Anda di halaman 1dari 43

SILSILAH

ILMU
Segala puja dan puji hanyalah bagi ALLAH, Rabb semesta alam yang didalam
genggaman-NYA segala ilmu. Salawat dan salam senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Artikel singkat ini kita sampaikan semoga umat Muslim dapat mengenal apakah
itu SALAF. Dan agar kita tidak fanatik kepada suatu Mazhab dengan buta tanpa
mengetahui tentang Imam Mazhab itu sendiri.
Sesungguhnya ilmu itu dari ALLAH subhanahu wa ta’ala, diturunkan-NYA
kepada insan utama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga
apabila kita mengaku sebagai umat Islam, maka sandaran utama kita dalam
syariat adalah sabda Rasulullah, bukan perkataan dari imam mazhab / ulama /
ustadz / da’i / kyai.
Milis ini kita beri nama Cinta Rasul, karena dalam menentukan fatwa (hukum)
kita tidak mengutip perkataan ulama/kyai manapun, tetapi kita akan
senantiasa berucap: “Ini adalah sabda Rasulullah, kami beriman kepada ALLAH
dan Rasul-NYA, kami mencintai Rasul, apa-apa yang beliau sampaikan kami
taati dan ikuti semampu kami.”

Cinta-Rasul-Owner@yahoogroups.com
SEJARAH RINGKAS
PERKEMBANGAN
ISLAM
ISLAM DI JAMAN RASULULLAH SAW
Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, segala sesuatu beliau pimpin sendiri.
Peristiwa apapun yang terjadi langsung mendapat keputusan dari beliau.
Sahabat-sahabat senantiasa beliau beri petunjuk, ayat-ayat Al Quran yang
diturunkan Allah SWT kepada beliau dengan perantaraan Majaikat Jibril selalu
beliau ajarkan dan beliau suruh kepapa sahabat untuk menghafalkannya dan
menulisnya. Terkadang sewaktu dikemukakan suatu peristiwa kepada beliau,
beliau termenung tidak menjawab karena beliau menunggu wahyu dari Allah
SWT. Setelah beliau menerima wahyu mengenai soal yang dihadapkan kepada
beliau itu, barulah beliau berikan kepastian dan beliau jelaskan juga kepada
para sahabat. Seringkali wahyu itu berisi jawaban atas pertanyaan atau
peristiwa yang terjadi, serta membawa hukum-hukum yang lain.
Rasulullah SAW wafat meninggalkan para sahabat yang merupakan alim ulama
dan cerdik pandai. Mereka diserahi tugas untuk menggantikan beliau
memimpin negara dan rakyat, memajukan agama dan menghukum segala
sesuatu dengan adil, pengetahuan masing-masing mereka tentulah tidak sama,
sebagian mereka merupakan ‘alim mutakhassis (spesialis) dalam suatu ilmu,
ada yang spesialis ilmu hukum, ada yang ilmu kenegaraan dan politik, ilmu
ekonomi, perdagangan dan lain-lain.
ISLAM DI JAMAN RASULULLAH SAW
Dimasa kekhalifahan para sahabat Nabi, agama Islam disebarkan ke seluruh
negeri Jazirah Arab. Pada tahun 17 Hijriah negeri Syam (Jordan, Palestina,
Syiria, Lebanon, Libya) dan Irak ditaklukkan. Pada tahun 20 – 21 Hijriah Mesir
dan Persia (Iran) dikalahkan, dan negara Islam meluas ke Barat dan ke Timur.
Dibawah ini adalah beberapa nama dari para sahabat (selain 4 sahabat Khulafa
ar Rasyidin) yang sangat berjasa dalam melaksanakan dan menyiarkan hukum-
hukum fiqih, yaitu : Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin Umar bin Khattab (Ibnu
Umar), Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas), Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas’ud,
Abu Musa al Asy’ari, Abu Darda, Usamah bin Samit dan Abdullah bin Amr’ bin
Ash. Mereka tersebar kedaerah-daerah kekuasaan Islam yang baru membawa
kepentingan agama dan negara, didorong rasa cinta yang ketaatan kepada
perintah Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Selain bekerja untuk pemerintahan, mengatur negeri dan menyusun undang-
undang negara, mereka juga langsung menjadi guru agama mendidik kepada
anak-anak, teman-teman dan rakyat tentang Islam, Al Quran dan As Sunnah
(Hadits).
SUNNAH RASULULLAH SAW atau HADITS
Pada mulanya pengertian As Sunnah adalah perbuatan Rasulullah SAW yang
patut ditiru oleh umatnya. Dan Rasulullah SAW pernah berkata kepada Abu
Hurairah dan Ibnu Abbas agar tidak menulis segala perkataan Nabi (disebut
dalam Hadits riwayat Bukhari & Muslim). Dan semasa beliau SAW masih hidup,
memang belum ada kitab (buku kumpulan Hadits), dan 2 orang itu hanya
menulis perkataan Nabi dalam pelepah kurma dan tulang hanya untuk sekedar
mengingatkan. Abu Hurairah dan Abbas adalah pelayan Rasulullah yang paling
banyak merawi hadits.
Nabi Muhammad wafat pada 12 Rabiul Awak 11 Hijriah atau 6 Juni 632 Masehi
dengan meninggalkan pusaka berupa Al Quran dan Sunnah (perkataan dan
perbuatan Nabi). Tapi pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin
Khattab, masih belum juga adanya Kitab tentang Sunah-sunah Nabi maupun
Kitab Al Quran yang dibuat. Dimasa kedua khalifah ini mereka hanya
