Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR DIATESIS KALIMAT

DALAM BAHASA SUNDA

Yayat Sudaryat

Abstrak: Struktur diatesis kalimat terdapat di dalam kalimat verbal. Struktur


kalimat verbal bisa berbentuk kalimat sederhana (intransitif, monotransitif, semi-
transitif, bitransitif), kalimat luas, dan kalimat verbal unik. Struktur diatesis kali-
imat makna verba-predikat dalam kaitannya dengan argumen (S, O, Pel), yang
dikaji berdasarkan wujud verba, tipe diatesis, dan pola semantisnya. Ada lima
jenis diatesis kalimat, yakni aktif, pasif, repleksif, resiprokatif, dan ergatif.

Kata Kunci: diatesis, struktur kalimat, kalimat verbal

Pendahuluan nakan. Kajian yang ada terbatas pada


bidang struktur gramatikal, antara lain:
Masalah diatesis, khususnya “Struktur Bahasa Sunda Dialek Priangan”
diatesis pasif bahasa Melayu dan bahasa (Sutawijaya et al., 1976), “Struktur Bahasa
Indonesia, telah menarik perhatian para ahli Sunda Pesisir Utara Jawa Barat”
linguistik, misalnya, Chung (1976), Cartier (Hardjasudjana et al., 1977), “Morfologi
(979), McCane (1979), Hopper (1983), dan Sintaksis Bahasa Sunda” (Sutawijaya
Verhaar (1988), dan Kaswanti (1988), yang et al., 1978), “Tata Bahasa Sunda:
semuanya dapat dibaca dalam Serpih- Sintaksis” (Prawirasumantri et al., 1987),
serpih Telaah Pasif Bahasa Indonesia dan “A Typological Study of Sundanese”
(Purwo (Ed.), 1989). Dalam bahasa-bahasa (Nurahman, 1997).
Nusantara, kajian diatesis yang pernah Deskripsi yang mutahir mengenai
dilakukan ialah, antara lain, “Beberapa struktur kalimat bahasa Sunda ialah
Aspek Intransitif Bahasa-bahasa “Fungsi Sintaktis Unsur Klausa dalam
Nusantara” (Wayan Arka, 2000), Bahasa Sunda” (Sudaryat, 2000) dan
“Alternasi Diatesis pada beberapa Bahasa “Struktur Pragmatis Kalimat dalam
Nusantara” (Ketut Artawa, 2000), Bahasa Sunda” (Sudaryat, 2002). Kedua
“Ergativity in Relation to Bidirectionality tulisan itu pun tidak secara khusus
of Proccess in Contemporary Indonesian” mengkaji diatesis dalam bahasa Sunda.
(Tomasowa, 2000), “Cara Menyatakan Di dalam buku-buku tata bahasa
Keresiprokalan dalam Bahasa Jawa baku” Sunda pun banyak dibahas struktur
(Subroto, 2000), dan “Diatesis dalam gramatikal kalimat, termasuk apa yang
bahasa Gorontalo” (Pateda, 2000), yang disebut diatesis, namun paparannya
semuanya terhimpun dalam Serba Kajian sederhana sekali (periksa, antara lain:
Linguistik (Purwo (Ed.), 2000). Coolsma, 1904; Ardiwinata, 1916; Kats &
Kajian khusus tentang diatesis Soeriadiradja, 1927; Adiwidjaja, 1951;
dalam bahasa Sunda belum pernah dilaksa- Wirakusumah & Djajawiguna, 1957;
Tisnawerdaja, 1975; Faturohman, 1982; BAGAN 1: SISTEM DIATESIS
dan Sudaryat, 1985, 1991). Padahal
struktur diatesis kalimat itu berperanan
penting dalam deskripsi tata bahasa Sunda. middle..........................................actor
Mengikat kenyataan itu, kajian struktur
voice
diatesis kalimat dalam bahasa Sunda perlu system
dilaksanakan. active...operative....+ goal (+ actor)
Penelitian ini bertujuan mendes-
kripsikan struktur diatesis kalimat dalam non-
middle
bahasa Sunda. Deskripsinya meliputi dua
passive...receptive. . .+ actor (+ goal)
hal utama, yakni (a) struktur kalimat verbal
(sederhana, luas, dan unik); dan (b) struktur
Selanjutnya, Halliday (1972)
diatesis kalimat (aktif, pasif, repleksif, menggambarkan hubungan kalimat diate-
resiprokatif, dan ergatif) berdasarkan sis, bentuk diatesis, dan peran semantisnya
wujud, tipe, dan pola semantis. dalam tabel sebagai berikut.
Paparan mengenai struktur diatesis
kalimat dalam bahasa Sunda ini dapat BAGAN 2: DIATESIS KALIMAT
dimanfaatkan sebagai salah satu acuan tata
bahasa, pengembangan tata bahasa, dan Voice Role voice Example
acuan bahan ajar bahasa Sunda. (clause) (verb)
middle Actor active Rumahnya roboh.
active actor active Ahmad menjual
(goal) rumahnya.
Kediatesisan active actor active Ahmad tidak mau
(goal) berjualan.
