Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN CHF

(CONGESTIVE HEART FAILURE)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : JULAIHA MAILAO

NIM : P0712316016

TINGKAT : II A

SEMESTER : IV (EMPAT)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKES KEMENTERIAN KESEHATAN MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

TAHUN AJARAN 2018/2019


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN RESUME KEPERAWATAN

PADA TN. J.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHF

DI RUANG ICCU RSUD Dr. HAULUSSY

DI SUSUN OLEH :

NAMA : JULAIHA MAILAO

NIM : P07123016016

TINGKAT : II A

MENGESAHKAN,

CI. LAHAN CI. INSTITUSI

(…………………………) (……………………………)

NIP : NIP :
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN : Tn. J.S DENGAN : CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
DI RUANG : ICCU RSUD Dr. M. HAULUSSY

A. KONSEP MEDIS CHF

1. PENGERTIAN
Congestif Heart Failure (CHF) atau Gagal jantung kongestif adalah suatu
keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara
abnormal (Mansjoer, 2007).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi
(Smeltzer, 2001)

2. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab dari CHF diantaranya adalah:
a. Kelainan otot jantung
b. Aterosklerosis koroner
c. Hipertensi sistemik dan pulmonal
d. Peradangan/ penyakit miokardium degenerative
e. Penyakit jantung lain
f. Faktor sistemik

3. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG DAN MEKANISME KLINIS


a. Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong
kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi:
1) Dispneu .
2) Batuk.
3) Mudah lelah.
4) Denyut jantung cepat.
5) Kecemasan dan kegelisahan
b. Gagal jantung kanan : bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah
kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak
dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi:
1) Edema ekstremitas bawah (pitting edema).
2) Pertambahan berat badan
3) Hepatomegali
4) Distensi vena leher
5) Asites
6) Anoreksia dan mual
7) Nokturi dan lemah
c. Gagal jantung sisi kiri dan kanan : Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami
kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului
gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru
akut, karena curah jantung ventrikel berpasangan atau sinkron, maka
kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.

4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung, meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah
jantung normal. Konsep dari curah jantung paling baik dijelaskan dengan
persamaan CO : HR x SV dimana curah jantung (CO : cardiac output) adalah
fungsi frekwensi jantung (HR x Volume sekuncup)
Frekwensi jantung diatur oleh fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, system saraf simpatis akan mempercepat frekwensi jantung untuk
mempertahankan curah jantu. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan volume curah jantung
normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup merupakan jumlah darah
yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada 3 faktor : preload,
kontraktilitas dan afterload. Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga
faktor tersebut terganggu maka hasilnya curah jantung berkurang.
5. DIAGNOSIS GAGAL JANTUNG KONGESTIF
a. Kriteria Mayor
1) Dispneu nocturnal proksimal atau ortopnea
2) Peningkatan vena jugularis
3) Ronki basah tidak nyaring
4) Kardiomegali
5) Edema paru aktif
6) Irama derap S3
7) Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
8) Refluks hepatojugular
b. Kriteria minor
1) Edema pergelangan kaki
2) Batuk pada malam hari
3) Dyspnea d’effort
4) Hepatomegali
5) Efusi pleura
6) Kapasitas berkurang menjadi 1/3 maksimum
7) Takikardi (>120 x/menit)
c. Kriteria mayor atau minor
Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 5 hari setelah terapi

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto torax, dapat mengarah kekardiomegali, corakan vaskuler
paru menggambarkan kronialisasi garis kerley A/B, impiltrasi prekardial
kedua paru dan efusi fleura
b. Fungis elektrokardiomiografi (EKG) untul melihat penyakit yang mendasari
seperti infark miokard dan aritmia.
c. Pemeriksaan Hb, elektrolit, elektrokardiomiografi, angiopati, fungsi ginjal dan
fungsi tiroid dilakukan atas indikasi

