Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN 2

SUAIAN ( FIT )

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran pada pertemuan ini adalah:
Mampu menggunakan tabel toleransi suaian serta mampu
menerapkan aturan toleransi pada gambar kerja mesin sesuai
permintaan dan persyaratan kerja pemesinan dan atau manufaktur.

B. URAIAN MATERI
1. Suaian ( Fit )

Dalam industri pemesinan, berbagai macam suku cadang


diproduksi sesuai dengan permintaan pasar. Di antara komponen-
komponen tersebut, ada yang harus dirakit hingga menjadi suatu
alat/mesin yang berfungsi. Perakitan komponen-komponen mungkin
harus dapat bergerak, misalnya poros dengan bantalannya, atau
mungkin harus dirakit dengan jalan dipres, misalnya blok silinder
dengan blok mesin, dan lain sebagainya. Pembuatan suku cadang
yang dapat bergerak, misalnya poros dengan bantalannya, maka
ukuran porosnya harus dibuat sedikit lebih kecil dari ukuran
lubangnya.

Suaian mengacu pada penyimpangan ukuran yang diijinkan


pada komponen mekanis yang berpasangan, penyimpangan
bertujuan agar komponen mudah dirakit dan bergerak relatif satu
sama lain selama beroperasi normal.

a). Macam Suaian


Berdasarkan kesesuaian ukuran lubang dengan ukuran poros, suaian
diklasifikasikan sebagai Suaian longgar (clereance fit), Suaian pas
(transition fit), Suaian sesak (interference fit).
i). Suaian longgar (clereance fit)
jika ukuran poros lebih kecil dari ukuran lubang,
suaiannya disebut suaian longgar. Suaian ini adalah
tipe suaian yang memberikan izin adanya kelonggaran
antara dua komponen yang dirakit atau berpasangan
(Gambar 2.5)

15
ii). Suaian transisi (transition fit),
jika ukuran poros hampir sama dengan ukuran lubang
yakni antara longgar dan sesak (tak-tentu), suaiannya
disebut suaian pas. Tipe suaian ini memungkinkan
hasil rakitan yang sesak atau longar, tentunya ini
tergantung ukuran faktual pada saat komponen setelah
dirakit (Gambar 2.5).

iii). Suaian sesak (interference fit).


jika ukuran poros lebih besar dari ukuran lubang,
suaiannya disebut suaian sesak (suaian paksa).Jika
perbedaan antara lubang dan ukuran poros negatif
sebelum perakitan, sehingga komponen rakitan
pastilah menghasilkan suaian yang sesak.

Gambar 2.1 Macam-macam suaian

Kedudukan daerah toleransi terhadap garis nol, yang


merupakan suatu fungsi dari ukuran dasar, dinyatakan oleh
sebuah lambang huruf (dalam beberapa hal dengan dua
huruf), yaitu huruf besar untuk lubang, dan huruf kecil untuk
poros.

Lambang H mewakili lubang dasar dan lambang h mewakili


poros dasar. Sesuai dengan ini, jika lambang H dipakai untuk
lubang, berarti sistim lubang dasar yang dipakai.

Dengan demikian ukuran yang diberi toleransi didefinisikan


oleh nilai nominalnya diikuti oleh sebuah lambang, yang terdiri
dari sebuah huruf (kadang-kadang dua huruf) dan sebuah
huruf.

16
Contoh :

50g7 Berarti : diameter poros 50 mm, suaian longgar dalam


sistim lubang dasar dengan nilai toleransi dari tingkat IT 7.

Gabungan antara lambang-lambang untuk lubang dan poros


menentukanjenis s uaiannya.

55 H8/g7: diameter 55 mm, suaian longgar dalam sistim


lubang dasar dengan nilai toleransi lubang tingkat IT 8 dan
nilai toleransi poros tingkat IT 7.

