Anda di halaman 1dari 22

Analisis Amaliyah Ziarah

Sebelum Melakukan Safari Pendidikan

Di Tradisi Pesantren Salaf

Guru Pembimbing:

1.Bapak Miam

2.Bapak Ahmad Zainuri,S.Sos

Anggota Kelompok:

1. Abdullah Sa’ad
2. Adliy Pratama
3. Fauzan Azima Sembiring
4. Fiqih Firmansyah
5. Muhammad Arief Rahman
6. Muhammad Dhiya Ul-Haq
7. Muhammad Ibam
8. Mukhammad Ibnu Maksus
9. Satria Rafasha

YAYASAN AL-MA’UNAH KEPUH

MTS Al-Ma’unah Kepuh

JL. Ki Ageng Tepak Kepuh Palimanan

Cirebon 45161
KATA PENGANTAR

Ziarah adalah salah satu praktik sebagian besar umat beragama yang
memiliki makna moral yang penting. Kadang-kadang ziarah dilakukan ke
suatu tempat yang sepi dan penting bagi keyakinan dan iman yang
bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengingat kembali, meneguhkan
iman atau menyucikan diri. Orang yang melakukan perjalanan ini disebut
peziarah.

Tradisi ziarah kubur menjadi bagian dari kehiduapan sosial masyarakat,


khususnya di Indonesia. Biasanya, menjelang bulan Ramadhan
masyarakat berbondong-bondong melakukan tradisi ini .atau ada hajat
hajat penting dalam dunia,misalnya mau bekerja atau mau menempuh
pendidikan.

Secara etimologi,ziarah berasal dari bahasa Arab yaitu zaara-yaziiru-


ziyaratan dan mazaaran yang artinya mengunjungi atau menengok. Kata
tersebut memiliki banyak turunan makna seperti tazawwara yang berarti
saling mengunjungi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ziarah diartikan sebagai


kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia. Sementara itu,
istilah berziarah berarti kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau
mulia seperti makam untuk berkirim doa.
DARTAR ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………………………
……………i

Daftar
Isi………………...............................................................................................
..............ii

Bab
I………………………………………………………………………………
…………...1

Isi………………………………………………………………………
………………………1

Makna Ziarah
Kubur………………………………………………….....................................
.1

Manfaat Ziarah
Kubur…………………………………………………………………………
2

1. Mengingat Kematian
……………………………………………………………………..2
2. Mengenali Silsilah Dalam
Keluarga………………………………………………………2
3. Lebih Dekat Dengan Allah
SWT………………………………………………………….3
Adab Ziarah
Kubur………………………………………………………………
………..3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap terjadi pada
makhluk hidup.Hanya Allah SWT lah kekal abadi.Saat seseorang meninggal
dunia maka apabila dia seseorang muslim wajib untuk dalam
memandikan,mengkafani,mensholatkan, Dan dikuburkan.
Saat seseorang meninggal biasanya saudara,kerabat,tetangga datang untuk
berta’ziyyah mendoakan si mayat dan keluarga yang ditinggalkan.Di Indonesia
juga ada tradisi yang namanya ziarah kubur yang dilakukan setiap menjelang
bulan Ramadhan atau menjelang hari Raya Idul Fitri.Masyarakat berbondong
bondong kemakam leluhur mereka untuk mendoakannya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi ziarah kubur?
2) Apa saja Dalil dan Dasar Hukum Ziarah Kubur?
3) Apa saja Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Ziarah Kubur?
4) Apa saja kesunahan dalam ziarah kubur?
5) .Apa hikmah dari ziarah kubur?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ziarah kubur
2. Untuk mengetahui hukum ziarah kubur
3. Untuk mengetahui hal yang diperhatikan dalam Ziarah Kubur
4. Untuk mengetahui kesunahan dalam ziarah kubur
5. Untuk mengetahui hikmah ziarah kubur
1
BAB II
Ziarah Kubur