memikirkan mengembangkan ajaran Islam keberbagai negara dengan
sebelumnya memerangi daerah itu.
Dizaman Khalifah Utsman bin Affan, beliau memperhatikan akan banyaknya
para sahabat Nabi yang mati syahid selama peperangan memperluas agama
Islam dizaman Abu Bakar dan Umar. Beliau kurang tertarik untuk mengurusi
penyebaran Islam, beliau hanya mengkhawatirkan hilangnya Al-Quran dan
Sunnah jika semua sahabat Nabi selalu berperang dan mati syahid.
SUNNAH RASULULLAH SAW atau HADITS
Untuk itu maka beliau mengumpulkan sisa-sisa para sahabat Rasulullah SAW yang
hafal Al Quran dan Al Hadits untuk segera mengumpulkan keduanya. Sehingga
hingga tahun 2005 Masehi ini maka semua umat Islam didunia memegang Kitab Al
Quran yang disebut dengan Al Quran Mushaf Ustman.
Khalifah Utsman berijtihad bahwa harus menulis Sunnah agar ajaran dari Nabi itu
tidak hilang. Namun dikala itu Hadits belum dijadikan buku (kitab) tetapi hanya
disebarkan kepada alim ulama (ustadz) dan diajarkan ke masyarakat seluas-
luasnya.
Sunnah kemudian dipegang merata oleh para sahabat, para alim ulama, dan kaum
cerdik pandai Muslim. Adapun para sahabat, kebanyakan mereka kemudian
menduduki jabatan-jabatan penting dalam kekhalifahan, untuk itu mereka pun
kemudian berpencar-pencar keberbagai penjuru negeri khilafah untuk memimpin
negeri dan sebagai imam.
ISLAM DI JAMAN PARA SAHABAT DAN TABIIN
Untuk kepentingan agama dan negara, maka para sahabat, para cerdik pandai
dan para alim ulama perlu berpindah dari tempat kelahiran mereka menuju
daerah-daerah baru. Setelah perpindahan mereka ketempat baru, disana mereka
mendapati adat, pergaulan, peraturan dan peristiwa-peristiwa yang yang
sungguh berbeda dari yang mereka alami di daerah kelahiran mereka.
Daerah Persia mempunyai peraturan dan undang-undang sendiri sebagai hasil
kemajuan ilmu pengethuan disana. Negeri Mesir dan Syam mempunyai cara
sendiri pula dengan peraturan peninggalan pemerintahan Romawi. Bahkan dikala
itu negeri itu bahkan lebih maju daripada Jazirah Arab.
Dalam menghadapi kejadian itu yaitu perbedaan-perbedaan antara daerah-
daerah baru dengan daerah lama atau antara sesama daerah baru, maka para
ulama dan cerdik pandai perlu berusaha agar semua soal yang mereka hadapi
dapat sesuai dengan syariat agama Islam, karena mereka tahu bahwa Islam
bukan untuk meruntuhkan atau membuang segala yang ada dan menggantinya
dengan yang baru, tetapi memperhatikan dan menimbang segala sesuatu
dengan dasar baik serta melihat manfaat dan mudharatnya. Segala sesuatu yang
baik atau maslahat dijadikan syariat, dan segala sesuatu yang buruk atau
merusak dibuang dan dilarang mendekatinya. Sesuatu yang hanya perlu
diperbaiki, maka ditambah atau dikurangi, diperbaikinya sehingga menjadi baik
dan berfaedah untuk manusia. Sesudah diperbaiki kemudian dijadikan sebagai
syariat (hukum).
ISLAM DI JAMAN PARA SAHABAT DAN TABIIN
Hukum seperti itu adalah buah pendapat dari seorang Mujtahid (ulama Islam
dalam negara) menurut asas (cara) yang sesuai dengan akal pikirannya dan
keadaan di lingkungannya masing-masing diwaktu terjadinya peristiwa itu.
Hukum-hukum seperti ini tidaklah tetap (disemua negeri), mungkin berubah
dengan berubahnya keadaan atau tinjauan masing-masing. Maka Mujtahid
dimasa itu atau sesudahnya berhak membantah serta menetapkan hukum baru
yang lain, sebagaimana Mujtahid pertama telah memberi menetapkan hukum
itu sebelumnya. Ia pun dapat pula mengubah hukum itu dengan pendapatnya
yang lain dengan tinjauan yang lain setelah diselidiki dan diteliti kembali pokok-
pokok pertimbangannya. Buah dari ijtihad itu seperti ini tidak wajib dijalankan
oleh seluruh Muslim di seluruh dunia, hanya wajib bagi Mujtahid itu sendiri dan
bagi orang yang minta fatwa kepadanya selama pendapatnya itu belum
diubahnya.
Ijtihad inilah yang kemudian kita kenal dengan nama Mazhab.
Jadi tetap haruslah pengambilan hukum yang wajib diikuti oleh semua kaum
Muslim di dunia hanyalah kepada Al Quran, Hadits Mutawatir yang “qat’i
dilalah” dan “ijma mujtahidin”.
MAZHAB 4
(EMPAT)
(1) MAZHAB HANAFI
Penyusunnya adalah Imam Abu Hanifah. Beliau ini dikatakan sebagai wadi’ ilmu
fiqh (yang mula pertama kali menyusun ilmu fiqih). Sehingga Mazhab Hanafi ini
adalah mazhab pertama.
Beliau dilahirkan pada tahun 80 Hijriah dan wafat di Baghdad (Irak) pada tahun
150 Hijriah. Beliau belajar di Kufffah dan disanalah mulai menyusun Mazhabnya.
Kemudian beliau kembali ke Baghdad untuk mengajarkan Mazhabnya kepada
seluruh Muslimin.
Beberapa ulama sahabat Abu Hanifah yang mendukung Mazhab ini antara lain :
Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan dan Zufar.