Istilah diatesis dalam gramatika passive goal active Rumahnya akan
Inggris lazim disebut voice, yakni salah laku.
satu subkategori makna (meaning passive goal, passive Rumah itu telah
actor dijual Ahmad.
categories) yang mengindikasikan relasi pasive goal passive Rumah itu telah
antara partisipan dengan aksi. “Voice (actor) terjual.
indicates the relationship of participants to Diatesis atau voice itu berkenaan
teh action”. Meskipun terdapat dalam dengan peran aktor dan sasaran, baik
hubungan sintaktis, indikasi voice itu sebagai peran „terlengket‟ maupun peran
tampak pula pada sistem afiks verbal atau „teraktualisasi‟. Klausa medial ialah klausa
kelas kata lainnya. Apa yang disebut voice yang hanya memiliki sebuah partisipan
itu mencakup (a) aktif, bila subjek sebagai yang terlengket (baca: aktor). Sebaliknya,
pelaku aksi; (b) pasif, bila subjek menjadi klausa non-medial ialah klausa yang hanya
tujuan aksi; (c) refleksif, bila subjek beraksi memiliki aktor dan sasaran, namun salah
pada dirinya; (d) resprokal, apabila subjek satunya bisa diaktualisasikan, jika aktif
jamak beraksi secara berbalasan; (e) menjadi pasif.
kausatif, bila aktor terkena keadaan atau Berkaitan dengan makna inhern
kejadian; (f) benefaktif, bila aktor beraksi verba, Quirk et al. (1972:39; 1987:74)
untuk orang lain (Elson & Pickett, memilah verba atas (1) verba dinamis dan
1962:24), (2) verba statif, yang masing-masing
Halliday (1972) menyajikan sistem memiliki subkategori tersendiri seperti
diatesis dalam bagan sebagai berikut. tampak pada bagan berikut.
BAGAN 3: MAKNA INHERN VERBA struktur lahir ditandai konfiks N--keun dan
aktivitas: DAHAR, leumpang
di--keun.
proses: lilir, tuwuh Konsep kepusatan verba mengim-
Dinamis sensasi tubuh: géték, nyeri plikasikan adanya hubungan ketergan-
peristiwa transisional: anjog, hiber
Makna momentan: babuk, badug, tajong
tungan semantis antara verba dan nomina.
Inheren Hays (1964:513) menyebutkan bahwa
Verba kognisi dan persepsi lamban: nyaho hubungan keteragantungan (dependency
Statif relasional: nyaéta, mangrupa
ekuatif: jadi, dumasar relation) menyangkut dua unsur, yakni
unsur penguasa (governing element) dan
Situasi dinamis dan statif, menurut unsur bergantung (dependent element) atau
Givon (1984:55), berkaitan dengan skala valensi (valency). Hubungan kepusatan
stabilitas waktu (time-stability scale), ada verba-nomina membentuk struktur predi-
yang tinggi (most time-stable), ada yang kasi (Dik, 1981:25-26). Kehadiran nomina
mudah berubah (rapid change), ada yang (S, O, dan Pel) sangat bergantung pada
tengah-tengah (interma- diate states). bentuk dan jenis verba-predikat (Chafe,
Verba yang mudah berubah dan bergerak 1970:96). Unsur pendamping (argumen) di
mengacu pada verba dinamis, sedangkan sebelah kanan merupakan konstituen yang
yang relatif tetap sebagai sebuah keadaan berfungsi melengkapi verba predikat, atau
mengacu pada verba statif. disebut pemerlengkapan. Predikat bersama
pemerlengkapannya membuat predikasi
terhadap subjek (periksa Alwi et al.,
Struktur Diatesis Kalimat 1993:364).
Struktur diatesis kalimat atau Predikat verbal dapat pula
klausa mengacu pada struktur kalimat dibedakan berdasarkan pertautan argumen,
dilihat dari segi valensi (valency), yakni yang disebut gejala noun incorporation.
hubungan sintaktis verba dan unsur di Pertautan argumen itu menyangkut lima
sekitarnya. Chafe (1970:96) mengemuka- hal, yakni (1) jumlah argumen (intransitif,
kan bahwa struktur semantis kalimat terdiri monotransitif, ditransitif, bitransitif, dan
atas dua unit semantis pokok, yaitu verba semitransitif); (2) relasi verba dan argumen
dan nomina. Verba merupakan pusat. Ini (aktif, pasif, anti-pasif, dan ergatif); (3)
berarti bahwa bahwa verba menentukan interaksi antara argumen (resiprokal dan
kehadiran nomina dalam struktur semantis non-resiprokal), (4) referensi argumen
tersebut. Berikut ini contoh kepusatan (refleksif, non-refleksif), dan (5)
verba dalam kalimat bahasa Sunda. identifikasi argumen (kopulatif--ekuatif,
(01) Tangkal kai teh runtuh. telis--atelis, dan konstatatif--performatif)
„Pohon itu tumbang.‟ (Kridalaksana, 1982:175; 1989:153-157;
(02) Manéhna ngaruntuhkeun tangkal. 1990:50-54).
„Dia menumbangkan pohon itu.‟ Struktur predikasi atau kepusatan
(03) Tangkal diruntuhkeun ku manéhna. verba disikapi oleh Fillmore (1968, 1970,
„Pohon ditumbangkan olehnya.‟ 1971) dan Chafe (1970) sebagai kasus.
