Anda di halaman 1dari 11

MODUL V

PERKERASAN JALAN

5.1. LAPIS PERKERASAN


Perkerasan jalan adalah lapisan-lapisan yang dipilih dan dikerjakan menurut
persyaratan tertentu sesuai dengan macamnya dan fungsinya untuk
menyebarkan beban roda kendaraan sedemikian rupa sehingga dapat
ditahan oleh tanah dasar dan batas daya dukungnya. Jenis konstruksi yang
akan dibahas adalah konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-
lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas
ke tanah dasar.
Bagian perkerasan jalan umumnya meliputi : lapis pondasi bawah (sub base),
lapis pondasi (base), dan lapis permukaan (surface course).

Di bawah ini adalah susunan lapis konstruksi jalan :


Lapisan Permukaan
Lapisan Pondasi Atas
Lapisan Pondasi bawah
Tanah Dasar

Gambar 5.1 Lapisan struktur jalan

a. Tanah Dasar
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah
aslinya baik atau tanah yang didatangkan dari tempat lain dan
dipadatkan.
b. Lapisan Pondasi Bawah (LPB)
Lapisan pondai bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara
lapisan pondasi atas dan tanah dasar.
Lapisan pondasi bawah berfungsi sebagai berikut :
 sebagai bagian dari struktur perkerasan untuk mendukung dan
menyebarkan beban roda

MODUL V PERKERASAN JALAN Page 1


 mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar
lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya
 untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapisan pondasi
 sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
 Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah
dasar terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi
lapisan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari
pengaruh cuaca.
c. Lapisan Pondasi Atas (LPA)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara
lapisan lapisan pondasi bawah dan lapisan permukaan.
Lapisan pondasi atas berfungsi sebagai berikut :
~ sebagai lapisan perkerasan yang menahan beban roda
~ sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu
bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya dilakukan
penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan
persyaratan teknik. Bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan
pondasi antara lain : batu pecah, kerikil pecah, stabilisasi tanah dengan
semen kapur.

d. Lapisan Permukaan
Lapisan permukaan berfungsi sebagai berikut :
 sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda
 sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari
kerusakan akibat cuaca
 sebagai lapisan aus.
Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis
pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal
diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan
aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti
mempertinggi daya dukung lapisan beban roda lalu lintas.

MODUL V PERKERASAN JALAN Page 2


5.2. VOLUME LALU LINTAS
5.2.1. Persentase Kendaraan Pada Jalur Rencana
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya yang menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda
batas jalur maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut
tabel di bawah ini :

Tabel 5.1 Jumlah Jalur Berdasarkan Lebar Perkerasan


Lebar Perkerasan (L) Jumlah Jalur (n)
L < 5,50 m 1 jalur
5,50 m ≤ L < 8,25 m 2 jalur
8,25 m ≤ L < 11,25 m 3 jalur
11,25 m ≤ L < 15,00 m 4 jalur
15,00 m ≤ L < 18,75 m 5 jalur
18,75 m ≤ L < 22,00 m 6 jalur
Sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya, NOVA

Koefisien distribusi (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada
jalur rencana ditentukan menurut tabel di bawah ini :

Tabel 5.2 Koefisien Distribusi Kendaraan (C)


Jumlah Jalur Kendaraan ringan * Kendaraan berat **
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 jalur 1,00 1,00 1,00 1,00
2 jalur 0,60 0,50 0,70 0,50
3 jalur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 jalur - 0,30 - 0,45
5 jalur - 0,25 - 0,425
6 jalur - 0,20 - 0,40
Sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya, NOVA

* berat total < 5 ton, mis : mobil penumpang, pick up


** berat total ≥ 5 ton, mis : bus, truk, traktor, semi trailer, trailer

MODUL V PERKERASAN JALAN Page 3


5.2.2. Angka Ekuivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Angka ekuivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka
yang menunjukkan jumlah lintasan dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton
yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks
permukaan yang sama apabila kendaraan tersebut lewat satu kali.
(Perkerasan Lentur Jalan Raya, NOVA).

Angka ekuivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap


kendaraan) dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :

Angka ekuivalen sumbu tunggal

= … ..pers. 36

Angka ekivalen sumbu tandem

= 0,086 . ..pers. 37

5.2.3. Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)


Lalu lintas harian rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu lintas
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang dicatat selama 24 jam
sehari untuk kedua jurusan. Untuk setiap jenis kendaraan ditentukan pada
awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa
median atau masing-masing arah pada jalan dengan median.
Lalu lintas harian rata-rata awal umur rencana adalah LHR pada saat jalan
sudah selesai dikerjakan atau mulai berfungsi, kemungkinan akan lebih
besar sesuai dengan tingkat perkembangan lalu lintas (1%per tahun).