Mazhab Hanafi tersebar di Baghdad Irak, Parsi (Iran), Bukhara (Bukharest)
Pakistan, Mesir, Syam dan lain-lain.
(2) MAZHAB MALIKI
Penyusunnya adalah Malik bin Anas al Asbahi.
Beliau dilahirkan pada tahun 93 Hijriah dan wafat pada bulan Safar pada tahun
170 Hijriah. Beliau belajar di Madinah dan disanalah mulai menyusun Mazhabnya
dan menulis Kitab Al Muwatta, kitab Hadits yang terkenal sampai saat ini. Beliau
meyusun kitab tersebut atas anjuran Khalifah Mansur setelah mereka bertemu
pada waktu menunaikan ibadah haji.
Beliau menyusun mazhabnya atas empat dasar: Kitab suci Al Quran, Sunnah
Rasulullah SAW, Ijma’ (kesepakatan/musyawarah) dan Qiyas (perbandingan).
Hanya saja beliau tidak menggunakan banyak ijma dan qiyas dalam mazhabnya
karena beliau adalah ahli hadits.
Karena beliau yang ahli hadits dan fiqih itulah maka beliau disebut dengan gelaran
“Sayyid Fuqaha al Hijaz (pemimpin ahli fiqih di seluruh daerah Hijaz).
Murid-murid beliau diantaranya Muhammad bin Idris bin Syafii, Al Laisy bin Sa’ad,
Abu Ishaq al Farazi.
Mazhab Maliki tersebar di negara Tunisia, Tripoli, Magribi dan Mesir.
(3) MAZHAB SYAFII
Penyusunnya adalah Muhammad bin Idris bin Syafii.
Beliau berasal dari bangsa (suku) Quraisy. Beliau dilahirkan di Khuzzah pada tahun 150
Hijriah dan wafat (serta dimakamkan) di Mesir pada tahun 204 Hijriah.
Sejak umur 7 tahun beliau sudah hafal Al Quran. Setelah berumur 10 tahun beliau hafal
Kitab hadits Al Muwatta (karangan Imam Malik). Semula beliau adalah pengikut Mazhab
Maliki. Setelah berusia 20 tahun beliau mendapat izin dari gurunya Muslim bin Khalid
untuk berfatwa. Beliau berangkat untuk belajar ke Madinah karena beliau mendengar
adanya Imam Malik. Sesudah itu beliau pergi ke Irak dan menemui para sahabat Imam
Abu Hanifah yang penganut Mazhab Hanafi. Kemudian beliau pergi lagi ke Persi dan
negeri-negeri lainnya.
Setelah perjalanan itulah beliau bertambah pengetahuan tentang keadaan kehidupan
dan tabiat (kelakuan) manusia. Misalnya keadaan yang menimbulkan perbedaan adat
dan akhlak, yang mana hal ini sangat berguna bagi beliau sebagai alat untuk
mempertimbangkan hukum peritiswa-peristiwa yang akan beliau hadapi.
Kemudian beliau diminta oleh Khalifah Harun ar Rasyid supaya menetap di Baghdad.
Dan disanalah beliau mulai menyusun Mazhabnya, mengajarkan dan
menyebarluaskannya. Beliau bergaul dengan baik dengan segala lapisan masyarakat,
rakyat jelata, pemimpin negeri, terlebih dengan ulama/ustadz. Beliau juga bertukar
pikiran dengan para sahabat Abu Hanifah. Karena itulah akhirnya Mazhab ini menjadi
mazhab dengan pengikut terbesar diseluruh dunia.
Pengikut Mazhab Syafii yang terbanyak berada di negeri Mesir, Kurdistan, Yaman, Aden,
Hadramaut, Makkah, Pakistan, Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand Selatan, Philipina
Selatan.
(4) MAZHAB HANBALI
Penyusunnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal.
Beliau dilahirkan di Baghdad dan wafat pada hari jumat tanggal 12 Rabiul Awal pada tahun
241 Hijriah.
Semenjak kecil beliau belajar di Baghdad, Syam, Hijaz dan Yaman. Beliau adalah murid dari
Imam Syafii. Setelah berpisah dari Imam Syafii (karena Imam Syafii pindah kota) kemudian
beliau menyusun mazhab sendiri didaerahnya.
Beliau menyusun Mazhabnya atas dasar pokok yaitu :
(1) Nas (dalil) dalam Al Quran dan Al Hadits. Jika dalam persoalan yang dihadapi masih ada
pemecahan dengan dalil yang ada, maka beliau berfatwa dengan nas yang ada.
(2) Fatwa sahabat Rasulullah SAW. Jika tidak terdapat nas yang kuat dari Al Quran dan
Sunnah, maka beliau berfatwa memakai fatwa sahabat. Dan jika terdapat beberapa fatwa
sahabat, maka Imam Hanbali berfatwa dari sahabat yang paling utama dan paling dekat
dengan Kitabullah dan Sunnah.
(3) Hadits mursal atau hadits lemah, apabila tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang lain.
(4) Qiyas, namun beliau tidak memakai qiyas kecuali tidak ada jalan lain.
Imam Hanbali sangat berhati-hati menyebarkan fatwanya ini, sehingga Mazhab Hanbali jadi
tidak berkembang dengan baik. Begitu pula murid-murid beliau sangat berhati-hati pula
mengajarkan. Semula berasal dari Baghdad dan berangsur-angsur memasuki Hijaz dan Mesir.
Kemudian Raja Ibnu Mas’ud menetapkan bahwa Mazhab Hanbali menjadi Mazhab resmi
negera yang kemudian kita kenal dengan nama Saudi Arabia.
Murid dari Imam Hanbali yang menjadi sangat terkenal adalah Imam Bukhari dan Muslim.
MAZHAB YANG LAIN
Sebagaimana telah dikatakan bahwa alim ulama dan cerdik pandai dalam
menghadapi persoalan, apabila mereka tidak menemukan nas (dalil) dalam Al
Quran dan Sunnah maka berijtihad sendiri menentukan hukum atas peristiwa itu,