Dalam hal ini, kasus (case) dibedakan atas
Dari ketiga kalimat itu (01-03) dua bagian, yakni (a) kasus proposisi
jelas bahwa makna dan bentuk verbanya (propositional cases) dan (2) kasus modal
berbeda. Perbedaan itu mengakibatkan (modal cases). Kasus proposisi ialah kasus
perubahan makna. Perubahan itu dalam yang merupakan valensi verba, yang
kehadirannya dalam struktur semantik BAGAN 4: JENIS VERBA DAN KASUS
ditentukan oleh verba. Kasus proposisi Verb type Type of Noun Case
biasa direalisasikan dengan struktur lahir (Chafe) frame
bias tidak. Kasus modal adalah kasus yang (Fillmore)
tidak merupakan valensi verba. (a) State patient noun + [_Os]
Kehadirannya dalam struktur semantik (b) Proccess patient noun + [_O]
tidak bergantung pada verba. Artinya, (c) Action agent noun + [_A]
verba merupakan pusat, yang dikelilingi (d) Action- agent & + [_A, O]
nomina sebagai argumennya. Hal ini process patient noun
(e) Experiential: experiencer & +[_E,Os]
berbeda dengan Aliran Tata bahasa
- State or patient noun + [_E,O]
Trasformasi (Chomsky, 1965), yang
Process expereincer,
menempatkan nomina sebagai pusat karena - Action- agent, & +[_A,E,O]
memiliki ciri bawaan (inherent features), Process patient noun
sedangkan verba tidak. (f) Benefactive: beneficiary & + [_B,Os]
Chafe (1970) menyebutkan bahwa - State or patient noun + [_B,O]
ada kaidah pembentukan struktur semantis, Process beneficiary,
yang berupa hubungan verba (sebagai - Action- agent, & +[_A,B,O]
pusat) dengan sederet nomina (sebagai Process patient
pendamping). Karena itu, ada ada empat noun
jenis verba, yakni: Cook (1979:50) memadukan temuan
(i) verba keadaan, yang Fillmore dan Chafe, yang disajikannya
didampingi nomina pasien: The dalam matrik klasifikasi verba. Dari 16
wood is dry; kotak yang disusun Chafe atas dasar empat
(ii) verba proses, yang didampingi jenis verba itu, kemudian diisi jenis rangka
nomina pasien: Harriet died. kasus dari Fillmore. Cook (1979:126)
(iii) verba tindakan, yang menyarankan lima kasus, yakni A, E, B, O,
didiampingi nomina agen: dan L.
Harriet sang. BAGAN 5: TIPE VERBA DAN KASUS
Verb Basic Experi- Bene- Locative
(iv) verba proses-tindakan, yang didam- type verbs ential factive
pingi oleh nomina agen dan pasien: State Os E, Os B, Os Os, L
She broke the dish. be tall know have be in
Process O E, O B, O O, L
Atas dasar karya Fillmore, Chafe sleep feel acquire move
menambahkan dua jenis verba, yakni: Action A A, E A, B A, L
(v) verba eksperiensial, yang dance frighten bribe walk
Action- A, O A, E, O A, B, O A, O, L
didampingi oleh nomina pengalam: Process kill say give bring
Tom touch Harry the answers.
(vi) verba benefaktif, yang didampingi Peran Semantis dalam Diatesis Kalimat
oleh nomina agen dan penerima: Pendamping atau argumen dalam
Mary sang for Tom. struktur diatesis kalimat ialah subjek,
objek, dan pelengkap. Tiap pendamping
Nomina pasien berpadanan dengan memiliki peran semantis sendiri-sendiri
kasus Objektif (O) dan nomina agen seperti dipaparkan sebagai berikut.
berpadanan dengan kasus Agentif (A). Subjek adalah “tentang apa yang
Perbandingan jenis verba dan kasus dari diperkatakan” (Chafe, 1976:43), yang
Chafe dan Fillmore ditabelkan oleh Cook umumnya berkategori kata atau frasa
(1979:43) sebagai berikut.
nomina (Chomsky, 1953; Quirk et al., BAGAN 6: DIATESIS DAN ARGUMEN
1987:724). Subjek dapat berperan semantis
sebagai pelaku (agent), pengalam Verba Subjek Objek Pelengkap
(experiencer), petanggap (patient), Diatesis
Aktif Pelaku Sasaran
pemanfaat (recifient/beneficiary) alat Pasif Sasaran: Pelaku:
(instrument), pelengkap (complement), Penderita
tempat (location) (Chafe, 1970:96), asal Hasil
Perbuatan Pemanfaat: Pemanfaat: Pemanfaat:
(source), sasaran (goal, object), waktu Proses Penerima Penerima Penerima
(temporal) (Fillmore, 1971), daya (force), Pemerolehan Peruntung Peruntung Peruntung
item, tempuhan, prosseced, positioner (Dik, Pemilik Pemilik Pemilik
Proses Terproses
1983; Sugono, 1991:36), hasil, dan dikenal Keadaan Terposisi
(Ramlan, 1987). Posisi
Proses Daya Sasaran
Objek wajib hadir dalam klausa
Perbuatan Alat Sasaran Sasaran
atau kalimat yang predikatnya berupa Proses
verba aktif transitif (Ramlan, 1987:93-95; Keadaan: Item:
Identifikasi Dikenal
Alwi et al., 1993:368-369; Sukardi, Karakterisasi Pengalam
1997:9). Peran semantis objek adalah (i) Keadaan Tempuhan:
sasaran (pende-rita, goal), (ii) peruntung Posisi Asal
Perbuatan Arah
(penerima, refi-cient, beneficiary), (iii) alat Tempat
(instrument), (iv) tempat (locative, Keadaan Waktu
directive), (v) waktu (temporal), dan (vii)
hasil (resultatif) (Dik, 1981:121; Ramlan, Metodologi Penelitian
1987:135; Alwi et al, 1993:374; dan Prosedur penelitian ini menempuh
Sukardi, 1997:12). tiga tahap pokok, yakni (1) penentuan da-
Objek adalah nomina atau frasa ta, (2) pengumpulan data, dan (3) pengo-
nomina yang melengkapi verba tertentu lahan data.
dalam klausa (Kridalaksana, 1983:148), Sumber data penelitian ini adalah
berada langsung di belakang verba- bahasa Sunda ragam tulis, yang dijaring
predikat, dan menjadi subjek akibat dari karya sastra. Untuk keperluan tersebut
pemasifan (Alwi et al., 1993:368). digunakan data bahasa yang dipakai dalam
Pelengkap adalah unsur yang novel dan kumpulan cerita pendek.
berada di belakang predikat yang klausanya Data bahasa dapat dikumpulkan
tidak dapat dipasifkan atau dalam kalimat melalui teknik bibliografis (teks) dan
pasif yang klausanya tidak bisa diubah teknik observasi (Labov, 1987 :93). Teknik
menjadi klausa aktif (Ramlan, 1987:95-96; teks digunakan karena sumber data
Sukardi, 1997), berada di belakang verba penelitian ini berupa bahasa Sunda ragam
benefaktif (Alwi et al. 1993), biasanya tulis. Teknik observasi digunakan untuk
berperan semantis sebagai sasaran dan mengamati tipe kalimat diatesis dari
pemanfaat (penerima, peruntung, dan sumber data.
pemilik). Contoh: Data diolah dengan analisis unsur
(04) Bah Karta dagang béas. langsung (immediate constituent analysis),
“Pak Karta berdagang teknik permutasi, dan teknik subsitusi.
beras.‟ Teknik analisis unsur langsung dipakai
(05) Kuring mangmeulikeun buku keur untuk menentukan unsur fungsional
Anggara.
kalimat diatesis. Teknik permutasi dipakai
„Saya membelikan Anggara buku‟
untuk mencermati keketatan posisi unsur sederhana, sedangkan yang diikuti Ket
fungsional kalimat diatesis. Teknik disebut kalimat verbal luas.
subsitusi dipakai untuk melihat kesamaan
perilaku suatu unsur dengan unsur lain, a. Kalimat Verbal Sederhana
apakah bisa saling menyulih atau tidak. Berdasarkan jenis predikatnya,
Prosedur pengolahan data kalimat verbal transitif dibedakan atas
dilakukan melalui tahap-tahap berikut, empat tipe, yakni (1) intransitif, (2)
yakni: monotransitif, (3) semitransitif, dan (4) dan
(1) pemilahan berbagai tipe diatesis (5) bitransitif.
kalimat; (2) pemilahan wujud formal verba Kalimat verbal intransitif berpola
predikat dari kalimat; (3) pemilahan peran S: N – P: Vintr, yakni tersusun dari
semantis argumen-argumen kalimat; dan subjek yang berupa nomina atau frasa
(4) pemaparan, penafsiran, dan nominal dan predikat yang berupa verba
penyimpulan struktur diatesis kalimat. atau frasa verbal tanpa diikuti unsur
Subjek penelitian ini adalah pemerlengkapan. Contoh:
struktur diatesis kalimat dalam bahasa (06) Ceu Icih tisolédat (Pen)
Sunda. Data utama penelitian ini ialah „Kak Icih terpeleset‟
ragam tulis, yang terdapat dalam karya Kalimat verbal monotransitif
sastra. Dari sumber data tersebut diambil berpola S: N – P: Vmtr – O: N, yakni
sejumlah kalimat yang mengandung unsur tersusun dari subjek yang berupa nomina
diatesis sebagai populasi. Semua kalimat atau frasa nominal, predikatn yang
dalam populasi itu dijadikan sampel. Jadi, berkategori verba atau frasa verbal, dan
penelitian ini menggunakan sampel total objek yang berupa nomina atau frasa
(total sampling). nominal. Contoh:
(07) Néng Rahmah ngagusur korsi
Hasil Penelitian dan Pembahasan „Neng Rahmah menyeret kursi‟
Dari hasil analisis data ditemukan
dua hal pokok yang berkaitan dengan Struktur kalimat verbal semi-
struktur diatesis kalimat dalam bahasa transitif berpola S: N – P: Vstr - Pel: N,
Sunda, yakni (1) struktur kalimat verbal yakni tersusun dari subjek, predikat, dan
dan (2) struktur diatesis kalimat. pelengkap. Predikatnya berkategori verba
atau frasa verbal, yang diikuti oleh
Struktur Dasar Kalimat Verbal pelengkap yang berkategori kata atau frasa
Kalimat verbal merupakan kalimat nomina, verba, adjektiva, numeralia, dan
yang memiliki predikat verbal, yakni frasa preposisional. Contoh:
predikat yang berupa verba atau frasa (08) Kuring mah gaduh modél geura.
verbal. Predikat ini merupakan pusat yang „Saya ini memiliki sebuah model‟
didampingi oleh argumen, baik yang
berupa subjek (S) maupun yang berupa Struktur Kalimat Verbal Bitransitif
pemer-lengkapan, yakni objek (O) dan yang berpola S: N – P: Vbtr - Pel: X - O:
pelengkap (Pel), atau keterangan (Ket) (Prep) + N, yakni tersusun dari subjek,
maupun tidak. Kalimat verbal yang predikat, pelengkap, dan objek.
tersusun dari S + P, baik dengan maupun Predikatnya berkategori verba atau frasa
tanpa O atau Pel disebut kalimat verbal verbal, yang diikuti oleh pelengkap dan
objek. Dalam konstruksi ini, apabila
kalimat diubah strukturnya dari pasif ke
aktif, pelengkap (yang berkategori X, yakni (15) Motor aya nu maling.
nomina, verba, ajektiva, numeralia, atau „Motor saya dicuri orang.‟
frasa preposi-sional) tetap di belakang
verba, sedangkan objek (yang berstruktur Kedua, kalimat verbal yang berpola V
Preposisi + Nomina) menjadi subjek - (N + FPrep), yakni tersusun dari verba
dengan penghilangan preposisi seperti ka, predikat, yang diikuti oleh nomina subjek,
kanggo, keur, ku, dan pikeun. Contoh: baik dengan maupun tanpa frasa preposisional
(09) Tétéh manggaleuhkeun kabaya sebagai keterangan. Contoh:
kanggo Mamah (Pen) (16) Di Cianjur mah aya dongengna.