A. Definisi Ziarah Kubur


Secara etimologi ziarah berasaldari kata ‫َﻭ َﺯ ْﻭ ًﺭ ﺍ‬ ‫ َﺯﺍﺭُﻩَﻳُﺰ ﻭُﺭُﻩِﺯَﻳﺎَﺭ ًﺓ‬yang
berarti ‫َﻗَﺼ َﺪُﻩ‬, yaitu hendak bepergian menuju suatu tempat (al Mishbahul Munir
4/119, lihat juga al Qamus al Fiqhi 1/160). Berdasarkan hal ini makna dari
berziarah kubur adalah ‫ َﻗَﺼ ﺪْﺍﻟُﻘُﺒْﻮ َﺭ‬, sengaja untuk bepergian ke kuburan.
Sedangkan dalam terminologi syar’i, makna ziarah kubur adalah sebagaimana
yang dikemukakan oleh al Qadli ‘Iyadl rahimahullah, ‫ﺯﻳﺎﺭﺓﺍﻟﻘﺒﻮﺭﻗﺼﺪﻫﺎﻟﻠﺘﺮﺣﻢ‬
‫(“ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﺍﻹﻋﺘﺒﺎﺭ ﺑﻬﻢ‬Yang dimaksud dengan ziarah kubur) adalah mengunjunginya
dengan niat mendo’akan para penghuni kubur serta mengambil pelajaran dari
keadaan mereka” (al Mathla’‘alaa Abwabil Fiqhi 1/119; Asy Syamilah).
Jadi, Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang
sudah wafat, baik orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi.
Ulama Ahlussunnah sepakat bahwa hukum ziarah kubur bagi kaum laki-
laki itu hukumnya sunat secara mutlak, baik yang diziarahi itu kuburnya orang
Islam biasa, kuburnya para wali, orang shalih atau kuburnya Nabi.
Sedangkan hukumziarah kubur bagi kaum perempuan yang telah
mendapat izin dari suaminya atau walinya, para ulama mantafsil sebagai berikut
:
a. Jika ziarahnya tidak menimbulkan hal yang terlarang dan yang diziarahi
itu kuburnya Nabi, wali, ulama dan orang shalih, maka hukumnya sunat;
b. Jika ziarahnya tidak menimbulkan hal yang terlarang dan yang diziarahi
itu kuburnya orang biasa, maka sebagian ulama mengatakan boleh, sebagian
lagi mengatakan makruh.
c. Jika ziarahnya menimbulkan hal yang terlarang, maka hukumnya haram.
B. Dalil dan Dasar Hukum Ziarah Kubur

1. Hadits Nabi SAW.

‫ وال تقولوا‬،‫رة‬AA‫ذكر اآلخ‬AA‫دمع العين وت‬AA‫رق القلب وت‬AA‫كنت نهيتكم عن زيارة القبور أال فزورها فإنها ت‬
]‫[رواه الحاكم‬. ‫هجرا‬

Artinya :
“Aku (Nabi) dulu melarang kamu ziarah kubur, maka sekarang
berziarahkuburlah kamu, karena ziarah kubur itu bisa melunakkan hati, bisa
menjadikan air mata bercucuran dan mengingatkan adanya alam akhirat,
dan janganlah kamu berkata buruk”. (HR. Hakim)
4
2. Fatwa Syaikh Amin al-Kurdi dalam kitabnya Tanwirul Qulub
‫ا يتلى‬AA‫تسن زيارة قبور المسلمين للرجال ألجل تذكر الموت واآلخرة وإصالح فساد القلب ونفع الميت بم‬
: ‫الم‬AA‫ ولقوله عليه الصالة والس‬.‫ كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزورها‬: ‫عنده من القرآن لخبر مسلم‬
.‫ا قبور األنبياء واألولياء وأهل الصالح‬AA‫ رواه البيهقي خصوص‬.‫ور‬AA‫اطلع في القبور واعتبر في النش‬
‫رم وإال‬AA‫اعهن على مح‬AA‫تمل اجتم‬AA‫ل الكراهة إن لم يش‬AA‫ ومح‬،‫برهن‬AA‫زعنهن وقلة ص‬AA‫وتكره من النساء لج‬
‫وير‬AA‫ اهـ [تن‬.‫اء واألولياء‬AA‫ائر األنبياء والعلم‬AA‫ذا س‬AA‫ ويندب لهن زيارة قبره صلى هللا عليه وسلم وك‬،‫حرم‬
]216 : ‫القلوب‬
Artinya :
“Disunatkan bagi kaum laki-laki berziarah kuburnya orang-orang Islam
untuk mengingat datangnya kematian dan adanya alam akhirat, serta
memperbaiki hati yang buruk dan memberi manfaat kepada mayit dengan
bacaan ayat-ayat Al-Qur’an di tempat yang dekat dengannya, karena ada
hadits riwayat Muslim yang artinya : “Aku (Nabi) dulu melarang kamu
berziarahkubur, maka sekarang berziarahkuburlah kamu”. Dan juga sabda
Nabi yang artinya : “Berziarahlah kubur kamu dan ambillah tauladan
tentang adanya hari kebangkitan”. (HR. Muslism). Khususnya kuburan para
Nabi, para wali dan orang-orang shalih. Sedangkan bagi kamu wanita
ziarah kubur hukumnya makruh, karena mereka mudah meratap dan sedikit
yang sabar. Makruh bagi wanita tersebut apabila ziarah mereka itu tidak
mengandung hal-hal yang diharamkan, kalau mengandung hal-hal yang
diharamkan, maka ziarah mereka hukumnya haram. Bagi wanita berziarah
kubur ke makam Nabi Muhammad SAW. dan juga nabi-nabi yang lain
demikian pula makam para ulama dan para wali hukumnya sunat”.