hukum yang kemudian mereka tetapkan itu dinamakan MAZHAB.
Selain mazhab 4 itu masih terdapat mazhab lain seperti Mazhab yang disusun
oleh Syeikh Hasan Basri (Baghdad), Syeikh As Saury Ibnu Abi Laila, Al Auza’iy,
Al Laisy dan lain-lain.
Namun mazhab mereka tidak mempunyai pendukung yang banyak sehingga
fatwa mereka tidak berkembang dan hanya diikuti oleh orang yang dekat dengan
mereka saja. Sedangkan 4 Mazhab itu masih didukung oleh seluruh umat Islam
di dunia hingga sekarang.
AKHIR DARI
MAZHAB
(1) MAZHAB HANAFI
Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit berkata:
• “Apabila hadis itu shahih, maka hadits itu adalah mazhabku.”
• “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang kepada perkataan kami
(fatwa), selagi ia tidak mengetahui darimana kami mengambilnya (dalil).”
• “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku, untuk
memberikan fatwa dengan perkataanku.”
• “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan hari ini
dan meralatnya pada esok hari.”
• Beliau berkata kepada muridnya Ya’qub (Abu Yusuf): “Kasihan engkau wahai
Ya’qub, janganlah engkau tulis setiap apa yang engkau dengar dari padaku.
Karena kadangkala aku memang berpendapat dengan suatu pendapat pada
hari ini, namun aku meninggalkannya esok hari, dan kadangkala aku
berpendapat dengan suatu esok hari, namun aku meninggalkannya esok
lusa.”
• “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab
ALLAH dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka tinggalkanlah
perkataanku.”
(2) MAZHAB MALIKI
Imam Malik bin Anas berkata dalam Kitab Al Mudawwamah (fatwa Maliki):
• “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar.
Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan kitab
dan sunnah, ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan
Sunnah, maka tinggalkanlah.”
• “Tidak ada seorangpun setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali dari
perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(3) MAZHAB SYAFI’I
Imam Syafii adalah Imam mazhab yang terbaik dari seluruh mazhab yang ada
pada masa itu. Imam Syafii melarang keras adanya taqlid (fanatisme)
terhadap mazhab beliau. Beliau melarang pengikut beliau mengikuti setiap
fatwa beliau secara fanatik. Imam Syafi’I berkata dalam Kitab Al Umm:
• “Tidak ada seorangpun, kecuali dia harus bermazhab dengan sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyendiri dengannya. Walaupun
aku mengucapkan satu ucapan dan mengasalkan kepada suatu asal
didalamnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bertentangan
dengan ucapanku. Maka peganglah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Inilah ucapanku.”
• “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah terang baginya
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka tidak halal baginya untuk
meninggalkan sunnah karena untuk mengikuti perkataan seseorang.”
• “Apabila kamu mendapatkan didalam kitabku apa yang bertentangan dengan
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka berkatalah dengan
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tinggalkanlah apa yang aku
katakan.”
• “Apabila hadist itu sahih, maka dia adalah mazhabku.”
(3) MAZHAB SYAFI’I
Imam Syafi’i berkata dalam kitab Al Umm (fatwa Syafi’i):
• “Kamu (Imam Ahmad bin Hanbal, murid beliau) lebih tahu daripada aku
tentang hadist dan orang-orangnya (rijalul hadist). Apabila hadist itu sahih,
maka ajarkanlah ia (hadis) kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah,
Basrah, maupun dari Syam, sehingga apabila ia sahih maka bermazhablah
dengannya.”
• “Setiap masalah yang didalamnya berisi kabar dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam adalah sahih bagi ahli naqli dan bertentangan dengan apa
yang aku katakan, maka aku meralatnya didalam hidupku dan setelah aku
mati.”
• “Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist
Nabi yang bertentangan dengannya sahih, maka ketahuilah, sesungguhnya
akalku telah bermazhab dengannya (hadist).”
• “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam terdapat hadist sahih yang bertentangan dengan perkataanku,
maka hadist Nabi adalah lebih utama. Oleh karena itu, janganlah kamu
mengikuti aku.”
(4) MAZHAB HANBALI
Imam Ahmad adalah salah seoarang imam yang paling banyak mengumpulkan
sunnah dan paling berpegang teguh kepadanya. Sehingga beliau membenci
penulisan buku-buku yang memuat cabang-cabang (Furu’ syari’at) dan
pendapat. Oleh karena itu, beliau berkata :
• “Janganlah engkau mengikuti aku dan jangan pula engkau mengikuti Malik,
Syafi’i, Auza’I dan Tsauri, tapi ambilah dari mana mereka mengambil (dalil