60 H8-g7: diameter 60 mm, suaian pas dalam sistim lubang


dasar dengan nilai toleransi lubang tingkat IT 7 dan nilai
toleransi poros tingkat IT 6.

b). Sistem Basis Suaian

Sistem basis (dasar) suaian adalah suatu acuan dasar yang


digunakan dalam menetapkan jenis basis suaian. Menurut
sistem, ISO jenis basis suaian dibedakan dua macam, yaitu
Suaian sistem basis lubang dan Suaian sistem basis poros.

a. Suaian sistem basis lubang

Suaian sistem basis lubang, daerah toleransi lubang


berada pada H dengan penyimpangan bawah dari lubang
diambil sama dengan nol. ika poros dan lubang berpasangan,
poros dengan berbagai penyimpangan harus disesuaikan
dengan ukuran lubang dasarnya.

Pada sistem ini, daerah H dijadikan patokan dengan


dasar bahwa penyimpangan bawahnya sama dengan nol,
daerah toleransi poros diatur menurut suaian yang
direncanakan.

17
Gambar 2.2 Bagan suaian sistim Basis Lubang

Suaian sistem basis lubang ada 3 macam, yaitu:

1) Suaian longgar sistem basis lubang


Pada suaian longgar sistem basis lubang, apabila
lubang dengan daerah toleransi H
dipasangkan/disesuaiakan terhadap poros dengan
daerah toleransi a, b, c, d, e, f dan g disebut suaian
longgar sistem basis lubang.
Contoh: ø 30 H7/f6
ø 60 H8/e6

2) Suaian paksa sistem basis lubang


Pada suaian paksa sistem basis lubang, apabila
lubang dengan daerah toleransi H dipasangkan
terhadap poros dengan daerah toleransi n, p, r, s, t, u,
dan x disebut suaian paksa sistem basis lubang.
Contoh: ø 80 H7/p6
ø 100 H7/t6

18
3) Suaian pas sistem basis lubang
Pada suaian pas sistem basis lubang, apabila lubang
dengan daerah toleransi H dipasangkan terhadap
poros dengan daerah toleransi h, js, k dan m disebut
Suaian pas sistem basis lubang.
Contoh: ø 120 H6/h6
ø 140 H7/k6

Tabel 2.6 Suaian Sistem Basis Lubang

b. Suaian sistem basis poros

Suaian sistem basis poros, daerah toleransi lubang


berada pada h dijadikan dasar menetapkan jenis suaian,
sedangkan lubang dengan berbagai penyimpangan
menyesuaiakan dengan ukuran poros dasarnya.

Suaian sistem poros menggunakan daerah h sebagai


patokan, mengingat penyimpangan atasnya sama dengan nol,
daerah toleransi lubang diatur menurut suaian yang
direncanakan.

19
Gambar 2.3 Bagan suaian sistim Basis Poros

Suaian sistem basis poros ada 3 macam, yaitu:

1) Suaian longgar sistem basis lubang


Pada suaian longgar sistem basis poros, apabila poros
dengan daerah toleransi h dipasangkan pada lubang
dengan daerah toleransi B, C, D, E, F dan G hubungan
keduanya disebut suaian longgar sistem basis poros.
Contoh: ø 50 h7/F7
ø 30 h8/E8

2) Suaian paksa sistem basis poros


Pada suaian paksa sistem basis poros, apabila poros
dengan daerah toleransi h dipasangkan pada lubang
dengan daerah toleransi N, P, R, S, T, U dan X
hubungan keduanya disebut suaian paksa sistem basis
poros.
Contoh: ø 55 h6/P6
ø 100 h6/S7

3) Suaian pas sistem basis poros


Pada suaian pas sistem basis poros, apabila poros
dengan daerah toleransi h dipasangkan terhadap
lubang dengan daerah toleransi H, Js, K, dan M

20
hubungan keduanya disebut Suaian pas sistem basis
poros.
Contoh: ø 110 h5/H6
ø 130 h6/K6

Tabel 2.7 Suaian Sistem Basis Poros

Pada produksi masal , jika suaian didasarkan pada basis poros,


waktu pemesinan menjadi lebih lama dan memerlukan perkakas
presisi, yang pada akhirnya akan berdampak ke ongkos produksi
yang tinggi. Oleh karena itu sistem baris poros jarang digunakan
untuk produksi masal.

Kedua sistem suaian dapat digunakan. Sistem basis lubang lebih


banyak digunakan karena pengerjaan lubang lebih sulit dari pada
pengerjaan poros juga alat ukur untuk mengukur lubang lebih mahal
dari alat ukur untuk mengukur poros.