3. Fatwa Syaikh Ali Ma’shum dalam kitabnya “Hujjatu Ahlissunnah”


bab ziarah kubur
‫ديث‬AA‫ريم أو تنزيه لح‬AA‫ فقال جماعة من أهل العلم بكراهيتها كراهة تح‬،‫واختلف في زيارة النساء للقبور‬
.‫ذي‬AA‫ه والترم‬AA‫د وابن ماج‬AA‫ رواه أحم‬.‫لم لعن زوارات القبور‬AA‫أبي هريرة أن رسول هللا صلى هللا عليه وس‬
‫ كيف أقول يا‬: ‫ واستدلوا بما رواه مسلم عن عائشة قالت‬،‫وذهب األكثرون إلى الجواز إذا أمنت الفتنة‬
‫يخ على‬AA‫نة للش‬AA‫ اهـ [حجة أهل الس‬.‫ السالم عليكم أهل ديار المسلمين‬: ‫رسول هللا إذا زرت القبور؟ قولي‬
]58 : ‫معصوم‬
Artinya:
"Para ulama berselisih pendapat mengenai kaum wanita berziarah
kubur, Segolongan ulama mengatakan makruh tahrim atau tanzih, karena ada
Hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Rusulullah SAW. mengutuk wanita-wanita
yang berziarah kubur. (HR. Ibun Majah dan Tirmidzi). Sementara mayoritas
ulama mengatakan boleh, apabila terjamin keamanannya dari fitnah,
Dalilnya yaitu hadits riwayat Muslim dari Siti A’isyah ra dia berkata : apa
yang saya baca ketika ziarah kubur, hai rasul? Rasul bersabda : bacalah
Assalamu’alaikum Ahla Diyaril Muslimin”.

5
C. Macam-Macam Ziarah Kubur
Ketahuilah bahwasannya ziarah kubur itu terbagi menjadi tiga macam. Di
bawah ini akan dijelaskan macam-macamnya, dan kita dapat mengambil
kesimpulan setelah itu. Macam-macamnya adalah sebagai berikut.

1. Ziarah syar’iyyah
Yaitu ziarah yang telah disyari’atkan oleh Islam dan harus terpenuhi padanya
tiga syarat.

a. Tidak sungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan


kepadanya
Dalilnya adalah hadits dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu
‘anhu dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda (yang artinya), "Janganlah
kalian bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan
kecuali kepada tiga masjid (yaitu): masjidku ini (Masjid Nabawi),
Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha." (HR. Al-Bukhariy no.1139 dan
Muslim dalam kitab Al-Hajj 2:976 no. khusus 415 dan ini lafazdnya, dan
diriwayatkan pula oleh Al-Bukhariy no.1132 dan Muslim no.1397 dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh penafian).

Kita disyari’atkan bersungguh-sungguh dan menyengaja untuk


mengadakan perjalanan ke tiga masjid ini karena adanya keutamaan di
sana yaitu dilipatkan pahala shalat di tiga masjid tersebut. Seperti shalat
di Masjidil Haram maka pahalanya sama dengan 100.000 kali shalat di
masjid yang lain selain Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Adapun
bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan ke selain tiga
masjid ini dalam rangka mencari berkah dan keutamaan seperti ke
kuburan, maka ini adalah perbuatan bid’ah.

b. Tidak boleh mengatakan perkataan yang keji


Dalilnya adalah hadits dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu dia
berkata, Rasulullah SAW. bersabda (yang artinya), "(Dulu) Aku pernah
melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah kalian."
(HR. Muslim no.977). Diriwayatkan juga oleh An-Nasa’iy dengan sanad
shahih dalam kitab Al-Janaa’iz bab (100)
4:89. http://ikhwanmuslim.com,diakses 7-1-2011) dengan lafazh, "…
(Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)
barangsiapa yang ingin berziarah maka berziarahlah dan jangan
mengatakan perkataan yang keji.