hadits).”
• “Pendapat Auza’i, pendapat Malik dan pendapat Abu Hanifah semuanya
adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah
terdapat didalam atsat-atsar.”
• “Barangsiapa yang menolak hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
maka sesungguhnya ia telah berada ditepi kehancuran.”
AKHIR DARI MAZHAB
Itulah perkataan-perkataan para Imam didalam memerintahkan kita untuk
berpegang kepada hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan melarang mengikuti
mereka (imam Mazhab) secara taqlid buta (fanatik) tanpa adanya penelitian.
Perkataan-perkataan imam itu cukup jelas sehingga tidak dapat didebat dan
dita’wilkan lagi.
Kemudian barangsiapa berpegang kepada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, walaupun bertentangan dengan perkataan imam, sebenarnya tidak lah
ia bertentangan dengan mazhab mereka dan tidak pula keluar dari jalan mereka.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa dalam perbedaan Mazhab maka akan timbul
perbedaan pendapat. Hal ini tentu saja dapat membuat bingung umat, terutama
yang benar-benar ingin mengikuti jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Lalu kemudian akan timbul pertanyaan, bagaimanakah sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam yang sebenarnya???
Menjawab pertanyaan besar itulah, kemudian ulama-ulama besar dizaman itu
berusaha mengumpulkan kembali hadis-hadis Rasul yang terpisah-pisah dalam
beberapa Mazhab dan yang belum dituliskan. Kemudian berusaha menyatukannya
dan membukukannya, kemudian menyebarluaskannya.
Dan perlu kita ketahui bahwa pada zaman tabi’in Mazhab 4 itu belum ada
penyusunan hadits. Fatwa-fatwa yang mereka keluarkan dan ajarkan dalam
mazhab mereka masing-masing adalah hasil ijtihad dan qiyas mereka.
AKHIR DARI MAZHAB
Telah berlalu masa-masa zaman tabi’in, dan kebenaran ijtihad dan qiyas mereka
adalah benar hanya pada zaman mereka saja. Tentu saja ijtihad dan qiyas para
Imam itu tidak selamanya dapat diambil dan dijadikan sebagai fatwa apabila
dikemudian hari ditemukan masih ada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang lebih valid dan dapat dipercaya.
Kemudian dimulailah masa-masa tabi’ut tabi’in dimana Imam pertama yang
merintis usaha pengumpulan sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
atau hadis adalah Imam Bukhari.
Imam Bukhari adalah murid Imam Hanbali, tetapi beliau pengikut Mazhab Syafii.
Karena guru beliau mengeluarkan sangat banyak sunnah Rasul yang kesemuanya
belum dapat ditentukan kesahihannya, maka mulailah Imam Bukhari mengadakan
penelitian ulang terhadap hadits-hadits tersebut dengan “metode pengelompokan
hadits”. Hadits yang masuk category sahih, maka beliau menuliskannya,
sedangkan yang masih beliau ragukan, maka beliau tinggalkan.
Imam Muslim juga termasuk murid Imam Hanbali (Ahmad bin Hanbal), namun
hanya sebentar saja (karena Imam Hanbal wafat), kemudian beliau berguru
kepada Imam Bukhari, dan Imam Muslim juga pengikut Mazhab Syafii.
METODE
PENYUSUNAN
HADITS
KOMPONEN UTAMA HADITS
Hadits disusun berdasarkan tiga bagian yaitu:
• ISNAD (SANAD) yaitu jalan periwayatan hadis, adalah rangkaian orang-
orang (perawi) yang mengetahui perkataan Rasul secara bersambung-
sambung hingga kepada orang-orang yang terdekat dengan Rasul (sahabat).
• MATAN (KALIMAT) yaitu naskah atau text yang dituliskan sesuai perkataan
Rasulullah yang disampaikan oleh para pembawa isnad (perawi) sesuai
dengan yang didengar dari para pendahulu (salaf) mereka yaitu para sahabat
Nabi – tabi’in – tabi’ut tabi’in.
• TARAF (kalimat pertama), yaitu kalimat pertama yang diucapkan atau
tindakan atau karakteristik atau persetujuan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.
KLASIFIKASI PENYUSUNAN HADITS
NOTE:
Karena milis Cinta-Rasul ini bukanlah untuk anak-anak Pesantren, melainkan
kita adalah orang-orang awam, maka kita tidak perlu membahas panjang
lebar mengenai pengklasifikasian hadis yang diatur oleh Imam-imam
penyusunnya.
Sudahlah cukup bagi kita untuk sekedar mengetahui bahwa Imam penulis
hadis itu banyak, dan penulis hadits abad 20 adalah Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al Albani (wafat Oktober 1999).
Adapun beliau (Al Albani) tidak meriwayatkan hadits, melainkan meneliti dan
mengkaji ulang Kitab-kitab hadits. Semua penulisan hadits yang pernah
dikarang pada zaman tabiut tabiin kemudian beliau teliti kembali sanad
(isnad) dan jalur rawinya, khususnya hadis-hadis yang bersifat hasan, mursal,
dhaif dan maudhu.
Adapun tentang kisah kehidupan Al Albani, tidak kita cantumkan dalam file ini
melainkan dalam file lain, insya ALLAH.
MACAM-MACAM HADITS