Tabel berikut memperlihatkan sistem suaian basis lubang dan basis


poros yang bermanfaat karena sering digunakan.

21
Tabel Suaian yang Sering Dibuat

Basis Lubang

22
Basis Poros

Gambar 2.4 Suaian yang Sering Dibuat (basis poros)

4. Penyajian toleransi dari sebuah komponen

Penyajian toleransi pada gambar kerja harus mengikuti aturan yang


akan diuraikan pada paparan berikut ini.
Penyajian menurut ISO dicontohkan pada gambar berikut ini.
Penyajian dimulai dari ukuran dasar (20), daerah toleransi (f) dan
kualitas toleransi (7). Jika harga penyimpangannya perlu dicantumkan
maka dapat dicantumkan dalam tanda kurung.
a. Toleransi suaian dengan lambang ISO
Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi dinyatakan dalam
gambar teknik, seperti terlihat pada gambar 2.6.
b. Ukuran dasar
c. Lambang toleransi

23
d. Jika, di samping lambang-lambang, diperlukan mencantumkan
nilai-nilai
penyimpangan, maka ini harus diperlihatkan dalam kurung (Gambar
2.7.), atau tanpa kurung.

Gambar 2.6 Toleransi suaian dinyatakan oleh lambang ISO

Gambar 2.7 Toleransi suaian dan nilai penyimpangan


e. Toleransi dengan angka
Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi dinyatakan dalam
Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan

f. Nilai-nilai penyimpangan
Jika salah satu penyimpangan mempunyai nilai nol, maka ini hanya
dinyatakan oleh nilai nol (Gambar 2.9).

Gambar 2.9 Toleransi dinyatakan oleh nilai penyimpangan

g. Toleransi simetris
Jika nilai toleransi keatas dan kebawah sama besarnya nilai
toleransinya hanya dituliskan sekali saja lihat gambar 2.10.
Gambar 2.10. Toleransi simetris

h. Penulisan toleransi plus - minus

Cara penulisan dengan toleransi plus- minus ada tiga car, yaitu
unilateral, bilateral-equal dan bilateral-unequel. Contoh dari ketiga
system adala di Gambar 2.11.

24
Unilateral Bilateral-Equal Bilateral-Unequal

Gambar 2.11 Penulisan toleransi

5. Toleransi pada Gambar Susunan

a. Toleransi dengan lambang ISO

Lambang toleransi untuk lubang ditempatkan di depan


lambang untuk poros (Gambar 2.12) dan di belakang ukuran
nominal, yang hanya ditulis sekali.

Gambar 2.12 Toleransi pada gambar suaian

Gambar 2.13 Toleransi pada gambar susunan

6. Toleransi ukuran sudut

Aturan ukuran linier dapat juga diterapkan pada ukuran sudut


(Gambar 2.14).

25
Gambar 2.14. Toleransi pada ukuran sudut

Berikut disampaikan contoh pemakaian suaian basis lubang pada


mesin, pemilihan suaian disesuaikan dengan fungsinya

Gambar 2.15 Contoh Pemakaian Suaian Basis Lubang [ 4]

Pada diagram berikut diperlihatkan hubungan antara ongkos produksi


dengan toleransi, semakin kecil toleransi semakin mahal ongkos
produksi.

26
C. DAFTAR PUSTAKA :

1. B. Sudibyo, Djunarso, Toleransi, Surakarta. ATMI St.


2. Giesecke Mitchell, Spencer Hill, Dygdon, Novak. 2000. Gambar
tehnik.
3. G.Takeshi Sato,N.SugiartoHartono.2005. Menggambar Mesin
Menurut Standar ISO.
4. H.Van Den Berg,H.H.Gijzels,Ing.1969 : Menggambar dan
Membaca Gambar Mesin.
5. Hakim, Adies Rahman, Membaca Gambar Teknik Mesin,
Bandung, Politeknik Manufaktur.
6. Ir.Ohan Juhana,M.Suratman,S.Pd.2000. Menggambar Teknik
Mesin dengan Sandar ISO.
7. Jaenudin, Wahyu M. Sueb, Gambar Fabrikasi Logam, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional.

27

Anda mungkin juga menyukai