Anda di halaman 1dari 3

EPISTIMOLOGI

Epistemologi dapat disebut dengan teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara etimologi
istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti
teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Secara sederhana Epistemologi
merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta kaitannya dengan
kebenaran yang hakiki.

Epistemologi adalah asumsi tentang landasan ilmu pengetahuan (grounds of knowledge) –


tentang bagaimana seseorang memulai memahami dunia dan mengkomunikasikannya sebagai
pengetahuan kepada orang lain. Bentuk pengetahuan apa yang bisa diperoleh? Bagaimana
seseorang dapat membedakan apa yang disebut “benar” dan apa yang disebut “salah”? Apakah
sifat ilmu pengetahuan?. Pertanyaan dasar tentang epistemologi menekankan pada apakah
mungkin untuk mengidentifikasikan dan mengkomunikasikan pengetahuan sebagai sesuatu yang
keras, nyata dan berwujud (sehingga pengetahuan dapat dicapai) atau apakah pengetahuan itu
lebih lunak, lebih subjektif, berdasarkan pengalaman dan wawasan dari sifat seseorang yang unik
dan penting (sehingga pengetahuan adalah sesuatu yang harus dialami secara pribadi) (Chairil A,
2009).

Lebih luas mengenai epistemologi, Dagobert D’ Runes, seorang ahli filsafat dari Universitas
Vienna menyatakan bahwa Hakikat dari Epistemologi merupakan upaya dalam mekaji sumber
dari kebenaran atau ilmu secara structural. Metode yang digunakan dalam 9 mengkaji kebenaran
harus menggunakan metode yang valid sehingga hasil yang didapatkan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan dari penjelasan ini merupakan upaya untuk
menghindari kejadian yang bisa berakibat buruk pada peradaban manusia.

Pembahasan metode penelitian lebih pada aspek epistimologi, yaitu cara memperoleh ilmu
pengetahuan dengan metode ilmiah. Cara menyusun tubuh pengetahuan ini menurut Jujun,
didasarkan pada:

1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten
dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.
3. Melakukan verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenaran dan menyatakan secara
factual ( Jujun Suriasumantri, 2010).

Epistemologi ilmu terdiri dari tiga bagian yaitu: observasi, inferensi dan induksi. Observasi
adalah usaha melihat, mengamati dan mengevaluasi kenyataan yang ada, lalu menetapkan
asumsi, klasifikasi, abstraksi, hakikat, tipe, ideal dengan menunjukkan generalisasi. Observasi
diperlukan untuk membuktikan adanya suatu fenomena yang berkaitan erat dengan dengan
aktivitas manusia. Sementara itu deduksi membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-
kesimpulan bila lebih dahulu telah diajukan pertanyaanpertantaan mengenai semua atau sejumlah
ini diantara suatu kelompok sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu
merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pernyataan-pernyataan yang lebih dahulu
diajukan. Sedangkan induksi membicarakan tentang penarikan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan kusus. Kesimpulan hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-
pernyataan yang telah diajukan.

Tujuan epistemologi menurut Jacques Martain adalah: “Tujuan epistemologi bukanlah hal yang
utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-
syarat yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan
untuk memperoleh pengetahuan meskipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang
menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin
memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.

Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabang pokok,


mengidentifikasikan sumber dan menetapkan batasannya. Apa yang bisa kita ketahui dan
bagaimana kita mengetahui adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-
Metodologi Penelitian Kuantitatif masalah ini bukanlah semata-mata masalah filsafat. Pandangan
yang lebih ekstrim lagi, bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat, melainkan termasuk
dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the
workings of human mind. Tampaknya pandangan ini melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah
dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia.

Sumber :
1. https://www.semanticscholar.org/paper/Pendekatan-Kualitatif-%28Paradigma%2C-
Epistimologi%2C-dan-Syaiful-Rizal/51745eac00369d17f624ebec2508f6ec4c72a472
2. http://repository.uinsu.ac.id/9106/1/BUKU%20METODOLOGI%20PENELITIAN
%20KUANTITATIF%20DR.%20NURSAPIA%20HARAHAP.pdf

Anda mungkin juga menyukai