Hadits dibedakan menjadi beberapa macam :
• Hadits Qudsi yaitu hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dari wahyu
yang berasal dari Allah SWT tetapi tidak ditulis dalam Al Quran dan juga
bukan bagian dari Surah dan Ayat.
• Hadits Shahih yaitu hadits yang sanadnya bersambung, perawinya cerdas,
berakhlak tinggi, muslim, dewasa, bisa membedakan yang baik dan yang
buruk artinya bisa membedakan berita yang bohong daripada berita yang
benar, dan isinya tidak bertentangan dengan Al Quran maupun Sunnah
mutawwatir (diriwayatkan oleh orang banyak dengan keadaan perawinya
dikenal jujur). Dalam hadits shahih itu dikenal perawinya adalah orang-orang
yang jujur dan adil tidak banyak berbuat dosa dan tidak berbuat kejanggalan.
• Hadits Hasan, yaitu hadits yang baik, yang perawinya hampir bersamaan
dengan hadits shahih, hanya saja ada salah seorang atau beberapa perawinya
yang kurang cerdas tetapi berakhlak baik. Sehingga kebenaran hadis ini
menjadi diragukan dan kurang bisa dipertanggung jawabkan walaupun
sanadnya tidak berpenyakit (aziz) ataupun ganjil (gharib).
• Hadits Mursal, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang tabi’in (ulama)
yang tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW tetapi hanya bertemu
dengan para sahabat Nabi. Tetapi dalam hadits yang ia sampaikan itu ia tidak
menyebut nama sahabat yang ditemuinya itu, sehingga hadits ini tidak bisa
dijadikan dalil agama.
MACAM-MACAM HADITS
• Hadits Masyhur, yaitu hadits yang terkenal karena diriwayatkan oleh 3
(tiga) sanad (jalan) yang berlainan, hadits tersebut tidak sampai pada derajat
mutawwatir (disetujui oleh banyak orang/ulama)
• Hadits Dha’if yaitu hadits lemah yang sanadnya tidak bersambung, yang
diantaranya perawinya ada yang kafir, tidak dewasa, tidak cerdas, tertuduh
perawinya berbohong, berakhlak tidak baik, menyalahi Al Quran ataupun
riwayat yang tidak mutawwatir. Sehingga hadits ini tidak langsung diterima.
• Hadits Gharib yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dengan
menambah matan (kalimat) atau sanad (jalan) atau pada kedua-duanya. Dan
hadist ini terdiri dari hadits shahih, dhaif dan hasan.
• Hadits Maudhu yaitu hadits palsu yang tidak berasal dari Nabi maupun
sahabat. Hukumnya adalah haram menyebarluaskan hadits ini karena
berbohong atas nama Nabi Muhammad SAW, sedangkan berdusta atas nama
Nabi adalah pasti masuk neraka.
Penyebab adanya Hadits Maudhu ini antara lain :
• Aliran Syi’ah yang sengaja membuat fitnah / kebohongan untuk
menjatuhkan Khalifah ke-3 yaitu Utsman bin Affan.
• Pengaruh politik pada masa peperangan Siffin antara Khalifah Ali bin
Abi Thalib di Baghdad (Irak) dengan Khalifah Mu’awiyah bin Abi
Sofyan di Damaskus (Syria)
• Musuh-musuh Islam dari Nasrani dan Yahudi yang bermaksud
menjatuhkan Islam
• Pengikut fanatik dari Mazhab-mazhab Islam yang ada untuk saling
membenarkan pendapat masing-masing dan untuk menghina /
menjatuhkan mazhab lain
• Adanya orang-orang yang ingin mendekati pemerintahan dizaman
Khalifah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah agar menjadi terkenal
dan mendapat kedudukan serta harta.
PENULISAN
HADITS
(1) HADITS SHAHIH
BUKHARI
Penyusunnya adalah Imam Bukhari. Nama lengkap beliau adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin
Bardizbah al Ju’fi al Bukhari (Bukhara = Bukharest adalah daerah wilayah
Rusia atau Uni Sovyet).
Beliau dilahirkan di Bukhara pada tahun 809 Masehi. Sejak usia 10 tahun
sudah banyak hafal hadits. Beliau mengembara mencari-cari hadits di negeri
Baghdad, Basrah, Kuffah, Mekkah, Madinah, Syiria, Homs, Askalan, Naisabur
dan Mesir.
Imam Bukhari adalah salah satu murid dari Imam Hanbali (pendiri Mazhab
Hanbali). Beliau yang sangat terkenal sebagai doktor ahli hadits ini kemudian
mengumpulkan hadits selama 16 tahun dalam Kitabnya yang terkenal yaitu
AL JAMI’US SAHIH (kumpulan hadis sahih) atau yang lebih terkenal dengan
nama SHAHIH BUKHARI yang terdiri dari 9082 (sembilan ribu…) hadits
yang dipilih dari 600.000 (enam ratus ribu) hadits yang terdiri dari berbagai
macam. Dari 9082 itu sebanyak 2762 adalah diulang-ulang.
Sebelum menyalin hadits kedalam Kitab Al Jami’us Sahih, beliau senantiasa
terlebih dahulu mengerjakan salat sunat Istiharah memohon petunjuk dari
Allah SWT untuk menentukan pilihan yang terbaik.
Imam Bukhari meninggalkan dunia dalam usia 62 tahun tanpa meninggalkan
anak.
(2) HADITS SHAHIH
MUSLIM
Penyusunnya adalah Imam Muslim. Nama lengkap beliau adalah Muslim bin
Hajjaj al Qusyairi an Nisabury.
Beliau lahir di Naisabur (Iran) pada tahun 204 Hijriah (820 Masehi) dan wafat
di desa Nasar Abad di Naisabur pada hari Ahad, 24 Rajab 261 Hijriah (875
Masehi). Beliau belajar sejak kecil dan kemudian melanjutkan
pembelajarannya ke Mekkah, Madinah, Irak, Syiria, Mesir dan daerah-daerah
lainnya. Guru-guru beliau diantaranya adalah Imam Hanbali (pendiri mazhab),
Imam Bukhari (penulis hadits) dan juga Khuzaimah (penulis hadis).
Selama 15 tahun Imam Muslim menulis 20 buku hadis menurut pandangan
ilmunya. Kitab SHAHIH MUSLIM berasal dari 300.000 (tiga ratus ribu) lebih
hadits yang kemudian dipilihnya menjadi 10.000 (sepuluh ribu) hadits shahih
dan dirangkum dalam Kitab AL MUSNADUS SAHIH dimana terdapat
pengulangan hadits sebanyak 3030.
Imam Muslim wafat dalam usia 55 tahun dikuburkan di Naisabur.
(3) HADITS SUNAN
TIRMIDZI
Penyusunnya adalah Imam Tirmidzi. Nama lengkap beliau adalah Abu Isa
Muhammad bin Isa at Tirmidzi.
Beliau lahir didesa Buj daerah Turmuz ditepi sungai Jihon (Iran) pada tahun
824 M dan wafat tahun 893 Masehi.
Beliau belajar hadits di neegeri Irak, Hijaz, Khurasan dan lainnya dengan
mendatangi ahli-ahli hadits, salah satunya yaitu Imam Abu Daud. Kemudian
beliau menulis kitab hadits yang dikenal dengan nama Kitab AL JAMI atau
sekarang ini diubah menjadi sangat terkenal dengan nama Kitab Hadits AS
SUNAN AT TIRMIDZI. Sebagian orang menamakannya sebagai Kitab
JAMIUT TURMIDZI AL JAMI’US SAHIH yang mana didalamnya diterangkan
jenis hadits apakah itu dhaif atau gharib.
Beliau adalah seorang yang memiliki hafalan yang kuat, pribadi yang sangat
sederhana lagi shaleh, dan banyak menangis kepada Allah SWT karena rasa
takwanya yang sangat tinggi.
Beliau mengakhiri masa tuanya dengan buta kedua mata dan wafat pada usia
70 tahun.
(4) HADITS SUNAN ABU
DAUD
Penyusunnya adalah Imam Abu Daud Assajastani lahir tahun 817 dan
wafat pada tahun 888 Masehi.
Beliau belajar hadits Nabi pada ulama di Irak, Khurasan (daerah perbatasan
antara Iran, Irak, Turki, Rusia) Syiria, Mesir dan lain-lain.
Kitab Hadits karangan Imam Abu Daud dinamakan AS SUNAN ABI DAWUD
ini berisi 4300 (empat ribu…) hadits shahih yang dipilih dari 500.000 (lima
ratus ribu) hadits.
Para ulama mengakui bahwa kedudukan Hadits Riwayat Abu Dawud adalah
menduduki rangking ke-3 sesudah Imam Bukhari dan Imam Muslim.
(5) HADITS SUNAN NASA’I
Penyusunnya adalah Imam Nasa’I. Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin
Syuaib al Khurasani. Beliau lahir di desa Nasa’ (wilayah Khurasan, Iran)
tahun 830 M dan wafat tahun 915 Masehi.
Beliau belajar hadits pada ulama di Khurasan, Hijaz, Irak, Syiria dan lainnya.
Guru beliau yang terkenal yaitu Abu Dawud as Sajastani (ahli hadits).
Sehingga hadits dari Imam Nasai yang ditulisnya dalam Kitab AS SUNAN
NASAI ini banyak yang sama dengan hadits yang ada dalam Kitab As Sunan
Abi Dawud.
Beliau wafat di Mekkah dalam usia 85 tahun.
(6) HADITS SUNAN IBNU
MAJAH
Penyusunnya adalah Imam Ibnu Majah. Nama lengkap beliau adalah Abu
Abdullah Muhammad bin Yazid al Qazwini.
Beliau lahir tahun 824 M dan wafat tahun 886 Masehi. Beliau menuntut ilmu di
Irak, Hijaz, Mesir, Syiria dan negara-negara lain untuk menemui para ahli
hadits.
Beliau yang memiliki kecerdasan tinggi ini selain menulis Kitab hadits juga
mengarang kitab tafsir Al Quran dan juga sejarah.
Kitab Hadits beliau yang sangat terkenal adalah kitab AS SUNNAN IBNI
MAJAH berisi 4341 (empat ribu…) hadits. Kumpulan Hadits dari Ibnu Majah
disejajarkan keistimewaannya dengan Kitab Hadits Al Muwatta dari Imam Malik
(pendiri Mazhab Maliki).
(7) HADITS MUSNAD
AHMAD
Penyusunnya adalah Imam Ahmad.
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal.
Beliau dilahirkan tahun 780 dan wafat tahun 855 Masehi.
Beliau ada Imam pendiri Mazhab Hanbali.
Beliau menuntut ilmu hadits ke negeri Syiria, Hijaz, Yaman dan Negara-
negara lainnya. Beliau terkenal sebagai ahli fiqh dan hadits. Beliau sangat
terkenal dengan Kitab MUSNAD AHMAD yang terdiri dari 30.000 (tiga pulh
ribu) hadits yang dipilih dari 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu) hadits.
Jumlah yang banyak ini bukanlah jumlah hadits Nabi SAW, tetapi Hadits yang
memiliki sanad yang berbeda-beda dari 800 sahabat Nabi.
Namun Kitab Musnad ini bercampur antara shahih, hasan, gharib dan dhaif.
PENUTUP
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Sebaik-baik umatku adalah yang hidup pada zaman sahabatku [generasi ke-1],
kemudian setelah zaman mereka [generasi ke-2, tabi’in], kemudian setelah
kurun mereka [generasi ke-3, tabi’ut tabi’in]. Kemudian akan datang suatu kaum
dimana kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya
mendahului kesaksiannya.”
[Bukhari, Muslim, Tirmizi, Ibnu Majah dan Ahmad]