LHR Awal Umur Rencana = (1 + i)n x LHR saat survey


Keterangan :
i = perkembangan lalu lintas
n = umur rencana
Lalu lintas harian rata-rata akhir umur rencana lalu lintas adalah jumlah
waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut dibuka sampai saat

MODUL V PERKERASAN JALAN Page 4


diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk diberi lapis
permukaan yang baru.
LHR Akhir Umur Rencana = (1 + i)ur x LHR awal umur rencana

5.2.4. Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)


Lintas ekuivalen permulaan adalah jumlah lintas harian rata-rata dari
sumbu tunggal sebesar 8,16 ton pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada permulaan rencana.
Dihitung dengan rumus sebagai berikut :
LEP = LHR x C x E…………………………………………pers. 38

5.2.5. Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)


Lintas ekuivalen akhir adalah jumlah lintas ekuivalen harian rata-rata dari
sumbu tunggal sebesar 8,16 ton pada jalur rencana yang diduga terjadi
pada akhir umur rencana.
Dihitung dengan rumus sebagai berikut :
LEA = LHR akhir x C x E………………………………….pers. 39

5.2.6. Lintas Ekuivalen Tengah (LET)


Lintas ekuivalen tengah adalah jumlah lintas ekuivalen harian rata-rata
dari sumbu ekuivalen pada jalur rencana pada pertengahan umur
rencana.
Dihitung dengan rumus sebagai berikut :

LET =

………………………………………pers. 40

5.2.7. Lintas Ekuivalen Rencana (LER)


Lintas ekuivalen rencana adalah suatu besaran yang dipakai dalam
nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas
ekuivalen pada jalur rencana.
Dihitung dengan rumus sebagai berikut :
LER = LET x Ur / 10……………………………………... pers. 41
5.3. DAYA DUKUNG TANAH DASAR

MODUL V PERKERASAN JALAN Page 5


Daya dukung tanah dasar (DDT) adalah suatu skala yang dipakai
dalam nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan
kekuatan tanah dasar. Daya dukung tanah dasar ditetapkan
berdasarkan grafik korelasi dengan harga CBR (CBR lapangan atau
CBR laboratorium). Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan
daya dukung tanah hanya pada pengukuran nilai CBR.

Untuk mendapatkan nilai CBR rata-rata yang tidak terlalu merugikan


maka disarankan agar dalam merencanakan perkerasan suatu ruas
jalan perlu dibuat segmen–segmen dimana beda atau variasi CBR
dari suatu segmen tidak besar.

5.4. FAKTOR REGIONAL


Faktor regional adalah faktor koreksi perbedaan kondisi antara kondisi
lapangan dan iklim yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan,
daya dukung tanah dasar dan perkerasan. Dalam penentuan tebal
perkerasan faktor regional hanya dipengaruhi oleh bentuk alinyement
(kelandaian dan tikungan), persentase kendaraan berat dan yang
berhenti serta iklim atau curah hujan.

Tabel 5.3 Faktor Regional (FR)


Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III
(< 6 %) (6-10 %) (>10 %)

% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat


≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 %
Curah Hujan I 0,5 1,0 -1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
(≤900 mm/thn)
Curah Hujan II 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
(>900 mm/thn)
Sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya, NOVA

Catatan : Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian


atau tikungan tajam (jari-jari < 30 m) nilai FR ditambah dengan 0,5,
sedangkan pada daerah rawa-rawa nilai FR ditambah dengan 1,0.

MODUL V PERKERASAN JALAN Page 6


5.5. INDEKS PERMUKAAN
Indeks permukaan dalam perencanaan perkerasan dipergunakan
sebagai ukuran dasar dalam menentukan nilai perkerasan ditinjau dari
kepentingan lalu lintas. Indeks permukaan ini menyatakan nilai dari
kerataan / kehalusan serta kekokohan permukaan yang berhubungan
dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.

Dalam menentukan indeks permukaan pada akhir umur rencana (IP)


perlu dipertimbangkan faktor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan
jumlah lintas ekuivalen rencana (LER) menurut tabel di bawah ini:

Tabel 5.4 Lintas Ekuivalen Rencana


LER Klasifikasi Jalan
Lintas Ekuivalen Lokal Kolektor Arteri Tol
Rencana
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
> 1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5
Sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya, NOVA
Catatan : Pada proyek penunjangan jalan,JAPAT (jalan murah), atau jalan
darurat, nilai IPt dapat diambil 1,0.

Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo),


perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan pada awal umur rencana
menurut tabel di bawah :

Tabel 5.5 Indeks Permukaan


MODUL V PERKERASAN JALAN Page 7
Jenis Lapis IPo Roughness
Permukaan (mm/km)
Laston ≥4 ≥ 1000
3,9 – 3,5 > 1000
Lasbutag 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
HRA 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
Burda 3,9 – 3,5 < 2000
Burtu 3,4 – 3,0 < 2000
Lapen 3,4 – 3,0 ≤ 3000
2,9 – 2,5 < 3000
Latabum 2,9 – 2,5
Buras 2,9 – 2,5
Latasir 2,9 – 2,5
Jalan Tanah ≤ 2,4
Jalan Kerikil ≤ 2,4
Sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya, NOVA