Dan sungguh benar Allah ketika berfirman (yang artinya),"Dan


sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan
lain)." [Yuusuf:106]

c. Tidak boleh mengkhususkan dengan waktu tertentu karena tidak


ada dalilnya
Seperti mengkhususkan hari jum’at, hari raya ataupun hari-hari
lainnya, karena tidak ada dalil yang menerangkan hal ini. Bahkan kita
dianjurkan ziarah kubur kapan saja tanpa pengkhususan pada hari-hari
tertntu.

2. Ziarah bid’iyyah
Ziarah bid’iyyahadalah tata cara ziarah kubur yang menyelisihi tuntunan
Nabi SAW. karena mengandung berbagai pelanggaran yang dapat mengurangi
kesempurnaan tauhid dan dapat menghantarkan pada kesyirikan. Diantaranya
adalah berziarah ke kubur dengan tujuan beribadah kepada Allah di sisi kubur,
atau bertujuan untuk mendapatkan berkah (tabarruk/ngalap berkah).
Tidak terdapat dalil shahih yang menyatakan keutamaan beribadah di
samping kubur bahkan terdapat dalil shahih yang secara tegas melarang
peribadatan di kuburan.

Abul ‘Abbas al Harrani rahimahullah mengatakan, “yang dimaksud dengan


tata cara ziarah bid’iyyahadalah seperti bersengaja untuk shalat atau berdo’a di
samping kubur para nabi atau orang shalih, menjadikan penghuni kubur tersebut
sebagai perantara dalam doa, meminta kepada penghuni kubur untuk
menunaikan hajatnya, meminta pertolongan padanya, atau bersumpah kepada
Allah dengan perantaraan penghuni kubur atau yang semisalnya. Semua hal
tersebut merupakan bid’ah yang tidak pernah dilakukan seorang sahabat, tabi’in
dan tidak juga dituntunkan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak
pula dicontohkan oleh Khulafur Rasyidin, bahkan para imam kaum muslimin
yang masyhur melarang seluruh hal tersebut.” (Majmu’ul Fataawa 24:334-
335.http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011)

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang terbersit di


benaknya bahwa mengusap tangan (di kubur nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
atau semisalnya) lebih mampu untuk mendatangkan berkah, maka hal tersebut
berasal dari kebodohan dan kelalaiannya karena berkah hanya dapat diperoleh
dengan amal yang sesuai dengan syari’at. Bagaimana bisa karunia Alloh
diperoleh dengan melakukan amal yang menyelisihi kebenaran.” (Al Majmu’
8:275. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011 ). Abu Hamid al-Ghazali
rahimahullah menyatakan tabarruk terhadap kubur merupakan ciri kaum Yahudi
dan Nasrani

7
‫فإن المس والتقبيل للمشاهد عادة النصارى واليهود‬
Artinya

“Sesungguhnya mengusap dan mencium kubur (untuk mendapatkan berkah)


merupakan kebiasaan kaum Nasrani dan Yahudi.” (Ihya’ ‘Ulumuddin juz
1:254.http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).

3. Ziarah syirkiyyah
Ziarah yang mengandung penentangan terhadap tauhid dan dapat
menghilangkan keimanan. Diantaranya berziarah kubur dengan tujuan meminta
bantuan dan pertolongan pada penghuni kubur, menyembelih kurban untuk
penghuni kubur (baca: sesajen). Hal tersebut merupakan bentuk beribadah
kepada selain Allah dan apabila pelaku sebelumnya adalah orang Islam, maka
dia telah murtad ( keluar dari Islam).

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Adapun menyembelih untuk


selain Allah, maka maksudnya adalah menyembelih dengan menyebut nama
selain Allah SWT. Seperti orang yang menyembelih untuk berhala, salib, Musa,
Isa alaihimassalam, atau untuk Ka’bah dan semisalnya. Seluruh perbuatan ini
haram, daging sembelihannya haram dimakan, baik si penyembelih seorang
Muslim, Nasrani ataupun Yahudi. Demikian yang ditegaskan imam Asy Syafi’i
dan disetujui oleh rekan-rekan kami. Apabila si penyembelih melakukannya
dengan diiringi pengagungan terhadap objek tujuan penyembelihan, yaitu
makhluk selain Allah dan dalam rangka beribadah kepadanya, maka hal ini
merupakan kekafiran. Apabila pelaku sebelumnya adalah seorang muslim, maka
dengan perbuatan tersebut dia telah murtad” (al Minhaj Syarh Shahih Muslim
13:141. http://ikhwanmuslim.com, diakses7-1-2011).