Penafsiran hadis ini adalah:


• Generasi #1, sahabat Rasul adalah Abu Bakar, Umar, Usman, Ali dan lainnya.
• Generasi #2, tabiin adalah semua Imam Mazhab (Abu Hanifah, Maliki, Syafii,
Ahmad bin Hanbal, dan lainnya)
• Generasi #3, tabiut tabiin adalah semua Imam penulis hadits (Bukhari, Muslim,
Tirmizi, Abu Dawud, Nasai, dan lainnya)

Dari hadis itu dapatlah kita simpulkan bahwa kita tidak dapat lagi sepenuhnya
mengikuti Mazhab, karena pada dasarnya yang kita ikuti adalah sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Istilah Mazhab sudah berakhir dan yang
sekarang kita pakai adalah jalur dari para ulama saleh yang terdahulu dalam
Islam. Mereka inilah yang kemudian dikenali sebagai SALAFUSH SHALIH.
Silsilah ilmu Nabi Muhammad
SAW

Para Sahabat
Ali bin Abu Talib Abu Bakar Umar Utsman
Nabi

Penyusunan
Ja’far Shadiq
Al Quran

Ibnu Katsir

Imam Malik Imam Abu Hanifah Ulama Tabi’in Jalaluddin Jalur


[Mazhab Maliki] [Mazhab Hanafi] [Mazhab lainnya] As Suyuthi
Kitab tafsir
isna
Imam Syafi’i d
lainnya
[Mazhab Syafi’i]

Imam Ahmad
[Hanbali]
PENULIS HADIS

Bukhari Tirmidzi Ad Darami Baihaqi Abi Hatim Al Bazzar

Ibnu
Ibnu Hajar Abu Dawud Abu Ya’la Daruqutni Ibnu Adi
Khuzaimah
Abu Asy
Muslim Nasa’i Al Hakim Abu Na’im
Uwanah Syaukani
Ath Ibnu Kitab Hadis
Nawawi Ibnu Majah Thabrany
Thayalisi Hibban lainnya

Muhamad Nashiruddin Al-Albani


51. Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili/syariat) di
antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan
mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
2. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut
kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang-
orang yang mendapat kemenangan.
[QS.24 An Nuur: 51-52]
© Artikel ini diedarkan dan dipertanggungjawabkan dalam milis:

` Moderator Only

Public Unmoderate

Anda mungkin juga menyukai