„Kakak membelikan Ibu kebaya.‟ „Kalau di Cianjur itu ada ceritanya
(10) Anggara dipasihan artos ku uana.
„Anggara diberi uwaknya uang‟ Dalam struktur kalimat verbal ini
sering muncul unsur satelit yang biasanya
b. Struktur Kalimat Verbal Luas berfungsi sebagai unsur vokatif. Posisinya biasa
berada di depan kalimat atau di belakang
Kalimat verbal luas berpola S: N - kalimat, yang dalam ragam bahasa tulis ditandai
P: V + O: N + Pel: X - Ket: X, yakni dengan tanda koma. Contoh:
tersusun dari sebuah subjek dan predikat, (17) Aya saha di hareup, Jang? (Pen)
baik disertai objek atau pelengkap maupun „Ada siapakah di depan, Nak?‟
tidak, serta keterangan. Dengan kata lain, (18) Ma, aya Mang Uha di payun (Pen)
kalimat verbal luas berstruktur kalimat „Bu, di depan ada Mang Uha.‟
verbal sederhana dan keterangan.
Pertimbangkan data (01-14) berikut. c. Kalimat Verbal Tema-Rema (S + P)
(11) Nonoman-nonoman tumplek ka Struktur kalimat ini tersusun dari
Situ Bunjali (Mg, 17/3/9) sebuah tema dan rema. Tema adalah bagian
„Para pemuda berdatangan ke Telaga kalimat yang memberi informasi tentang „apa
Bunjali.‟ yang disebutkan‟, sedangkan rema adalah
(12) Sora angin nebak dangdaunan di bagian kalimat yang memberi informasi tentang
tukangeun imah (KK, 104/1) „apa yang dikatakan tentang tema‟. Struktur
„Suara angin meniup dedaunan di tema-rema sering juga disebut struktur topik-
belakang rumah.‟ komen. Tema atau topik kalimat merupakan
(13) Ramana ngonci anjeun di kamar tumpuan pembicaraan, biasanya merupakan
tulisna (Mg, 48/16/34) unsur yang memiliki benda yang menjadi
„Ayahnya mengunci diri di kamar subjek. Relasi kepemilikan tema itu
tulisnya.‟ ditandai dengan salinan pronomina
(14) Barudak teh dipangmeulikeun baju (pronominal copying) yang berupa bentuk
ku bibina ti pasar (Pen) –na, yang menempel pada subjek. Bentuk –
„Anak-anak itu dibelikan tantenya na ini seolah- olah merupakan „jejak‟ yang
baju dari pasar.‟ ditinggalkan oleh tema/topik. Rema atau
c. Struktur Kalimat Verbal Unik
komen merupakan sebuah konstruksi yang
Ditemukan dua tipe kalimat verbal tersusun dari subjek dan predikat.
unik dalam penelitian ini. Pertama, kalimat (19) Bah Ata, padudanana potong.
verbal yang berpola N - (aya + nu + V), yakni „Pak Ata, pipanya patah.‟
tersusun dari nomina yang merupakan objek
dalam frasa nominal relatif atau susunannya Konstruksi tema-rema bisa
partikel nu + verba + nomina. Frasa nominal dipulang- kan ke dalam konstruksi asal,
relatif tersebut mendampingi verba eksistif aya. yakni struktur subjek-predikat. Misalnya,
Contoh: konstruksi kali-
imat (19) menjadi kalimat (20) berikut. milarian „mencari-cari‟. Pertimbangkan
(20) Padudan Bah Ata potong. data berikut.
„Pipa Pak Ata patah.‟ (22) Angga diajar basa Sunda (Pen)
„Angga belajar bahasa Sunda‟
Struktur Diatesis Kalimat (23) Manehna mawa koran (Pen)
Struktur diatesis kalimat hanya „Dia membawa surat kabar.‟
terdapat pada kalimat verbal, yakni kalimat (24) Bapa-bapa keur ngabadamikeun
yang predikatnya berupa verba atau frasa kantor RW (Pen)
verbal. Diatesis atau voice merupakan „Bapak-bapaksedang mendiskusikan
kategori gramatikal yang menunjukkan kantor RW.‟
hubungan partisipan atau argumen dengan
perbuatan yang dinyatakan oleh verba- Dilihat dari perwujudan verbanya,
perdikat di dalam kalimat. Berdasarkan diatesis aktif dapat dibedakan atas tujuh
hubungan aktor--aksi dibedakan lima jenis tipe semantis, yakni aktif (1) generik, (2)
kalimat diatesis, yakni (1) diatesis aktif, (2) kausastif, (3) frekuentatif, (4) pluralis, (5)
diatesis pasif, (3) diatesis repleksif, (4) resultaif, (6) benafaktif, dan (7) kontinuatif.
diatesis resiprokal, dan (5) diatesis ergatif. Ketujuh tipe diatesis aktif tersebut masing-
masing dapat dicontohkan melalui data
a. Struktur Kalimat Diatesis Aktif (25-31) berikut.
(25) Gan Adung ngulisik.
Kalimat diatesis aktif memiliki ciri,
„Tuan Adung terbangun.‟
tipe, dan pola tertentu. Kalimat diatesis (26) Manehna ngagusur korsi (Pen)
aktif ditandai oleh adanya hubungan „Dia menarik kursi.‟
„aktor‟ (27) Teh Ida keur meresihan kaca (Pen)
+ „aksi‟ + „sasaran‟ + ‟Panampa‟. Aktor „Kak Ida sedang membersihkan kaca.‟
atau pelaku merupakan nomina yang (28) Barudak arindit ka lapang (Pen).
berperan melakukan suatu tindakan yang „Anak-anak berangkat ke lapang.‟
terdapat dalam verba-predikat. Verba aktif (29) Siswa SMP keur ngarang sajak.
itu sendiri menggambarkan tindakan yang „Siswa SMP sedang mengarang sajak.‟
dilakukan nomina-pelaku. Pertimbangkan (30) Bapa mangmeulikeun buku keur
contoh data berikut. kuring.
„Ayah membelikan saya sebuah buku.‟
(21) Néng Rahmah sok nénjokeun
(31) Nina mangnulisankeun rapor (Pen).
nu karitu (Mg, 19/2/9)
„Nina menulisi rapor‟.
„Neng Rahmah suka melihat
yang begitu‟
b. Kalimat Diatesis Pasif
Kalimat diatesis pasif memiliki struktur
Diatesis aktif diwujudkan verba SVO dengan peran semantis „sasaran‟ +
aktif, yang ditandai unsur-unsur, antara „tindakan‟ + „pelaku‟. Subjek-sasaran
lain, afiks ba-, di-, N-, pa-, ti-, -ar-, -in-, N- merupakan nomina yang berperan sebagai
-ar-, N-ar-an, N--keun, N-ar-keun, N-+ „sasaran‟ atau „penderita‟ dari „tindakan‟ yang
pang--keun, dan N-+ pang-ar-+-an +- terdapat dalam verba-predikat. Verba pasif itu
keun. Misalnya dalam verba badarat menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh
„berjalan kaki‟, diajar „belajar‟, mawa objek-pelaku. Pertimbangkan data berikut ini.
‟membawa‟, patepung „bertemu‟, tiguling (32) Bitisna diusap jurig.
„terjungkal‟, daratang ’berdatangan’, „Betisnya dielus-elus hantu‟
tinemu „bertemu‟, kumawula „mengabdi‟,
ngabadami keun „berdiskusi‟, dan
Diatesis pasif diwujudkan oleh verba (42) Piring diéntép-éntépkeun ku Euceu
pasif, yang ditandai, antara lain, afiks di-, ka-, „Piring dibereskan oleh kaka.‟
pada-, -in-, -an, -keun, dipi-, dipika-, di-(-ar-)- (43) Batu teh terus dipeupeuhan ku martil.
an, di-(-ar-)-keun, dipang-N-(-an)-keun, kapi-, „Batu itu terus dipukuli dengan martil.‟
ka--an, ka--keun, pang-N--keun, di-R, di-R- (44) “Iraha sumping ti Sukabumi, Kang?”
keun. Tanya kuring.
Misalnya dalam verba diambung ‘dicium‟, „(“Kapan datang dari Sukabumi,
katembong ‘terlihat‟, tinulis ‘tertulis‟, tataan Kak?”) Tanyaku.‟
„sebut satu-satu‟, ebogkeun „tidurkan‟, dipiin- (45) Emang tibanting kana kamalir.
dung „dianggap ibu‟, dipikaresep „disenangi‟, „Paman terpelanting ke dalam parit.‟
didariukan „diduduk-duduki‟, kahujanan „ke-
hujanan‟, kagambarkeun „tergambarkan‟,
pang-nalingakeun „tolong diawasi‟, Struktur pasif kanonik (45) pada
dipangnarea- ngankeun „ditolong dicarikan‟, umumnya berada dalam tipe kalimat
diriung-riung „dikerumuni‟, padamelong langsung. Pasif kanonik tampak seperti
„dilihat terus‟, dan diasup-asupkeun ‘dimasuk- sebuah konstruksi frasa, tetapi memiliki
masukkan‟. Berikut padanan dalam konstruksi kalimat aktif.
contoh pemakaiannya. Konstruksi pasif kanonik tanya kuring
(34) Manehna padamelong ku sarerea. memiliki padanan dengan konstruksi
„Dia dilihat oleh semuanya.‟ kalimat aktif Kuring nanya. Karena itu,
(35) Ebogkeun heula atuh (Pip). kalimat (45) dapat diungkapkan dengan
„Tidurkan dahulu, ya.” kalimat (46) berikut.
(36) Kokongkorong nu leungit teh
(46) “Iraha sumping ti Sukabumi,
dipangnareangankeun ku sarerea.
Kang?” Kuring nanya.
„Kalung yang hilang dicarikan oleh
„(“Kapan datang dari Sukabumi,
semuanya.‟
Kak?”) Saya bertanya.‟
Diatesis pasif pada dasarnya ialah
c. Kalimat Diatesis Repleksif
makna verba sebagai predikat. Dilihat dari
Kalimat diatesis repleksif atau
perwujudan verbanya, diatesis pasif dapat
medial mengandung makna „tindakan yang
dibedakan atas sembilan tipe semantis
berbalik ke pelakunya‟. Diatesis refleksif
yakni pasif (1) generik, (2) imperatif, (3)
ini diwujudkan oleh verba-predikat yang
kausatif, (4) pluralis, (5) benefaktif, (6)
berupa afiks si- atau diikuti nomina diri,
frekuentatif, (7) kontinuatif, (8) kanonik,
karep, maneh, dan sorangan.
dan (9) aksidental. Kesembilan tipe diatesis
(47) Manehna keur sibeungeut.
pasif tersebut masing-masing dapat „Dia sedang mencuci muka‟
dicontohkan dengan data (37-45) berikut.