5.6. TEBAL PERKERASAN


a. Indeks Tebal Perkerasan
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3…………………………………….pers. 42
Dimana :
a1a2a3 = koefisien kekuatan relatif bahan-bahan perkerasan
D1D2D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan
Angka-angka 1, 2, dan 3 masing-masing berarti lapis permukaan, lapis
pondasi atas, dan lapis pondasi bawah.
b. Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya
sebagai lapis permukaan, pondasi atas, dan pondasi bawah ditentukan
secara korelasi sesuai dengan Marshall Test, kuat tekan atau CBR.
Dibawah ini menunjukkan nilai koefisien relatif dari tiap-tiap lapisan :

Tabel 5.6 Koefisien Kekuatan Relatif


MODUL V PERKERASAN JALAN Page 8
Koefisien Kekuatan Kekuatan Bahan
Relatif SM Kt CBR Jenis Lapisan Perkerasan
a1 a2 a3 (kg) (kg/cm2) %
0,40 744
0,35 590
0,32 454 Laston
0,30 340
0,35 744
0,31 590
0,28 454 Asbuton
0,26 340
0,30 340 Hot Rolled Asphalt
0,26 340 Aspal Macadam
0,25 Lapen (mekanis)
0,20 Lapen (manual)
0,28 590
0,26 545 Laston Atas
0,24 340
0,23 Lapen (mekanis)
0,19 Lapen (manual)
0,15 22 Stabilitas tanah dengan
0,13 18 semen
0,15 22
0,13 18 Stabilitas tanah dengan kapur
0,14 100
0,12 60 Pondasi Macadam (basah)
0,14 100 Pondasi Macadam (kering)
0,13 80 Batu pecah (kelas A)
0,12 60 Batu pecah (kelas B)
0,13 70 Batu pecah (kelas C)
0,12 50 Sirtu/pitrun (kelas A)
0,11 30 Sirtu/pitrun (kelas B)
0,10 20 Sirtu/pitrun (kelas C)
Tanah . lempung kepasiran
Sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya, NOVA

c. Persyaratan Tebal Lapisan Perkerasan Minimum


MODUL V PERKERASAN JALAN Page 9
Tabel 5.7 Persyaratan Tebal Lapisan Perkerasan Minimum
ITP Tebal Bahan
Minimum
(cm)
1. Lapis Permukaan
< 3,00 5,0 Lapisan pelindung (buras,burtu,burda)
3,00 – 6,70 5,0 Lapen/aspal macadam,HRA,lasbutag,laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/aspal macadam,HRA,lasbutag,laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, laston
≥ 10,00 10,00 Laston
2. Lapis Pondasi
< 3,00 15 Batu pecah,stabilisasi tanah dengan semen/
3,00 – 7,49 20*) kapur
10 Batu pecah,stabilisasi tanah dengan
7,50 – 9,99 20 semen/kapur
Laston Atas
15 Batu pecah,stabilisasi tanah dengan semen
10 – 12,24 20 atau kapur,pondasi macadam
Laston Atas
≥ 12,25 25 Batu pecah,stabilisasi tanah dengan
semen/kapur, pondasi macadam, lapen,
laston atas
Batu pecah,stabilisasi tanah dengan
semen/kapur, pondasi macadam, lapen,
laston atas
3.Lapis Pondasi Bawah
Untuk setiap nilai ITP, bila digunakan lapis pondasi bawah, tebal minimum
10 cm.
Sumber : Perkerasan Lentur Jalan Raya, NOVA
Catatan : *) batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk
lapis pondasi bawah digunakan material berbutir kasar.

SOAL-SOAL

MODUL V PERKERASAN JALAN Page 10


1. Gambarkan susunan lapis perkerasan jalan dan jelaskan fungsi masing-
masing lapisan.
2. Jelaskan apakah yang dimaksud asphalt concreate, Lapisan penetrasi,
Laburan Dua Lapis.
3. Sebutkan jenis-jenis bahan pondasi jalan dan jelaskan keuntungan masing-
masing.
4. Hitung volume lalu lintas dalam ESA jika hasil survey lalu lintas diperoleh :
- Mobil Penumpang : 20.000 kendaraan
- Sepeda motor : 25.000 kendaraan
- Truk ( 2 + 7) : 1.000 kendaraan
- Bus ( 5 + 7) : 500 kendaraan
- Truk (5 + 7.7) : 100 kendaraan
5. Hitung CBR segmen dan nilai DDT jika diketahui :
Sta. 0+000 CBR = 5 %
Sta. 0+100 CBR = 8 %
Sta. 0+200 CBR = 5 %
Sta. 0+300 CBR = 6 %
Sta. 0+400 CBR = 9 %
Sta. 0+500 CBR = 10 %
Sta. 0+600 CBR = 6 %
Sta. 0+700 CBR = 7 %
6. Jika diketahui LER = 100, IPo = 3, IPt = 2, DDT = 6 dan FR = 2,5 maka
rencanakan tebal perkerasan jalan tersebut.

MODUL V PERKERASAN JALAN Page 11

Anda mungkin juga menyukai