D. Hukum Ziarah Kubur


Ziarah kubur dianjurkan bagi kaum pria berdasarkan hadits Abu Hurairah
radliallahu ‘anhu, “Rasulullah SAW. pernah menziarahi kubur ibu beliau,
kemudian beliau menangis sehingga membuat para sahabat di sekelilingnya
menangis. Beliau lalu berkata, “Tadi aku meminta izin kepada Rabb-ku‘azza wa
jalla agar aku dibolehkan berdo’a memohon ampun bagi ibuku, namun hal itu
tidak diperkenankan. Kemudian aku memohon agar aku dperbolehkan
mengunjungi kuburnya, maka hal ini diperbolehkan bagiku. Oleh karena itu
ziarahilah kubur, karena hal itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat.”
(HR. An Nasaai nomor 2007; Ibnu Abi Syaibah 3:223; Al Baihaqi dalam Al
Kubra 4:70,76; Hakim nomor 1339 dengan sanad yang
shahih. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).

Teks hadits ini dan juga pernyataan an Nawawi sebelumnya menunjukkan


secara tegas bahwa ziarah kubur disyari’atkan bagi kaum pria. Namun para
ulama berselisih pendapat mengenai hukum ziarah kubur bagi wanita. Terdapat
beberapa pendapat dalam masalah ini, namun secara garis besar pendapat
tersebut terbagi menjadi dua kelompok, antara yang mengharamkan dan
membolehkan atau menganjurkan. Pendapat yang kuat dalam permasalahan ini
adalah pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur, akan tetapi
yang patut diingat adalah mereka dilarang sesering mungkin berziarah kubur.
Pendapat inilah yang menggabungkan berbagai dalil yang dikemukakan oleh
dua kelompok tersebut.

Berikut dalil-dalil yang menyatakan bolehnya wanita berziarah kubur.


Hadits yang berasal dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, dari Abdullah bin Abi
Mulaikah, dia berkata, “Pada suatu hari ‘Aisyah pulang dari kuburan. Maka aku
bertanya padanya, “Wahai Ummul Mukminin, darimanakah engkau?” Maka
beliau menjawab, “Dari kubur Abdurrahman bin Abi Bakr.” Maka aku
menukas, “Bukankah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang ziarah
kubur?” Beliau pun menjawab, “Benar, namun kemudian beliau
memerintahkannya.” (HR. Hakim nomor 1392, Al Baihaqi dalam Sunanul
Kubra nomor 6999 dengan sanad yang shahih. http://ikhwanmuslim.com,
diakses7-1-2011). Dalam sebuah hadits yang panjang dan diriwayatkan oleh
Muhammad bin Qais bin Makhramah ibnil Muththallib dari bibinya, Ummul
Mukminin, ‘Aisyah radliallahu ‘anha ketika beliau membuntuti nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang mendatangi pekuburan Baqi’ di suatu malam. Setibanya
di rumah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada ‘Aisyah
bahwa Allah memerintahkannya untuk mengunjungi penghuni kuburan Baqi’
dan memintakan ampunan bagi mereka. Maka ‘Aisyah kemudian bertanya,
“Lalu apa yang akan aku katakan pada mereka?” Kata beliau, “Ucapkanlah,
Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin.
Semoga Allah memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami
maupun yang akan menyusul, dan kami insya Allah akan menyusul kalian.”
(HR. Muslim nomor 974, An Nasaai 2037, Al Baihaqi nomor 7003,
Abdurrazzaq nomor 6722.http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).

Persetujuan nabi SAW. terhadap perbuatan seorang wanita yang beliau tegur
di sisi kubur. Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah
melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur, kemudian beliau
bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!” (HR. Bukhari nomor
1223, 6735).

Wanita tidak diperbolehkan untuk sesering mungkin berziarah kubur, karena


hal tersebut akan menghantarkan kepada perbuatan yang menyelisihi syari’at
seperti berteriak,tabarruj(bersolek di depan non mahram), menjadikan
pekuburan sebagai tempat wisata, membuang-buang waktu, dan berbagai
kemungkaran lain sebagaimana dapat kita saksikan hal tersebut terjadi di
sebagian besar negeri kaum muslimin. Perbuatan inilah yang dimaksud dalam
hadits shahih dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu,

‫لعن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم زوارات القبور‬


“Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita
yang sering menziarahi kubur.” (HR. Ibnu Majah nomor 1574, 1575, 1576
dengan sanad yang hasan. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).

Laknat yang tercantum dalam hadits tersebut hanyalah diperuntukkan bagi


wanita yang sering berziarah kubur, karena lafadz “‫ ”زوارات‬merupakan bentuk
mubalaghah (hiperbola). Kemungkinan penyebab laknat tersebut dijatuhkan
pada mereka adalah karena para wanita tersebut menyia-nyiakan hak suami
(dengan sering keluar rumah), bertabarruj, ratapan dan perbuatan terlarang yang
semisal. Terdapat pendapat yang menyatakan apabila seluruh hal tersebut dapat
dihindari, maka boleh mmberikan izin kepada wanita untuk berziarah kubur,
karena mengingat kematian merupakan suatu perkara yang dibutuhkan oleh pria
maupun wanita.

Asy-Syaukani rahimahullah (dalam Nailul Authar juz 4:95.


http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011) mengatakan, “Pendapat ini yang
lebih tepat untuk dijadikan pegangan dalam mengkompromikan seluruh hadits
dalam permasalahan ini yang sekilas nampak bertentangan.”

An Nawawi (dalam al Majmu’ 5:309. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-


1-2011) setelah menyebutkan dua pendapat yang disebutkan oleh Ar Ruyani
dalam permasalahan ini, beliau memilih pendapat yang membolehkan wanita
untuk berziarah kubur dan berkata, “Pendapat inilah yang tepat menurutku
dengan syarat terbebas dari fitnah. Pengarang al Mustazhhari berkata,
“Menurutku apabila ziarah tersebut dilakukan untuk memperbarui kesedihan
serta memicu terjadinya ratapan dan tangisan sebagaimana kebiasaan kaum
wanita, maka hukumnya haram, sehingga hadits tersebut berlaku pada kondisi
ini.” Wallahu a’lam.

10

E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Ziarah Kubur


Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan jika kita sedang berziarah
kubur, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Ketika masuk, sunnah menyampaikan salam kepada mereka yang telah


meninggal dunia.
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengajarkan kepada para sahabat
agar ketika masuk kuburanmembaca, "Semoga keselamatan dicurahkan atasmu
wahai para penghuni kubur, dari orang-orang yang beriman dan orang-orang
Islam. Dan kami, jika Allah menghendaki, akan menyusulmu. Aku memohon
kepada Allah agar memberikan keselamatan kepada kami dan kamu sekalian
(dari siksa)."(HR Muslim).

2. Berziarah Kubur Dapat Mengingatkan Kematian dan mengingatkan Untuk


Berbuat kebajikan.
Rasulullah bersabda: "Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur,
sekarang berziarahlah kalian. Karena ziarah kubur akan mengingatkan kepada
akhirat. Dan hendaklah berziarah itu menambah kebaikan untuk kalian. Maka
barangsiapa yang ingin berziarah silakan

berziarah dan janganlah kalian mengatakan perkataan yang bathil


(hujran)." (HR. Muslim, Abu Dawud, Al Baihaqi, An Nasa'i, dan Ahmad)
3. Tidak duduk di atas kuburan, serta tidak menginjaknya
Ada banyak sekali fenomena dimana kuburan wali begitu dikeramatkan
hingga orang mengunjungi kuburan wali, lalu duduk mengelilingi kuburan wali.
Mereka juga menganggap jika shalat disana lebih baik dari shalat di masjid
sebab jika shalat didekat orang shalih maka orang shalih tersebut akan
memberikan syafa'at pada mereka. Ada kasus menarik dimana banyak orang-
orang shalat menghadap kuburan Syaikh Jaelani, dan ia tidak menghadap kiblat.
Inilah Bentuk kesyirikan yang nyata, seakan-akan orang itu belum mendengar
sabda Rasulullah :"Janganlah kalian shalat (memohon) kepada kuburan, dan
janganlah kalian duduk di atasnya." (HR. Muslim)

4. Nadzar-nadzar yang ditujukan kepada orang-orang mati adalah termasuk


syirik besar.
Sebagian manusia ada yang melakukan nadzar berupa binatang sembelihan,
harta atau lainnya untuk wali tertentu. Nadzar semacam ini adalah syirik dan
wajib tidak dilangsungkan. Sebab nadzar adalah ibadah, dan ibadah hanyalah
untuk Allah semata. Adapun contoh nadzaryang dibenarkan adalah
sebagaimana yang dilakukan oleh isteri Imran. Allah berfirman: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)" (Ali Imran: 35)