7. PENATALAKSANAAN
a. Menigkatkan oksigen dengan pemberian oksigen dan menurunkan oksigen
O2 melalui istirahat/pembatasan aktifitas.
b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung : (a) Mengatasi keadaan yang
repersibel, termasuk tirotoksikosis miksidema dan aritmia. (b) Digitalisasi
Dosis digitalis : (a) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6
dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 24 jam . (b) Digoksin
IV 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam . (c) Cedilanid IV 1,2-1,6 mg dalam
24 jam
Dosisi penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari, untuk
pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan
Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang
berat : (a) Digoksin : 1-1,5 mg IV perlahan-lahan. (b) Cedilanid 0,4-0,8 mg IV
perlahan-lahan.
c. Menurunkan beban jantung : (a) Menurunkan beban awal dengan diet
rendah garam, deuretik dan vasodilator. (b) Menurunkan beban akhir dengan
dilator arteriol
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Pengkajian primer
1) Airway : Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan otot bantu
pernafasan, oksigenasi, dll.
2) Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk dengan beberapa
bantal
3) Circulation : Riwayat fipertensi, IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub
jantung, anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi apical, bunyi jantung S 3
gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi, vena
jugularis, warna kulit kebiruan, kuku pucat, sianosis, pembesaran hepar,
bunyi nafas crackle atau ronchi edema.
b. Pengkajian sekunder
1) Aktifitas istirahat : Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas,
gelisah, dispnea saat istirahat, atau aktifitas, perubahan status mental,
tanda vital berubah saat beraktifitas
2) Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
3) Eliminasi : Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih
pada malam hari, diare/konstipasi
4) Makan/cairan : Hilangnya nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB
signifikan, pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam,
penggunaan deuretik, distensi abdomen, oedema umum, dll.
5) Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri dan penampilan
kurang.
6) Neurosensory : Kelemahan, pusing, lethargy, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung
7) Nyeri atau kenyamanan : Nyeri dada akut-kronik, nyeri abdomen, sakit
pada otot dan gelisah
8) Interaksi sosial : penurunan aktifitas bisa dilakukan
9) Pemeriksaan diagnostic :
(a) Foto torax dapat megungkapkan adanya pembesaran jantung, edema
atau efusi pleura yang menegaskan diagnose CHF.
(b) EKG dapat mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung
dan iskemi.
(c) Pemeriksaan LAB meliputi: elektrolit serum yang mengungkapkan
kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodialisa darah dari
adanya kelebihan retensi air, K, Na, Ureum, Gula darah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan secret.
c. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan perfusi ginjal,
peningkatan natrium dan retensi urin
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,
hepatomegali
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai oksigen

3. RENCANA TINDAKAN
a. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah
jantung.
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan berkurang atau tidak meluas selama
diberikan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1) Daerah perifer hangat
2) Tidak sianosis
3) Gambaran EKG tidak menunjukkan perluasan infark
4) RR 16-24 x/menit
5) Kapiler refill 3-5 detik
6) Nadi 60-100 x/menit
7) TD : 12080 mmHg
Rencana tindakan
1) Monitor frekwensi dan irama jantung
2) Observasi perubahab status mental
3) Observasi warna dan suhu kulit, membrane mukosa
4) Ukur haluaran urin dan berat jenisnya
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan IV sesuai indikasi
6) Pantau pemeriksaan diagnostic dan LAB, misal : EKG, elektrolit, GDA,
(PaO2, PaCO2 dan saturasi O2) dan pemeriksaan oksigen
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan sekret
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan di
rumah sakit
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan
darah dalam batas normal
2) Tidak ada distensi vena perifer
3) Edema tidak ada
4) Paru bersih
5) Berat badan ideal
Rencana tindakan :
1) Ukur masukan dan haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat
konsentrasi dan hilang keseimbangan cairan
2) Observasi adanya edema defenden
3) Timbang BB tiap hari
4) Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler
5) Kolaborasi pemberian diit rendah natrium, berikan deuretik
6) Kaji JVP setelah terapi deuretik
7) Pantau CVP dan tekanan darah

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,


hepatomegali.
Tujuan : Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
dirawat dirumah sakit
Kriteria hasil
1) RR normal
2) Tidak ada bunyi nafas tambahan
4) GDA normal
Rencana tindakan
1) Monitor kedalaman pernafasan, frekwensi dan ekspansi paru
2) Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan
3) Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi tambahan
4) Tinggikan kepala, bantu untuk mencapai porsi yang senyaman mungkin
5) Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC.
Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3 EGC. Jakarta.
Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I
EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC
Jakarta.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen
Kesehatan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai