Anda di halaman 1dari 6

Judul Artikel ABC Analysis for Inventory Management: Bridging the Gap Between Research

and Classroom – Analisis ABC untuk Manajemen Inventaris: Menjembatani


Kesenjangan antara Riset dan Kelas
Buku Referensi American Journal of Business Education – Third Quarter 2014 (Volume 7,
Number 3)
Penulis Handanhal Ravinder (Montclair State University, USA)
Ram B. Misra (Montclair State University, USA)
Tahun Terbit 2014

Analisis ABC merupakan teknik kategorisasi berdasarkan Prinsip Pareto untuk menentukan item
mana yang harus diprioritaskan dalam manajemen inventaris pada perusahaan. Dalam mendiskusikan
topik ini, buku-buku referensi terkait manajemen operasi dan rantai suplai cenderung berfokus pada
volume dollar sebagai satu-satunya kriteria dalam pelaksanaan kategorisasi. Sejumlah penulis
berpendapat bahwa kemampuan untuk menyampaikan produk yang sesuai dengan pasar merupakan
kunci untuk bertahan dalam dunia bisnis dan operasi rantai suplai dunia di masa kini. Meskipun
demikian, pandangan penggunaan satu kriteria ini kurang tepat dikarenakan pengaruh faktor kondisi
pemasok, perantara pemasaran, dan pelanggan yang beragam di seluruh penjuru dunia serta usia produk
yang semakin cepat menurun.

1. Pendahuluan
Analisis ABC merupakan teknik untuk menentukan prioritas dalam manajemen inventaris.
Secara umum, inventaris dikategorikan menjadi 3 kelas, yaitu A, B, dan C. Fokus utama dari
kegiatan manajemen berada pada item-item yang masuk dalam kelas A, sementara itu item kelas C
memperoleh perhatian paling sedikit, dan item kelas B berada di antara kedua kelas. Dalam ruang
lingkup bisnis modern yang melibatkan ribuan jenis item, dibutuhkan manajemen item berbasis
analisis kebutuhan dan jumlah waktu. Dalam hal ini, proses manajemen harus memperhatikan aspek
efektivitas dan efisiensi biaya yang dihasilkan.

Dalam ruang lingkup bisnis tradisional, analisis ABC dilaksanakan semata berdasarkan satu
kriteria saja, yakni volume dollar dengan jumlah item yang lebih sedikit pula. Dalam hal ini, kelas
A meliputi item-item dengan nilai dan permintaan tinggi, sementara kelas C meliputi item-item
dengan nilai dan permintaan rendah. Meskipun demikian, dalam 30 tahun terakhir, pendekatan satu
kriteria ini mulai dipertanyakan. Selain kriteria volume dollar, terdapat kriteria lainnya yang juga
tidak kalah penting, di antaranya adalah jumlah waktu, kritikalitas item, ketahanan, kelangkaan,
jumlah pemasok, biaya transportasi, dsb. Berbagai metode telah dikembangkan menggunakan
analisis multikriteria ABC hingga saat ini untuk menyesuaikan perkembangan dunia bisnis.

2. Analisis ABC dalam Buku-Buku Referensi Bisnis Terkini


Dalam artikel ini, terdapat 8 buku referensi yang ditinjau terkait dengan manajemen operasi
dan rantai suplai. Berdasarkan temuan penulis, diperoleh bahwa mayoritas buku referensi tersebut
mendiskusikan tentang analisis ABC sebelum memulai pembahasan mengenai model dan sistem
inventaris. Pembahasan analisis ABC dimulai dengan penyampaian Prinsip Pareto dengan volume
dollar tahunan menjadi kriteria satu-satunya yang digunakan untuk proses kategorisasi. Satu contoh
biasanya digunakan untuk mendemonstrasikan proses kategorisasi yang kemudian dilanjutkan
dengan diskusi singkat mengenai proses manajemen masing-masing kategori. Empat dari total
delapan buku referensi juga menyebutkan secara singkat mengenai kemungkinan penggunaan
kriteria-kriteria lainnya.
Tabel 1. Perbandingan Pembahasan Terkait Analisis ABC Dalam Beberapa Buku Referensi
Analisis ABC Tradisional Analisis Multikriteria ABC
Diskusi Diskusi
No Penulis Judul Edisi Penerbit Latihan/ Latihan/
Diskusi Contoh Post Diskusi Contoh Post
Kasus Kasus
ABC ABC
1 Krajewski, Operations 10 Pearson Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Ritzman, & Management,
Malhotra Processes and Supply
Chains
2 Heizer & Render Operations 11 Pearson Ya Ya Ya Singkat Menyebutkan Tidak Tidak Tidak
Management
3 Stevenson Operations 12 McGraw- Ya Ya Ya Singkat Menyebutkan Tidak Tidak Tidak
Management Hill
4 Jacobs & Chase Operations & Supply 14 McGraw- Ya* Ya Ya Singkat Menyebutkan Tidak Tidak Tidak
Chain Management – Hill
the Core
5 Schroeder, Operations 6 McGraw- Ya* Ya Ya Singkat Tidak Tidak Tidak Tidak
Goldstein, & Management in the Hill
Rungtusanatham Supply Chain –
Decisions & Cases
6 Swink, Melnyk, Managing Operations – 2 McGraw- Ya* Ya Ya Singkat Tidak Tidak Tidak Tidak
Bixby Across the Supply Chain Hill
Cooper, &
Hartley
7 Russell & Taylor Operations 7 Wiley Ya Ya Ya Singkat Menyebutkan Tidak Tidak Tidak
Management – Creating
Value Along the Supply
Chain
8 Reid & Sanders Operations 5 Wiley Ya Ya Ya Cukup Tidak Tidak Tidak Tidak
Management
* Setelah diskusi mengenai model dan sistem inventaris
3. Status Riset Mengenai Analisis Multikriteria ABC
Sejak Flores dan Whybark (1987) pertama kali menyarankan penggunaan lebih dari kriteria,
riset mengenai analisis multikriteria ABC telah banyak dikembangkan. Metodologi yang digunakan
melibatkan 3 tahapan utama setelah kriteria-kriteria yang relevan telah teridentifikasi. Tahap pertama
adalah menentukan bobot dari setiap kriteria, tahap kedua adalah memberi skor pada setiap item dari
masing-masing kriteria. Jika kriteria yang digunakan diukur menggunakan beragam skala, pada
tahap dua perlu dilakukan proses reskala (rescaling) skor menjadi 0-10 atau 0-100. Tahap terakhir
adalah mengombinasikan bobot dan skor untuk menghasilkan skor berbobot (weighted score).
Terdapat 3 pendekatan yang umum digunakan dalam pelaksanaan pembobotan:

a. Pembobotan dan Pemeringkatan Subjektif (Subjective Weighting and Rating)


Pendekatan ini memberi skor pada setiap tipe item inventaris berdasarkan masing-masing
kriteria dan kemudian mengkombinasikan skor-skor tersebut menggunakan skema pembobotan
subjektif. Mayoritas riset melakukan pendekatan ini menggunakan metode Analytic Hierarchy
Process (AHP). Metode ini secara umum menggunakan sistem pairwise comparison atau
perbandingan berpasangan antar kriteria untuk menghasilkan bobot dari masing-masing
kriteria. Alternatif, dalam hal ini adalah beragam item inventaris, juga dapat dibandingkan
terhadap setiap kriteria yang ada.
Hasil akhir dari AHP adalah skor terbobot (weighted scores) yang digunakan untuk
menentukan peringkat item menjadi sejumlah kategori yang berbeda. Metode AHP telah banyak
digunakan dalam proses pengambilan keputusan pada bisnis dan dinilai intuitif dan mudah
digunakan. Selain itu, metode ini juga telah dapat dilaksanakan menggunakan bantuan
perangkat lunak seperti Expert Choice. Selain AHP, terdapat metode lainnya yang dapat
digunakan, contohnya Teori Utilitas Multi-Atribut.

b. Optimisasi Linear (Linear Optimization)


Pendekatan lainnya yang digunakan adalah optimisasi linear untuk menentukan bobot dari
item. Sejumlah peneliti mengajukan metode ini dikarenakan metode pembobotan dan
pemeringkatan subjektif memiliki kemungkinan menghasilkan inkonsistensi. Melalui
optimisasi linear, data yang ada menjadi parameter yang digunakan untuk penentuan bobot dan
menghasilkan kriteria yang sesuai. Meskipun demikian, model ini memiliki kekurangan utama,
yaitu untuk kondisi bisnis dengan item yang berjumlah banyak, proses yang dilakukan akan
menghabiskan banyak waktu. Selain itu, kekurangan lainnya adalah metode ini dapat
menghasilkan skor yang tinggi pada item dengan kriteria yang tidak penting. Untuk mengatasi
hal ini, Zhou & Fan (2007) mengajukan pembaruan untuk mengatasi kendala ini.

c. Pengelompokan, Algoritma Genetik, dan Jaringan Neural (Clustering, Genetic


Algorithms, & Neural Networks)
Pendekatan ketiga yang dilakukan untuk kategorisasi pada analisis ABC adalah
menggunakan metode Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan data-mining.
Metode ini dimulai dengan penyusunan training set, yakni satu set item inventaris yang telah
diklasifikasikan berdasarkan kriteria A, B, dan C oleh manajer yang mengenal baik item
inventaris. Tujuan penggunaan training set ini adalah untuk mempelajari transformasi yang
cocok untuk mengkombinasikan nilai kriteria dan menentukan pemisahan antar kelas.
Guvenir dan Erel (1998) mengajukan pendekatan GAMIC menggunakan algoritma
genetik untuk mempelajari training set dari bobot pada setiap kriteria dan menentukan
pemisahan dari ketiga kategori. Bobot dan pembatasan yang tidak diketahui ini dikodekan
sebagai vektor kromosom yang menghasilkan klasifikasi tertentu berdasarkan operator genetik
standar, yaitu reproduksi, persilangan (crossover), dan mutasi.
Partovi dan Anandarajan (2001) menggunakan Artificial Neural Network (ANN) untuk
menyelesaikan masalah klasifikasi inventaris dengan empat kriteria, yaitu harga unit, biaya
pemesanan, jangkauan pemesanan, dan jumlah waktu. Input yang dimasukkan ke dalam
jaringan (network) adalah nilai dari kriteria yang ada dari item-item inventaris yang berbeda.
Hasil dari jaringan ini adalah kategorisasi nilai kriteria yang terdiri dari A, atau B, atau C.
Terdapat dua jenis algoritma yang digunakan, yaitu back propagation dan algoritma genetik.
Gulsen dan Ozkan (2013) menggunakan metode pendekatan pengelompokan atau
clustering. Item-item inventaris dikategorikan menjadi tiga kluster di mana pusat dari masing-
masing kluster disebut dengan vektor n-dimensional, di mana n adalah jumlah kriteria yang
digunakan untuk analisis ABC. Setiap item inventaris memiliki kemiripan dengan vektor n-
dimensional. Keluaran dari proses ini adalah tiga kategori kluster yang teridentifikasi. Tiga
kluster ini kemudian diberi label berdasarkan nilai rata-rata dari pusat masing-masing kluster.
Kluster dengan nilai rata-rata kriteria tertinggi diberi label A, kluster selanjutnya diberi label B,
dan kluster dengan nilai rata-rata kriteria terendah diberi label C.

d. Pendekatan Lainnya
Pendekatan lainnya juga pernah diajukan untuk penyelesaian kategorisasi ABC, di antaranya
adalah rough set theory untuk pelaksanaan kategorisasi menggunakan training set, metode
konsensus berbasis jarak berdasarkan konsep solusi ideal dan negatif ideal dari TOPSIS
(Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) untuk penentuan peringkat,
serta modifikasi model Data Envelopment Analysis (DEA) untuk analisis kriteria kuantitatif
dan kualitatif terhadap analisis ABC.

4. Diskusi
Riset yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat beberapa cara untuk menerapkan analisis
multikriteria ABC pada situasi praktis, beberapa di antaranya cukup sederhana dan sebagian lainnya
cukup rumit. Jenis metode pendekatan yang digunakan juga disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan bisnis masing-masing. Berdasarkan hemat penulis, dalam konsep maupun
implementasi, pembobotan dan pemeringkatan subjektif adalah metode yang paling cocok dan dapat
diterapkan.

5. Diskusi Terkait Analisis Multikriteria ABC dalam Buku Referensi


Mayoritas buku referensi membahas analisis ABC sebelum membahas berbagai jenis model
inventaris (EOQ, EBQ, dll) dan sistem inventaris (pemeriksaan kontinu, pemeriksaan periodik). Hal
ini menyulitkan proses penyesuaian peraturan manajemen inventaris terhadap kebutuhan dari
berbagai kategori berbeda. Oleh sebab itu, penulis menyarankan agar analisis ABC dapat
didiskusikan setelah pembahasan mengenai sistem dan model inventaris. Dengan demikian,
mahasiswa dapat memperoleh informasi mengenai beragam pembiayaan dan manajemen inventaris
serta dapat lebih memahami berbagai persoalan kategori inventaris.

Buku-buku referensi manajemen operasi disarankan untuk mengadopsi struktur diskusi terkait
analisis ABC berikut:

• Pengenalan analisis ABC dan rasionalisasi: prinsip Pareto dan keperluan untuk
memisahkan kategori yang penting dan kurang penting
• Pembahasan kriteria untuk analisis ABC
• Pembahasan kategorisasi ABC
• Pembahasan metodologi ABC
• Contoh pelaksanaan analisis ABC
• Pembahasan mendetail mengenai manajemen item A, B, dan C.

6. Kesimpulan
Secara tradisional, analisis ABC telah digunakan untuk klasifikasi beragam item inventaris
menjadi tiga kategori, yaitu A, B, dan C, dan berdasarkan satu kriteria, yaitu volume dollar.
Dikarenakan perkembangan bisnis yang makin mengglobal, penggunaan satu kriteria dianggap
sudah tidak mencukupi untuk kebutuhan manajemen inventaris. Sejak awal tahun 1980an, telah
mulai banyak penelitian terkait analisis multikriteria ABC yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan ini. Meskipun demikian, mayoritas buku referensi manajemen operasi dan rantai suplai
masih mengikuti analisis ABC yang hanya berfokus pada satu kriteria. Berdasarkan hasil telaah
berbagai buku referensi yang dilakukan oleh penulis dalam artikel ini, disarankan agar pembahasan
mengenai analisis ABC dapat lebih mendetail dan lebih berfokus pada penggunaan multikriteria
dibanding satu kriteria. Perubahan ini merupakan upaya agar buku-buku referensi yang digunakan
dapat lebih relevan dengan perkembangan dunia bisnis dan mahasiswa pun dapat mengembangkan
kemampuan sesuai dengan kebutuhan tempat kerja. Sebagai hasil akhir, perusahaan pun dapat lebih
efektif dan efisien dalam melaksanakan manajemen inventaris dan lebih mampu bersaing dalam
pasar.

Anda mungkin juga menyukai