(37) Bajuna dibungkus ku koran (Pen). (48) Hirup teh ulah ngariripuh diri
„Bajunya dibungkus dengan koran.‟ „Hidup itu jangan maneh
(38) Geura pek tataan! (PS) menyengsarakan diri‟ karep
„Silahkan segera sebut satu per satu!‟ sorangan
(39) Si Nyai teh dipikameumeut ku guruna.
„Si Nyai itu disayangi oleh gurunya.‟
Dilihat dari makna kerepleksifan
(40) Bangsat ditareunggeulan ku nu lalajo.
„Pencuri.digebuk oleh para penonton‟
tersebut, kalimat diatesis repleksif dapat
(41) Abah dipangmeulikeun baju haneut ku dibedakan atas dua subtipe, yakni (1)
kuring (KK, 18/50/2) repleksif-generik dan (2) repleksif-
„Ayah saya belikan baju hangat‟ egosentris. Kedua tipe diatesis repleksif
tersebut tampak pada data (49-50) berikut.
(49) Bah Ata keur siduru (Pen)
alternatif. Ketiga diatesis resiprokal
„Pak Ata sedang berdiang‟
(50) Bejana di Garut aya budak SD tersebut masing-masing dapat dicontohkan
ngagantung maneh (Pen). dengan data (54-56) berikut.
„Kabarnya di Garut ada anak (54) Gan Adung jeung Neng Rahmah
SD gantung diri.‟ silih teuteup (Mg, 19/4/24)
„Tuan Adung dan Neng Rahmah saling
bertatapan‟
Istilah egosentris dipahami sebagai (55) Kuli-kuli teh paboro-boro (Pen)
sifat yang berkaitan dengan ego, keakuan, „Kuli-kuli itu saling memburu.‟
atau diri sendiri. Dalam hal ini, egosentris (56) Angga jeung Esa silih ajaran sapedah.
bersifat menjadikan diri sendiri sebagai „Angga dan Esa saling
titik pusat pemikiran atau perbuatan. mencoba sepeda.‟
Diatesis replesif-egosentris diwujudkan
oleh verba aktif yang diikuti kata diri Kalimat diatesis resiprokal dimar-
(egosentris) seperti maneh, karep, diri, dan kahi oleh predikat verbal resiprokal adalah
sorangan. predikat yang menunjukan perbuatan
„saling‟ yang dilakukan oleh (1) subjek-
d. Struktur Kalimat Diatesis Resiprokal dualis, (2) subjek-pluralis, atau (3) subjek-
Diatesis resiprokal mengandung singularis dan komplemen, seperti tampak
makna „saling‟ atau „berbalas-balasan‟. pada data (57-59) berikut.
Diatesis ini diwujudkan oleh verba-resiprok (57) Maranehna pahereng-hereng (Pen).
yang berfungsi sebagai predikat dalam „Mereka saling menggertak.‟
kalimat. Wujudnya berupa verba bentuk (58) Gan Adung jeung Neng Rahmah
silih, silih +-an, silih +-keun, pa-R, silih silih teuteup (Pen)
+ pika-, dan bentuk pili(h). Misalnya dalam „Tuan Adung dan Neng Rahmah saling
menatap.‟
verba silihteuteup „saling bertatapan‟, silih
(59) Kuring papelong-pelong jeung
eledan „saling mengalah‟, silih suntrung- manehna (Pen)
keun „saling menjatuhlan‟, silih „Saya bertatap-tatapan dengannya‟
pikanyaah, „saling menyayangi‟ dan
paboro-boro „pada berdatangan‟.
Pertimbangkan data berikut. e. Kalimat Diatesis Ergatif
(51) Ari jeung dulur kudu silih Bahasa Sunda, seperti halnya baha-
élédan (Pen)
sa Indonesia atau Melayu, bukan bahasa
„Dengan saudara itu harus
saling mengalah.‟ ergatif maupun bahasa akusatif karena
(52) Dedi jeung Uhi silih suntrungkeun tidak memiliki penanda untuk kasus nomi-
„Dedi dan Uhi saling natif maupun kasus akusatif (Kridalaksana,
(53) Urang téh kudu silih pikanyaah 1989:155).
„Kita itu harus saling menyayangi.‟ Diatesis ergatif terdapat dalam
kalimat verbal-pasif yang predikatnya tidak
Kalimat diatesis resiprokal mem- dapat diubah menjadi verbal-aktif,
punyai „saling‟. Dilihat dari makna karenanya disebut juga verbal anti-aktif,
kesalingan tersebut, kalimat diatesis subyek berperan sebagai „penanggap‟
resiprokal dapat dibedakan atas tiga (Kridalaksana, 1990:52). Di dalam bahasa
subtipe, yakni (1) resiprokal-generik, (2) Sunda, verba ergatif (anti-aktif) memiliki
resiprokal-kompetitif, dan (3) resiprokal- ciri morfologis yang berupa afiks ka-, ti-,
dan ka--an. Misalnya: Simpulan
(60) Sukuna kacugak paku (Pen)
Berdasarkan paparan di atas dapat
„Kakinya tertusuk paku‟
(61) Sukuna titajong kana batu (Pen) dikemukakan beberapa simpulan berikut.
„Kakinya terantuk batu.‟ 1) Struktur kalimat diatesis hanya terdapat
(62) Kuring kacopétan di Pasar Baru. dalam kalimat verbal, yakni kalimat
„Saya kecopetan di Pasar baru.‟ yang predikatnya kata atau frasa verba.
2) Kalimat verbal dapat berbentuk kalimat
Kalimat pasif (60), misalnya, tidak sederhana, kalimat luas, kalimat
dapat diubah menjadi kalimat aktif karena unik, dan kalimat beruas (tema-rema).
hasilnya tak berterima (ungrammatical), 3) Kalimat verbal dapat bertipe intransitif,
misalnya, (63) berikut. monotransitif, semi-transitif, dan
(63) *Paku nyugak sukuna (Pen) bitransitif.
„*Paku menusuk kakinya.‟ 4) Kalimat verbal memiliki pola
utama S-V, S-V-O, S-V-Pel, S-V-
Berdasarkan bentuk dan makna Pel-O,
verbanya, diatesis ergatif bisa dibedakan S-V+O-Ket, S-V+Pel-Ket, N – (aya +
atas beberapa empat tipe, yakni diatesis (1) nu + V), V – (N + Fprep), dan Tema-
aksidental, (2) kopulatif, (3) ekuatif, dan Rema (S-V)
(4) eksistif. Keempat diatesis ergatif 5) Diatesis (voice) merupakan kategori
tersebut tampak pada data (64-67) berikut. gramatikal verba dihubungkan dengan
(64) Tangkal kalapa kabentar gelap partisipan (S, O, dan Pel) dalam
„Pohon kelapa tersambar petir.‟ kalimat kalimat verbal. Diatesis kalimat
(65) Kania jadi guru di Purwakarta memi- liki wujud, tipe, dan pola
„Kania menjadi guru di Purwakarta.‟ tertentu.
(66) Kecap sipat nya eta kecap anu
6) Diatesis memiliki lima tipe, yakni dia-
nuduhkeun sipat atawa kayaan.
„Kata sifat adalah kata yang diatesis aktif, pasif, repleksif, resipro-
menun- jukkan sifat atau keadaan‟ prokal, dan ergatif, yang masing-
(67) Ma, aya Mang Uha di payun (Pen) masing memiliki subtipe semantis.
„Bu, di depan ada Mang Uha.‟ 7) Dari lima tipe diatesis ditemukan 16
subtipe semantis, yakni generik, kausa-
Berdasarkan makna verba dalam tif, frekuentatif, pluralis, resultatif, be-
kaitannya dengan argumen dibedakan nefaktif, kontinuatif, imperatif,
empat pola kalimat diatesis ergatif, yaitu aksiden- tal, kanonik, egosentris,
(1) „penanggap‟ + „tindakan-ergatif‟, (2) kompetitif, al- ternatif, kopulatif,
„penanggap‟-„tindakan ergatif‟ + „penye- ekuatif, dan eksistif.
bab‟, (3) „penanggap‟ + „keadaan‟ +
„hal‟. Sebagai contoh pertimbangkan data Pustaka Acuan
berikut ini. Alwi, Hasan et.al. 1993. Tata Bahasa
(68) Ceu Icih tisolédat (Pen) Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
„Kak Icih terpeleset‟ Pustaka.
(69) Anakna katarajang panas tiris. Cook, Walter A. 1970 An Introduction
„Anaknya terserang demam.‟ to Tagmemic Analysis. New York: Holt,
(70) Budakna boga dua (Pen) Rinehart, and Winston.
„Anaknya ada dua.‟
Dik, Simon C.1982. Functional Grammar
Amsterdam: North Holland.
Elson, Benjamin & Velma Pickett. 1982.
Beginning to Morphology and Syntax.
Dallas: The SIL.
Fillmore, Charles A. 1968. “The Cas for Riwayat Penulis
Case” dalam E. Bach & R. Harms YAYAT SUDARYAT adalah staf pengajar
(Ed.),Universals in Linguistics Theory. di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah
Kridalaksana, Harimurti.et al. 1990. Kelas (Sunda) FPBS UPI dan beberapa perguruan
Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: tinggi swasta. Ia membina mata kuliah
Gramedia. Linguistik Umum, Semantik, Wacana, dan
---. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi Psikolinguistik. Program Magister pada
dalam Teori Sintaksis. Jakarta: bidang Linguistik diraihnya dari Unpad
Unika Atmajaya. (1994). Pernah mengikuti Program Doktor
Lyons, John. 1981. Semantics I & II. di Unpad (1994-?), tapi hanya sampai
London: Cambridge University penulisan disertasi. Menulis beberapa buku
Press. kajian dan pelajaran bahasa Sunda maupun
---. 1990. Pengantar Teori Linguistik. bahasa Indonesia.
Jakarta: Gramedia.
Mattews, P.H. 1981. Syntax. London:
Cambride University Press.
Nurahman, Hanafi. 1997. “A Typological
Study of Sundanese”. (Disertasi).
Australia: La Trobe University.
Palmer, F.R. 1998. Grammatical Roles
and Relations. London: CUP.
Prawirasumantri, Abud et al. 1987. “Sin-
taksis”. Jakarta: Pusat Bahasa.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta.
Karyono.
Sie Ing Djiang. 1988.“The Syntactic
Passive in Bahasa Indonesia”. Disertasi
Universiteit van Amsterdam.
Sukardi, M.P.1997. Pelesapan Objek
dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Sudaryat, Yayat. 1991. Pedaran Basa
Sunda. Bandung: Geger Sunten.
---. 2000. “Fungsi Sintaktis dalam
Klausa Bahasa Sunda”. Bandung:
Proyek Due-like UPI.
---. 2002. “Struktur Pragmatis Kalimat
bahasa Sunda”. Bandung: Proyek
Due- like UPI.
Tarigan, H.G. 1984. Pengajaran Sintaksis.
Bandung: Angkasa.
Tisnawerdaya, A. 1975. Tatabasa Sunda.
Bandung: Yayasan Kudjang.
Wirakusumah, R. Momon & H.I. Buldan
Djajawiguna. 1957. Kandaga Tata
Basa. Bandung: Ganaco.

Anda mungkin juga menyukai