11

5. Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan dengan niat untuk ber-taqarrub


(ibadah).
Seperti mengelilingi kuburan Syaikh Abdul Qadir Jaelani, Syaikh Rifa'i,
Syaikh Badawi, Syaikh Al-Husain, dan lainnya. Perbuatan semacam ini adalah
syirik, sebab thawaf adalah ibadah,
dan ia tidak boleh dilakukan kecuali thawaf di sekeliling Ka'bah, Allah
berfirman: "Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang
tua itu (Baitullah)." (Al-Hajj: 29)

6. Melakukan perjalanan (tour) menuju kuburan


Melakukan perjalanan (tour) menuju kuburan tertentu untuk mencari berkah
atau memohon kepadanya adalah tidak diperbolehkan. Rasulullah
bersabda: "Tidaklah dilakukan perjalanan (tour) kecuali kepada tiga mas-jid;
Masjidil Haram, Masjidku ini, Masjidil Aqsha."(Muttaffaq 'alaih)

7. Menyembelih hewan di kuburan para nabi atau wali


Meskipun penyembelihan yang dilakukan dikuburan para nabi atau wali
dengan niat untuk Allah, tetapiia termasuk perbuatan orang-orang musyrik.
Mereka menyembelih binatang di tempat berhala dan patung-patung wali
mereka. Rasulullah bersabda: "Allah melaknat orang yang menyembelih selain
Allah." (HR. Muslim)

8. Dilarang membangun di atas kuburan atau menulis sesuatu dari Al-Qur'an


atau syair di atasnya.
Kuburan-kuburan yang banyak kita saksikan di negara-negara Islam; seperti
Syam, Iraq, Mesir, dan negara Islam lainnya, sungguh tidak sesuai dengan
tuntunan Islam. Berbagai kuburan itu dibangun sedemikian rupa, dengan biaya
yang tidak sedikit. Padahal Rasulullah melarang mendirikan bangunan di atas
kuburan. Dalam hadits shahih disebutkan: "Rasulullah melarang mengapur
kuburan, duduk dan mendirikan bangunan di atasnya." (HR. Muslim) Seperti
kuburan Al-Husain di Iraq, Abdul Qadir Jaelani di Baghdad, Imam Syafi'i di
Mesir dan lainnya.

Sebab pelarangan membangun kubah di atas kuburan adalah bersifat umum,


sebagaimana kita baca dalam hadits, Rasulullah bersabda kepada
Ali,"Janganlah engkau biarkan patung kecuali engkau menghancurkannya.
Dan jangan (kamu melihat) kuburan ditinggikan kecuali engkau
meratakannya."(HR. Muslim).

F. Anjuran Dan Hikmah Melakukan Ziarah Kubur


Anjuran sunnah untuk berziarah itu berlaku untuk laki-laki maupun wanita.
Karena, dalam hadits tidak disebutkan kekhususan hanya untuk kaum pria saja.

12

Namun bila ada yang menghukumi makruh berziarah bagi kaum wanita, itu
disebabkan lemahnya kemampuan wanita untuk bersikap tabah dan sabar
sewaktu berada diatas pekuburan atau dikarenakan penampilannya yang tidak
mengenakan hijab (menutup auratnya) dengan sempurna. Demikian hal itu
ditegaskan

dalam I’anatut Thalibin jilid 2:142, At-Taajul Jami’ lil Ushul jilid 2:381, dan
kitab Mirqotul Mafatih karya Mula Ali Qori jilid 4:248.

Pada awalnya Rasulullah SAW. Melarang umatnya untuk berziarah, hal itu
dikarenakan keadaan masyarakat disaat itu masih rentan keimanannya, sehingga
dikhawatirkan mereka cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh agama. Disamping itu juga mereka dikhawatirkan datang ke kuburan untuk
menyembah dan memujanya seperti yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah.
Tetapi ketika iman mereka sudah kuat, tidak mudah goyah dan tidak melakukan
perbuatan yang dilarang itu lagi,. Maka Rasulullah SAW. memerintahkan
mereka untuk berziarah kubur. Sebagaimana hadiat beliau,

) ‫َقاَل الَّنِبُّي َص لَّى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َنَهْيُتُك ْم َعْن ِزَياَرِة اْلَقْبِر َفُز ْو ُرْو َها (رواه مسلم‬
Artinya :”Sesungguhnya (dahulu) aku pernah melarang kamu sekalian ziarah
kubur, tetapi (sekarang) ziarahlah kalian”. (HR Muslim)
Dalam ilmu Ushul Fiqih, apabila ada perintah setelah larangan maka
hukumnya menunjukkan mubah/boleh, sebagaimana dalam kaidah Ushul :

‫َاَالْم ُر َبْعَد الَّنْه ِي ُيِفْيُد ْاِال َباَح ِة‬


Artinya: “Perintah setelah larangan itu boleh”.

Jadi ziarah kubur itu hukumnya mubah/boleh, bahkan suatu anjuran agar kita
bisa mengingat mati. Namun jika kita lihat dari pada unsur-unsur lainnya, maka
ziarah kubur itu menunjukkan sunnah (dikerjakan mendapat pahala,
ditinggalkan tidak berdosa). Oleh karena itu ziarah kubur itu disunnahkan
apabila:

1. Mengingatkan kita akan kematian.


Kita sadar bahwa kitapun akan mati, hanya tinggal menunggu
waktunya.seperti orang yang kita ziarahi itu sebagaimana hadits Rasulullah
SAW:

)‫َقاَل الَّنِبُّي َص لَّى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْك ِثُرْو ا ِذ ْك َر َهاِذ ِم الَّلَّذ اِت (رواه الترمذى‬
Artinya :

”Rasulullah SAW bersabda,”Perbanyaklah mengingat akan hal yang


membinasakan kelezatan (yaitu kematian)”. (HR.Turmudzi)
13

2. Mernpertebal keimanan terhadap adanya alam akhirat, sehingga orang itu


meningkat ketaqwaannya kepada Allah SWT.;
3. Memperbaiki hati yang buruk/mental yang rusak, sehingga pada akhirnya
nanti orang itu sadar akan perlunya mempererat hablum minallah dan hablum
minannas.
4. Memberi manfaat kepada mayit secara khusus dan ahli kubur secara umum
berupa pahala dari bacaan Al-Qur’an, kalimah Thoyyibah, Istighfar, shalawat
Nabi dan lain-lain.
Dari uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa ziarah kubur itu bukan sebuah
larangan, tetapi sebuah perbuatan yang dianjurkan oleh agama.

G. Ziarah Kubur Bukan Sebuah Bid’ah


Bid’ah merupkan suatu ajaran yang tidak pernah di syariatkan oleh agama
dimasa Rasulullah SAW. Memang pada awalnya ziarah kubur itu sempat
dilarang oleh Rasulullah pada saat itu, karena keadaan umat islam dahulu yang
masih awam. Tetapi setelah ada perkembangan zaman saat iman umat terdahulu
sudah kuwat, maka Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk
melakukan ziarah kubur, bahkan Rasulullah sendiri melakukan ziarah ke
makam ibu beliau, memohonkan ampunan untuk ibunya. Jadi jangan asal
mengatakan bahwa ziarah kubur itu bid’ah, karena Rasulullah sendiri juga
melakukannya diwaktu itu.

Ziarah kubur itu di anjurkan, tetapi juga harus memperhatikan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam berziarah seperti yang telah dijelaskan diatas. Kalau
ada sekelompok yang mengatakan bahwa ziarah kubur itu bid’ah, berarti
kelompok tersebut secara tidak langsung mengangap perbuatan Rasulullah juga
bid’ah diwaktu itu. Itu jelas tidak benar, karena Rasulullah tidak mungkin
melakukan perbuatan yang tidak benar. Rasulullah diberi sifat ma’sum oleh
Allah, yaitu terjaga dari kesalahan dan dari dosa-dosa. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ziarah kubur bukanlah sebuah bid’ah.

H. Kesunahan Dalam Ziarah Kubur


Pada saat berziarah kubur, sebaiknya kita melakukan hal-hal sebagai
berikut :

1. Pilihlah saat-saat yang afdlol, misalnya pada hari Jum’at, pada hari raya dan
lain-lain;
2. Bacalah salam ketika masuk pintu pekuburan untuk para ahli kubur secara
umum dan untuk mayit yang diziarahi secara khusus;
3. Bacalah surat Yasin atau ayat Al-Qur’an yang lain, kalimah thoyyibah serta
do’a semoga Allah SWT. menerima amal shalih si mayit dan mengampuni
dosa-dosanya;
4. Mengambil pelajaran, bahwa kita akan mengalami seperti apa yang dialami
oleh mayit yang kita ziarahi (masuk ke dalam liang kubur, berada di alam
barzah sampai datang hari kiamat nanti).
A.

Anda mungkin juga menyukai