah suatu istilah pembahasan yang


mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan
menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana
bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai
kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma
tertentu. Keanekaragaman hayati sering kali digunakan sebagai ukuran
kesehatan sistem biologis.
1.2 Tujuan Praktikum

a) Mengetahui adanya sifat variasi pada tumbuhan.

b) Mengetahui adanya sifat variasi pada manusia khususnya sifat-sifat


fisiknya.

c) Mengetahui penyebaran sifat-sifat dan persamaan sifat yang terbanyak


dalam populasi kelas.

1.3 Manfaat Praktikum

a) Memudahkan dalam mengenal makhluk hidup.

b) Memudahkan dalam mempelajari organisme yang beranekaragam.

c) Mengetahui persamaan dan perbedaan antara bunga yang satu dengan


bunga yang lainnya.

d) Mengetahui persamaan dan perbedaan antara makhluk hidup.

e) Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan.

f) Memudahkan dalam mempelajari organisme yang beranekaragam.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman makhluk hidup/keanekaragaman hayati atau


biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan
yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat
dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen,
spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-
proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat
jugadiartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam
ekosistem atau bioma tertentu (Agus Susanto, 2011).

Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan


sistem biologis. Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di
bumi; wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan
jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator.

Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari


miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara
pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi
hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya
sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan
keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan
eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas
bumi, iklim, dan luar angkasa (Wayan Kadep, 2021).

Keanekaragaman dapat terjadi akibat dipengaruhi oleh faktor genetik


dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor keturunan adalah sifat dari
makhluk hidup itu sendiri yang diperoleh dari induknya. Factor genetik
ditentukan oleh gen atau pembawa sifat. Faktor lingkungan adalah faktor dari
luar makhluk hidup yang meliputi lingkungan fisik, lingkungan kimia, dan
lingkungan biotik. Lingkungan biotik misalnya suhu, kelembapan cahaya,
dan tekanan udara. Lingkungan kimia misalnya makanan, mineral, keasaman,
dan zat kimia buatan. Lingkungan biotik misalnya mikrooaganisme,
tumbuhan, hewan, dan manusia (Agus Susanto, 2011).

Keanekaragaman makhluk hidup dapat terbentuk karena perkawinan


(persilangan) dan kondisi lingkungan.

a) Perkawinan (persilangan)

Perkawinan dapat menghasilkan keanekaragaman. Perkawinan


yang dimaksud adalah perkawinan antar individu berbeda sifat, tetapi
tergolong dalam jenis (spesies) yang sama. Perkawinan antara spesies
yang berbeda mungkin dapat menghasilkan keturunan, tetapi
keturunannya itu tidak mampu menghasilkan keturunan yang baru. Yang
mana keturunan yang baru itu, merupakan keturunan yang steril.

Perkawinan antar individu di dalam jenis (spesies) yang sama akan


menghasilkan keturuna yang fertil. Artinya, keturunan tersebut mampu
berkembang biak menghasilkan keturunan berikutnya. Didalam spesies
yang sama terdapat perbedaan sifat. Perkawinan antar makhluk hidup
yang berbeda sifat dapat menghasilkan keturunan yang memiliki sifat
baru. Keturunan dengan sifat yang baru tersebut merupakan individu
baru. Perkawinan demikian disebut pembastaran atau persilangan. Jadi,
melalui pembastaran akan muncul keanekaragaman yang baru.

Persilangan buatan banyak dilakukan pada tumbuh-tumbuhan.


Tujuannya adalah untuk mendapatkan sifat baru yang unggul. Misalnya,
persilangan tebu untuk memperoleh bibit tebu yang unggul. Demikian
pula dengan untuk mendapatkan bibit padi, jagung, dan kedelai atau
hewan budidaya tertentu.

b) Keadaan lingkungan

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi keanekaragaman


makhluk hidup yang ada. Berikut akan diberi contohnya:
o Biasanya jenis makhluk yang ada di daerah subur lebih banyak
dibandingkan dengan didaerah gersang. Jadi, keanekaragaman
makhluk hidup di daerah subur lebih tinggi daripada didaerah
gersang. Indonesia termasuk daerah Negara yang subur dan memiliki
keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi.

o Disebuah batu di tepi sungai terdapat berbagai makhluk hidup.


Misalnya lumut, tumbuhan paku, rumput, lumut kerak, dan siput.
Keanekaragaman makhluk hidup di sisi batu yang kering berbeda
dengan keanekaragaman makhluk hidup di sisi batu yang kering.
Dalam contoh ini, keanekaragaman dipengaruhi oleh kelembapan
dan ketersediaan air. Dipermukaan bumi terdapat beragai spesies
makhluk hidup. Sebagaimana telah diuraikan, makhluk hidupyang
berbeda spesies tidak dapat menghasilkan keturunan yang fertil.
Bahkan, makhluk hidup yang berbeda spesies ada yang tidak dapat
melakukan perkawinan.

Keanekaragaman hayati tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman


jenis, keanekaragaman genetis, dan keanekaragaman ekosistem. Karena
ketiga keanekaragaman ini saling kait-mengkait dan tidak terpisahkan, maka
dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati menunjukkan adanya berbagai macam variasi
bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkat gen,
tingkat jenisdan tingkat ekosistem (Wolf, 1992).

Keanekaragaman makhluk hidup disebut juga dengan keanekaragaman


hayati atau biodiversitas. Istilah keanekaragaman hayati atau “biodiversitas”
menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada makhluk hidup di suatu
lingkungan tertentu. Dengan kata lain, biodiversitas dapat diartikan sebagai
persamaan dan perbedaan ciri makhluk hidup pada waktu dan tempat tertentu.
Keanekaragaman makhluk hidup dapat terjadi karena adanya proses evolusi
yang sangat lama. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya faktor adaptasi,
batas geografi, dan rekayasa genetik (Agus Susanto, 2011).
Keanekaragaman hayati yang ada di bumi kita ini merupakan hasil
proses evolusi yang sangat lama, sehingga melahirkan bermacam-macam
makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan atas
keanekaraman gen, jenis dan ekosistem (Weinchester, 1958).

a) Keanekaragaman Ekosistem

Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya


variasi dari ekosistem di biosfir. Misalnya: ekosistem gurun di dalamnya
ada unta, kaktus, dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada harimau. Di
dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya
selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup
maupun makhluk tak hidup dengan lingkungnnya atau komponen
abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di
dalam suatuekosistem (Agus Susanto, 2011).

b) Keanekaragaman Gen

Susunan perangkat gen menentukan ciri dan sifat pada individu


yang bersangkutan. Keanekaragaman susunan perangkat gen menentukan
keanekaragaman individu. Setiap individu mempunyai susunan gen yang
berbeda dengan individu lainnya. Walaupun termasuk kedalam jenis yang
sama. Variasi susunan gen pada individu-individu yang termasuk dalam
jenis sama akan mengakibatkan adanya variasi bentuk, penampilan, dan
sifat yang tampak akan berbeda. Variasi tersebut adalah sebagai
keanekaragaman gen atau individu. Variasi bentuk, penampilan dan sifat
antar individu tanaman padi merupakan contoh keanekaragaman gen.
pada tumbuhan. Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar,
bentuk, rasa, warna pada buah jambu biji (Fadhilah, Annisa. 2018).

c) Keanekaragaman Jenis

Variasi bentuk, penampilaan dan sifat yang terlihat pada berbagai


jenis organisme disebut keanekaragaman jenis. Sebagai contoh
keanekaragaman jenis pada tumbuhan adalah variasi bentuk,
penampilaan dan sifat antara tanaman padi, jagung dan tebu.
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada
tumbuhan dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya,
dalam keluarga kacang-kacangan, antara lain kacang tanah, kacang kapri,
kacang hijau dan kacang buncis. Di antara jenis kacang-kacangan
tersebut dapat dengan mudah membedakannya, karena antara mereka
ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan yang lainnya.
Misalnya ukuran batang atau daun (ada yang tinggi/panjang dan pendek),
kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk daun dan
biji, warna daun dan biji, jumlah daun dan biji, serta rasanya (Septia,
Anggraini. 2010:3).

Variasi genetik tumbuhan merupakan modal dasar atau bahan


mentah dalam perakitan tanaman melalui pemuliaan tanaman. Oleh
karena itu kegiatan eksplorasi untuk mencari tipe-tipe baru yang ada di
alam terus dilakukan. Variasi genetik tanaman dapat diinduksi dengan
bermacam-macam metode. Tetapi tipe liar suatu tanaman tetap
memegang peranan penting, karena sering mengandung sifat-sifat
tertentu terutama ketahanan terhadap penyakit, hama, dan lingkungan
(Septia, Anggraini. 2010:3).

Keanekaragaman itulah yang dikenal dengan istilah variasi".


Keragaman/variasi ditemui pada hampir semua karakter dari yang paling
gampang sampai yang paling sulit: tinggi. lebar, besar, berat/massa,
volume, ukuran, bentuk, tanggapan terhadap faktor luar lingkungan.
Ukurn variasi dapat dibagi: variasi yang bersifat kuantitatif seperti tinggi.
berat.dsb. Variasi yang bersifat kualitatif seperti: warna daun, warna
bunga, bentuk daun (Ismail. 2015: 11).

2.2 Keanekaragaman Tumbuhan

Keanekaragaman tingkat jenis merupakan variasi yang terjadi pada


tingkat individu sebagai akibat pengaruh keanekaragaman gen-gen yang
membentuk genotip individu-individu itu. Keanekaragaman tingkat jenis,
contohnya variasi pada jenis tanaman Cengkeh, yaitu ada Cengkeh Zanzibar,
Sikotok dan Cengkeh Siputih adalah berbeda varietasnya, tetapi sama
jenisnya. Jenis merupakan suatu organisme yang dapat dikenal dari bentuk
atau penampilannya dan terdiri atas pengelompokan populasi atau gabungan
individu yang mampu saling berkawin sesamanya secara bebas (tetapi tidak
dapat melakukannya dengan jenis yang lain) untuk menghasilkan
keturunannya yang fertil dan menyerupai tetuanya (Al Muhdahar, 2018).

Jenis itu dibentuk oleh kesesuaian kandungan yang mengatur sifat-sifat


tempat hidup dengan lingkungan tempat hidupnya. Oleh karena lingkungan
tempat hidupnya itu beraneka ragam, jenis yang dihasilkan pun pasti akan
beraneka ragam pula. Proses terjadinya jenis pada umumnya berlangsung
secara perlahan-lahan dan dapat memakan waktu ribuan tahun, melalui
perubahan penyesuaian atau evolusi dari jenis lain yang ada sebelumnya.
Selanjutnya, jenis yang terjadi ini juga mempunyai peluang untuk membentuk
jenis-jenis lain. Selama bermiliar-miliar tahun melalui proses evolusi, telah
terbentuk jutaan jenis yang berbeda-beda. Dengan demikian, proses
berlangsungnya pembentukan jenis dengan cara di atas mengakibatkan
adanya keterkaitan antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya (DeLong,
D.C., 1996).

Susunan genetik suatu jenis diturunkan dari suatu generasi ke generasi


berikutnya. Oleh karena itu, anggota jenis yang sama akan memiliki kerangka
dasar komponen genetik yang sama. Sebaliknya, kerangka dasar komponen
genetik (kromosom) jenis yang berbeda akan berbeda pula. Perbedaan ini
dalam rangka penyesuaian suatu jenis terhadap lingkungan tempat hidupnya.
Jika terjadi perubahan lingkungan, pasti akan terjadi pula proses penyesuaian
baru oleh jenis yang bersangkutan. Dalam kurun waktu yang panjang, besar
kemungkinan jenis yang mengalami penyesuaian ini akan berevolusi dan
membentuk jenis-jenis baru. Dengan demikian, akan menambah
keanekaragaman jenis atau punah karena tidak dapat menyesuaikan diri.
Karena secara alami lingkungan terus-menerus mengalami perubahan maka
proses penyesuaian diri pun akan terus-menerus terjadi
(DeLong, D.C., 1996).

2.3 Keanekaragaman Manusia


Keanekaragaman merupakan dasar ciri-ciri makhluk hidup. Adanya
keanekaragaman genetik merupakan hasil seleksi alam dari suatu spesies
terhadap lingkungannya. Keanekaragaman tidak hanya terjadi pada tumbuhan
dan hewan saja tetapi juga manusia. Namun pada manusia, keanekaragaman
yang terjadi hanya pada tingkat gen dan berkaitan dengan pewarisan sifat.
Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat
dengan mudah melalui fenotip atau sifat yang tampak (Agus Susanto, 2011).

Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang dapat


diukur atau sifat yang nyata yang dimiliki oleh organisme. Ciri itu tampak
oleh mata, seperti warna kulit atau tekstur rambut. Fenotip dapat juga diuji
untuk identifikasinya, seperti pada penentuan angka respiratoris atau uji
serologi tipe darah. Fenotip merupakan hasil produk-produk gen yang
diekspresikan di dalam lingkungan tertentu. Namun, gen memiliki batasan-
batasan di dalamnya sehingga lingkungan dapat memodifikasi fenotip (Tjan
kwiauw, 1990).

Genotip ialah seluruh gen yang dimiliki suatu individu. Genotip yang
terekpresikan menampakan fenotip pada suatu individu. Genotip yang
melibatkan alel-alel pada suatu lokus tunggal dapat menghasilkan genotip
yang homozigot. Keturunan homozigot dapat dihasilkan dari galur murni.
Perpaduan heterozigot dihasilkan dari alel yang berbeda (Tjan kwiauw, 1990).
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum

Praktikum Genetika dengan judul “Keanekaragaman Makhluk Hidup”


dilakukan pada hari Senin, 03 April 2023, praktikum dilakukan pada pukul
14.30-16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas Pendidikan
dan Vokasi, Universitas Lancang Kuning.

3.2 Bahan Dan Alat Praktikum

a) Bahan-bahan:

 Allamanda cathartica

 Bougenvile glabra

 Ixora Javanica

 Hibiscus rosa-sinensis

 Rosa sp.

 Anggota badan kelompok (Daun telinga, lekuk pipi, Rambut (warna,


bentuk dan kisaran), ibu jari, Lidah, Gol. Darah).

b) Alat-alat

 Pensil/ pena

 Buku praktikum

 Diagram Cakram

 Pensil warna

3.3 Cara Kerja

a) Cara kerja pengamatan Keanekaragaman Tumbuhan:

 Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.


 Diamati masing-masing spesies bunga yang telah disiapkan
berdasarkan bentuk, warna, serta ukurannya.

 Ditulis hasil pengamatan pada tabel yang telah disediakan di buku


praktikum.

b) Cara kerja pengamatan sifat fisik pada manusia:

 Disiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.

 Diamati masing-masing bagian anggota badan yang diminta untuk


diamati, seperti jenis kelamin, tinggi badan, melekat atau tidaknya
daun telinga, lekuk pipi/pipit, bentuk rambut, warna rambut, kisaran
rambut, ibu jari bengkok atau tidak, lidah menggulung, dan golongan
darahnya.

 Ditulis hasil pengamatan di table yang telah disediakan di buku


praktikum.

 Diisi diagram cakram dengan cara diwarnai.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a) Keanekaragaman Tumbuhan

Table 1.1 Hasil Pengamatan Keanekaragaman Tumbuhan


Variasi
No. Objek
Bentuk Warna Ukuran Jumlah

1. Terompet Kuning Sedang Tunggal

All
amanda cathartica

2. Lembaran Ungu Sedang Banyak

Bo
ugenvile glabra

3. Payung Orange Kecil Banyak

Ixo
ra Javanica

4. Lembaran Merah Besar Tunggal

Hi
biscus rosa-sinensis
Lembaran
5. Putih Kecil Tunggal
menumpuk
Ro
sa sp.

b) Pengamatan Sifat Fisik Pada Manusia

Table 1.1 Hasil Pengamatan Keanekaragaman Tumbuhan


Ciri-ciri
yang Windri Resty Nindy Lena Iman
diamati
Jenis
Perempua Perempua Perempua Perempua Laki-
Kelami
n n n n laki
n
Tinggi
158 cm 163 cm 165 cm 154 cm 170 cm
Badan
Meleka
Daun Melekat Melekat Melekat Melekat t
Telinga (Resesif) (Resesif) (Resesif) (Resesif) (Resesi
f)
Tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak
Lekuk Lekuk
Lekuk Lekuk Lekuk Lekuk
Pipi (Resesi
(Resesif) (Resesif) (Resesif) (Resesif)
f)
Lurus
Lurus Keriting Lurus Lurus
Rambut (Resesi
(Resesif) (Dominan) (Resesif) (Resesif)
f)
Bengko
Tidak Tidak Tidak
Ibu Jari Bengkok k
Bengkok Bengkok Bengkok
Tangan (Dominan) (Domin
(Resesif) (Resesif) (Resesif)
an)
Menggulu Menggulu Menggulu Tidak
Tidak
Lidah ng ng ng (Resesi
(Resesif)
(Dominan) (Dominan) (Dominan) f)
Hitam
Warna Hitam Hitam Hitam Hitam
(Domin
Rambut (Dominan) (Dominan) (Dominan) (Dominan)
an)
Arah Kanan Kanan Kanan Kanan Kanan
Kisaran (Domin
(Dominan) (Dominan) (Dominan) (Dominan)
Rambut an)
A+
Gol. B
O (resesif) O (resesif) O (resesif) (Domin
Darah (Dominan)
an)

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan terhadap spesies yang


terdapat pada tumbuhan dan juga variasi sifat pada manusia. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui spesies pada tumbuhan dan juga variasi sifat
beda manusia dan penyebaran sifat-sifat serta melihat persamaan sifat
terbanyak.

Untuk tumbuhan yang kami amati diantaranya:

 Allamanda cathartica  Ixora Javanica (Bunga


(Bunga terompet). asoka).

 Bougenvile glabra (Bunga  Hibiscus rosa-sinensis


kertas). (Bunga sepatu).

 Rosa sp. (Bunga mawar).

Keanekaragaman yang kami amati adalah kenekaragaman jenis


dan keanekaragaman gen, karena tumbuhan yang kami amati beda
spesies (kenekaragaman jenis) sedangkan manusia keanekaragaman gen
karena masih dalam satu spesies. Dimana, keanekaragaman jenis, yaitu
keanekaragaman yang disebabkan oleh persamaan dan perbedaan sifat atau
ciri antar spesies makhluk hidup. Ini menyebabkan terjadinya
keanekaragaman makhluk hidup antar spesies. Kemudian, keanekaragaman
tingkat gen yaitu keanekaragaman yang disebabkan oleh persamaan dan
perbedaan susunan basa nitrogen pada DNA setiap makhluk hidup. Ini
menyebabkan terjadinya keanekaragaman makhluk hidup dalam satu spesies
atau yang biasa kita sebut dengan variasi.

Pada pengamatan tumbuhan terdapat banyak variasi yang tampak


namun yang paling jelas terlihat adalah warna bunga. Pada variasi sifat yang
lainnya yang kami amati pun terdapat perbedaan namun juga terdapat
persamaan, dan yang paling mencolok /tampak adalah variasi pada warna
bunga. Untuk data lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel pengamatan
keanekaragaman tumbuhan.

Kemudian, ada pengamatan variasi sifat pada manusia. Ada banyak


sekali variasi yang dimiliki manusia. Namun, kali ini kami hanya
menggunkan 9 sifat yaitu jenis kelamin, tinggi badan, menggulung atau
tidaknya lidah, lesung pipi, bentuk rambut, warna rambur, kisaran rambut,
bentuk daun telinga, dan golongan darah. Dari kesembilan sifat ini kami
menentukan variasinya dan memasukkannya ke dalam cakram genetika.

Variasi genetik manusia merupakan keragaman gen yang menunjukkan


jumlah total dari karakteristik gen yang dapat diamati pada manusia. Setiap
manusia memiliki gen yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua orang manusia
yang secara genetik sama meskipun mereka kembar identik/ kembar
monozigot. Adanya perbedaan gen tersebut terjadi baik pada tingkat spesies
maupun tingkat populasi. Perbedaan gen pada tingkat spesies dapat terlihat
dari adanya variasi fenotip pada setiap individu. Dengan bantuan cakram
genetika, kita dapat melihat adanya keragaman gen manusia melalui tampilan
fenotipnya.

Perbedaan yang ada diantara individu yang bergenotip sama


kemungkinan dapat memiliki fenotip yang berbeda. Hal ini terbukti dengan
adanya praktikan yang memiliki persamaan sifat fisik tertentu dengan yang
praktikan yang lainnya, dalam hal sifat fisik yang lainnya ternyata terdapat
juga perbedaan.

Pada cakram genetika, selain menunjukkan adanya keragaman gen dari


setiap individu, melalui cakram ini juga dapat dilihat hubungan kekerabatan
dari semua praktikan. Hal ini dapat diamati dari banyaknya warna pada satu
kotak cakram. Warna-warna yang selalu berada pada satu kotak cakram
dalam setiap lingkaran menunjukkan bahwa praktikan-praktikan tersebut
memiliki hubungan kekerabatan yang dekat karena memiliki persamaan
dalam hal sifat/ karakter yang bersangkutan. Di bagian terluar dari cakram
terdapat indeks genetika. Fungsi indeks adalah untuk mengetahui ciri apa saja
yang dimiliki seorang individu. Hal ini terkait jika terjadi suatu kecelakaan
dan korban sulit teridentifikasi maka indeks genetika dapat membantu polisi
untuk melacak orang tersebut. Hal ini biasa dipakai dulu saat belum ada
teknologi test DNA seperti sekarang. Karena setiap orang memiliki ciri yang
berbeda. Oleh karena itu walaupun ada seseorang yang memiliki indeks
genetika yang sama tapi ada ciri lain yang sesuai hukum hereditas manusia
yang berbeda.

Cakram genetika yang kami pakai berisi enam sifat. Sifat pertama yang
kami masukkan adalah bentuk rambut. Pada cakram bentuk rambut keriting
ada di belahan atas dan rambut lurus ada di belahan bawah. Lingkaran
pertama ini terletak di pusat cakram. Lingkaran kedua kami isi dengan arah
kisaran rambut. Sifat ini memiliki dua variasi dibagi dua yakni kisaran rambut
ke kiri atau kisaran rambut ke kanan. Lingkaran ketiga kami isi dengan sifat
ada tidaknya lesung pipi. Sifat ini memiliki dua variasi yaitu yang berlesung
pipi dan yang tidak berlesung pipi. Lingkaran keempat kami isi dengan sifat
bentuk daun telinga. Sifat ini memiliki dua variasi yakni yang berdaun telinga
melekat dan yang tidak atau bebas. Lingkaran kelima kami masukkan sifat
dapat menggulung atau tidaknya lidah. Sifat ini memiliki dua variasi yaitu
dapat menggulung dan tidak dapat menggulung. Lingkaran keenam kami isi
dengan sifat golongan darah. Sifat ini memiliki empat variasi yaitu A, B, AB,
dan O. Tiap-tiap sifat memiliki variasi yang ada salah satu variasi yang
dominan dan ada salah satu yang resesif. Karena ada 6 sifat dan sifat terakhir
adalah golongan darah maka indeks genetika tertinggi yang bisa didapatkan
adalah 128 dari rumus 2n-1 x 4 dimana n adalah banyaknya sifat yang
digunakan dalam cakram genetika.

Dari hasil pengamatan kelompok 3, kami mendapatkan nilai indeks


genetika berturut-turut, yaitu 44, 106, 108, 109, 117. Resty memiliki indeks
genetika 44, Mahdalena Sri Wahyuni Manulang memiliki indeks genetika
106, Windri Ratna Sari memiliki indeks genetika 108, Nuriman memiliki
indeks genetika 109 dan Nindy Connelasari Sormin memiliki indeks genetika
117. Artinya bila dibandingkan Ahmad memiliki sifat dominan yang lebih
banyak dari Ashila, Tsaniyah, dan Jessica.

Dari hasil pengamatan data kelompok 3 kami menemukan indeks


genetika terendah yaitu 44 yang dimiliki oleh Resty dan indeks tertinggi 117
yang dimiliki oleh Nindy Connelasari Sormin. Ini berarti Nindy Connelasari
Sormin memiliki sifat dominan yang banyak dan sifat resesif yang sedikit.
Sebaliknya, Resty memiliki sifat resesif yang banyak dan sedikit sifat
dominan. Selain itu, kami menemukan indeks genetika dengan selisih nomor
yang sangat dekat yaitu 108 yang dimiliki oleh saya sendiri, Windri Ratna
Sari dan 109 yang dimiliki oleh Nur Iman. Semakin dekat selisih nomor pada
cakram genetika maka semakin banyak persamaan karakteristik gen yang
dimiliki. Sebaliknya, Semakin jauh selisih nomor pada cakram genetika maka
semakin sedikit persamaan karakteristik gen yang dimiliki.

4.3 Soal Pertanyaan

Soal pertanyaan mengenai pengamatan keanekaragaman tumbuhan:

a) Adakah variasi sifat dari tumbuhan yang diamati?

Jawab: Ya, tentu ada. Karena setiap spesies tumbuhan pasti memiliki
perbedaan dengan spesies tumbuhan lainnya

b) Adakah persamaan dan perbedaannya?

Jawab: Ya, tentu ada. Pada variasi sifat yang lainnya yang kami amati
pun terdapat perbedaan namun juga terdapat persamaan, dan yang
paling mencolok /tampak adalah variasi pada warna bunga.

c) Variasi sifat apa yang paling banyak?

Jawab: pada pengamatan tumbuhan terdapat banyak variasi yang tampak


namun yang paling jelas terlihat adalah warna bunga.

d) Apa kesimpulan yang dapat diambil dari data pengamatan?

Jawab: Keanekaragaman tumbuhan yang kami amati adalah


keanekaragaman jenis karena tumbuhan yang kami amati beda spesies
(kenekaragaman jenis). Keanekaragaman jenis, yaitu keanekaragaman
yang disebabkan oleh persamaan dan perbedaan sifat atau ciri
antar spesies makhluk hidup. Ini menyebabkan terjadinya
keanekaragaman makhluk hidup antar spesies.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh


kesimpulan dari paraktikum keanekaragaman makhluk hidup, yaitu sebagai
berikut:

a) Keanekaragaman makhluk hidup adalah perbedaan diantara makhluk


hidup yang berbeda jenis dan sifatnya.

b) Keanekaragaman makhluk terjadi karena adanya perbedaan sifat, seperti


ukuran, bentuk, warna, fungsi organ, tempat hidup dan lain-lain.

c) Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik


dan faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan dalam mempengaruhi sifat makhluk hidup.

d) Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan atas keanekaraman gen,


jenis dan ekosistem (Weinchester, 1958)

5.2 Saran

Adapun saran dalam praktikum maupun laporan ini adalah diharapkan


semua praktikan dalam praktikum keanekaragaman makhluk hidup ini antara
lain:

a) Praktikan menjadi lebih paham terkait praktikum ini melalui arahan


asisten dosen sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan.

b) Diharapkan agar praktikan selalu mematuhi tata tertib laboratorium


selalu menggunakan perlengkapan dan bekerja secara steril karena kita
bekerja di dalam laboratorium bercampur dengan bahan kimia dan juga
mikroorganisme yang tak tampak.

c) Berharap sekali kepada rekan praktikum untuk memahami apa yang telah
kita lakukan di dalam praktikum agar memudahkan kita juga nantinya.
d) Dan juga laporan yang saya buat ini mungkin masih banyak kesalahan
maupun kekeliruan dalam penulisan, saya mohon bantuannya untuk
kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Muhdahar, Mimien Heni Erawati, dkk. (2018). Keanekaragaman Tumbuhan


Rempah Dan Pangan Unggulan Lokal. Universitas Negeri Malang:
Malang.

DeLong Jr., D.C., (1996). Defining Biodiversity. Wildlife Society Bulletin 24,
738-749.

Susanto, Agus H. (2011). Genetika. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Nio, Tjan Kwiauw. (1990). Genetika Dasar. IPB Press: Bandung.

Andriani, Nuri. (2018). Keanekaragaman Makhluk Hidup. Dari:


https://www.academia.edu/17941214/laporan_Keanekaragaman_Mak
hluk_Hidup. Diakses Pada: 27 April 2023, Pukul 08.57 WIB.

Wolf, L. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fadhilah, Annisa. (2018). Karakteristik Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L)


Di Desa namorian pamcur batu kabupaten deli serdang sumatera
utara. Jurnal biologi: Sumatera Utara.

Septia, Anggraini. 2010. Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak


Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Dengan Bahan Penghancur
Sodium Starch Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol. Jurnal
Kultivasi. 18(1): 3-5

Ismail. 2015. Heritabilitas, variabilitas dan analisis kekerabatan genetik pada 15


genotip pisang (Musa paradisiaca) varietas ambon asal Jawa Barat
berdasarkan karakter morfologi di Jatinangor. Jurnal
Kultivasi. 14(1): 11

Kadep, Wayan (2021). Keanekaragaman Hayati. Tarjun: PT. Indocement Tunggal


Prakarsa Unit Tarjun.
Diagram Cakram Genetika:

Anda mungkin juga menyukai